Anda di halaman 1dari 2

Aspek Sosial Persampahan

Beralih dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular dapat memiliki banyak dampak menguntungkan,
dan solusi sudah ada. Dunia kita memiliki masalah sampah. “Budaya membuang” dan ekonomi
linier kami menghasilkan sejumlah besar limbah, yang mengarah ke tantangan lingkungan,
sosial, dan ekonomi yang serius. Baik itu makanan, logam, kaca, kertas, atau plastik… Dunia
menghasilkan lebih dari 2 miliar ton sampah pada tahun 2016, menurut laporan dari Bank
Dunia, “What a Waste 2.0”.

Dunia perlu menangani masalah ini sekarang, dengan kombinasi kampanye kesadaran untuk
konsumen, kebijakan ambisius, dukungan keuangan untuk negara-negara berpenghasilan
rendah, investasi infrastruktur, dan penerapan teknologi bersih.

Bank Dunia yang selama ini sangat aktif mendanai pengelolaan sampah di negara-negara
berpenghasilan rendah, solusinya antara lain:

 Memberikan pembiayaan kepada negara-negara yang paling membutuhkan, terutama


negara-negara dengan pertumbuhan tercepat, untuk mengembangkan sistem
pengelolaan limbah yang canggih.

 Mendukung negara-negara penghasil sampah utama untuk mengurangi konsumsi


plastik dan sampah laut melalui program pengurangan sampah dan daur ulang yang
komprehensif.

 Mengurangi limbah makanan melalui pendidikan konsumen, pengelolaan organik, dan


program pengelolaan limbah makanan yang terkoordinasi.

Selain kebijakan struktural dan investasi infrastruktur, teknologi baru juga dapat sangat
bermanfaat di sepanjang rantai nilai pengelolaan sampah: mengurangi timbulan sampah,
meningkatkan daur ulang, menggemparkan dan meningkatkan pengumpulan sampah, dan
sebagainya.

Beberapa cara yang digunakan untuk merubah aspek social masyarakat terhadap
peersampahan:

1. The power of mindset


Penduduk sebaiknya mempunyai mindset yang sama dalam perlakuannya terhadap
sampah. Pembentukan mindset akan berhasil apabila dimulai sejak masih dalam
kandungan diawali oleh perilaku orang tuanya dalam memandang sampah. Bagaimana
orang tuanya membuang sampah termasuk memilah dalam wadah yang berbeda antara
sampah organic, anorganik maupun sampah barang berharga misalnya electronic waste
dan furniture. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang akan dibawa seseorang dalam
memandang sampah dan memperlakukannya.
2. Equal information atas semua penduduk
Penduduk adalah manusia biasa yang bisa benar atau salah dalam memandang sampah.
Tugas pemerintah adalah memberikan informasi dan pelatihan kepada semua anggota
masyarakat untuk memahami sampah secara benar dan tepat. Apabila hal ini tidak
dipahami secara tepat oleh pemerintah maka kondisi seperti saat ini yang terjadi.
Kuncinya adalah harus ada persamaan persepsi terhadap pola pandang terhadap
sampah dan bagaimana selanjutnya harus dipahami dalam system yang tersedia.
3. Gerakan social secara menyeluruh
Kampanye Gerakan pengelolaan sampah harus disampaikan kepada masyarakat agar
mereka terpicu untuk melakukan. Komunikasi antar stakeholder agar bisa tetrjalin
dengan baik.
4. Ketersediaan petunjuk untuk tujuan dan arah yang sama
Pemerintah mempunyai tugas Bersama-sama dengan masyarakat menyusun petunjuk
untuk menuju tujuan dan arah yang sama. Dengan demikian Gerakan masyarakat akan
menuju titik yang sama sehingga kebersihan lingkungan yang bertanggungjawab akan
lebih mudah dicapai Bersama.

Referensi
“Kaza, Silpa; Yao, Lisa C.; Bhada-Tata, Perinaz; Van Woerden, Frank. 2018.  What a Waste 2.0 : A Global
Snapshot of Solid Waste Management to 2050.  Urban Development;.  Washington, DC: World Bank. © World
Bank. https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/30317 License: CC BY 3.0 IGO.”

Anda mungkin juga menyukai