Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maysya Putri Cantieka

NPM : 2106653514

Ulasan Buku Innovation for Urban Sanitation

Chapter 1: Introduction

Bab 1 pada buku Innovation For Urban Sanitation membahas tentang U-CLTS

(Urban Community-Led Total Sanitation atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Perkotaan.

Penerapan U-CLTS ini merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memperbaiki sanitasi

yang melibatkan komitmen masyarakat secara individual, kelompok, dan institusi. Penerapan

tersebut didasari bahwa meskipun setengah dari seluruh populasi dunia sudah tinggal di area

perkotaan, tetapi menurut data yang didapat dari WHO dan UNICEF, masih terdapat 1 dari

10 orang yang masih melakukan Open Defecation (OD) atau Buang Air Besar Sembarangan

(BABS). Hal ini tentunya menjadi masalah serius dalam hal perkotaan karena selain dapat

mengganggu kehidupan masyarakat itu sendiri, perilaku BABS tersebut dapat menyebabkan

penyakit seperti tifus dan diare.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, untuk mencapai hasil dari penerapan U-

CLTS, diperlukan adanya kerjasama antara seluruh individual, kelompok, dan institusi dari

kota tersebut untuk mengambil perannya masing-masing. Peran pemerintah untuk

mendukung tercapainya U-CLTS ini adalah dengan membangun sarana sanitasi yang baik

dan tersebar merata di setiap wilayah. Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan edukasi

kepada masyarakat akan pentingnya menjaga sanitasi agar masayarakat tersebut tentang tata

cara penggunaan dan perawatan sarana tersebut. Sedangkan, peran masyarakat untuk

mendukung tercapainya U-CLTS ini adalah dengan menjadi orang yang peduli akan sekitar

dan peka untuk turut mengajak sekitarnya untuk memerhatikan kondisi sanitasi mereka.
Sebab, U-CLTS baru dikatakan berhasil apabila semua pihak dalam kota tersebut sudah

menggunakan sarana sanitasi yang layak secara berkelanjutan.

Perilaku BABS yang dilakukan masyarakat di kota, sering kali berdasarkan akibat

kebutuhan, bukan karena memang mereka memilih untuk melakukan itu. Permasalahan awal

yang menjadi alasan banyak orang yang melakukan BABS adalah tingginya kepadatan

penduduk. Alasan tersebut dapat berakibat pada masalah yang lebih kompleks seperti,

maraknya pemukiman illegal, ketidakmampuan untuk mengosongkan jamban, dan lain-lain.

Solusi dari masalah ini antara lain memberikan sarana untuk mengolah hasil jamban,

menyediakan MCK secara merata pada lokasi yang membutuhkan, dan semua sarana tersebut

harus bisa dijangkau baik secara biaya maupun jarak oleh seluruh lapisan masyarakat.

Memahami karakteristik wilayah sangat penting apabila kita ingin memutuskan suatu

pendekatan strategi dan metodologi. Wilayah pinggiran kota dengan kepadatan yang rendah,

metode U-CLTS pedesaan konvensional dapat diterapkan. Sedangkan apabila pada wilayah

yang lebih padat, akan lebih banyak adaptasi yang dilakukan menimbang akan semakin besar

dan kompleks pula program yang akan dijalani. Pada buku ini, terdapat beberapa tipe kota

yang memiliki karakteristik sanitasinya masing-masing, tipe tersebut antara lain kota dengan

kepadatan rendah (peri-urban), kota yang berukuran kecil/sedang, formalized

neighbourhood, dan informal neighbourhood.

Ada banyak tantangan yang harus dilalui untuk mencapai keberhasilan U-CLTS,

misal kurangnya koordinasi antar lembaga, kurangnya kapasitas sarana sanitasi, sarana

sanitasi yang tidak dimanfaatkan dengan baik, kurangnya investasi, sumber daya manusia

yang terbatas, dan juga peraturan mengenai sanitasi yang kurang tegas. Tantangan lain dalam

pelaksanaan U-CLTS adalah perubahan mindset masyarakat akan pentingnya sanitasi

membutuhkan waktu yang cukup lama, kompleksnya masalah perkotaan menghambat


jalannya pengaturan kelembagaan, dan juga kurangnya dokumentasi bukti actual dari sarana

sanitasi yang ada.

Stakeholder secara rinci yang terlibat dalam proses berjalannya U-CLTS adalah

pemerintah (termasuk pemerintah nasional dan kota), sektor swasta, NGO, komunitas

organisasi atau natural leaders, dan juga masyarakat. Pemerintah berperan sebagai

pembentuk kebijakan, hokum, pembiayaan, lembaga, dan lain-lainnya. Sektor swasta dapat

berperan sebagai penyedia layanan produk sanitasi yang terjangkau, memberikan dukungan

untuk pengembangan bisnis, penelitiam, serta pengembangan sarana sanitasi. NGO berperan

sebagai pemantau system sarana sanitasi yang ada, melakukan kampanye untuk perubahan

perilaku masyarakat, dan memfasilitasi proses U-CLTS. Komunitas organisasi berperan

sebagai pemantau kemajuan proses U-CLTS dan menjadi juru bicara untuk warga sipil.

Terakhir, peran masyarakat untuk mendukung keberhasilan U-CLTS adalah dengen merawat

fasilitas yang sidah ada, ketersediaan untuk membayar iuran sarana sanitasi, dan lain

sebagainya.

Topik pada chapter 1 ini mengajarkan saya banyak hal mengenai sanitasi terutam U-

CLTS. Topik ini membahas mengenai apa yang diperlukan, apa yang harus dilakukan, siapa

saja yang berperan, bagaimana, dan mengapa harus dilakukannya U-CLTS. Saya juga sangat

setuju dengan pernyataan bahwa untuk mencapai keberhasilan U-CLTS perlu untuk

melibatkan kerjasama seluruh aspek kota. Saya juga dapat mengetahui bagaimana

karakteristik kota yang sanitasinya sudah baik dan yang perlu ditinjau lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai