Anda di halaman 1dari 41

RANCANGAN AKTUALISASI

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
ANGKATAN 1 GOLONGAN III TAHUN 2021

PERENCANAAN PANDUAN DAN INFOGRAFIS


TERKAIT TATA CARA PENGELOLAAN
LIMBAH BATERAI SESUAI DENGAN
PERATURAN YANG BERLAKU

Disusun oleh :
Nama : Hanifah Nisrina
NIP : 199805042020122008
Jabatan : Perekayasa Ahli Pertama
Instansi : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

PUSAT PEMBINAAN, PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS


BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
ANGKATAN 1 GOLONGAN III TAHUN 2021

Perencanaan Panduan dan Infografis terkait Tata Cara


Pengelolaan Limbah Baterai Sesuai dengan Peraturan
yang Berlaku

Nama : Hanifah Nisrina


NIP : 199805042020122008
Jabatan : Perekayasa Ahli Pertama
Instansi : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Tangerang Selatan, Juni 2021


Mengetahui, Menyetujui,
Coach Mentor

Pupung Puad Hasan, SE, M.Ec.Dev Priska Alfatri Hendrayanto, S.T.


NIP. 198308072011011008 NIP. 199312272018012002

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allat SWT karena berkat rahmat dan pertolongan-
Nya, penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi ini yang berjudul
“Perencanaan Panduan dan Infografis terkait Tata Cara Pengelolaan
Limbah Baterai Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku”. Rancangan
aktualisasi ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) yang berlangsung secara Distance Learning
yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Penulis menyadari bahwa rancangan ini
tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan coach dan mentor.
Semoga seluruh bantuan yang diterima oleh penulis dapat diberikan balasan yang
lebih dari Allah SWT. Mohon kritik dan saran yang membangun dalam usaha
perbaikan di masa mendatang.

Tangerang Selatan, Juni 2021

Ttd

Hanifah Nisrina, S.T.


NIP.199805042020122008

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang.................................................................................I-1
1.2 Tujuan Rancangan Aktualisasi.........................................................I-1
1.3 Manfaat Rancangan Aktualisasi.......................................................I-2
1.4 Profil Instansi...................................................................................I-2
BAB II RANCANGAN AKTUALISASI..........................................................II-1
2.1 Identifikasi Isu................................................................................II-1
2.2 Penetapan Core Isu.........................................................................II-8
2.3 Penentuan Penyebab Core Isu......................................................II-11
2.4 Gagasan Kreatif Penyelesaian Core Isu.......................................II-13
2.5 Matriks Rancangan Aktualisasi....................................................II-16
2.6 Matriks Rekapitulasi Rencana Habituasi NND PNS (ANEKA). .II-25
BAB III RENCANA JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI........................III-1
3.1 Jadwal............................................................................................III-1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di dalam suatu aktivitas perkantoran, terdapat banyak barang yang
menggunakan baterai sebagai sumber energinya, seperti jam dinding, mouse
laptop, remote TV, remove AC, dan lain – lain. Barang yang kita jumpai dalam
kehidupan sehari – hari ini sebagian besar menggunakan baterai kering sekali
pakai yang tidak dapat diisi ulang, sehingga setelah habis pemakaian, baterai
harus langsung dibuang. Baterai kering bekas pakai ini termasuk dalam golongan
limbah B3 karena mengandung logam berat yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Limbah B3 memiliki penanganan khusus, sehingga tidak
dapat dibuang begitu saja seperti sampah rumah tangga lainnya. Namun, di
Indonesia, kesadaran manusia untuk memilah sampah baterai bekas masih belum
dilaksanakan secara baik, sehingga, seringkali baterai bekas dicampur dengan
sampah rumah tangga.
Di Pusat Teknologi Lingkungan BPPT sendiri belum memiliki panduan
pengelolaan limbah baterai bekas. Padahal, sebagai instansi pemerintah, harusnya
bisa memberikan contoh yang baik dengan membuat suatu pembiasaan perilaku
pada pegawai pemerintah untuk dapat mengelola limbah baterai bekas yang sesuai
dengan aturan. Maka, melalui Pelatihan Dasar CPNS ini, penulis ingin
menghasilkan suatu gagasan inovatif terhadap isu tersebut dengan membuat
panduan pengelolaan limbah baterai sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
diiringi dengan pembuatan infografis agar lebih mudah dimengerti dan menarik.
I.2 Tujuan Rancangan Aktualisasi
Tujuan rancangan aktualisasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Membuat informasi panduan terkait tata cara pengelolaan limbah baterai
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan infografis terkait tata cara
pengelolaan limbah baterai sesuai dengan peraturan yang berlaku
2. Membuat infografis terkait tata cara pengelolaan limbah baterai sesuai
dengan peraturan yang berlaku

1
I.3 Manfaat Rancangan Aktualisasi
Manfaat rancangan aktualisasi ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi CPNS
Memperluas wawasan dengan meningkatkan kompetensi terkait
pengelolaan limbah baterai yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
membiasakan perilaku tersebut dan melatih berpikir kritis terhadap
permasalahan yang ada di instansi serta memikirkan pemecahan masalah
yang inovatif dan kreatif.
2. Bagi Unit Kerja
Memberikan pemecahan permasalahan terkait pengelolaan limbah baterai
skala perkantoran secara kreatif dan inovatif serta berkontribusi pada
tercapainya visi, misi, tugas, dan fungsi instansi dalam setiap kegiatannya.
I.4 Profil Instansi
I.4.1 Profil Pusat Teknologi Lingkungan
BPPT merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang
berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan
Inovasi Nasional yang mempunyai tugas di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi. Pusat Teknologi Lingkungan pada Deputi Bidang Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Alam terletak di Gedung 820 Teknologi Sistem
Kebumian (Geostech), Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan.
PTL telah melewati berbagai tantangan di tahun lalu. Berbagai layanan,
inovasi dan kreasi telah dihasilkan untuk mendukung program pemerintah dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang
menjadi salah satu tujuan dalam dokumen Sustainable Development Goals
(SDGs). Dokumen ini mencakup 17 tujuan dengan 169 capaian untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, diantaranya adalah tujuan SDGs
ke 6: menjamin akses air bersih dan sanitasi yang layak, dan tujuan SDGs ke 9:
infrastruktur yang kuat, industrialisasi berkelanjutan dan inovasi.
Untuk mendukung pencapaian kedua tujuan SDGs ini, pada tahun ini dan
tahun – tahun sebelumnya, PTL telah berkontribusi dalam pembangunan pilot
project Instalasi Pengolahan Air siap minum bagi masyarakat yang ditempatkan
diberbagai lokasi di Indonesia. Pembangunan pilot project ini sekaligus

2
mendukung pencapaian RPJMN 2015-2019 yakni tercapainya 100% akses air
minum yang layak bagi masyarakat. PTL juga telah membangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) baik untuk industri maupun perkantoran
menggunakan teknologi unggulan BPPT di beberapa lokasi, serta pilot project
pemantauan kualitas lingkungan air dan udara perkotaan.
Selain itu, PTL juga telah melaksanakan beberapa aktivitas kaji terap
lainnya dalam bidang teknologi lingkungan. Berbagai inovasi baru dalam bidang
teknologi lingkungan juga telah diraih PTL pada tahun lalu, dari yang paling besar
yaitu pembangunan Pilot Project Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa),
inovasi unit pengolah air siap minum bergerak (Mobile Arsinum) hingga inovasi
teknologi pengolahan air siap minum yang kaya akan sentuhan IT
(ARSINUMLite). Pembangunan PLTSa merupakan metoda alternatif yang bisa
digunakan untuk mengatasi permasalahan sampah perkotaan melalui pemusnahan
sampah secara cepat, signifikan dan ramah lingkungan. Pembangunan ini telah
dilaksanakan sejak tahun lalu dan akan terus dioperasikan pada tahun ini.
Demikian halnya inovasi Mobile ARSINUM, telah diaplikasikan dan dirasakan
manfaatnya dalam membantu penyediaan air minum bagi masyarakat terdampak
gempa di Lombok dan Palu melalui kegiatan Bakti Sosial dan Bakti Teknologi
BPPT.
I.4.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT Nomor 009 Tahun 2015, Tentang
Organisasi dan Tata Kerja BPPT tertanggal 27 Oktober 2015, pada Bab VI, pasal
116 dan 117 bahwa Pusat Teknologi Lingkungan terdiri atas:
a. Bagian Program dan Anggaran
b. Kelompok Jabatan Fungsional : Pengendalian Pencemaran Lingkungan,
Konservasi dan Pemulihan Lingkungan, serta Tata Kelola Lingkungan

3
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PTL – BPPT
Sumber: Portal Informasi Teknologi Lingkungan PTL Kedeputian TPSA
– BPPT, 2021
I.4.3 Visi dan Misi Organisasi
Adapun visi dan misi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi adalah
sebagai berikut:
Visi:
Menjadi lembaga terdepan dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang andal,
profesional, inovatif, dan berintegritas untuk mewujudkan Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong – royong.
Misi:
Upaya untuk mewujudkan visi BPPT tersebut dilaksanakan melalui 2 (dua) misi
sebagai berikut:
1. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat,
akurat dan responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam
pengambilan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara dalam
bidang pengkajian dan penerapan teknologi;
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

4
Sedangkan visi dan misi tempat penulis melakukan aktualisasi berada di
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam pada unit kerja
Pusat Teknologi Lingkungan adalah sebagai berikut:
Visi:
Menjadi pusat unggulan teknologi yang mengutamakan inovasi dan layanan
teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa.
Misi:
Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi
dan layanan teknologi di bidang lingkungan.
Berdasarkan Peraturan Kepala BPPT No. Nomor 009 Tahun 2015,
Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT tertanggal 27 Oktober 2015, pada Bab
VI, Bagian Keenam pasal 114 dan pasal 115 disebutkan bahwa tugas dan fungsi
Pusat Teknologi Lingkungan adalah :
Tugas : melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi lingkungan
Fungsi :
1. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi pengendalian
pencemaran lingkungan;
2. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi konservasi dan
pemulihan kualitas lingkungan;
3. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang tata kelola lingkungan;
4. Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi lingkungan; dan
5. Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di
Pusat Teknologi Lingkungan.
Tujuan strategis Pusat Teknologi Lingkungan yang mendukung tujuan strategis
BPPT adalah meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang
teknologi lingkungan, kebencanaan, pengelolaan dan peningkatan nilai tambah
sumber daya alam. Sedangkan tujuan yang mendukung program kedeputian
adalah peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang
teknologi lingkungan.
I.4.4 Nilai Organisasi
Salah satu bentuk penguatan pada proses inovasi dan layanan teknologi di
BPPT, setiap pegawai perlu memahami dan menerapkan perilaku dengan

5
berlandaskan nilai-nilai Creativity, Integrity, Professional, Teamwork, dan
Accountability (CIPTA).
1. Creativity (Kreativitas)
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada (Rachmawati & Kurniati, 2010).
Ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinilitas,
fleksibelitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif
diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif kreatif. Kedua ciri ini
sama pentingnnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian
kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat
dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang sehat
(Slameto, 2003).
2. Integrity (Integritas)
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya
integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada
publik dan/atau stakeholders (Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan
Pengembangan Kompeteni ASN LAN RI, 2021).
3. Professional (Profesional)
Seorang yang profesional adalah seseorang yang menjalankan
profesinya secara benar dan melakukannya menurut etika dan sikap-sikap
profesional. Sikap-sikap profesional, di antaranya: (1) punya komitmen
yang tinggi; (2) tanggung jawab; (3) berfikir sistematis: apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya; (4) penguasaan materi:
menguasai materi secara mendalam pekerjaan yang dilakukannya
(Anonim, 2021).
4. Teamwork (Kerjasama)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut
Abdulsyani, kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di

6
dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas
masing-masing. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama
dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh
dua orang atau lebih tersebut yaitu:
1) Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada
komasi yang komunikatif antara dua orang yang berkerjasama atau
unik lebih.
2) Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah
satu yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan
yang sedang dihadapkan.1
5. Accountability (Akuntabel)
Dalam modul Diklat Prajabatan, akuntabilitas merujuk pada
kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara
lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
2. memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3. memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4. menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan (Pusat Pembinaan Program dan
Kebijakan Pengembangan Kompeteni ASN LAN RI, 2021).
I.5 Profil Peserta
Nama : Hanifah Nisrina
NIP : 199805042020122008

1
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 h. 156.

7
Unit Kerja : Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT
Jabatan Fungsional : Perekayasa Ahli Pertama
Golongan : III/a
I.5.1 Sasaran Kerja Pegawai
Berikut adalah Sasaran Kerja Pegawai (SKP) peserta di triwulan I tahun 2021
yang ditunjukkan pada Tabel l.1.
Tabel 1.1
Sasaran Kerja Pegawai
No Kegiatan Tugas Jabatan
1 Merealisasikan target Program Kajian dan Inovasi Teknologi Ekonomi
Hijau 2021, sebagai ES pada GE di WP 3.2 Perhitungan Emisi Karbon dan
LCA dalam TW1 - Hanifah N.
2 Merealisasikan target Program Inovasi dan Teknologi Penanganan
Sampah dan Air 2021, sebagai ES pada SA di WP 3.2. Sistem
Pembakaran dan Pengendalian Emisi dalam TW1.
3 Melaksanakan diseminasi teknologi/informasi melalui media sosial.
(6098)

I.5.2 Proyek CPNS


Pusat Teknologi Lingkungan memiliki program khusus dalam pendampingan dan
pembimbingan CPNS.
I.6 Nilai – nilai Dasar PNS
I.6.1 Akuntabilitas
I.6.2 Nasionalisme
I.6.3 Etika Publik
I.6.4 Komitmen Mutu
I.6.5 Anti Korupsi
I.7 Kedudukan dan Peran ASN dalam Negara Kesatuan
I.7.1 Manajemen ASN
I.7.2 Pelayanan Publik
I.7.3 Whole of Government

8
9
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI
II.1 Identifikasi Isu
Instansi yang dimaksud pada analisis ini adalah Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Isu ini dipilih berdasarkan prioritas isu yang terjadi di unit
Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Berikut adalah ketiga isu prioritas yang didapatkan, yaitu:
1. Belum adanya kajian regulasi terkait penanganan limbah baterai
Dalam perkembangan, setelah diundangkan UU No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai upaya untuk mewujudkan
pengelolaan limbah B3, Pemerintah telah mengundangkan Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (Peraturan Pemerintah Limbah B3), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Kemudian diubah kembali
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dan didukung oleh Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana
Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun oleh Pemerintah Daerah.
Sejauh ini, kajian regulasi spesifik terkait penanganan limbah baterai
belum ada. Hal ini dibuktikan dengan telah dilakukannya berbagai wawancara
langsung dengan pihak – pihak yang bersangkutan. Belum adanya kajian
regulasi penanganan limbah baterai, berkaitan dengan salah satu program yang
merupakan Penilaian Kinerja BPPT dan masuk dalam tupoksi PTL dalam
mengeksplor tata cara mengolah limbah baterai terkhusus di proses recycling-
nya. Program yang dimaksud adalah Work Package (WP) 1.1 Kajian
Lingkungan Limbah Baterai yang terdapat pada STKK Green Economy 2021
yang berkoordinasi dan bekerjasama dengan beberapa unit dan lembaga
lainnya, yaitu Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM)
BPPT, Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT, LIPI, UNS, dan Unpad. Kajian

1
regulasi terkait penanganan limbah baterai penting untuk menjadi landasan
utama dalam tata cara pengelolaan limbah baterai, penyimpanan limbah
baterai, hingga pengolahan limbah baterai dari hasil proses recycling.

Gambar 2.1
OFK STKK Green Economy 2021
Jika dilihat berdasarkan materi Manajemen ASN, maka belum adanya
kejelasan terkait kajian regulasi penanganan limbah baterai menyebabkan
perkembangan yang dilakukan oleh tim menjadi lambat karena dalam setiap
rangkaian kegiatan diperlukan landasan regulasi yang tepat dalam penentuan
keputusan rancang desain pengolahan limbah daur ulang baterai dan
memerlukan kajian mendalam terhadap regulasi terkait. Kemudian, jika
dikaitkan dengan materi Whole of Government, maka dalam pelaksanaan
program ini, tim WP1.1 berkoordinasi dengan banyak pihak dalam
keberlangsungan kegiatannya, termasuk dalam pengumpulan informasi terkait
kajian regulasi penanganan limbah baterai. Jika isu ini tidak segera
diselesaikan, maka akan menyebabkan kurang maksimalnya kinerja pegawai
yang diakibatkan oleh tidak adanya kajian regulasi yang berkaitan dengan
penanganan limbah baterai dan berujung pada tidak tercapainya target kegiatan
program WP 1.1 dengan maksimal.

2
2. Belum adanya rancangan desain konseptual limbah proses daur ulang
baterai
Isu ini merupakan salah satu output utama dari program Work Package
(WP) 1.1 Kajian Lingkungan Limbah Baterai yang terdapat pada STKK Green
Economy 2021. Faktor utama yang menjadikan hal ini menjadi suatu isu adalah
masih minimnya studi literatur terkait rancang desain limbah proses daur ulang
baterai di Indonesia, bahkan di dunia. Hal ini dibuktikan dengan telah
dilakukannya studi literatur, namun masih sedikit sekali penelitian yang
membahas spesifik terkait permasalahan ini, sehingga sulit untuk mendapatkan
referensi data sekunder dari hasil referensi jurnal nasional maupun
internasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya kajian regulasi terkait
penanganan limbah baterai dan kajian karakteristik limbah baterai secara
spesifik dengan unit kerja dan instansi lain untuk dapat merancang desain
limbah proses daur ulang baterai tersebut.
Hal yang menjadi salah satu hambatan besar dalam pelaksanaannya
program ini adalah kurangnya pengalaman maupun kompetensi di bidang
limbah baterai yang dibuktikan dengan latar belakang pendidikan pegawai
yang bukan merupakan lulusan metalurgi, melainkan teknik elektro, teknik
mesin, teknik lingkungan, teknik kimia, dan teknik perencanaan wilayah dan
kota. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya kinerja pegawai dalam
pelaksanaan kegiatan program karena harus melakukan kajian literatur secara
mendalam dimulai dari pengetahuan mendasar terlebih dahulu dan
membutuhkan waktu yang cukup lama karena memang tidak memiliki
pengetahuan dasar terkait pengolahan limbah dari proses daur ulang baterai.
Namun, telah dilakukan transfer knowledge dan mengikuti berbagai webinar
dari unit kerja atau instansi lain sebagai upaya dalam peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai.

3
Gambar 2.2
Koordinasi antara BPPT dengan LIPI
Hal ini dapat dikaitkan dengan materi Manajemen ASN yang memegang
teguh nilai – nilai dasar ASN, menjaga reputasi dan integritas ASN, serta
melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi.
Jika dikaitkan dengan materi WoG, maka isu ini dapat dihubungkan dengan
kategori Integrasi tipe joint working, yaitu kolaborasi sementara. Namun, masih
diperlukan penguatan koordinasi dan kerjasama yang baik antar unit kerja atau
instansi lain agar dapat terjalin hubungan yang dapat mempermudah seluruh
pihak. Apabila permasalahan tersebut tidak diselesaikan dengan segera, maka
akan menyebabkan beberapa dampak, di antaranya yaitu: (1) perkembangan
program yang lambat diakibatkan kurangnya kompetensi pegawai dalam
bidang tersebut; (2) miskomunikasi, koordinasi yang kurang baik, dan
permasalahan manajerial lainnya menyebabkan tidak efektif dan efisiennya
pelaksanaan program, sehingga diperlukan waktu diskusi yang berkepanjangan;
(3) serta kurang maksimalnya kinerja pegawai yang dapat berujung pada tidak
tercapainya target kegiatan program WP 1.1 dengan maksimal.
3. Belum adanya penanganan limbah baterai skala perkantoran di
lingkungan PTL
BPPT sebagai lembaga pengkajian dan penerapan (jirap) yang akan
berusia 43 tahun pada Agustus mendatang ini telah melahirkan berbagai
inovasi berbasis teknologi. Inovasi berbasis teknologi, tentu tidak lepas dari
penggunaan ribuan baterai yang kemudian tidak dikelola dengan baik dan
berpotensi menimbulkan dampak bahaya bagi lingkungan dan kesehatan
manusia. Ditambah lagi dengan pemerintah yang saat ini mendorong
pengembangan baterai kendaraan listrik dengan diwujudkannya Peraturan

4
Presiden No. 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor
Listrik Berbasis Baterai. Pusat Teknologi Lingkungan yang berkecimpung pada
bidang lingkungan, seharusnya menjadi pelopor bagi unit – unit lain, lembaga
lain, dan menjadi contoh pada masyarakat untuk dapat mengelola limbah
baterai sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun kenyataannya, menurut
observasi penulis, pegawai PTL sendiri masih banyak menggunakan perangkat
elektronik yang membutuhkan baterai dan belum terkelola dengan baik.
Padahal, setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pemantauan kegiatan pemanfaatan limbah B3 (Permenlhk No. P18 / MENLHK
/ SETJEN / KUM.1 / 8 / 2020).
Berdasarkan hasil wawancara dengan senior, PTL telah memiliki kotak
penyimpanan baterai bekas sementara sejak tahun 2014 yang diperuntukkan
untuk membuang limbah e-waste yang ada di lingkungan PTL dan telah tidak
memiliki nilai jual, seperti baterai bekas yang kemudian akan dikirimkan ke
instansi pengolah limbah B3 (fasilitator B3). Namun, kotak penyimpanan
baterai bekas sementara tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal karena
tidak adanya pengelolaan untuk menjalankan program tersebut. Hal ini
menyebabkan tidak adanya perkembangan dan pemanfaatan dari kotak
penyimpanan baterai bekas sementara, sehingga kotak tersebut dibiarkan tidak
terkelola hingga saat ini. Padahal, menurut PP No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, batas maksimal
penyimpanan sementara limbah B3 adalah 180 hari pada tempat yang
terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung; serta memiliki penerangan
dan ventilasi. Namun, menurut observasi penulis, kenyataannya di PTL sendiri,
baterai bekas pakai yang ada di kotak penyimanan tersebut tidak dikemas
sebagaimana mestinya yang tertera dalam peraturan dan jumlah baterai tidak
bertambah ataupun berkurang, serta tidak dikirimkan ke fasilitator B3 sebagai
tahap lanjutan setelah disimpan sementara.

5
Gambar 2.3
Kotak Penyimpanan Baterai Bekas
Dalam pengelolaan limbah baterai bekas pakai hingga pengiriman baterai
bekas pakai ke fasilitas pengolahan limbah B3, terdapat tata cara dan aturan
tertentu dalam pelaksanaannya, maka penting untuk unit PTL sebagai pilot
project dalam pelaksanaan pengelolaan limbah baterai yang baik dan benar,
untuk itu diperlukan sosialisasi ataupun SOP yang sederhana dan mudah
dimengerti agar dapat diterapkan pada unit kerja lainnya yang dimulai dengan
penanaman pembiasaan di internal unit terlebih dahulu.
Jika dilihat berdasarkan materi manajemen ASN, maka pegawai PTL
belum dapat melaksanakan kebijakan terkait pengelolaan limbah B3 dengan
baik dan perlu dilakukan sosialisasi untuk dapat mengelola limbah B3 dengan
sebagaimana mestinya. Padahal, panduan dalam pengelolaan limbah baterai
penting agar setiap pegawai dapat bertanggung jawab atas setiap baterai yang
digunakan, sehingga terkelola dengan baik dan tidak berkontribusi dalam
pencemaran lingkungan yang terjadi. Jika dilihat berdasarkan materi whole of
government, maka belum terlaksananya pelayanan regulatif yang baik. Dengan
belum tersosialisasikan dengan baik terkait regulasi yang telah ada,
menandakan lemahnya pelayanan publik yang telah berjalan.
Jika perbaikan pengelolaan baterai bekas tidak segera diselesaikan, maka
akan menyebabkan persebaran aliran limbah B3 terkhusus baterai bekas tidak
terdata atau terkelola dengan baik oleh pihak pengelola atau pengolah B3,
sehingga menyulitkan pihak pengelola atau pengolah B3 untuk melacak

6
persebaran baterai bekas untuk diolah kembali. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya penumpukan baterai bekas yang tidak terkelola dengan baik yang
kemudian memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan
manusia.
4. Belum optimalnya diseminasi teknologi Pusat Teknologi Lingkungan
melalui media sosial
Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari diseminasi produk inovasi
teknologi BPPT menggunakan media sosial, namun hal ini tidak berbanding
lurus dengan kemampuan para pegawai BPPT dalam penggunaan media
sosial, terkhususnya pegawai yang masih belum fasih menggunakan media
sosial, atau bahkan tidak mempunyai media sosial sama sekali. Untuk
mengubah suatu kebiasaan yang sehari – harinya tidak menggunakan media
sosial, tentu akan sulit jika diharuskan mempelajari hal baru, yang mana
merupakan hal sulit bagi yang awam media sosial. Hal ini juga dapat
diakibatkan dari beberapa faktor, misalnya handphone atau perangkat
elektronik yang kurang memadai, rendahnya minat dan niat untuk
mempelajari hal baru, yaitu media sosial, serta sibuknya pegawai – pegawai
BPPT, sehingga kurang dapat mengalokasikan waktu untuk mempelajari hal
baru. Faktor lain yang terjadi adalah kurangnya dorongan untuk melakukan
diseminasi teknologi itu sendiri. Namun, tahun ini telah dilakukan salah satu
upaya dalam pengoptimalan diseminasi teknologi PTL, yaitu dengan
memasukkan diseminasi teknologi PTL melalui media sosial di dalam SKP
yang harus dicapai oleh pegawai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat
nyata dan dapat diukur.
Apabila pemaksimalan penggunaan media sosial untuk mempublikasikan
hasil inovasi dan teknologi BPPT tidak diselesaikan, maka dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan awal penggunaan media sosial
sebagai upaya dalam diseminasi produk inovasi teknologi BPPT ke
masyarakat publik. Jika produk inovasi teknologi BPPT dapat terpublikasi
dengan baik dan menyeluruh terhadap masyarakat, maka dapat dikaitkan
dengan prinsip – prinsip pelayanan publik, yaitu yang bersifat partisipatif,
transparan, responsif, dan akuntabel terhadap tugas dan fungsinya.

7
5. Belum optimalnya sistem informasi laboratorium Pusat Teknologi
Lingkungan sebagai salah satu media pelayanan publik
Laboratory Information Management System (LIMS) sebagai salah satu
bentuk pelayanan publik yang disediakan PTL BPPT yang belum terancang
dengan sempurna. Sistem informasi laboratorium PTL ini merupakan sistem
berbasis website yang menyediakan berbagai jenis pelayanan uji laboratorium
yang disediakan untuk publik serta konsultasi pelayanan sebagai upaya
menghemat waktu dan mengefisienkan penggunaan kertas saat registrasi.
Namun, pelayanan di PTL juga terpusat menjadi satu pintu melalui unit
khusus di BPPT, yaitu Pusat Pelayanan Teknologi (Pusyantek). Namun,
dalam website Pusyantek, jenis pelayanan uji laboratorium yang tercantum
belum spesifik dan detail, maka dibentuk LIMS yang digunakan sebagai
media untuk menunjukkan dan menjelaskan bentuk detail jenis pelayanan uji
laboratorium tersendiri dan dijelaskan secara rinci.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai yang bertugas
di laboratorium, belum optimalnya sistem informasi laboratorium Pusat
Teknologi Lingkungan ini diakibatkan karena terbatasnya pegawai yang
memiliki kompetensi dasar dalam hal merancang dan mendesain website.
Menurut penulis, diperlukan suatu rancangan sistem informasi dan pelayanan
untuk melengkapi sistem LIMS pada saat ini, namun tetap membutuhkan
programmer untuk dapat mengeksekusi rancangan sistem informasi ke dalam
program website tersebut. Kendala ini dapat dikaitkan dengan materi
Manajemen ASN dalam penyusunan kebutuhan anggota organisasi yang tidak
sesuai dengan kompetensi. Permasalahan ini juga dapat dikaitkan dengan
materi whole of government, di mana pelayanan publik seharusnya dapat
dilakukan satu pintu secara menyeluruh dan detail karena merupakan salah
satu bentuk pelimpahan wewenang dari PTL ke Pusyantek dalam hal
pelayanan publik, sehingga tidak perlu dibuatkan website yang sama. Hal ini
mengindikasikan belum maksimalnya bentuk integrasi antara PTL dan
Pusyantek. Jika permasalahan ini tidak segera diselesaikan, maka dapat
mengakibatkan jenis pelayanan publik yang disediakan PTL tidak
tersampaikan hingga ke masyarakat secara langsung, sehingga

8
mengakibatkan masyarakat untuk mendatangi langsung ke unit kerja tanpa
mengikuti sistematika alur pelayanan publik yang seharusnya.
II.2 Penetapan Core Isu
Berdasarkan isu yang telah diidentifikasi, kemudian dilakukan analisis
untuk menilai kualitas dan menentukan prioritas isu, sehingga isu terpilih itulah
yang akan dicarikan gagasan kreatif alternatif pemecahannya. Teknik analisis isu
yang digunakan adalah teknik tapisan isu dengan alat bantu penetapan kriteria
APKL (Aktual – Problematik – Kekhalayakan – Layak). Sebelum dapat dilakukan
teknik tapisan isu, maka terlebih dahulu perlu dibuat deskripsi masing – masing
kriteria dan indikator penilaian yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 – 2.3.
Tabel 2.2
Deskripsi Kriteria Aktual
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
Sedang terjadi dan masih hangat dibicarakan
5 Sangat aktual
dalam 1-3 bulan terakhir
Sedang terjadi dan masih hangat dibicarakan
4 Aktual
dalam 4-6 bulan terakhir
Sedang terjadi dan masih hangat dibicarakan
3 Cukup aktual
dalam 7-9 bulan terakhir
Sedang terjadi dan masih hangat dibicarakan
2 Kurang aktual
dalam setahun terakhir
Isu yang terjadi sudah tidak hangat
1 Tidak aktual
dibicarakan lagi
Tabel 2.3
Deskripsi Kriteria Problematik
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
5 Sangat problematik Harus dicarikan solusinya dalam 1 bulan
4 Problematik Harus dicarikan solusinya dalam 3 bulan
3 Cukup problematik Harus dicarikan solusinya dalam 6 bulan
2 Kurang problematik Harus dicarikan solusinya dalam setahun
1 Tidak problematik Tidak harus dicarikan solusi
Tabel 2.4
Deskripsi Kriteria Khalayak
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
Berdampak pada hajat hidup seluruh
5 Sangat khalayak
masyarakat Indonesia
Berdampak pada hajat hidup hidup instansi
4 Khalayak
BPPT
3 Cukup khalayak Berdampak pada hajat hidup unit kerja PTL
Berdampak pada hajat hidup sekelompok
2 Kurang khalayak
tertentu

9
1 Tidak khalayak Tidak berdampak pada siapapun
Tabel 2.5
Deskripsi Kriteria Layak
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
Isu masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
5 Sangat layak
dibahas sesuai tugas dan tanggung jawab
Isu masuk akal, realistis, relevan, namun
4 Layak tidak dibahas sesuai tugas dan tanggung
jawab
Isu masuk akal, realistis, namun tidak
3 Cukup layak relevan, dan tidak dibahas sesuai tugas dan
tanggung jawab
Isu masuk akal, namun tidak realistis, tidak
2 Kurang layak relevan, dan tidak dibahas sesuai tugas dan
tanggung jawab
Isu tidak masuk akal, tidak realistis, tidak
1 Tidak layak relevan, dan tidak dibahas sesuai tugas dan
tanggung jawab
Berdasarkan deskripsi masing – masing kriteria dan indikator penilaian yang
dapat dilihat pada Tabel 2.1 hingga 2.4, dapat dilakukan analisis isu APKL yang
dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut.
Tabel 2.6
Kriteria APKL
Kriteria
No Identifikasi Isu Jumlah Prioritas
A P K L
Belum adanya kajian regulasi penanganan limbah
1 5 5 4 5 19 II
baterai
Belum adanya rancangan desain konseptual limbah
2 5 4 4 5 18 III
proses daur ulang baterai
Belum adanya penanganan limbah baterai skala
3 5 5 5 5 20 I
perkantoran di lingkungan PTL
Belum optimalnya diseminasi teknologi PTL melalui
4 5 4 3 5 17 IV
media sosial
Belum optimalnya sistem informasi laboratorium PTL
5 5 3 3 5 16 V
sebagai salah satu media pelayanan publik
Sesuai dengan Tabel 2.5, isu yang memiliki prioritas pertama adalah isu
Belum adanya penanganan limbah baterai skala perkantoran di lingkungan
PTL. Isu ini juga merupakan salah satu arahan dari pimpinan dan mentor. Isu ini
dianggap sangat aktual karena isu limbah baterai masih sangat hangat
dibicarakan di PTL, hal ini dibuktikan dengan terdapatnya 2 program mengenai
limbah elektronik dan limbah baterai di STKK Ekonomi Hijau 2021. Kemudian,
isu ini dianggap sangat problematik karena walaupun PTL telah memiliki target

10
tertentu dalam pengelolaan limbah elektronik dan baterai di lingkup STKK,
namun implementasi pengelolaan limbah baterai di internal kantor sendiri belum
terlaksana dengan baik, sehingga tidak menjadi contoh yang baik bagi unit lain di
BPPT dalam pengelolaan limbah elektronik. Isu ini juga dianggap menyangkut
hajat hidup seluruh masyarakat Indonesia karena pengelolaan limbah
elektronik ini membutuhkan peran serta dari seluruh sektor masyarakat, baik dari
pemerintah, pelaku pengelola limbah elektronik sektor informal, hingga
masyarakat umum. Maka, perlu dilakukan pembiasaan dari internal pegawai
pemerintah itu sendiri. Isu ini dapat dikatakan masuk akal, realistis, relevan, dan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab penulis, maka isu ini dianggap sangat
layak untuk dicarikan gagasan alternatif pemecahan masalahnya.
Jika isu ini tidak segera diselesaikan, maka akan menyebabkan beberapa
dampak, yaitu: (1) penumpukan limbah B3 berupa e-waste, terkhususnya baterai
bekas pakai; (2) aliran pembuangan baterai bekas tidak terinventarisasi dengan
baik, sehingga menyulitkan sektor pemerintah, sektor formal, dan sektor informal
pelaku pengelolaan limbah baterai dalam mendata aliran pembuangan limbah
baterai bekas; (3) pengelolaan limbah baterai yang tidak baik menyebabkan
dampak bahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia di jangka panjang; (4)
PTL sebagai lembaga yang berkecimpung di bidang teknologi lingkungan tidak
bisa menjadi contoh bagi unit lain hingga lembaga lain dalam pengelolaan limbah
baterai.
II.3 Penentuan Penyebab Core Isu
Sesuai dengan analisis kualitas isu melalui APKL, isu yang memiliki
prioritas tertinggi adalah isu kurangnya kesadaran akan bahaya limbah baterai
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia karena mendapatkan poin nilai
tertinggi dari kriteria APKL. Kemudian, untuk menentukan penyebab dari isu
yang telah diangkat tersebut, dilakukan analisis sebab – akibat dari isu yang telah
dipilih dan diprioritaskan, ditentukan menggunakan diagram Fishbone, yaitu :

11
Gambar 2.4
Diagram Sebab – Akibat
Dari hasil analisis diagram sebab – akibat, didapatkan tiga faktor utama
yang menyebabkan terjadinya isu tersebut, yaitu:
1. Belum tersedianya informasi panduan mengenai pengelolaan limbah
baterai di PTL
Tidak adanya informasi panduan mengenai pengelolaan limbah baterai
bekas aktivitas perkantoran menjadi salah satu penyebab utama pegawai untuk
belum memulai mengelola limbah baterai dengan baik. Adanya informasi
panduan yang mudah dimengerti dalam tata cara pengelolaan limbah baterai
bekas aktivitas perkantoran akan menjadi penggerak pegawai dalam memulai
membiasakan diri dalam mengelola baterai bekas dengan baik.
2. Belum adanya sosialisasi terkait pengelolaan limbah baterai di PTL
Kurangnya kesadaran pegawai terkait bahaya limbah baterai terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia disebabkan oleh lemahnya sosialisasi yang
bertujuan untuk menghimbau pegawai untuk mulai ikut serta dalam
pencegahan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan
limbah baterai secara sembarangan dengan dimulai dari internal pegawai PTL.
3. Belum tersedianya literatur pengelolaan limbah baterai di PTL
Selain kurangnya sosialisasi terkait pengelolaan limbah B3, literatur yang
tersedia di lingkungan kantor juga belum terfasilitasi dengan baik, seperti
poster ataupun infografis interaktif yang menjelaskan terkait bahaya limbah

12
B3 terkhususnya limbah baterai, maupun buku, atau prototipe yang
menjelaskan tentang pengelolaan limbah B3.
II.4 Gagasan Kreatif Penyelesaian Core Isu
Berdasarkan penyebab – penyebab terjadinya isu yang telah diidentifikasi di
subbab 2.3, maka penulis membuat tiga gagasan pemecahan isu untuk setiap
penyebab terjadinya isu tersebut, di antaranya:
1. Membuat panduan dan infografis terkait tata cara pengelolaan
limbah baterai sesuai dengan peraturan yang berlaku
Gagasan ini merupakan pemecahan isu untuk penyebab yang pertama,
yaitu belum tersedianya informasi panduan mengenai pengelolaan limbah
baterai di PTL. Gagasan ini jika dikaitkan dengan manajemen ASN, maka
dapat mempermudah pegawai dalam memahami dan mengimplementasikan
tata cara pembuangan baterai bekas yang benar sesuai dengan peraturan yang
berlaku, sehingga dapat bertanggung jawab atas setiap baterai yang digunakan
dalam sehari – hari. Kemudian, jika dikaitkan dengan materi whole of
government, maka pembiasaan di internal pegawai pemerintah merupakan
salah satu langkah untuk dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
mengelola limbah B3 dalam upaya pemeliharaan lingkungan yang lebih baik
di internal pegawai itu sendiri, sehingga, harapannya setelah terbiasa dalam
mengelola baterai bekas dengan baik, dapat mengajak masyarakat umum
untuk ikut serta melakukan pembiasaan membuang baterai dengan baik dan
benar dan mematuhi peraturan kebijakan yang berlaku.
2. Membuat webinar terkait sosialisasi pengelolaan limbah baterai
dengan mengundang pembicara
Gagasan ini merupakan pemecahan isu untuk penyebab yang kedua, yaitu
belum adanya sosialisasi terkait pengelolaan limbah baterai di PTL. Jika
dikaitkan dengan manajemen ASN, maka dengan diadakannya webinar
mengenai pengelolaan limbah baterai dapat meningkatkan wawasan dan
kesadaran pegawai mengenai tata cara membuang baterai dengan baik dan
benar dan sesuai dengan peraturan kebijakan yang berlaku. Kemudian, jika
dikaitkan dengan whole of government, makan gagasan ini dapat terlaksana
dengan berkoordinasi dengan unit ataupun instansi lain yang memiliki

