Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN ANTARA

4.1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN

SAMPAH

4.1.1. Visi dan Misi

Lingkungan permukiman yang sehat tentunya sangat diperlukan bagi

penduduk baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun perdesaan. Dilihat dari

aspek persampahan maka kata sehat, berarti merupakan kondisi yang akan dapat

dicapai bila sampah dapat dikelola dengan baik sehingga bersih dari lingkungan

permukiman dimana manusia beraktivitas di dalamnya.

Secara umum, kondisi dimana pelayanan persampahan telah berjalan

dengan baik di daerah perkotaan atau perdesaan ditunjukkan sebagai berikut :

a. Seluruh masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan maupun di

perdesaan memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan

dari aktivitas sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan,

perkantoran, maupun tempat-tempat umum lainnya.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-1
LAPORAN ANTARA

b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena

sampah yang dihasilkan dapat ditangani secara benar.

c. Masyarakat terjaga kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang

berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diarhea, thypus,

disentri, dan lain-lain; serta gangguan lingkungan baik berupa

pencemaran udara, air, atau tanah.

d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk

berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh

manfaat bagi kesejahteraannya.

Adapun kondisi tersebut di atas akan tercapai, bila visi pengembangan

sistem pengelolaan persampahan : Permukiman sehat yang bersih dari sampah

dapat dicapai. Visi di atas merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai dimasa

depan secara mandiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sinergis

antar pemangku kepentingan yang terkait secara langsung maupun tidak dalam

pengelolaan persampahan.

Untuk dapat mewujudkan visi pengembangan sistem pengelolaan

persampahan maka dirumuskan beberapa misi yaitu sebagai berikut :

1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan persampahan

yang berkelanjutan.

Kecenderungan semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan

oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan beban

pelayanan persampahan di setiap daerah manjadi semakin berat dari

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-2
LAPORAN ANTARA

waktu ke waktu. Di pihak lain kemampuan pendanaan daerah tidak

menunjukkan peningkatan yang signifikan khususnya untuk bidang

persampahan. Agar pengelolaan persampahan dapat dilaksanakan

secara berkesinambungan maka sangat diperlukan adanya upaya

untuk mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan oleh

masyarakat.

2. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan

persampahan.

Pelayanan sistem pengelolaan persampahan haruslah mampu

menjangkau setiap anggota masyarakat yang ada di suatu daerah,

baik masyarakat golongan mampu maupun mereka yang kurang

mampu, baik mereka yang ada di perkotaan maupun di perdesaan.

Jumlah anggota masyarakat yang terjangkau oleh pelayanan juga

harus meningkat dari waktu ke waktu untuk dapat mencapai

sasaran pelayanan yang diharapkan. Disamping itu pelayanan juga

harus disediakan/diberikan dengan kualitas yang baik sehingga

mampu menjamin tidak ditimbulkannya berbagai masalah

gangguan, pencemaran, atau bahkan perusakan lingkungan; baik

pada tahap pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,maupun

pembuangan akhir.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-3
LAPORAN ANTARA

3. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia

usaha/swasta.

Masyarakat merupakan penghasil sampah; karenanya masyarakat

merupakan aktor utama dalam pengelolaan sampah; yang perlu

diberdayakan agar mampu melakukan berbagai upaya penanganan

yang bermanfaat bagi pengelolaan secara umum. Dalam kondisi

keterbatasan kapasitas pelayanan Pemerintah, maka dunia

usaha/swasta juga dapat dijadikan sebagai mitra untuk mewujudkan

pelayanan pengelolaan sampah yang baik.

4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam

sistem pengelolaan persampahan sesuai dengan prinsip good and

cooperate governance, yang berupa :

Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dalam pengelolaan

persampahan

Penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang transparan,

partisipatif, serta akuntabel dalam pengelolaannya

Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan persampahan

Pengelolaan persampahan secara efektif, efisien, dan profesional

Penguatan kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan

kewenangan kelembagaan pengelola persampahan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-4
LAPORAN ANTARA

5. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem

pengelolaan persampahan

Peningkatan prioritas dan alokasi pendanaan bagi penyelenggaraan

pelayanan persampahan.

Pengembangan potensi pendanaan untuk pengelolaan

persampahan baik melalui anggaran kota/kabupaten, anggaran

provinsi, anggaran pusat, dana luar negeri, termasuk kerjasama

dengan dunia usaha/swasta

Pengembangan dan perkuatan bagi kota-kota yang belum mampu

menyediakan pelayanan minimal

6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk

meningkatkan sistem pengelolaaan persampahan.

Penegakan hukum dan pemberlakuan sanksi bagi pelanggaran

penyelenggaraan pengelolaan persampahan sebagai upaya

pembinaan bagi masyarakat, aparat, dan stakeholder terkait

Melengkapi/meningkatkan produk hukum yang diperlukan bagi

landasan penyelenggaraan pengelolaan persampahan baik di

tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kota / Kabupaten.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-5
LAPORAN ANTARA

4.1.2. Kebijakan Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah

4.1.2.1. Pengembangan Teknis-Teknologi

Kebijakan (1) : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari

sumbernya

Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan

sampah paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,

dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan

dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di

daur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA

juga dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas

bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain.

Potensi pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah

yang dihasilkan.

Kebijakan (2) : Peningkatan peran masyarakat dan swasta sebagai mitra

pengelolaan

Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan

meningkatkan pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan

perubahan pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek

tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran

aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang

memadai.

Disamping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-6
LAPORAN ANTARA

besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa

pengalaman buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga

tidak berkembang perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan

lagi dimanfaatkan bagi kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk

bersama mewujudkan pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya

sangat diperlukan

Kebijakan (3) : Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan

Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai

TPS yang tidak terangkut dan masyarakat yang membuang sampah ke lahan

kosong / sungai. Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan

pengumpulan sampah secara memadai. Sementara itu berbagai komitmen

internasional sudah disepakati untuk mendorong peningkatan pelayanan yang

lebih tinggi kepada masyarakat. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada

tahun 2016 yang mengarah pada pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan

bersama.

4.1.2.2. Pengembangan Pengaturan

Kebijakan : Pengembangan Peraturan dan Perundangan

Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir semua pemangku

kepentingan persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis untuk

menyelesaikannya. Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada

beberapa contoh seperti pengelola kebersihan (Pemerintah Daerah) belum

mengangkut sampah dari TPS sesuai ketentuan; atau mengoperasikan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-7
LAPORAN ANTARA

pembuangan sampah secara open dumping. Masyarakat juga memiliki andil

kelemahan misalnya dalam hal tidak membayar retribusi sesuai ketentuan, atau

membuang sampah sembarangan. Legislatif belum menyediakan anggaran

sesuai kebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum

mampu menyediakan ketentuan peraturan secara lengkap, dan lain-lain.

Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan

agar aturan-aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana

mestinya untuk menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian

masing-masing secara bertanggung jawab.

4.1.2.3. Pengembangan Kelembagaan

Kebijakan : Pengembangan Kelembagaan

Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi

kewenangan untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan

kualitas pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung perkuatan kapasitas

kelembagaan pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau

dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung

jawab nya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta

didukung oleh tenaga yang terdidik di bidang manajemen persampahan.

4.1.2.4. Pengembangan Keuangan

Kebijakan : Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-8
LAPORAN ANTARA

harus disediakan oleh Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun

demikian pengelolaan persampahan juga merupakan tanggung jawab

masyarakat untuk menjaga keberlanjutannya. Sharing dari masyarakat sangat

diperlukan untuk menjaga agar pelayanan pengelolaan persampahan dapat

berlangsung dengan baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu

bentuk sharing dari masyarakat adalah melalui pembayaran retribusi kebersihan

yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang dapat membiayai dirinya sendiri.

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi untuk menyediakan

kebutuhan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan

tersebut; dan masyarakat secara bertahap memberikan kontribusi untuk

membiayai pelaksanaan pengelolaannya.

4.1.2.5. Pengembangan Peran Serta Masyarakat/Swasta

Kebijakan : Peningkatan peran masyarakat dan swasta sebagai mitra

pengelolaan

Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan

pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan

pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih

sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif

masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.

Disamping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi

yang besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini.

Beberapa pengalaman buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-9
LAPORAN ANTARA

sehingga tidak berkembang perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta

jangan lagi dimanfaatkan bagi kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra

untuk bersama mewujudkan pelayanan kepada masyarakat sehingga

kehadirannya sangat diperlukan

4.1.3. Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah

4.1.3.1. Pengembangan Teknis-Teknologi

Untuk operasionalisasi kebijakan (1) pada sub 4.1.2 yaitu Pengurangan

sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya maka beberapa strategi

ditetapkan yaitu :

Strategi (1) : Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-

Reuse-Recycle) dan penanganan sampah B3 (Bahan Buangan

Berbahaya) rumah tangga

Mengingat upaya pengurangan volume sampah di sumber sangat erat

kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran dan

peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang dilakukan

secara berjenjang baik melalui promosi yang dapat member gambaran mengenai

nilai pengurangan sampah di sumber dan dampaknya bagi kualitas kesehatan

dan lingkungan maupun kampanye yang terus menerus untuk membangun suatu

komitmen sosial. Pengurangan sampah di sumber ini dilakukan melalui

mekanisme 3 R, yaitu reduce (R1), reuse (R2) dan recycle (R3). R1 adalah upaya

yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola hidup konsumtif serta

senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali pakai" yang ramah lingkungan. R2

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-10
LAPORAN ANTARA

adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan yang berulang

agar tidak langsung menjadi sampah. R3 adalah setelah sampah harus keluar dari

lingkungan rumah, perlu dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan

secara setempat. Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah

tangga (lampu neon, kemasan pestisida, batu batere dan lain-lain) secara khusus.

Strategi (2) : Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disintetif

dalam pelaksanaan 3R

Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung dengan

pemberian insentif yang dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa

melakukan kegiatan 3R. Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan

retribusi sampah, pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik,

penghargaan tingkat kelurahan dan lain-lain. Penerapan mekanisme

insentif/disinsentif tersebut harus diawali dengan kesiapan sistem pengelolaan

sampah kota yang memadai

Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:

Penyusunan pedoman insentif dan disinsentif dalam pengelolaan

persampahan di sumber

Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R (pemanfaatan

sampah melalu pemilahan sampah di sumber, pembuatan kompos dan

daur ulang) di permukiman

Pemberian insentif kepada masyarakat dan swasta yang berhasil

melaksanakan reduksi sampah

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-11
LAPORAN ANTARA

Replikasi model-model best practice

Strategi (3) : Mendorong koordinasi lintas sector terutama perindustrian &

Perdagangan

Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat

signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan

disinsentif juga perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat tidak

melakukan hal-hal diluar ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain

peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/ pengangkutan untuk jenis sampah

tercampur dan lain-lain.

Rencana tindak selanjutnya adalah fasilitasi pembentukan forum

koordinasi interdepartemen untuk penerapan 3R sebagai wadah saling bertukar

pikiran dan penyusunan program untuk dapat diimplementasikan di masing-

masing Departemen terkait.

Untuk operasionalisasi kebijakan (2) pada sub 4.1.2 yaitu Peningkatan

peran aktif masyarakat dan usahan/swasta sebagai mitra pengelolaan maka

beberapa strategi ditetapkan yaitu :

Strategi (1) : Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini

melalui pendidikan bagi anak usia sekolah

Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah

dewasa terbukti tidak efektif, terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari

sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu

melalui mekanisme pendidikan masalah kebersihan/ persampahan sejak dini di

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-12
LAPORAN ANTARA

sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kota di

Indonesia (SD, SMP dan SMA).

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan ujicoba /

pengembangan dan replikasi sekolah bersih dan hijau untuk memotivasi anak usia

sekolah secara dini mengenal dan memahami berbagai metode pengelolaan

sampah sederhana di lingkungan sekolahnya

Strategi (2) : Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan

kepada masyarakat umum

Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi

masyarakat agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan

sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk

panduan dan pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama

media massa yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang

terkandung di dalamnya. Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup:

Penyusunan pedoman / panduan pengelolaan persampahan dan

penyebarluasannya melalui media massa.

Strategi (3): Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum

perempuan dalam pengelolaan sampah

Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam

jangka panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan

masyarakat terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan

sangat erat kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75% sampah

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-13
LAPORAN ANTARA

kota berasal dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan

yang efektif untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum

perempuan yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai

vocal point.

Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh

kaum perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada penerapan

di rumah dan kelompok masing-masing.

Strategi (4) : Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara

efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila

keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan

untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui

pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di

tempat lainnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan uji

coba/pengembangan/replikasi pengelolaan berbasis masyarakat.

Strategi (5) : Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi

dunia usaha/Swasta

Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif perlu

diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta yang mau

terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan kembali pedoman

dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang persampahan perlu

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-14
LAPORAN ANTARA

segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko dan dapat menarik

faktor keuntungan yang proporsional.

Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan ujicoba kerjasama

swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota percontohan. Kerjasama ini

hendaknya dilakukan secara professional dan transparan sehingga dapat menjadi

contoh untuk multiplikasi di kota lainnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan

Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan sampah

Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala

kawasan

Untuk operasionalisasi kebijakan (3) pada sub 4.1.2 yaitu Peningkatan

cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan maka beberapa strategi

ditetapkan yaitu :

Strategi (1) : Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan

Rendahnya tingkat pelayanan pengumpulan sampah sering diakibatkan

oleh rendahnya tingkat pemanfaatan armada pengangkut. Banyak kota masih

mengoperasikan gerobak sampah dengan ritasi tidak efisien. Sehingga diperlukan

upaya untuk meningkatkan ritasi kendaraan pengangkut dan peralatan lainnya

sehingga lebih banyak sampah terangkut dan lebih banyak masyarakat dapat

terlayani.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-15
LAPORAN ANTARA

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Pelaksanaan evaluasi kinerja prasarana dan sarana persampahan

Penyusunan pedoman manajemen asset persampahan

Strategi (2): Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan

berkeadilan

Pelayanan juga diharapkan dapat disediakan dengan jangkauan yang

memberikan rasa keadilan. Disamping pusat kota yang mendapat prioritas,

pelayanan juga tetap harus disediakan bagi masyarakat kelas ekonomi rendah

agar mereka juga dapat menikmati lingkungan permukiman yang bersih dan

sehat. Perluasan jangkauan pelayanan juga harus dilakukan secara terencana dan

terprogram dengan baik dengan mempertimbangkan kebutuhan dan

ketersediaan sumber daya.

Strategi (3): Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran

pelayanan

Dalam batas pemanfaatan optimal telah tercapai dan masih dibutuhkan

peningkatan cakupan pelayanan maka akan diperlukan adanya peningkatan

kapasitas sarana persampahan khususnya armada pengangkutan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penambahan sarana

persampahan khususnya armada pengangkut sampah sesuai dengan kebutuhan

yang direncanakan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-16
LAPORAN ANTARA

Strategi (4) : Menentukan lokasi TPA yang akan digunakan.

Pembuangan sampah dengan cara open dumping sangat buruk maka dari

itu harus ditangani dengan upaya peningkatan pengelolaan sesuai ketentuan

teknis yang berlaku. TPA yang jelas-jelas telah menimbulkan masalah bagi

lingkungan sekitarnya perlu segera mendapatkan langkah-langkah rehabilitasi

agar permasalahan lingkungan yang terjadi dapat diminimalkan. Rencana tindak

yang diperlukan adalah pelaksanaan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan

sesuai dengan prioritas.

4.1.3.2. Pengembangan Pengaturan

Untuk operasionalisasi kebijakan pengembangan pengaturan dan

perundangan maka beberapa strategi ditetapkan yaitu :

Strategi :

1. Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi

hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat

dan pemangku kepentingan lainnya.

Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan haruslah

mendapat pengawasan yang baik dan bila diperlukan dilakukan

tindakan pengenaan sanksi terhadap pelaku penyimpangan baik dari

unsur pemerintah, masyarakat, swasta, dan lain-lain untuk membina

setiap pemangku kepentingan melaksanakan tugas dan kewajibannya

secara bertanggung jawab. Rencana tindak yang diperlukan adalah

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-17
LAPORAN ANTARA

penyusunan pedoman penarapan produk dan sanksi hukum

persampahan.

2. Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan

dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan

Produk hukum baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

Peraturan Daerah, Peraturan Menteri, dan lain-lain haruslah disediakan

secara lengkap dan mampu mengantisipasi segala perkembangan

dinamika pengelolaan persampahan. Rencana tindak yang diperlukan

adalah penyusunan dan pengembangan NPSM persampahan.

4.1.3.3. Pengembangan Kelembagaan

Untuk operasionalisasi kebijakan pengembangan kelembagaan maka

beberapa strategi ditetapkan yaitu :

Strategi :

1. Meningkatkan status & kapasitas institusi pengelola

Bentuk institusi pengelola persampahan untuk kota sedang dan kota

kecil diperlukan institusi setingkat "Sub Dinas" atau "Seksi" atau "UPT"

(unit pelaksana teknis). Rencana tindak yang diperlukan adalah

penyusunan pedoman kelembagaan pengelolaan persampahan.

2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan

Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus

menerus dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga

dapat diidentifikasi berbagai kelemahan yang ada dan melakukan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-18
LAPORAN ANTARA

upaya-upaya peningkatan yang terarah. Rencana tindak yang

diperlukan adalah meningkatkan pelaksanaan evaluasi kinerja

pengelola persampahan.

3. Memisahkan fungsi /unit regulator & operator

Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah mendesak

untuk segera diwujudkan. Sehingga satu institusi yang berperan ganda

sebagai operator sekaligus regulator sudah waktunya dipisahkan.

Adanya dua peran dalam satu institusi telah menyebabkan kerancuan

dalam mekanisme pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah,

seperti yang saat ini terjadi. Apabila intitusi akan berperan sebagai

operator maka diperlukan intitusi pengawas yang berperan sebagai

regulator. Namun apabila untuk menyelenggarakan pelayanan

persampahan dikontrakkan dengan pihak ketiga, maka Dinas/Sub dinas

menjadi regulator dengan tetap berkordinasi dengan instansi terkait.

Struktur organisasi suatu Dinas / Perusahaan Daerah / Sub

Dinas/Seksi/UPT sebaiknya hanya menangani masalah kebersihan saja

dan perlu memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

yang efisien dan efektif. Rencana tindak yang diperlukan adalah:

Penyusunan Pedoman pemisahan fungsi regulator dan operator

Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-19
LAPORAN ANTARA

4. Meningkatkan koordinasi & kerjasama antar stakeholder

Perkuatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat dipengaruhi oleh

pola-pola kerjasama horizontal maupun vertikal termasuk kerjasama

antar kota dalam penerapan pola pengelolaan sampah secara regional.

Kerjasama antar instansi dibutuhkan untuk berbagai hal yang berkaitan

dengan kewenangan instansi lain seperti pengelolaan sampah pasar,

drainase/sungai, pihak produsen/industri/perdagangan (penanganan

sampah kemasan dan B3 rumah tangga dan bahan-bahan daur ulang),

pertanian/kehutanan (pemasaran kompos), bidang pendidikan dan lain-

lain. Selain itu kerjasama dengan pihak PLN (kerjasama penarikan

retribusi), pihak developer/kelurahan/LSM (penanganan sampah skala

kawasan berbasis masyarakat) dan perguruan tinggi (penelitian dan

pengembangan serta inovasi teknologi) juga sangat diperlukan.

5. Meningkatkan kualitas SDM bidang persampahan

Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola

persampahan, profesionalisme sumber daya manusia (SDM)

merupakan salah satu unsur utama yang dapat menggerakkan roda

manajemen persampahan secara menyeluruh. Peningkatan kualitas

SDM menjadi sangat penting untuk terselenggaranya suatu sistem

pengelolaan persampahan yang berkelanjutan. Rencana tindak yang

diperlukan adalah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan baik ditingkat

pusat, provinsi, dan kota / kabupaten.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-20
LAPORAN ANTARA

4.1.3.4. Pengembangan Keuangan

Untuk operasionalisasi kebijakan Pengembangan Alternatif Sumber

Pembiayaan maka beberapa strategi ditetapkan yaitu :

Strategi :

1. Menyamakan persepsi para pengambil keputusan dalam pengelolaan

persampahan dan kebutuhan anggaran

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terdapat perbedaan persepsi

akan prioritas dan pentingnya pengelolaan persampahan termasuk

perlunya pemulihan biaya pengelolaan; bahkan diantara para

pengambil keputusan di Pemerintah Daerah. Untuk itu diperlukan

upaya-upaya untuk membangun dan menyamakan persepsi agar

pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian yang seimbang.

Untuk dapat menyediakan anggaran dan menggali alternatif

pembiayaan persampahan, diperlukan proses penyamaan persepsi

ditingkat para pengambil keputusan baik pusat maupun daerah

sehingga pemahaman akan pentingnya pelayanan persampahan dapat

dimiliki dan menjadi pertimbangan dalam pengalokasian anggaran

selanjutnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Pelaksanaan sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para

pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-21
LAPORAN ANTARA

Pengalokasian anggaran yang seimbang / adil bagi pengelolaan

persampahan agar dapat menyediakan pelayanan yang baik secara

kuantitas maupun kualitas

2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan

Pemerintah Daerah perlu didorong untuk meningkatkan pemulihan

biaya dari pengelolaan persampahan agar subsidi bagi pelayanan publik

ini dapat dibatasi dan mengupayakan semaksimal mungkin pendanaan

dari masyarakat. Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan

pedoman dan aturan untuk memudahkan Pemerintah Daerah

melaksanakan upaya pemulihan biaya pengelolaan persampahan.

Pedoman dan aturan tersebut akan meliputi pedoman penyusunan

rencana biaya, pedoman pengelolaan keuangan, pedoman penyusunan

tarif retribusi; yang akan menjadi acuan yang memudahkan Pemerintah

Daerah dalam melaksanakan upaya-upaya pemulihan biaya.

4.1.3.5. Pengembangan Peran Serta Masyarakat/Swasta

Untuk operasionalisasi kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dan

dunia usaha/ swasta sebagai mitra pengelolaan tersebut maka beberapa strategi

ditetapkan yaitu :

Strategi (1) : Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini

melalui pendidikan bagi anak usia sekolah

Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah

dewasa terbukti tidak efektif, terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-22
LAPORAN ANTARA

sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu

melalui mekanisme pendidikan masalah kebersihan/ persampahan sejak dini di

sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kota di

Indonesia (SD, SMP dan SMA).

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan ujicoba /

pengembangan dan replikasi sekolah bersih dan hijau untuk memotivasi anak usia

sekolah secara dini mengenal dan memahami berbagai metode pengelolaan

sampah sederhana di lingkungan sekolahnya.

Strategi (2) : Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan

kepada masyarakat umum

Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi

masyarakat agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan

sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk

panduan dan pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama

media massa yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang

terkandung di dalamnya. Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup:

Penyusunan pedoman / panduan pengelolaan persampahan dan

penyebarluasannya melalui media massa

Strategi (3): Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum

perempuan dalam pengelolaan sampah

Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam

jangka panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-23
LAPORAN ANTARA

masyarakat terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan

sangat erat kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75% sampah

kota berasal dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan

yang efektif untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum

perempuan yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai

vocal point.

Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh

kaum perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada penerapan

di rumah dan kelompok masing-masing.

Strategi (4) : Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara

efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila

keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan

untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui

pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di

tempat lainnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan uji

coba/pengembangan/replikasi pengelolaan berbasis masyarakat.

Strategi (5) : Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi

dunia usaha/Swasta

Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif perlu

diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta yang mau

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-24
LAPORAN ANTARA

terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan kembali pedoman

dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang persampahan perlu

segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko dan dapat menarik

faktor keuntungan yang proporsional.

Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan ujicoba kerjasama

swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota percontohan. Kerjasama ini

hendaknya dilakukan secara professional dan transparan sehingga dapat menjadi

contoh untuk multiplikasi di kota lainnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah :

Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan

Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan sampah

Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala

kawasan

4.2. TUJUAN DAN TARGET PENANGANAN

Kendala dan permasalahan yang terjadi di sub sektor persampahan

sebagian besar dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya tingkat

kepedulian masyarakat serta masih lemahnya kelembagaan dalam penanganan

masalah persampahan seperti integrasi SKPD dalam pelayanan persampahan

belum terjalin komunikasi secara optimal. Untuk menangani permasalahan

tersebut maka dirumuskan tujuan, sasaran dan strategi dalam penanganan

persampahan. Tujuan merupakan pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang

perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, dan menangani isu

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-25
LAPORAN ANTARA

strategis yang dihadapi. Sasaran adalah Hasil yang diharapkan dari suatu tujuan

yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat

dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Strategi adalah cara untuk mencapai

visi dan misi yang dirumuskan berdasarkan kondisi saat ini. Berikut adalah tujuan,

sasaran dan strategi pengembangan persampahan di Kabupaten Buol yang

disajikan dalam bentuk tabel.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-26
LAPORAN ANTARA

Tabel 4.1.
Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Buol

SASARAN
TUJUAN STRATEGI
Pernyataan sasaran Indikator sasaran
Penguatan aspek kerangka hukum dan Terlaksananya hukum Adanya Evaluasi dan Evaluasi Aspek Peraturan
teknis sektor persampahan pengelolaan persampahan Penguatan Pemerintah Meningkatkan kompetensi pengelolaan
dalam Penegakan Hukum persampahan
Pengadaan dan Penambahan Jumlah Peningkatan jumlah sarana Bertambahnya sarana dan Penyedian sarana dan prasarana
Sarana dan Prasarana Prasarana sesuai dan prasarana persampahan prasarana persampahan pengelolaan persampahan dari sumber
kebutuhan hingga TPA

Peningkatan peran masyarakat dalam Meningkatnya kepedulian Hilangnya kebiasaan Meningkatkan kegiatan penyuluhan dan
pengelolaan persampahan dan masyarakat dan swasta dalam masyarakat membuang sosialisasi di tingkat masyarakat, sekolah
pelayanan persampahan di seluruh pengelolaan persampahan sampah sembarangan Th. dan lokasi lokasi yang sering
wilayah administrasi Kabupaten Buol mulai tahun 2018 2024 dimanfaatkan oleh masyrakat sebagai
tempat pembuangan sampah
Munculnya gerakan 3R Munculnya kelompok Memberikan pelatihan 3R kepada
ditingkat masyarakat dan masyarakat dan lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah
lingkungan sekolah pada Th. sekolah yang melaksanakan
2019 program 3R
Pelayanan persampahan di seluruh Peningkatan pelayanan Pelayan persampahan Peningkatan kinerja pengelolaan
wilayah administrasi Kabupaten Buol persampahan dari 5 % meningkat menjadi 50% pada persampahan
menjadi 50% di tahun 2019 tahun 2019
Sumber: Analisa Konsultan, 2017

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-27
LAPORAN ANTARA

4.3. PENGEMBANGAN DAERAH PELAYANAN

4.3.1. Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Persampahan

Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana persampahan di

Kabupaten Buol ditetapkan berdasarkan analisis SWOT. Analisis SWOT

merupakan alat bantu perencanaan strategis yang dapat membantu

perencanaan penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana

persampahan mendatang. Arah pengembangan tergantung faktor internal

(Strenghts and Weaknesses) dan faktor eksternal (Opportunities and Threats).

Dalam menganalisis SWOT dilakukan pembobotan setiap butir dan setiap

bobot ditentukan variabelnya sehingga dapat ditentukan/dihitung posisi dalam

kuadran SWOT. Berdasarkan SWOT tersebut, pengembangan sarana dan

prasarana persampahan digambarkan atas 4 (empat) kuadran seperti berikut.

Pemusnahan Terpadu Pemusnahan Terpadu dengan


Tingkat pemilahan di sumber

Teknologi Tinggi
Tinggi

Kuadran II Kuadran IV

Pemusnahan Konvensional Pemusnahan Konvensional


Rendah

Skala Regional

Kuadran I Kuadran III

Tersedia Tidak tersedia

Ketersediaan lahan

Gambar 4.1. Arah Pengembangan Persampahan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-28
LAPORAN ANTARA

Penggambaran posisi kuadran tersebut dapat digunakan untuk

menggambarkan :

Posisi pengembangan sarana dan prasarana pada saat ini

Posisi potensi pengembangan sarana dan prasarana pada 20 tahun

mendatang

Dalam menentukan bobot dan peringkat setiap variable digunakan

skala 1, 2, 3, dan 4 dengan keterangan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Bobot dan Peringkat


BOBOT PERINGKAT
1 sangat tidak penting 1 sangat lemah
2 tidak penting 2 lemah
3 penting 3 kuat
4 sangat penting 4 sangat kuat

Hasil identifikasi dari kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses),

dan peluang (opportunities) dan tantangan (threats) terkait pengelolaan sampah

di Kabupaten Buol dapat dilihat pada tabel - tabel berikut:

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-29
LAPORAN ANTARA

Tabel 4.3. Analisa Faktor Internal Persampahan Kabupaten Buol

Faktor Internal
No Kekuatan (Strenghts) Bobot Peringkat Nilai
1 Keinginan dari pemerintah daerah untuk mengelola Sampah Kabupaten 3 3 9
2 Adanya Perda terkait Pengelolaan Sampah 4 2 8
3 Adanya TPA eksisting dan Sarana Pengangkutan Berupa Dump Truck dan Armroll Truck 3 3 9
4 Adanya Lembaga yang Menangani Persampahan 3 2 6
5 Masih tersedianya lahan untuk pembangunan Sarana Prasarana 2 2 4
6 Sudah ada pendanaan dari APBD untuk Masalah Persampahan 3 2 6
7 Sebagian masyarakat telah melakukan pengelolaan sampah dengan pewadahan 3 3 9
Total Nilai 51
No Kelemahan (Weakness) Bobot Peringkat Nilai
Kurangnya Kesadaran Masyarakat akan pentingnya Pengelolaan sampah hal ini
1 4 3 12
dibuktikan dengan adanya penolakan diadakan survey timbulan sampah
2 Kurangnya Sumber Daya Manusia 3 3 9
3 Banyak kegiatan industri yang belum mengelola sampahnya 2 3 6
4 Masih minimnya alokasi pendanaan dari APBD 4 3 12
5 Kebutuhan biaya atau anggaran pengelolaan sampah sangat besar 4 4 16
6 Belum maksimalnya penyuluhan akan pentingnya pengelolaan sampah 3 3 9
Total Nilai 64
Kekuatan - Kelemahan -13

Menghitung posisi kuadran dengan mengurangi nilai skor total untuk

kekuatan (strengths) dengan kelemahan (weaknesses) pada sumbu x.

Sumbu x = selisih kekuatan dan kelemahan

Sumbu x = kekuatan kelemahan

Sumbu x = 51- 64 = -13

Berdasarkan hasil analisis matriks faktor internal di atas, diketahui bahwa

selisih kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Buol sebesar 13 dan

cenderung ke arah kelemahan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-30
LAPORAN ANTARA

Tabel 4.4. Analisa Faktor External Persampahan Kabupaten Buol

Faktor Eksternal
No Peluang (Opportunities) Bobot Peringkat Nilai
1 Dukungan peraturan perundang undangan tentang persampahan 3 3 9
2 Adanya anggaran APBD provinsi 4 3 12
3 Adanya anggaran APBN 4 3 12
4 Adanya ketertarikan pihak swasta untuk menjadi investor 2 3 6
Total Nilai 39
No Ancaman (Threats) Bobot Peringkat Nilai
1 Adanya bencana alam yang merusak sarana prasarana pengelolaan sampah 4 4 16
2 Berkurangnya Anggaran APBD Provinsi 4 4 16
4 Berkurangnya Anggaran APBN 4 4 16
Total Nilai 48
Peluang - Ancaman -9

Menghitung posisi kuadran dengan mengurangi nilai skor total untuk

peluang (opportunities) dengan ancaman (threats) pada sumbu y.

Sumbu y = selisih peluang dan ancaman

Sumbu y = peluang ancaman

Sumbu y = 39-48 = -9

Berdasarkan hasil analisis matriks faktor eternal di atas, diketahui bahwa

selisih peluang dan ancaman, cenderung ke arah ancaman sebesar 9.

Setelah didapatkan hasil analisis pada matriks internal dan external,

kemudian melakukan plot untuk mendapatkan posisi kuadran yang menentukan

arah pengemangan sarana dan prasarana pengelolaan sampah Kabupaten Buol.

Berikut adalah hasil plot kuadran kabupaten Buol yang disajikan dalam bentuk

grafik.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-31
LAPORAN ANTARA

Gambar 4.2. Plot Analisis SWOT Pengembangan Pengelolaan Persampahan

Kabupaten Buol

Berdasarkan plot analisis SWOT diatas maka kondisi kondisi pengelolaan

sampah di Kabupaten Buol pada saat ini berada pada Kuadran I, dimana strategi

pengembangan sarana dan prasarana sampah dilakukan dengan strategi

pemusnahan sampah konvesional yang terdiri dari:

Peningkatan manajemen pemilahan sampah.

Peningkatan Pengelolaan Sampah Berbasis 3R.

Posisi kondisi ini kemudian akan dikembangkan sampai ke arah kuadran II

dengan tingkat pemusnahan terpadu.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-32
LAPORAN ANTARA

4.3.2. Strategi Pengembangan Kelembagaan

Kelembagaan merupakan organisasi yang sangat dekat dengan kinerja

sistem pengelolaan sampah sesungguhnya di lapangan. Lembaga harus bisa

bertanggung jawab penuh agar sistem pengelolaan sampah tetap berjalan. Saat

ini lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di

Kabupaten Buol adalah Badan Lingkungan Hidup.

Pengembangan sistem pengelolaan sampah baik pengelolaan skala

kawasan maupun kota membutuhkan lembaga yang secara khusus menangani

sistem pengelolaan sampah baik pada sarana pengelolaan sampah yang sudah

dibangun, sedang dibangun maupun yang akan dibangun. Lembaga ini nantinya

akan berada di bawah Badan Lingkungan Hidup

Pada Dinas yang memisahkan peran operator menjadi unit tersediri,

maka peran pengelolaan sampah dilakukan oleh UPTD, sedangkan Dinas (Badan

Lingkungan Hidup) akan berperan sebagai regulator. Setiap organisasi daerah

yang berbentuk dinas dapat memiliki unit teknis di bawahnya sesuai kebutuhan,

sebagaimana ketentuan PP No.41 tahun 2007.

Pasal 14, ayat (6)

Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk

melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis

penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Kegiatan teknis operasional yang

dilaksanakan unit pelaksana teknis dinas adalah tugas untuk melaksanakan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-33
LAPORAN ANTARA

kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan

masyarakat. sedangkan teknis penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk

mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.

Struktur dari UPTD kabupaten/kota diisi oleh kelompok jabatan

fungsional, dengan dukungan 1 sub bagian tata usaha.

Pasal 29, ayat (2)

Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) sub bagian tata usaha dan

kelompok jabatan fungsional.

Dalam menjalankan tugas operasionalnya, UPTD dapat dibantu staf yang

diperlukan. Sebagai contoh, berikut ini struktur pengelolaan sampah (operator)

dalam hal ini operator TPA/TPST/TPS 3R pada UPTD:

KEPALA DINAS

H.GUSTI ALIU, SH

SEKRETARIS
IRMA SURYANI, SE
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUB. BAGIAN PERENCANAAN SUB. BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN


DAN PELAPORAN DAN UMUM DAN ASET
HARSONO S.ABIDIN, SE SUMARNI MAHMUD S.Sos DARMAWATI, S.Pi

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG


TATA LINGKUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN LIMBAH B3 PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENATAAN DAN PENINGKATAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP KAPASITAS LINGKUNGAN HIDUP
SRI WULAN HANGGI, SH RUSTAM ALIMIN, SST
SRI INDRIATY, S. Hut SYAMSURL. S.Hut

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


INVENTARISASI RPPLH DAN KLHS PENGURANGAN SAMPAH PEMANTAUAN LINGKUNGAN PENGADUAN DAN PENYELESAIAN
SENGKETA LINGKUNGAN
RISNAWATI ABD BATALIPU, SP AHMAD AR DAIPORE ERWIN S. DOTU, S.Sos
SUBROTO U. SAKULA

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN PENANGANAN SAMPAH PENCEMARAN LINGKUNGAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
MIMI MARIANI, S.Si FAIZA H. IDRIS, S.IP OLYN LAHATI, AMD Keb Ir. MALATI

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


PEMELIHARAAN LINGKUNGAN HIDUP LIMBAH B3 KERUSAKAN LINGKUNGAN PENINGKATAN KAPASITAS
LINGKUNGAN HIDUP
HARLENY, S.Si SIGIT BUDISETIAWAN, ST RADIANTY YAHYA, S.Si
MOH. HUSNI BUDIMAN. ST

UPTD

KASUBAG TU

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


Misalnya, Teknisi mesin, Pengelola sampah, Pengelola
TPA, Operator mesin dll

Gambar 4.3. Struktur Organisasi dengan UPTD sebagai Operator

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-34
LAPORAN ANTARA

Pembentukan Perangkat Daerah (Dinas) ditetapkan dalam Peraturan

Daerah, yang memuat nama atau nomenklatur, tugas pokok dan susunan

organisasi masing-masing satuan kerja perangkat daerah. Peraturan Daerah

(Perda) tentang pembentukan perangkat daerah secara prinsip dituangkan

dalam 1 (satu) Perda, yaitu: Peraturan Daerah tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah. Sedangkan uraian tugas satuan kerja perangkat daerah

dituangkan dalam Peraturan Walikota/ Bupati tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Perincian Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Perangkat Daerah.

4.3.3. Strategi Pengembangan Peran Serta Masyarakat

Adanya peran serta masyarakat dalam sistem pengolahan air limbah

merupakan faktor yang cukup penting dalam keberhasilan pembangunan

sanitasi. Adanya media komunikasi dapat digunakan sebagai sarana untuk

sosialisasi sehingga dapat mengembangkan peran serta/ Partisipasi masyarakat.

Berikut kebutuhan pengembangan peran masyarakat dalam pengolahan

air limbah

Tabel 4.5. Kebutuhan Pengembangan Peran Masyarakat


Kebutuhan Kegiatan dan Media Target Sasaran Pelaksana
1 Kesadaran Masyarakat 1. Sosialisasi Masyarakat Penerimaan Dinas Lingkungan Hidup
2. Pelatihan Masyarakat masyarakat

2. Penyediaan lahan TPS 3R semua Bappeda, Dinas


Aparat Pemda
1. Musyawarah kebutuhan Lingkungan Hidup,
& Masyarakat
lahan Kecamatan/Kelurahan

Dari beberapa poin kebutuhan pengembangan peran masyarakat maka

diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat yang diharapkan dapat

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-35
LAPORAN ANTARA

mendukung sistem pengelolaan sampah yang efektif berkaitan dengan perilaku

sebagai berikut:

1. Bersedia tidak membuang sampah secara sembarang pada lingkungan.

2. Bersedia menyediakan wadah individual sesuai standar pada masing-

masing bangunan

3. Bersedia membayar retribusi sampah khususnya bagi penduduk yang

terlayani sampah

Strategi yang perlu diterapkan dalam pengembangan aspek peran serta

masyarakat adalah :

1. Menyebarluaskan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan

sampah kepada masyarakat umum termasuk ke anak-anak usia dini di

sekolah.

2. Meningkatkan pembinaan masyarakat terkait alasan pentingnya air

limbah perlu dikelola.

3. Mendorong pengelolaan sampah yang mandiri, sehingga nantinya

masyarakat dapat mengembangkan pengelolaan sampah sendiri

dengan lebih baik di daerah yang lain.

4. Perlu penyuluhan tentang 3R.

Upaya mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mendukung sistem

pengelolaan sampah, memerlukan suatu perencanaan rekayasa sosial (social

engineering). Perangkat rekayasa sosial di bidang persampahan secara umum

terdiri atas:

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-36
LAPORAN ANTARA

1. Pelaksanaan kampanye publik (public campaign) dan

2. Pelaksanaan penegakkan hukum dan peraturan (rule and regulation).

Masyarakat dan sektor swasta dapat berperan dalam beberapa alokasi

penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah termasuk di bidang

pengembangan SDM seperti :

1. Penyediaan prasarana dan sarana yaitu penyediaan wadah individual

2. Peningkatan kemampuan kelembagaan dan organisasi masyarakat

(institutional development) dalam proses pengelolaan yang mencakup:

a. Pemberdayaan forum musyawarah desa dan forum kerjasama antar

desa, maupun forum-forum lain (termasuk forum keagamaan) yang

ada sebagai media penyampaian aspirasi, diseminasi program,

pengambilan keputusan, pemantauan/pengendalian lingkungan,

dan lain-lain.

b. Pemberdayaan kelompok masyarakat dalam penyusunan rencana

pengembangan strategis, rencana bisnis, hingga rencana teknis.

Apabila perlu juga mempertimbangkan pengembangan kerjasama

kawasan.

c. Pemberdayaan kelembagaan dan organisasi masyarakat untuk

membangun dan mengelola prasarana dan sarana, termasuk

mengakses sumber-sumber pendanaan yang dimungkinkan.

Proses pelaksanaan rekayasa sosial secara umum terdiri dari salah satu

atau kombinasi dari rangkaian kegiatan sebagai berikut :

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-37
LAPORAN ANTARA

Memberi Informasi

Menumbuhkan Motivasi

Melakukan Persuasi

Penegakan Hukum dan Peraturan

Gambar 4.4.
Proses Rekayasa Sosial
(Direktorat Tata Perkotaan dan Perdesaan, 2003)

Perencanaan dan pelaksanaan rekayasa sosial tersebut, pada dasarnya

adalah upaya untuk mempengaruhi (merubah perilaku) masyarakat agar:

Tertarik, Tergerak, Terajak untuk bertindak kearah yang ditunjukkan sesuai

dengan sistem pengelolaan sampah yang direncanakan. Secara umum proses

perubahan masyarakat yang diharapkan dari suatu kampanye publik adalah

sebagai berikut:

Meningkatnya kesadaran (Awareness)

Meningkatnya minat (Interest)

Tumbuhnya kebutuhan (Demand)

Adanya partisipasi dan tindakan (Action)

Pelaksanaan kampanye publik harus direncanakan secara

berkesinambungan agar proses perubahan masyarakat tersebut dapat

berlangsung hingga terwujudnya partisipasi (Action) masyarakat secara luas

dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan sampah yang efektif dan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-38
LAPORAN ANTARA

efisien. Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan dalam pengelolaan air

limbah domestik, dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan dalam

pelayanan umum. Selain itu swasta dapat dilibatkan secara langsung untuk

membantu masalah pembiayaan, operasional dan pemeliharaan melalui program

Coorporate Social Responsibility yang umumnya menjadi fokus utama untuk

perusahaan berskala besar.

4.3.4. Strategi Pengembangan Peraturan

Dukungan peraturan merupakan hal penting dalam menjalankan proses

pengelolaan sampah dan harus memuat ketentuan hukum berdasarkan

peraturan perundangan bidang persampahan yang berlaku (Undang- undang

dan Peraturan Pemerintah), Kebijakan Nasional dan Provinsi serta NSPK (Norma,

Standar, Pedoman dan Kriteria) bidang persampahan.

Adapun kebijakan yang dapat dikembangkan adalah

penyelarasan/sinkronisasi produk kebijakan dan strategi pengelolaan sampah.

Strategi yang dapat dilaksanakan adalah :

1. Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi

hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat masyarakat

dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Melakukan Evaluasi terhadap Perda yang telah ada

4.3.5. Strategi Pengembangan Ekonomi dan Pembiayaan

Pendanaan di bidang sanitasi Kabupaten Buol masih sangat minim,

Lemahnya dukungan dalam pengelolaan sampah dapat dilihat dari segi

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-39
LAPORAN ANTARA

pendanaan baik dari pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat untuk sub

sektor persampahan. Untuk itu perlu adanya strategi dalam bidang keuangan

agar sistem pengelolaan sampah tetap berjalan.

Biaya di dalam pengelolaan sampah secara umum dibedakan atas biaya

investasi untuk pengembangan sarana dan prasarana serta biaya operasi dan

pemeliharaan. Sumber dana rencana investasi sarana dan prasarana

persampahan pada dasarnya berasal dari pajak melalui APBD dan APBN atau dari

dana hasil retribusi pelayanan pengelolaan persampahan. Sumber dana investasi

dari pajak dapat digolongkan sebagai sumber dana tidak langsung dan sumber

dana dari retribusi dapat digolongkan sebagai sumber dana langsung. Strategi

pendanaan investasi operasi dan pemeliharaan pengelolaan sampah Kabupaten

Buol dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Strategi Pendanaan Investasi: 100% APBD Kabupaten, APBD Provinsi

dan APBN

2. Strategi Pendanaan Operasional dan Pemeliharaan : APBD Kabupaten

dan Retribusi Masyarakat

Pilihan strategi pendanaan pengelolaan sampah tersebut, sangat

tergantung dari kapasitas fiskal daerah dan kemampuan membayar retribusi

masing-masing penduduk yang mendapat pelayanan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-40
LAPORAN ANTARA

4.4. Kriteria Standar Pelayanan Minimal

Kriteria perencanaan teknis berdasarkan prosedur teknis penyusunan

rencana induk sistem penanganan sampah (SPS) Kementerian PU adalah

perencanaan harus memuat:

Tingkat pelayanan;

Timbulan, komposisi dan karakteristik sampah ;

Kinerja prasarana dan sarana (pewadahan, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir);

Prosedur dan kondisi operasi dan perawatan PSP yang ada termasuk

TPST;

Tingkat pencemaran akibat penanganan sampah yang tidak memadai;

Kriteria perencanaan aspek teknis untuk masing-masing sub sistem

diuraikan sebagai berikut:

1. Rencana Pengembangan Pemilahan/Pewadahan

a. Penyedian tempat/pewadahan sampah menjadi 2 jenis (sampah

organik dan sampah an organik)

b. Jenis pewadahan seperti:

Individual: berupa bin atau wadah lain yang memenuhi

persyaratan Rencana Pengembangan Pengumpulan

Komunal: beupa bin atau wadah yang digunakan untuk

sekelompok orang atau pada tempat umum.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-41
LAPORAN ANTARA

2. Rencana Pengembangan Pengangkutan

Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan ketentuan:

Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan;

Rute pengangkutan sependek mungkin dan dengan hambatan

sekecil mungkin;

Frekuensi pengangkutan dari wadah ke TPA/TPST/TPS 3R dilakukan

sesuai dengan jumlah sampah yang ada; dan

Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas

pengangkutan. Operasional pengangkutan sampah harus

memperhatikan:

Pola pengangkutan;

Sarana pengangkutan; dan Rute pengangkutan.

Pola Pengangkutan sampah terdiri atas:

Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan langsung dari

sumber menuju TPA

Sarana Pengangkut sampah berupa: Motor sampah

Pemilihan sarana pengangkut sampah harus mempertimbangkan:

Umur teknis peralatan;

Kondisi jalan daerah operasi;

Jarak tempuh;

Karakteristik sampah; dan

Daya dukung fasilitas pemeliharaan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-42
LAPORAN ANTARA

Rute pengangkutan sampah harus mempertimbangkan:

Peraturan lalu lintas, kondisi lalu lintas;

Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut;

Timbulan sampah yang diangkut; dan

Pola pengangkutan.

Pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan pengangkutan sampah

dapat:

Menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah

yang tidak mencemari lingkungan; dan

Melakukan pengangkutan sampah dari sumber ke TPA/TPST/TPS 3R

a. Proyeksi Volume Sampah

Perencanaan proyeksi volume sampah (m3/hari) yang akan

diangkut harus dibedakan berdasarkan asal dan tujuan

pengangkutan sampah

b. Perencanaan Kebutuhan Armada Angkutan

Perencanaan kebutuhan armada angkutan dihitung berdasarkan

kapasitas angkut motor & Armroll truk dan jumlah ritasi yang

dapat dicapai ke tujuan pengangkutan.

c. Rencana Pengembangan Fasilitas Pengolahan Sampah

Teknologi pengolahan sampah dapat berupa:

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-43
LAPORAN ANTARA

Teknologi pengolahan secara biologi berupa pengolahan secara

aerobik dan/atau secara anaerobik seperti proses

pengomposan

Teknologi pengolahan secara termal berupa insinerasi, pirolisis

dan/atau gasifikasi;

Pengolahan sampah dapat pula dilakukan dengan menggunakan

teknologi lain sehingga dihasilkan bahan bakar yaitu Refused

Derifed Fuel (RDF);

Wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah seperti:

1) TPST & TPS 3R

Persyaratan TPST harus memenuhi persyaratan teknis seperti:

Luas TPST, lebih besar dari 20.000 m2;

Jarak TPST ke permukiman terdekat paling sedikit 500 m;

Pengolahan sampah di TPST dapat menggunakan teknologi

Fasilitas TPST dilengkapi dengan ruang pemilah, instalasi

pengolahan sampah, pengendalian pencemaran

lingkungan, penanganan residu, dan fasilitas penunjang

serta zona penyangga.

2) Pemrosesan akhir sampah di TPA harus memperhatikan :

Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah

rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan

residu;

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-44
LAPORAN ANTARA

Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:

Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;

Limbah yang berkatagori bahan berbahaya dan

beracun sesuai peraturan perundang-undangan; dan

Limbah medis dari pelayanan kesehatan.

Residu tidak berkategori bahan berbahaya dan beracun

atau mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;

Dalam hal terdapat sampah yang berkategori bahan

berbahaya dan beracun atau mengandung limbah bahan

berbahaya dan beracun di TPA harus disimpan di tempat

penyimpanan sementara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan mengenai pengelolaan limbah

bahan berbahaya dan beracun; dan

Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.

1) Persyaratan TPA meliputi penyediaan dan pengoperasian, harus

memperhatikan pemilihan lokasi, kondisi fisik, kemudahan operasi,

aspek lingkungan, dan sosial.

2) Pemilihan lokasi TPA paling sedikit memenuhi kriteria aspek:

Geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang

masih aktif, tidak berada di zona bahaya geologi misalnya daerah

gunung berapi, tidak berada di daerah karst, tidak berada di

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-45
LAPORAN ANTARA

daerah berlahan gambut, dan dianjurkan berada di daerah lapisan

tanah kedap air atau lempung;

Hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak

kurang dari tiga meter, kondisi kelulusan tanah tidak lebih besar

dari 10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum lebih

besar dari 100 m di hilir aliran.

Kemiringan zona, yaitu berada pada kemiringan kurang dari

20%.

Jarak dari lapangan terbang, yaitu berjarak lebih dari 3.000 m

untuk lapangan terbang yang didarati pesawat turbo jet dan

berjarak lebih dari 1.500 m untuk lapangan terbang yang didarati

pesawat jenis lain;

Jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km dengan

mempertimbangkan pencemaran lindi, kebauan, penyebaran

vektor penyakit, dan aspek sosial;

Tidak berada di kawasan lindung/cagar alam; dan/atau

Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 tahun.

3) Dalam hal lokasi TPA lama yang sudah beroperasi tidak memenuhi

persyaratan, TPA tersebut harus dioperasikan dengan metode lahan

urug terkendali atau lahan urug saniter meliputi:

Melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup

secara periodik;

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-46
LAPORAN ANTARA

Mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai

baku mutu;

Mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis

yang berlaku; dan

Membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA

tersebut.

4) Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan

timbulan sampah, tingkat pelayanan, dan kegiatan yang akan

dilakukan di dalam TPA. Umur teknis TPA paling sedikit 10 (sepuluh)

tahun.

5) Prasarana dan sarana TPA meliputi:

a) Fasilitas dasar, terdiri dari:

Jalan masuk;

Jalan operasional;

Listrik atau genset;

Drainase;

Air bersih;

Pagar; dan

Kantor

b) Fasilitas perlindungan lingkungan, terdiri dari:

Pengolahan lindi

Pengolahan gas

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-47
LAPORAN ANTARA

Buffer zone

c) Fasilitas operasional, terdiri dari:

Alat berat;

Truk pengangkut tanah; dan

Tanah

d) Fasilitas penunjang, terdiri atas:

Bengkel;

Garasi;

Tempat pencucian alat angkut dan alat berat;

Alat pertolongan pertama pada kecelakaan;

Jembatan timbang;

Laboratorium; dan

Tempat parkir.

TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang,

pengomposan, dan atau gas bio.

6) Perencanaan Volume Sampah Ke TPA

Perencanaan volume sampah dihitung berdasarkan volume

sampah terkumpul dikurangi volume sampah yang diolah dalam

satuan m3/hari.

Volume sampah yang dibawa ke TPA harus diketahui densitasnya

sehingga volume sampah tersebut dapat dikonversi dalam satuan

ton/hari.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-48
LAPORAN ANTARA

Volume sampah yang dibawa ke TPA dalam 1 tahun dihitung

berdasarkan hari kerja TPA yaitu 300 hari pertahun.

7) Perencanaan Kebutuhan Lahan TPA

Perencanaan kebutuhan lahan per 1 lokasi TPA harus dihitung

berdasarkan umur rencana minimum 10 tahun.

Perencanaan kebutuhan luas lahan TPA efektif (dalam m atau Ha)

dihitung berdasarkan dengan proyeksi volume sampah padat

ditambah volume tanah penutup dibagi desain tinggi sel harian

dan jumlah lapisan sel harian yang membentuk bukit akhir.

Perencanaan ratio volume sampah terpadatkan di TPA terhadap

volume tanah penutup terpadatkan maksimum adalah 6 : 1 (enam

bagian sampah terhadap 1 bagian tanah penutup)

Perencanaan tinggi timbunan sampah di TPA dihitung berdasarkan

jumlah lapisan sel (lift) yang membentuk bukit akhir. Jumlah

lapisan sel maksimal adalah 6 lapis untuk tinggi lapisan sel harian

maksimum dan kemiringan lereng timbunan sampah minimum 3 H

:1V

Perencanaan tinggi timbunan sel harian harus mempertimbangkan

faktor pemadatan sampah dan maksimum adalah 3.0 m

Perencanaan tinggi bukit akhir harus dihitung berdasarkan jumlah

lapisan sel harian dikali tinggi timbunan sel harian dikali faktor

dekomposisi sampah.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-49
LAPORAN ANTARA

Luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah luas lahan TPA efektif

(dumping area) ditambah luas untuk kebutuhan prasarana TPA dan

luas untuk buffer zone.

Perencanaan luas buffer zone minimum 50% dari luas lahan TPA

efektif.

8) Perencanaan Pemilihan Lokasi Ke TPA

Pemilihan lokasi TPA yang layak teknis harus berpedoman pada

tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah SNI-

03-3241-1994

Calon lokasi TPA yang layak teknis berdasarkan kriteria penyisih

sesuai tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir

sampah harus dilengkapi dengan studi AMDAL untuk mengetahui

kelayakan sosial dan kelayakan lingkungan calon lokasi TPA

Calon lokasi TPA yang akan ditetapkan sebagi lokasi TPA dalam

rencana induk, harus memenuhi kelayakan teknis dan kelaykan

sosial dan kelayakan

lingkungan serta kelayakan ekonomis.

Apabila lokasi TPA yang layak tidak tersedia dalam wilayah

administratif kota tersebut, maka kerja sama regional harus

dilakukan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-50
LAPORAN ANTARA

4.5. PEMBAGIAN ZONA PELAYANAN

Zona pelayanan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Buol adalah

berdasarkan wilayah administratif kecamatan, Kabupaten Buol memiliki 11

Kecamatan sehingga terbagi menjadi 11 zona pelayanan

Berikut adalah peta pembagian zona pelayanan persampahan kabupaten

Buol yang disajikan sebagai berikut.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-51
LAPORAN ANTARA

Gambar 4.5. Peta Zona Pelayanan Sampah Kabupaten Buol

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-52
LAPORAN ANTARA

4.6. PENETAPAN ZONA PRIORITAS

Zona prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat prioritas utama

untuk ditangani/ ditingkatkan terlebih dahulu dalam kurun waktu tahap

mendesak atau jangka pendek. Perencanaan sarana dan prasarana persampahan

di zona pelayanan dibagi atas klaster-klaster untuk mendukung perencanaan

pembangunan secara bertahap dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.

Dalam menentukan zona prioritas pelayanan pengelolaan persampahan di

Kabupaten Buol, dilakukan perangkingan dan pemetaan wilayah perencanaan

pelayanan wilayah pelayanan. Perangkingan ini dilakukan dengan memberikan

skor menggunakan beberapa parameter diantaranya adalah tingkat kepadatan

penduduk, Tingkat Pelayanan sampah eksisting, Tingkat kemauan masyarakat

menerima teknologi dalam pengelolaan sampah dan angka ekonomi

Berikut adalah hasil skoring zona prioritas kabupaten Buol yang disajikan

dalam bentuk tabel dan gambar.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-53
LAPORAN ANTARA

Tabel 4.6.
Hasil Skor dan Perangkingan Akhir Penentuan Prioritas Zona Pelayanan

Tingkat Kemauan Menerima


Kepadatan Penduduk Pelayanan Persampahan Angka Sosial Ekonomi Hasil Skoring
Teknologi Pengelolaan Sampah
1 1 3 5
No Kecamatan 100 PRIORITAS
35 30 20 15
kpdtn pddk
N S Presentase N S Presentase N S Presentase N S
(jwa/ha)
1 Biau 1,4 3 105 50% 3 105 80% 3 60 29% 3 45 315 1

2 Bukal 0,7 1 35 0% 1 35 10% 1 20 5% 1 15 105 3

3 Bokat 0,8 2 70 0% 1 35 80% 3 60 6% 1 15 180 2

4 Bunobogu 0,4 1 35 0% 1 35 10% 1 20 10% 1 15 105 3

5 Gadung 0,7 2 70 0% 1 35 10% 1 20 3% 1 15 140 3

6 Keramat 1,0 3 105 0% 1 35 10% 1 20 12% 1 15 175 3

7 Lakea 0,5 1 35 0% 1 35 10% 1 20 6% 1 15 105 3

8 Momunu 0,4 1 35 0% 1 35 10% 1 20 12% 1 15 105 3

9 Paleleh Barat 0,2 1 35 0% 1 35 10% 1 20 11% 1 15 105 3

10 Paleleh 0,2 1 35 0% 1 35 10% 1 20 17% 1 15 105 3

11 Tiloan 1,3 3 105 0% 1 35 10% 1 20 5% 1 15 175 3

Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2017

Hasil perangkingan zona prioritas Kabupaten Buol pada tabel diatas

menunjukkan bahwa wilayah yang paling prioritas untuk dilakukan pengelolaan

sampah adalah kecamatan Biau. Berikut adalah urutan pengembangan

pengelolaan persampahan berdasarkan skala prioritas di Kabupaten Buol:

Urutan pertama : Kecamatan Biau

Urutan kedua : Kecamatan Bokat

Urutan ketiga : Kecamatan Bukal, Kecamatan Bunobogu,

Kecamatan Gadung, Kecamatan Keramat,

Kecamatan Lakea, Kecamatan Momunu,

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-54
LAPORAN ANTARA

Kecamatan Paleleh Barat, Kecamatan Paleleh dan

Kecamatan Tiloan

Lebih jelasnya mengenai zona prioritas di Kabupaten Buol terlihat pada

gambar berikut.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-55
LAPORAN ANTARA

Gambar 4.6. Peta Zona Prioritas Pengelolaan Sampah Kabupaten Buol

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-56
LAPORAN ANTARA

4.7. PERHITUNGAN KEBUTUHAN PRASARANA DAN SARANA PENGELOLAAN

SAMPAH

Dalam menghitung banyaknya sarana dan prasarana pengelolaan sampah

yang meliputi pemilahan/pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan

dan pemrosesan akhir harus terlebih dahulu menghitung proyeksi timbulan

sampah.

4.7.1. Proyeksi Timbulan Sampah, Komposisi dan Karakteristik Sampah

Proyeksi timbulan sampah Kabupaten Buol pada tahun-tahun mendatang

dihitung berdasarkan hasil survei primer laju timbulan sampah dan laju

peningkatannya mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan

ekonomi masyarakat. Hasil survei primer menunjukkan timbulan sampah

Kabupaten Buol adalah 1,76 liter/org/hari, tingkat pertumbuhan penduduk

sebesar 2,45 %. Dengan menggunakan dasar perhitungan tersebut, timbulan

sampah diprediksikan sebesar 542,38 m3/hari di Kabupaten Buol pada tahun 2037.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-57
LAPORAN ANTARA

Tabel 4.7.
Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Buol 20 Tahun Perencanaan
PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH
(m3/hari)
NO Kecamatan TAHAP TAHAP TAHAP
eksisting
I II III
2017 2019 2024 2037

PROYEKSI TIMBULAN SAMPAH (liter/org/hari) 1,76 1,89


1,80 2,18

1 Biau 67,32 72,18 85,91 135,12


2 Bukal 26,75 28,68 34,14 53,69
3 Bokat 24,02 25,75 30,65 48,21
4 Bunobogu 16,84 18,06 21,49 33,81
5 Gadung 21,78 23,36 27,80 43,72
6 Keramat 16,18 17,35 20,65 32,47
7 Lakea 19,49 20,90 24,87 39,12
8 Momunu 26,93 28,87 34,36 54,05
9 Paleleh Barat 10,61 11,38 13,54 21,30
10 Paleleh 22,98 24,64 29,32 46,12
11 Tiloan 17,32 18,57 22,10 34,76
TOTAL 270,23 289,73 344,85 542,38
Sumber : Analisa Konsultan, 2017

4.7.2. Perhitungan Teknis Operasianal

4.7.2.1. Pemilahan / Pewadahan

Pemilahan/Pewadahan sampah merupakan awal dari kegiatan

pengelolaan sampah, sampah dari hasil pewadahan inilah yang kemudian akan

masuk ke proses selanjutnya. Hal utama yang penting dari kegiatan pewadahan

adalah kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya atau

wadah yang ada dan disediakan agar tujuan dari pewadahan ini dapat berjalan.

Berikut perencanaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pewadahan pada

kabupaten Buol:

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-58
LAPORAN ANTARA

a. Jenis pewadahan

Penentuan jenis wadah sampah yang direncanakan juga

memperhatikan beberapa hal yang mendasar seperti:

Memenuhi fungsinya sebagai alat penyimpan sampah sementara

Sesuai dengan desain pola pengumpulan

Mempermudah dalam pengisian dan pengosongan serta

pengambilan sampah

Pemisahan wadah antara sampah basah dengan sampah kering

untuk memudahkan proses reduksi sampah dari sumber.

Berdasarkan hal-hal yang dipertimbangkan diatas maka Jenis

pewadahan yang rencana digunakan untuk mewadahi/memilah

sampah berupa :

Bin plastik tertutup dengan kapasitas volume 40-50 liter

Wadah tersebut memiliki status kepemilikan yang berbeda-beda,

yakni sebagian milik pemerintah daerah dan sebagian milik pribadi

masyarakat yang diadakan secara swadaya. Rencana Jenis

pewadahan berdasarkan kelompok pemakai dapat dilihat pada tabel

berikut.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-59
LAPORAN ANTARA

Tabel 4.8. Rencana Jenis Pewadahan Kabupaten Buol

KELOMPOK KAPASITAS USIA


NO. BENTUK JENIS ALAT
PEMAKAI (LITER) PAKAI
1. Rumah tangga - portable bins dengan 40 50 - bin plastik 5 tahun
penutup (non tetap) polyethyline
2. Pasarlos - tong sampah dengan 40 - drum plat besi 5 tahun
- pedagang penutup 10 20 - bambu 3 bulan
lesehan - keranjang sampah
bamboo
3. Pertokoan - portable bins dengan 40 50 - bin plastik 5 tahun
penutup (non tetap) 60 120 polyethyline
tiap toko
4. Industri - tong sampah dengan 120 240 - drum 5 tahun
penutup
- portable bins (tiap 120 - bin plastik 5 tahun
industri) polyethyline
5. Kesehatan - portable bins denga n 40 50 - bin pastik 5 tahun
penutup (tiap bangsal polyethyline
dan kamar)
6. Pendidikan - portable bins dengan 40 50 - bin plastik 3 tahun
penutup (tiap kelas) polyethyline
7. Perkantoran - portable bins dengan 60 120 - bin plastik 5 tahun
penutup (tiap polyethyline
ruangan)
8. Hiburan - portable bins dengan 40 50 - bin plastik 5 tahun
penutup 60 120 polyethyline
9. Perhotelan - portable bins dengan 40 50 - bin plastik 5 tahun
penutup (tiap kamar 60 120 polyethyline
dan lokasi umumnya)
10. Rumah makan - portable bins dengan 40 50 - bin plastik 5 tahun
penutup (pengunjung) polyethyline
- portable bins dengan 60 120 - bin plastik 5 tahun
penutup (pemilik) polyethyline
11. Jalan dan - tong sampah dengan 60 120 - plat besi 5 tahun
tempat umum penutup pakai (drum)
penyangga (tiap 50
meter) semi tetap
- tong sampah dengan
penutup pakai 60 120 - bin plastik 5 tahun
penyangga (tiap 50
meter) semi tetap
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-60
LAPORAN ANTARA

b. Pola pewadahan

Pola pewadahan untuk sampah domestik, sampah institusi

(perkantoran, perhotelan, pertokoan, rumah makan, dan fasilitas

kesehatan) dan sampah jalan diharapkan telah memisahkan sistem

pewadahan sampah antara sampah organik dan sampah anorganik

agar memudahkan proses reduksi sampah dari sumber.

Pewadahan sampah diusahakan tidak tercecer, jika ada sampah

berlebih maka ditempatkan sendiri dengan kantong plastik agar

petugas kebersihan bisa mengambil dengan mudah.

c. Kebutuhan pewadahan

Kebutuhan pewadahan untuk kegiatan domestik ataupun non-

domestik disediakan secara individual berdasarkan jenis wadah yang

telah direncanakan. Dimana disetiap rumah pemukiman dan instansi

harus menyediakan wadah sebagai tempat sampah sebelum sampah

diambil oleh petugas kebersihan. Sementara untuk pewadahan

komunal dan jalan untuk jalan arteri dan tempat-tempat umum wadah

sampah disediakan oleh Badan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan perencanaan pola pewadahan untuk jalur pedestrian

wadah sampah diletakkan di kanan dan kiri jalan dengan jarak antar

wadah 50 meter selang-seling.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-61
LAPORAN ANTARA

4.7.2.2. Pengumpulan

1. Rencana Pengembangan Pengumpulan

Tingkat Pelayanan Pengumpulan

Tingkat pelayanan pengumpulan dan pemindahan persampahan

harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Tingkat pengumpulan sampah dari wilayah permukiman harus

mempertimbangkan tingkat kepadatan penduduk. Tingkat

pelayanan penduduk diwilayah permukiman dengan kepadatan >

50 orang/ha harus direncanakan minimal sebesar 60%.

Tingkat pengumpulan dan pengangkutan sampah dari wilayah

komersial dan konstitusional harus direncanakan dengan tingkat

pelayanan 100%.

Tingkat pelayanan di seluruh wilayah pelayanan harus

direncanakan untuk ditingkatkan menjadi sekitar 90% pada akhir

periode masterplan.

2. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan

industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas

lainnya dalam melakukan pengumpulan sampah wajib menyediakan:

TPS;

TPS 3R; dan/atau

Alat pengumpul untuk sampah terpilah

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-62
LAPORAN ANTARA

3. TPS harus memenuhi kriteria:

Luas TPS sampai dengan 200 m2;

Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling

sedikit 5 (lima) jenis sampah;

Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan

merupakan wadah permanen;

Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;

Lokasinya mudah diakses;

Tidak mencemari lingkungan;

Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas; dan

Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.

4.7.2.3. Pengangkutan

1. Rencana Pengembangan Pengangkutan

Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan ketentuan:

Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan;

Rute pengangkutan sependek mungkin dan dengan hambatan

sekecil mungkin;

Frekuensi pengangkutan dari sumber dan/atau TPS 3R ke TPA

atau TPST dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada; dan

Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan

efektifitas pengangkutan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-63
LAPORAN ANTARA

2. Operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan:

Pola pengangkutan;

Sarana pengangkutan; dan

Rute pengangkutan.

3. Pola Pengankutan sampah terdiri atas:

Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan langsung dari

sumber menuju TPA dengan syarat sumber sampah lebih besar dari

300 liter/unit serta topografi daerah pelayanan yang tidak

memungkinkan penggunaan gerobak; dan

Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di TPS dan/atau

TPS 3R.

4. Sarana Pengangkut sampah dapat berupa:

Dump truck/tipper truck;

Armroll truck;

Compactor truck;

Street sweeper vehicle; dan

Trailer.

5. Pemilihan sarana pengankut sampah harus mempertimbangkan:

Umur teknis peralatan;

Kondisi jalan daerah operasi;

Jarak tempuh;

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-64
LAPORAN ANTARA

Karakteristik sampah; dan

Daya dukung fasilitas pemeliharaan.

6. Rute pengangkutan sampah harus mempertimbangkan:

Peraturan lalu lintas;

Kondisi lalu lintas;

Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut;

Timbulan sampah yang diangkut; dan

Pola pengangkutan.

7. Pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan pengangkutan sampah

dapat:

menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah

terpilah yang tidak mencemari lingkungan; dan

Melakukan pengangkutan sampah dari sumber dan/atau TPS 3R

ke TPA atau TPST.

8. Proyeksi Volume Sampah

Perencanaan proyeksi volume sampah (m3/hari) yang akan

diangkut harus dibedakan berdasarkan asal dan tujuan

pengangkutan sampah

Asal sampah yang akan diangkut direncanakan berdasarkan sentra-

sentra sumber dan wadah komunal

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-65
LAPORAN ANTARA

Tujuan angkutan sampah harus dibedakan atas tujuan ke lokasi TPA

dan tujuan ke lokasi fasilitas 3R (TPS 3R & TPST).

9. Perencanaan Kebutuhan Armada Angkutan

Perencanaan kebutuhan armada angkutan dihitung berdasarkan

kapasitas angkut truk dan jumlah ritasi yang dapat dicapai ke tujuan

pengangkutan.

Apabila jarak angkutan ke lokasi tujuan (TPA) tergolong jauh (>30

km) dan volume yang diangkut lebih besar dari 1000 Ton/hari, maka

perencanaan armada pengangkutan sampah perlu

memperhitungkan adanya suatu transfer station agar efisiensi biaya

angkutan dapat ditingkatkan melalui upaya pemadatan sampah dan

mengganti moda angkutan yang lebih besar kapasitasnya.

4.7.2.4. Pengolahan

1. Teknologi Pengolahan sampah dapat berupa:

Teknologi pengolahan secara fisik berupa pengurangan ukuran

sampah, pemadatan, pemisahan secara magnetis, masa-jenis, dan

optik;

Teknologi pengolahan secara kimia berupa pembubuhan bahan

kimia atau bahan lain agar memudahkan proses pengolahan

selanjutnya;

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-66
LAPORAN ANTARA

Teknologi pengolahan secara biologi berupa pengolahan secara

aerobik dan/atau secara anaerobik seperti proses pengomposan

dan/atau biogasifikasi;

Teknologi pengolahan secara termal berupa insinerasi, pirolisis

dan/atau gasifikasi; dan Pengolahan sampah dapat pula dilakukan

dengan menggunakan teknologi lain sehingga dihasilkan bahan

bakar yaitu Refused Derifed Fuel (RDF);

2. Wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah seperti:

a). TPS 3R

TPS 3R termasuk skala lingkungan hunian dilaksanakan dengan

metode berbasis masyarakat.

Keberadaan TPS 3R dapat diintegrasikan dengan sistem

pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti bank sampah.

Persyaratan TPS 3R harus memenuhi persyaratan teknis seperti:

Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2;

Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi

paling sedikit 5 (lima) jenis sampah;

TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan

sampah organik, dan/atau unit penghasil gas bio, gudang,

zona penyangga, dan tidak mengganggu estetika serta lalu

lintas.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-67
LAPORAN ANTARA

Jenis pembangunan penampung sisa pengolahan sampah

di TPS 3R bukan merupakan wadah permanen;

Penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah

pelayanan dalam radius tidak lebih dari 1 km;

Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;

Lokasinya mudah diakses;

Tidak mencemari lingkungan; dan

Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.

b). TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu)

Persyaratan TPST harus memenuhi persyaratan teknis seperti:

Luas TPST, lebih besar dari 20.000 m2;

Penempatan lokasi TPST dapat di dalam kota dan atau di TPA;

Jarak TPST ke permukiman terdekat paling sedikit 500 m;

Pengolahan sampah di TPST dapat menggunakan teknologi

Fasilitas TPST dilengkapi dengan ruang pemilah, instalasi

pengolahan sampah, pengendalian pencemaran lingkungan,

penanganan residu, dan fasilitas penunjang serta zona

penyangga.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-68
LAPORAN ANTARA

4.7.2.5. Pemrosesan Akhir

1. Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan:

Metode lahan urug terkendali;

Metode lahan urug saniter; dan/atau

Teknologi ramah lingkungan.

2. Kegiatan pemorosesan akhir sampah yang di TPA, meliputi:

Penimbunan/pemadatan;

Penutupan tanah;

Pengolahan lindi; dan

Penanganan gas.

3. Pemrosesan akhir sampah di TPA harus memperhatikan :

Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga,

sampah sejenis sampah rumah tangga, dan residu;

Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:

Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;

Limbah yang berkatagori bahan berbahaya dan beracun sesuai

peraturan perundang-undangan; dan

Limbah medis dari pelayanan kesehatan.

Residu sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak berkategori bahan

berbahaya dan beracun atau mengandung limbah bahan berbahaya

dan beracun;

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-69
LAPORAN ANTARA

Dalam hal terdapat sampah yang berkategori bahan berbahaya dan

beracun atau mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun di

TPA harus disimpan di tempat penyimpanan sementara sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai pengelolaan

limbah bahan berbahaya dan beracun; dan

Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA.

4. Persyaratan TPA meliputi penyediaan dan pengoperasian, harus

memperhatikan pemilihan lokasi, kondisi fisik, kemudahan operasi,

aspek lingkungan, dan sosial.

5. Pemilihan lokasi TPA paling sedikit memenuhi kriteria aspek:

Geologi, yaitu tidak berada di daerah sesar atau patahan yang masih

aktif, tidak berada di zona bahaya geologi misalnya daerah gunung

berapi, tidak berada di daerah karst, tidak berada di daerah berlahan

gambut, dan dianjurkan berada di daerah lapisan tanah kedap air

atau lempung;

Hidrogeologi, antara lain berupa kondisi muka air tanah yang tidak

kurang dari tiga meter, kondisi kelulusan tanah tidak lebih besar dari

10-6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum lebih besar dari

100 m (seratus meter) di hilir aliran.

Kemiringan zona, yaitu berada pada kemiringan kurang dari 20%.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-70
LAPORAN ANTARA

Jarak dari lapangan terbang, yaitu berjarak lebih dari 3000 m (tiga

ribu meter) untuk lapangan terbang yang didarati pesawat turbo jet

dan berjarak lebih dari 1500 m (seribu lima ratus meter) untuk

lapangan terbang yang didarati pesawat jenis lain;

Jarak dari permukiman, yaitu lebih dari 1 km (satu kilometer) dengan

mempertimbangkan pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor

penyakit, dan aspek sosial;

Tidak berada di kawasan lindung/cagar alam; dan/atau

Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 (dua puluh lima)

tahun.

6. Dalam hal lokasi TPA lama yang sudah beroperasi tidak memenuhi

persyaratan, TPA tersebut harus dioperasikan dengan metode lahan

urug terkendali atau lahan urug saniter meliputi:

Melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah penutup

secara periodik;

Mengolah lindi yang dihasilkan sehingga efluen yang keluar sesuai

baku mutu;

mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis yang

berlaku; dan

membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA

tersebut.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-71
LAPORAN ANTARA

7. Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan

timbulan sampah, tingkat pelayanan, dan kegiatan yang akan dilakukan

di dalam TPA

8. Umur teknis TPA paling sedikit 10 (sepuluh) tahun.

9. Prasarana dan sarana TPA meliputi:

Fasilitas dasar;

Fasilitas perlindungan lingkungan;

Fasilitas operasional; dan

Fasilitas penunjang.

10. Fasilitas dasar terdiri atas:

Jalan masuk;

Jalan operasional;

Listrik atau genset;

Drainase;

Air bersih;

Pagar; dan

Kantor.

11. Fasilitas perlindungan lingkungan terdiri atas:

Alat berat;

Truk pengangkut tanah; dan

Tanah.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-72
LAPORAN ANTARA

12. Fasilitas penunjang terdiri atas:

Bengkel;

Garasi;

Tempat pencucian alat angkut dan alat berat;

Alat pertolongan pertama pada kecelakaan;

Jembatan timbang;

Laboratorium; dan

Tempat parkir.

13. TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang,

pengomposan, dan atau gas bio.

14. Perencanaan Volume Sampah Ke TPA

Perencanaan volume sampah dihitung berdasarkan volume

sampah terkumpul dikurangi volume sampah yang diolah dalam

satuan m3/hari.

Volume sampah yang dibawa ke TPA harus diketahui densitasnya

sehingga volume sampah tersebut dapat dikonversi dalam satuan

Ton/hari.

Volume sampah yang dibawa ke TPA dalam 1 tahun dihitung

berdasarkan hari kerja TPA yaitu 300 hari pertahun.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-73
LAPORAN ANTARA

15. Perencanaan Kebutuhan Lahan Ke TPA

Perencanaan kebutuhan lahan per 1 lokasi TPA harus dihitung

berdasarkan umur rencana minimum 10 tahun.

Perencanaan kebutuhan luas lahan TPA efektif (dalam m2 atau

Ha) dihitung berdasarkan dengan proyeksi volume sampah padat

ditambah volume tanah penutup dibagi desain tinggi sel harian dan

jumlah lapisan sel harian yang membentuk bukit akhir.

Perencanaan ratio volume sampah terpadatkan di TPA terhadap

volume tanah penutup terpadatkan maksimum adalah 6 : 1 (enam

bagian sampah terhadap 1 bagian tanah penutup)

Perencanaan tinggi timbunan sampah di TPA dihitung berdasarkan

jumlah lapisan sel (lift) yang membentuk bukit akhir. Jumlah lapisan

sel maksimal adalah 6 lapis untuk tinggi lapisan sel harian

maksimum dan kemiringanlereng timbunan sampah minimum 3 H :

1V

Perencanaan tinggi timbunan sel harian harus mempertimbangkan

faktor pemadatan sampah dan maksimum adalah 3.0 m

Perencanaan tinggi bukit akhir harus dihitung berdasarkan jumlah

lapisan sel harian dikali tinggi timbunan sel harian dikali faktor

dekomposisi sampah.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-74
LAPORAN ANTARA

Luas lahan TPA yang dibutuhkan adalah luas lahan TPA efektif

(dumping area) ditambah luas untuk kebutuhan prasarana TPA dan

luas untuk buffer zone.

Perencanaan luas buffer zone minimum 50% dari luas lahan TPA

efektif.

16. Perencanaan Pemilihan Lokasi Ke TPA

Pemilihan lokasi TPA yang layak teknis harus berpedoman pada

tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah SNI-

03-3241-1994

Calon lokasi TPA yang layak teknis berdasarkan kriteria penyisih

sesuai tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir

sampah harus dilengkapi dengan studi AMDAL untuk mengetahui

kelayakan sosial dan kelayakan lingkungan calon lokasi TPA

Calon lokasi TPA yang akan ditetapkan sebagi lokasi TPA dalam

rencana induk, harus memenuhi kelayakan teknis dan kelaykan

sosial dan kelayakan lingkungan serta kelayakan ekonomis.

Apabila lokasi TPA yang layak tidak tersedia dalam wilayah

administratif kota tersebut, maka kerja sama regional harus

dilakukan.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-75
LAPORAN ANTARA

4.8. STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

4.8.1. Strategi Pengembangan Prasarana Dan Sarana Persampahan

Penanganan sampah di Kabupaten Buol dilakukan dengan dua skenario,

dimana skenario I dikhususkan kepada zona prioritas (kecamatan yang

memungkinkan dengan sistem TPA yaitu dengan jarak kurang dari 30 km dari

lokasi TPA). Sementara untuk kecamatan lain akan dilayani tanpa pengolahan

dan langsung dibawa ke TPST. Namun untuk skenario 1 (Khusus Kecamatan Biau)

dibuatkan lagi dalam 3 alternatif yaitu alternatif dengan pengurangan 30%,

pengolahan 70% pada tahun 2024 (A), Alternatif dengan pengurangan 30%,

pengolahan 70% pada tahun 2019 (B) dan Alternatif dengan pengurangan 30%,

pengolahan 70% pada tahun 2037 (C). Skenario 1 dengan alternatif A, B, C dan

skenario 2 dapat dilihat sebagai berikut:

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-76
LAPORAN ANTARA

1. Skenario Pengelolaan Sampah Kecamatan Biau

a. pengurangan 30%, penngolahan 70% pada tahun 2024

10% TPS 3R 5%

Sumber Sampah TPA


90%
Gambar 4.7. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 1 dengan alternatif
pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2024

30% TPS 3R 8%

Sumber Sampah TPA


70%

Gambar 4.8. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 2 dengan alternatif


pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2024

50% TPS 3R 15%

Sumber Sampah TPA


50%
Gambar 4.9. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 3 dengan alternatif
pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2024

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-77
LAPORAN ANTARA

b. pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2019

30% TPS 3R 10%

Sumber Sampah TPA


70%

Gambar 4.10. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 1 dengan alternatif


pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2019

50% TPS 3R 15%

Sumber Sampah TPA


50%
Gambar 4.11. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 2 dengan alternatif
pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2019

70% TPS 3R 20%

Sumber Sampah TPA


30%

Gambar 4.12. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 3 dengan alternatif


pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2019

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-78
LAPORAN ANTARA

c. pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2037

5% TPS 3R 2%

Sumber Sampah TPA


95%

Gambar 4.13. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 1 dengan alternatif


pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2037

15% TPS 3R 4%

Sumber Sampah TPA


85%

Gambar 4.14. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 2 dengan alternatif


pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2037

30% TPS 3R 10%

Sumber Sampah TPA


70%
Gambar 4.15. Skenario Pengelolaan sampah Tahap 3 dengan alternatif
pengurangan 30%, pengolahan 70% pada tahun 2037

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-79
LAPORAN ANTARA

2. Kecamatan Bokat, Karamat dan Momunu

Tabel 4.9. Skenario Pengelolaan Sampah Tahap 1, Kecamatan Bokat,


Karamat dan Momunu
Tahap 1
Pelayanan
No Kecamatan TPS 3R
Sampah TPA
Sampah masuk kompos daur ulang Residu
1 Bokat 20% 0% 0% 0% 0% 100%
2 Keramat 0% 0% 0% 0% 0% 0%
3 Momunu 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

Tabel 4.10. Skenario Pengelolaan Sampah Tahap 2, Kecamatan Bokat,


Karamat dan Momunu
Tahap 2
Pelayanan
No Kecamatan TPS 3R
Sampah TPA
Sampah masuk kompos daur ulang Residu
2 Bokat 50% 30% 12% 8% 10% 70%
3 Keramat 30% 30% 12% 8% 10% 70%
4 Momunu 30% 30% 12% 8% 10% 70%
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

Tabel 4.11. Skenario Pengelolaan Sampah Tahap 3, Kecamatan Bokat,


Karamat dan Momunu

Tahap 3
Pelayanan
No Kecamatan TPS 3R
Sampah TPA
Sampah masuk kompos daur ulang Residu
2 Bokat 70% 50% 20% 15% 15% 50%
3 Keramat 50% 70% 8% 7% 15% 80%
4
Sumber Momunu
: Analisis Konsultan,
50%2017 70% 8% 7% 15% 80%
Sumber : Analisis Konsultan, 2017

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-80
LAPORAN ANTARA

3. Kecamatan Bukal, Bunobogu, Gadung, Lakea, Paleleh Barat, Paleleh


dan Tiloan
Tabel 4.12. Skenario Pengelolaan Sampah dengan TPST Tahap 2

Pelayanan Sampah Diolah


No Kecamatan
Sampah di TPST

1 Bukal 5% 100%
2 Bunobogu 0% 0%
3 Gadung 10% 100%
4 Lakea 0% 0%
5 Paleleh Barat 0% 0%
6 Paleleh 0% 0%
7 Tiloan 0% 0%

Sumber : Analisis Konsultan, 2017


Tabel 4.13. Skenario Pengelolaan Sampah dengan TPST Tahap 3

Pelayanan Sampah Diolah


No Kecamatan
Sampah di TPST

1 Bukal 16% 100%


2 Bunobogu 24% 100%
3 Gadung 30% 100%
4 Lakea 25% 100%
5 Paleleh Barat 45% 100%
6 Paleleh 25% 100%
7 Tiloan 25% 100%

Sumber : Analisis Konsultan, 2017

4.8.2. Strategi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Beberapa strategi Pengembangan Kelembagaan adalah sebagai berikut:

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-81
LAPORAN ANTARA

1. Meningkatkan Status Dan Kapasitas Institusi Pengelolaan

Kabupaten Buol termasuk kategori kota sedang, sehingga institusi

pengelola persampahan yang diperlukan setingkat Sub dinas atau

seksi atau UPT (unit pelaksana teknis).

2. Meningkatkan Kinerja Institusi Pengelola Persampahan

Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus

menerus dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga

dapat diidentifikasi berbagai kelemahan yang ada dan melakukan

upaya-upaya peningkatan yang terarah.

Rencana tindak yang diperlukan adalah meningkatkan pelaksanaan

evaluasi kinerja pengelola persampahan.

1. Memisahkan Fungsi/Unit Regulator Dan Operator

Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah mendesak

untuk segera diwujudkan. Sehingga satu institusi yang berperan ganda

sebagai operator sekaligus regulator sudah waktunya dipisahkan.

Adanya dua peran dalam satu institusi telah menyebabkan kerancuan

dalam mekanisme pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah.

Apabila institusi akan berperan sebagai operator maka diperlukan

institusi pengawas yang berperan sebagai regulator. Namun apabila

untuk menyelenggarakan pelayanan persampahan dikontrakkan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-82
LAPORAN ANTARA

dengan pihak ketiga, maka Dinas/Sub Dinas menjadi regulator dengan

tetap berkoordinasi dengan instansi terkait.

Struktur organisasi Dinas/Perusahaan Daerah/Sub Dinas/Seksi/UPT

sebaiknya hanya menangani masalah kebersihan saja dan perlu

memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang

efisien dan efektif. Rencana tindak yang diperlukan adalah:

Penyusunan Pedoman pemisahan fungsi regulator dan operator

Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator

2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemangku

Kepentingan Lain.

Penguatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat dipengaruhi oleh

pola-pola kerjasama horizontal maupun vertikal termasuk kerjasama

antar kota dalam penerapan pola pengelolaan sampah secara regional.

Kerjasama antar instansi dibutuhkan untuk berbagai hal yang berkaitan

dengan kewenangan instansi lain seperti pengelolaan sampah pasar,

drainase/sungai, pihak produsen/industri/perdagangan (penanganan

sampah kemasan B3 rumah tangga dan bahan-bahan daur ulang),

pertanian/kehutanan (pemasaran kompos), bidang pendidikan dan lain-

lain. Selain itu kerja sama dengan pihak PLN (kerjasama penarikan

retribusi), pihak developer/ kelurahan/LSM (penanganan sampah skala

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-83
LAPORAN ANTARA

kawasan berbasis masyarakat) dan perguruan tinggi (penelitian dan

pengembangan serta inovasi teknologi) juga sangat diperlukan.

3. Mendorong koordinasi lintas sektor

Dengan adanya koordinasi, semua pihak dapat serentak dan kompak

melaksanakan program-program persampahan sehingga hasilnya

diharapkan lebih maksimal menjangkau seluruh daerah Kabupaten

Buol. Koordinasi juga diperlukan untuk menyeragamkan pemahaman

dan rencana aksi di semua tingkatan/lapisan masyarakat. Rencana

tindak berupa fasilitasi pembentukan forum koordinasi

interdepartemen untuk penerapan 3 R.

4. Meningkatkan Kualitas SDM

Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola

persampahan, profesionalisme sumber daya manusia (SDM)

merupakan salah satu unsur utama yang dapat menggerakkan roda

manajemen persampahan secara menyeluruh. Peningkatan kualitas

SDM menjadi sangat penting untuk terselenggaranya suatu sistem

pengelolaan persampahan yang berkelanjutan.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan baik ditingkat pusat, provinsi, dan kota/kabupaten.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-84
LAPORAN ANTARA

4.8.3. Strategi Pengembangan Peran Serta Masyarakat/Swasta

Peningkatan peran masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah

mempunyai fungsi penting sebagai fondasi bangunan pengelolaan sampah.

Pelaksanaan program tidak akan berhasil tanpa kesadaran masyarakat yang

cukup memadai.

Beberapa strategi Pengembangan Peran Serta Masyarakat adalah sebagai

berikut :

1. Meningkatkan Pemahaman Tentang Pengelolaan Sampah Sejak Dini

Melalui Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah

Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah

dewasa terbukti tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah

sejak dari sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih

sistematik, yaitu melalui mekanisme pendidikan masalah

kebersihan/persampahan sejak dini di sekolah. Strategi ini perlu

dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten Buol.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan uji

coba/pengembangan dan replikasi sekolah bersih dan hijau untuk

memotivasi anak usia sekolah secara dini mengenal dan memahami

berbagai metode pengelolaan sampah sederhana di lingkungan

sekolahnya.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-85
LAPORAN ANTARA

2. Menyebarluaskan Pemahaman Tentang Pengelolaan Persampahan

Kepada Masyarakat Umum

Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi

masyarakat agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan

persampahan sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang

diharapkan. Berbagai produk panduan dan pedoman ini perlu

disebarluaskan melalui berbagai media terutama media massa yang

secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang terkandung di

dalamnya.

Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup penyusunan

pedoman/ panduan pengelolaan persampahan dan penyebarluasannya

melalui media massa.

3. Meningkatkan Pembinaan Masyarakat Khususnya Kaum Perempuan

Dalam Pengelolaan Sampah

Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam

jangka panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan

kemitraan masyarakat terutama kaum perempuan juga sangat

diperlukan. Perempuan sangat erat kaitannya dengan timbulan sampah

di rumah tangga (75% sampah kota berasal dari rumah tangga),

sehingga diperlukan mekanisme pembinaan yang efektif untuk pola

pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum perempuan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-86
LAPORAN ANTARA

yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai

vocal point.

Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh

kaum perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada

penerapan di rumah dan kelompok masing-masing.

4. Mengembangkan Sistem Insentif Dan Iklim yang Kondusif Bagi Dunia

Usaha/Swasta

Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif

perlu diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta

yang mau terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan.

Peninjauan kembali pedoman dan ketentuan penanaman modal

swasta dalam bidang persampahan perlu segera dilakukan untuk

mengurangi hambatan faktor resiko dan dapat menarik faktor

keuntungan yang proporsional.

Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan uji coba

kerjasama swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota

percontohan. Kerjasama ini hendaknya dilakukan secara profesional

dan transparan sehingga dapat menjadi contoh untuk multiplikasi di

kota lainnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah:

Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan

Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-87
LAPORAN ANTARA

sampah

Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala

kawasan

5. Mendorong Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara

efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi

terutama bila keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini

dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan sampah di

lingkungan perumahan melalui pemberdayaan masyarakat setempat,

yang selanjutnya dapat direplikasi di tempat lainnya.

Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan

ujicoba/pengembangan/ replikasi pengelolaan berbasis masyarakat.

6. Menanamkan Konsep Pengelolaan Sambah Berbasis 3 R Sejak dari

Sumber Sampah

Dalam rangka meminimalkan pemasukan sampah ke TPST diperlukan

adanya kegiatan yang berawal dari sumber. Salah satu langkah yang

dapat diambil adalah melalui pemilahan sampah di sumber,

pengomposan, daur ulang dan sampah yang masuk kategori B3 akan

dikelola secara terpisah. Jika sejak dari sumbernya sampah telah

dikurangi dan dipilah, akan memberikan kontribusi yang besar

terhadap pengoptimalan fungsi TPST.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-88
LAPORAN ANTARA

Rencana tindak yang diperlukan adalah promosi dan kampanye 3 R

melalui tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan dusun (RT/RW), dan

pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3 R di permukiman.

7. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif

dalam pelaksanaan 3R

Semangat melaksanakan 3R dapat berkembang dengan melihat contoh

dan bukti dari kelompok lain. Jika ditambah dengan adanya pemberian insentif

bagi kelompok pengelola sampah swadaya masyarakat, lembaga dan badan

usaha ataupun perseorangan yang terbukti melaksanakan pengelolaan sampah

dan dapat menjadi contoh bagi masyarakat lain, akan dapat memancing

ketertarikan masyarakat untuk terlibat serta. Disamping insentif, disinsentif juga

diperlukan untuk menunjukkan ketegasan dan konsentrasi penuh dari

pemerintah terhadap masalah persampahan. Rencana tindak yang diperlukan

adalah:

Promosi dan kampanye 3R melalui tingkat kabupaten, kecamatan,

desa dan dusun (RT/RW).

Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R di permukiman

4.8.4. Strategi Pengembangan Peraturan

Aspek hukum dan peraturan berupa peraturan-peraturan daerah yang

merupakan dasar hukum pengelolaan persampahan, yang mengatur tentang

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-89
LAPORAN ANTARA

ketentuan umum pengelolaan kebersihan, bentuk institusi formal pengelola

kebersihan, dan pembiayaan/retribusi sampah.

Beberapa hal penting mengenai aspek peraturan pengelolaan

persampahan di Kabupaten Buol adalah sebagai berikut:

1. Penguatan Pemerintah dalam memberlakukan Hukum

2. Evaluasi terhadap aspek peraturan

4.8.5. Strategi Pengembangan Keuangan

Hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan Ekonomi dan

Pembiayaan adalah:

- Sumber dana

- Kemampuan dan kemauan masyarakat

- Kemampuan keuangan daerah

- Potensi kemitraan dengan pihak swasta dalam bentuk KPS

Beberapa strategi Pengembangan Pembiayaan adalah sebagai berikut :

1. Penyamaan Persepsi Para Pengambil Keputusan

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terdapat perbedaan persepsi

akan prioritas dan pentingnya pengelolaan persampahan termasuk

perlunya pemulihan biaya pengelolaan; bahkan diantara para

pengambil keputusan di Pemerintah Daerah. Untuk itu diperlukan

upaya-upaya untuk membangun dan menyamakan persepsi agar

pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian yang seimbang.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-90
LAPORAN ANTARA

Untuk dapat menyediakan anggaran dan menggali alternatif

pembiayaan persampahan, diperlukan proses penyamaan persepsi

ditingkat para pengambil keputusan baik pusat maupun daerah

sehingga pemahaman akan pentingnya pelayanan persampahan dapat

dimiliki dan menjadi pertimbangan dalam pengalokasian anggaran

selanjutnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah:

Pelaksanaan sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para

pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.

Pengalokasian anggaran yang seimbang/adil bagi pengelolaan

persampahan agar dapat menyediakan pelayanan yang baik secara

kualitas maupun kuantitas.

2. Mendorong Peningkatan Pemulihan Biaya Persampahan

Pemerintah Daerah Kabupaten Buol perlu didorong untuk

meningkatkan pemulihan biaya dari pengelolaan persampahan agar

subsidi bagi pelayanan publik ini dapat dibatasi dan mengupayakan

semaksimal mungkin pendanaan dari masyarakat.

Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman dan

aturan untuk memudahkan Pemerintah Daerah melaksanakan upaya

pemulihan biaya pengelolaan persampahan. Pedoman dan aturan

tersebut akan meliputi pedoman penyusunan rencana biaya, pedoman

pengelolaan keuangan, pedoman penyusunan tarif retribusi.

PENYUSUNAN REVIEW PTMP DAN DED TPA SAMPAH KABUPATEN BUOL IV-91

Anda mungkin juga menyukai