13
kompetensi di bidang tersebut, sehingga dapat bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang sama.
3. Memfasilitasi literatur seperti buku/prototipe terkait pengelolaan
limbah B3, terkhususnya terkait bahaya limbah baterai serta
pengelolaan limbahnya
Gagasan ini merupakan pemecahan isu untuk penyebab yang ketiga, yaitu
belum tersedianya literatur pengelolaan limbah baterai di PTL. Gagasan ini
jika dikaitkan dengan manajemen ASN, maka dapat meningkatkan wawasan
pegawai, sehingga dapat lebih bertanggung jawab akan baterai yang
digunakan dan menjaga reputasi dan integritas ASN dalam mematuhi
peraturan kebijakan yang berlaku dengan membuang baterai sebagaimana
mestinya. Hal ini juga berkaitan dengan pelayanan publik terhadap pegawai
PTL dalam rangka meningkatkan wawasan pegawai.
Kemudian, untuk menentukan prioritas pemecahan masalah tersebut, dilakukan
analisis tapisan menggunakan metode Tapisan Mc. Namara. Analisis ini
menggunakan tiga kriteria dalam penentuan prioritas pemecahan isu, yaitu dilihat
berdasarkan kriteria kontribusi, biaya, dan kelayakan. Adapun deskripsi dari tiap
– tiap kriteria nilai dapat dilihat pada Tabel 2.6 hingga Tabel 2.8.
Tabel 2.7
Deskripsi Kriteria Kontribusi
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
Gagasan isu dapat menjadi solusi dari
4 Sangat kontributif
keseluruhan penyebab isu
Gagasan isu dapat menjadi solusi terhadap 2
3 Kontributif
dari 3 penyebab isu
Gagasan isu dapat menjadi solusi terhadap 1
2 Cukup kontributif
dari 3 penyebab isu
Gagasan isu tidak memberikan dampak
1 Tidak kontributif
positif terhadap permasalahan isu
Tabel 2.8
Deskripsi Kriteria Biaya
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
5 Tanpa biaya Gagasan isu tidak menggunakan biaya
Gagasan isu menggunakan biaya
4 Murah
maksimal Rp100.000,-
Gagasan isu menggunakan biaya dalam
3 Cukup mahal
rentang Rp101.000,- s.d. Rp1.000.000,-
2 Sangat mahal Gagasan isu menggunakan biaya dalam

14
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
rentang Rp1.001.000,- s.d. Rp5.000.000,-
Gagasan isu menggunakan biaya lebih
1 Tidak terjangkau
dari Rp5.001.000,-
Tabel 2.9
Deskripsi Kriteria Layak
Nilai Indikator Deskripsi Indikator
Gagasan isu mengandung unsur kebaharuan,
5 Sangat layak bermanfaat, berlanjut, serta mudah untuk
diaplikasikan secara maksimal
Gagasan isu mengandung unsur kebaharuan,
4 Layak bermanfaat, berlanjut, namun sulit untuk
diaplikasikan secara maksimal
Gagasan isu mengandung unsur kebaharuan,
3 Cukup layak bermanfaat, namun tidak dapat berlanjut dan
sulit untuk diaplikasikan secara maksimal
Gagasan isu mengandung unsur kebaharuan,
namun tidak bermanfaat, tidak dapat
2 Kurang layak
berlanjut, dan sulit untuk diaplikasikan
secara maksimal
Gagasan isu tidak mengandung unsur
kebaharuan, tidak bermanfaat, tidak dapat
1 Tidak layak
berlanjut, dan sulit untuk diaplikasikan
secara maksimal
Berdasarkan deskripsi masing – masing kriteria dan indikator penilaian yang
dapat dilihat pada Tabel 2.6 hingga 2.8, dapat dilakukan analisis Tapisan Mc.
Namara yang dapat dilihat pada Tabel 2.9 sebagai berikut.
Tabel 2.10
Tapisan Mc. Namara
Kriteria Jumlah Prioritas
No Gagasan Isu
K B L
Membuat panduan dan infografis terkait tata cara
1 pengelolaan limbah baterai sesuai dengan peraturan 5 5 5 15 I
yang berlaku
Membuat webinar terkait sosialisasi pengelolaan limbah
2 4 3 4 11 II
baterai dengan mengundang pembicara
Memfasilitasi literatur seperti buku/prototipe terkait
3 pengelolaan limbah B3, terkhususnya terkait bahaya 3 3 3 6 III
limbah baterai serta pengelolaan limbahnya
Sesuai dengan Tabel 2.9, gagasan isu yang menjadi prioritas pertama adalah
gagasan isu terkait membuat panduan dan infografis terkait bahaya limbah
baterai serta tata cara pengelolaan limbah baterai sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Gagasan ini dianggap sangat kontributif karena gagasan ini dapat

15
menjadi solusi terhadap keseluruhan penyebab terjadinya isu, yaitu meningkatkan
pengetahuan pegawai, menjadikan pembiasaan diri secara internal untuk
pengelolaan limbah baterai yang baik, pegawai menjadi lebih sadar akan bahaya
limbah baterai melalui sosialisasi pengelolaan limbah baterai, serta menyediakan
literatur yang terkait bahaya limbah baterai serta tata cara pengelolaannya.
Kemudian, gagasan ini tidak memerlukan biaya dalam pelaksanaannya karena
tidak memerlukan koordinasi dengan pihak lain serta tidak perlu membeli alat
atau bahan tertentu. Isu ini juga dianggap sangat layak karena gagasan isu ini
merupakan suatu inovasi di Pusat Teknologi Lingkungan BPPT yang penting
untuk diaktualisasi sebagai unit kerja yang memiliki fungsi dalam pelaksanaan
pengkajian dan penerapan teknologi di bidang pengendalian pencemaran
lingkungan.
Berdasarkan keputusan tersebut, maka penulis memilih untuk mengambil
gagasan isu dengan judul “Perencanaan Panduan dan Infografis terkait Tata Cara
Pengelolaan Limbah Baterai Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku“. Untuk
mewujudkan gagasan tersebut, maka diperlukan beberapa rangkaian kegiatan
dalam pelaksanaan aktualisasi di tempat kerja, yaitu:
1. Mengidentifikasi kondisi eksisting pengelolaan limbah baterai di
lingkungan PTL
2. Mengumpulkan dan mempelajari referensi kebijakan tata cara pengelolaan
limbah baterai
3. Merumuskan panduan pengelolaan limbah baterai
4. Membuat infografis panduan pengelolaan limbah baterai
5. Mensosialisasikan panduan pengelolaan limbah baterai di lingkungan PTL

16
II.5 Matriks Rancangan Aktualisasi
Nama : Hanifah Nisrina
NIP : 199805042020122008
Unit Kerja : Perekayasa Ahli Pertama, Pusat Teknologi
Lingkungan, BPPT
Identifikasi Isu :
1. Belum adanya kajian regulasi terkait penanganan limbah baterai
2. Belum adanya rancangan desain konseptual limbah proses daur
ulang baterai
3. Belum adanya penanganan limbah baterai skala perkantoran di
lingkungan PTL
4. Belum optimalnya diseminasi teknologi Pusat Teknologi
Lingkungan melalui media sosial
5. Belum optimalnya sistem informasi laboratorium Pusat Teknologi
Lingkungan sebagai salah satu media pelayanan publik
Isu yang Diangkat : Belum adanya penanganan limbah baterai
skala perkantoran di lingkungan PTL
Gagasan Pemecahan Isu : Membuat panduan dan infografis
pengelolaan limbah baterai sesuai dengan
peraturan yang berlaku
Kegiatan :
1. Mengidentifikasi kondisi eksisting pengelolaan limbah baterai di
lingkungan PTL
2. Mengumpulkan dan mempelajari referensi kebijakan tata cara
pengelolaan limbah baterai
3. Merumuskan panduan pengelolaan limbah baterai
4. Membuat infografis panduan pengelolaan limbah baterai
5. Mensosialisasikan panduan pengelolaan limbah baterai di
lingkungan PTL
Penjelasan lebih rinci terhadap uraian kegiatan rancangan aktualisasi akan
ditunjukkan dalam Tabel 2.10 berikut.

17
Tabel 2.11
Rincian Kegiatan Rancangan Aktualisasi
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Mengidentifikasi 1.1 1.1.1 Etika Publik, Berkontribusi pada visi Berkontribusi pada
kondisi eksisting Mengagendakan Jadwal Nasionalisme, BPPT, yaitu menjadi nilai Integrity,
pengelolaan limbah pertemuan dengan pertemuan Akuntabilitas lembaga terdepan dalam Professional,
baterai di lingkungan pegawai senior PTL dengan pegawai pengkajian dan penerapan Teamwork,
PTL senior PTL teknologi yang andal, Accountability.
profesional, inovatif, dan
berintegritas untuk
mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat,
mandiri, dan
berkepribadian
berlandaskan gotong –
royong.
Deskripsi:
1.1.1.1 Bersikap sopan dan santun saat menghubungi yang bersangkutan (Etika Publik) dengan menjelaskan terlebih
dahulu maksud dan tujuan dalam dilakukannya pertemuan tersebut (Akuntabilitas) untuk melakukan diskusi terkait
kondisi eksisting pengelolaan limbah baterai di lingkungan PTL (Nasionalisme).

17
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
1.2 1.2.1 Anti korupsi, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
Mendiskusikan Informasi terkait Etika publik, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
pengelolaan limbah kondisi eksisting Akuntabilitas, pelaksanaan pengkajian Professional,
baterai di lingkungan pengelolaan Nasionalisme, dan penerapan di bidang Teamwork,
PTL limbah baterai di Komitmen teknologi pengendalian Accountability.
lingkungan PTL mutu pencemaran lingkungan.

Deskripsi:
1.2.1.1 Hadir dalam pertemuan tepat waktu (Anti korupsi), baik melalui pertemuan secara langsung ataupun video
conference (Komitmen mutu), dengan berpakaian rapi (Etika publik) dan diawali dengan menjelaskan secara
langsung maksud dan tujuan dilakukan pertemuan ini dengan sejelas-jelasnya (Akuntabilitas). Diskusi dilakukan
dengan saling menghargai satu sama lain (Nasionalisme).
1.3 1.3.1 Akuntabilitas, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
Mengkaji hasil data dan Resume kondisi Nasionalisme, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
informasi yang eksisting Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
diperoleh pengelolaan mutu dan penerapan di bidang Accountability.
limbah baterai di teknologi pengendalian
lingkungan PTL pencemaran lingkungan.
Deskripsi:
1.3.1 Merangkum seluruh data dan informasi yang didapatkan berdasarkan fakta dan bertanggungjawab
(Akuntabilitas) dengan tidak membeda-bedakan informasi yang didapatkan, baik secara langsung dari narasumber
maupun dari media lainnya (Nasionalisme) serta mencari informasi sedetail mungkin untuk hasil yang maksimal
(Komitmen mutu).

2 Mengumpulkan dan 2.1 2.1.1 Anti korupsi, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
mempelajari referensi Mengumpulkan Resume hasil Komitmen PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,

18
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
kebijakan tata cara referensi kebijakan tata studi literatur mutu, pelaksanaan pengkajian Professional,
pengelolaan limbah cara pengelolaan limbah Akuntabilitas dan penerapan di bidang Accountability.
baterai baterai serta studi teknologi pengendalian
literatur terkait bahaya pencemaran lingkungan.
limbah baterai
Deskripsi:
2.1.1.1 Mengumpulkan referensi kebijakan tata cara pengelolaan limbah baterai dengan bersungguh - sungguh dan
mencari informasi sebanyak-banyaknya (Anti Korupsi) dengan memastikan kembali seluruh referensi sudah sesuai
dengan apa yang dibutuhkan (Komitmen Mutu) dan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Akuntabilitas).

2.2 2.2.1 Nasionalisme, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada


Mengkonsultasikan dan Laporan resume Etika publik, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
memperbaiki resume yang telah Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
dengan mentor diperbaiki dan mutu dan penerapan di bidang Teamwork,
disetujui mentor teknologi pengendalian Accountability.
pencemaran lingkungan.
Deskripsi:
2.2.1.1 Menyampaikan laporan dengan bahasa yang baik dan santun (Etika Publik) dan mengutamakan musyawarah
mufakat untuk mencapai kesepakatan (Nasionalisme)
2.2.1.2 Menerima dengan senang hati segala bentuk masukan dan saran yang disampaikan mentor (Nasionalisme)
untuk menghasilkan bentuk laporan yang berkualitas (Komitmen Mutu)

3 Merumuskan panduan 3.1 3.1.1 Akuntabilitas, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
pengelolaan limbah Menyusun panduan Draft panduan Nasionalisme, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
baterai pengelolaan limbah pengelolaan Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
baterai berdasarkan hasil limbah baterai mutu, Etika dan penerapan di bidang Accountability.

19
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
studi literatur berdasarkan hasil publik teknologi pengendalian
studi literatur pencemaran lingkungan
Deskripsi:
3.1.1.1 Menyusun panduan pengelolaan limbah baterai dengan sejelas-jelasnya dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku (Akuntabilitas) dengan tidak membeda-bedakan terhadap pegawai dengan tatanan bahasa yang baik
(Nasionalisme) berlaku sopan, santun, dan menghormati setiap pegawai (Etika Publik) serta dipikirkan secara
matang panduannya agar seluruh informasi yang dibutuhkan tersampaikan di panduan tersebut untuk hasil yang
terbaik (Komitmen Mutu).
3.2 3.2.1 Nasionalisme, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
Mengkonsultasikan dan Panduan Etika publik, PTL nomor 1 , yaitu nilai Integrity,
memperbaiki panduan pengelolaan Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
pengelolaan limbah limbah baterai mutu dan penerapan di bidang Teamwork,
baterai dengan mentor yang telah teknologi pengendalian Accountability.
diperbaiki dan pencemaran lingkungan
disetujui
Deskripsi:
3.2.1.1 Menyampaikan panduan dengan bahasa yang baik dan santun (Etika Publik) dan mengutamakan
musyawarah mufakat untuk mencapai kesepakatan (Nasionalisme)
3.2.1.2 Menerima dengan senang hati segala bentuk masukan dan saran yang disampaikan mentor (Nasionalisme)
untuk menghasilkan bentuk panduan yang berkualitas (Komitmen Mutu)

4 Membuat infografis 4.1 4.1.1 Akuntabilitas, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
panduan pengelolaan Membuat infografis Infografis Nasionalisme, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
limbah baterai panduan pengelolaan panduan Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
limbah baterai pengelolaan mutu, Etika dan penerapan di bidang Accountability.
limbah baterai publik teknologi pengendalian

20
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
pencemaran lingkungan
Deskripsi:
4.1.1.1 Menyusun infografis dengan sejelas-jelasnya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Akuntabilitas)
dengan menggunakan tatanan bahasa yang baik (Nasionalisme) berlaku sopan, santun, dan menghormati setiap
pegawai (Etika Publik) serta dipikirkan secara matang panduannya agar seluruh informasi yang dibutuhkan
tersampaikan di infografis tersebut untuk hasil yang terbaik (Komitmen Mutu).
4.2 4.2.1 Nasionalisme, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
Mengkonsultasikan dan Infografis terkait Etika publik, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
memperbaiki infografis bahaya limbah Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
dengan mentor baterai yang telah mutu dan penerapan di bidang Teamwork,
diperbaiki dan teknologi pengendalian Accountability.
disetujui pencemaran lingkungan
Deskripsi:
4.2.1.1 Menyampaikan infografis dengan bahasa yang baik dan santun (Etika Publik) dan mengutamakan
musyawarah mufakat untuk mencapai kesepakatan (Nasionalisme)
4.2.1.2 Menerima dengan senang hati segala bentuk masukan dan saran yang disampaikan mentor (Nasionalisme)
untuk menghasilkan bentuk infografis yang berkualitas (Komitmen Mutu)

5 Mensosialisasikan 5.1 5.1.1 Etika Publik, Berkontribusi pada visi Berkontribusi pada
panduan pengelolaan Menentukan jadwal Jadwal Nasionalisme, BPPT, yaitu menjadi nilai Integrity,
limbah baterai di pemaparan pemaparan Akuntabilitas lembaga terdepan dalam Professional,
lingkungan PTL pengkajian dan penerapan Teamwork,
teknologi yang andal, Accountability.
profesional, inovatif, dan
berintegritas untuk

21
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat,
mandiri, dan
berkepribadian
berlandaskan gotong –
royong.
Deskripsi:
5.1.1.1 Bersikap sopan dan santun saat menghubungi yang bersangkutan (Etika Publik) dengan menjelaskan terlebih
dahulu maksud dan tujuan dalam dilakukannya pertemuan tersebut (Akuntabilis - Kejelasan) untuk menyampaikan
panduan pengelolaan limbah baterai (Nasionalisme).

5.2 5.2.1 Anti korupsi, Berkontribusi pada visi Berkontribusi pada


Memaparkan panduan Tersampaikannya Etika publik, BPPT, yaitu menjadi nilai Integrity,
pengelolaan limbah informasi terkait Akuntabilitas, lembaga terdepan dalam Professional,
baterai pada warga PTL panduan Nasionalisme, pengkajian dan penerapan Teamwork,
pengelolaan Komitmen teknologi yang andal, Accountability.
limbah baterai mutu profesional, inovatif, dan
berintegritas untuk
mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat,
mandiri, dan
berkepribadian
berlandaskan gotong –
royong.

22
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
5.2.1.1 Hadir dalam pertemuan tepat waktu (Anti korupsi - Disiplin), baik melalui pertemuan secara langsung
ataupun video conference (Komitmen mutu - adaptasi), dengan berpakaian rapi (Etika Publik) dan diawali denga
menjelaskan secara langsung maksud dan tujuan dilakukan pertemuan ini dengan sejelas-jelasnya (Akuntabilitas).
Diskusi dilakukan dengan saling menghargai satu sama lain (Nasionalisme).
6 Menyusun laporan 6.1 6.1.1 Komitmen Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
aktualisasi final Menggabungkan seluruh Laporan mutu, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
laporan dari tiap-tiap aktualisasi final Akuntabilitas, pelaksanaan pengkajian Professional,,
kegiatan dan disusun Anti korupsi dan penerapan di bidang Accountability.
dalam laporan teknologi pengendalian
aktualisasi pencemaran lingkungan.
Deskripsi:
6.1.1.1 Mengintegrasikan seluruh data yang telah didapatkan selama aktualisasi dengan sebaik-baiknya (Komitmen
Mutu) dengan data dan informasi yang jujur dan apa adanya (Anti Korupsi) serta disesuaikan dan dilakukan
pemeriksaan kembali dengan sistem formatting ataupun substansi yang ditugaskan coach dan mentor
(Akuntabilitas)
6.2 6.2.1 Nasionalisme, Berkontribusi pada fungsi Berkontribusi pada
Mengkonsultasikan dan Laporan Etika publik, PTL nomor 1, yaitu nilai Integrity,
memperbaiki laporan aktualisasi final Komitmen pelaksanaan pengkajian Professional,
aktualisasi dengan yang telah mutu dan penerapan di bidang Teamwork,
mentor diperbaiki dan teknologi pengendalian Accountability.
disetujui mentor pencemaran lingkungan.

23
Keterkaitan
Output Substansi Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
Kegiatan Mata Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
Deskripsi:
6.2.1.1 Menyampaikan laporan aktualisasi dengan bahasa yang baik dan santun (Etika Publik) dan mengutamakan
musyawarah mufakat untuk mencapai kesepakatan (Nasionalisme)
6.2.1.2 Menerima dengan senang hati segala bentuk masukan dan saran yang disampaikan mentor (Nasionalisme)
untuk menghasilkan laporan aktualisasi yang berkualitas (Komitmen Mutu)

24
II.6 Matriks Rekapitulasi Rencana Habituasi NND PNS (ANEKA)
Berdasarkan matriks rancangan aktualisasi, didapatkan rekapitulasi jumlah total
rencana habituasi nilai – nilai dasar PNS yang terdiri dari Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang dapat dilihat
pada Tabel 2.11 berikut.
Tabel 2.12
Rekapitulasi Rencana Habituasi ANEKA

Kegiatan Jumlah
No Mata Pelatihan Aktualisasi per
MP
Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke-
1 2 3 4 5 6
1 Akuntabilitas 3 1 1 1 2 1 9
2 Nasionalisme 3 1 2 2 2 1 11
3 Etika Publik 2 1 2 2 2 1 10

4 Komitmen Mutu 2 2 2 2 1 2 11

5 Anti Korupsi 1 1 0 0 1 1 4

Jumlah Aktualisasi per


11 6 7 7 8 6  
Kegiatan

25
BAB III
RENCANA JADWAL KEGIATAN AKTUALISASI
III.1 Jadwal
Kegiatan aktualisasi dilaksanakan di Pusat Teknologi Lingkungan, Badan
Pengkajian dan Penelitian Teknologi, Gd. Geostech, Kawasan Puspiptek,
Serpong, Kota Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan dilakukan dari tanggal 29
Juni 2021 sampai dengan 13 Agustus 2021. Dalam pelaksanaan aktualisasi,
terdapat 6 tahap kegiatan. Rangkaian kegiatan ditunjukkan pada Tabel 3.12
sebagai berikut.
Tabel 3.13
Jadwal Kegiatan Aktualisasi
Juni Agustus
Juli 2021
2021 2021
No Kegiatan Minggu Minggu Minggu
II
V I II IV I II
I
Mengidentifikasi kondisi eksisting pengelolaan
1              
limbah baterai di lingkungan PTL
Mengumpulkan dan mempelajari referensi
2              
kebijakan tata cara pengelolaan limbah baterai
Merumuskan panduan pengelolaan limbah
3              
baterai
Membuat infografis panduan pengelolaan
4              
limbah baterai
Mensosialisasikan panduan pengelolaan limbah
5
baterai di lingkungan PTL              
6 Menyusun laporan aktualisasi final              

1
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 1994. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Anonim, 2021. Poltekpel Sumbar. [Online]
Available at: https://poltekpelsumbar.ac.id/apa-itu-pekerjaan-profesi-dan-
profesional
[Diakses 16 06 2021].
Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompeteni ASN LAN
RI, 2021. Modul Diklat Prajabatan: Akuntabilitas PNS. Jakarta: Pusat
Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompeteni ASN LAN
RI.
Rachmawati, Y. & Kurniati, E., 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

iv

Anda mungkin juga menyukai