Anda di halaman 1dari 23

BAB III

ANALISIS KESTABILAN LERENG SINGLE SLOPE

3.1. Analisis Kestabilan Lereng


Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam sistem open pit mining
adalah faktor-faktor geoteknik pada litologi batuan di daerah penambangan.
Karena pada saat proses desain suatu lereng sangat banyak faktor - faktor yang
mempengaruhi dan harus diinput sebagai parameter untuk menentukan
kemantapan lereng tersebut. Adanya bidang diskontinu pada batuan akan
mempengaruhi banyak hal yang berhubungan dengan aktifitas 2 penambangan.
Diantaranya adalah pengaruh terhadap kekuatan dari batuan. Semakin banyak
bidang diskontinu yang memotong massa batuan, semakin kecil pula kekuatan
dan batuan tersebut. Bidang - bidang diskontinu yang ada pada massa batuan
inilah yang memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya failure pada batuan.
Adapun studi kasus yang di berikan oleh Tim Asisten adalah:
PT MODREN adalah sebuah perusahaan jasa konsultan yang bergerak
dibidang geomekanika yang meliputi preparasi sampel pengeboran coring,
pengujian batuan di laboratorium, penyelidikan lapangan, analisis kestabilan
lereng, dan rekomendasi lereng. Dalam kasus ini PT MODREN diminta oleh klien
untuk melakukan analisis kestabilan lereng. Guna memberikan rekomendasi
dimensi lereng yang tepat PT MODREN membuat analisis lereng tunggal dengan
dimensi dan properties yang berbeda beda. Maka dari itu anda sebagai engineer
dituntut untuk melakukan analisis lereng tunggal sesuai dengan target klien.
Sampel C Residual ϒ Saturated
No Lithologi Фresidual (°)
number (Kpa) (gr/cm3)
1 SKM-05-03 Carbonaceous 21,97 15,19 2,44
2 SKM-05-06 Carbonaceous 23,80 16,00 2,18
3 SKM-05-12 Carbonaceous 33,23 16,42 1,97
4 SKM-05-16 Carbonaceous 20,81 13,04 2,04
5 SKM-05-24 Carbonaceous 21,10 12,56 1,98
6 SKM-05-27 Carbonaceous 24,13 14,88 2,41
7 SKM-05-34 Carbonaceous 30,93 15,43 2,13

Ketentuan :
1. Parameter geoteknik yang digunakan adalah nilai kohesi dan sudut gesek
dalam sisa (residual). Hal ini dikarenakan kondisi material pada lereng tunggal
dianggap sudah terganggu karena kegiatan penambangan.
2. Menggunakan bobot isi jenuh (saturated density).
3. Kondisi muka air tanah diasumsikan partially saturated, Hu = 0,6 dan muka air
tanah mengikuti permukaan lereng.
4. Buahlah desain single slope dengan ketinggian 5, 10, dan 15. Pada tiap
perbedaan tinggi muka lereng buat dengan kemiringan yang berbeda beda
yaitu 50°, 60° dan 70°.
5. Pada tiap desain single slope masukan tiap properties yang sudah diberikan.
6. Buatlah warna desain single slope sesuai warna litologi.
7. Output pada bab ini adalah nilai FK.

3.2. Pengenalan Awal Terhadap Perangkat Lunak Slide


Rocscience slide adalah salah satu software geoteknik yang mempunyai
spesialisasi sebagai software perhitungan kestabilan lereng. Pada dasarnya
Rocscience slide adalah swedge, roclab, phase2, rocplane, dan rocdata. Secara
umum langkahan analisis kestabilan lereng dengan Rocscience slideadalah
pemodelan, identifikasi metode dan parameter perhitungan, identifikasi material,
penentuan bidang gelincir, running/kalkulasi, dan interpretasi nilai FoS dengan
software komplemen slide bernama slide interpret.
Analisis kestabilan lereng mempunyai tingkat kerumitan yang cukup
tinggi dan mempunyai banyak variabel. Selain itu akurasi kestabilan lereng juga
sangat dipengaruhi oleh akurasi parameter yang dimasukkan terkait kondisi
sebenarnya. Perhitungan detail dan unsure ketidakpastian nya cukup besar
(diwakili oleh parameter probality) sehingga jika perhitungan dilakukan manual
akan memakan waktu yang cukup lama dan akurasi nya tidak maksimal. Oleh
karena itu analisis kestabilan lereng semakin banyak digunakan di dunia industri
maupun pendidikan. Tetapi yang menjadi syarat utama seseorang sebelum
menggunakan. Software adalah pemahaman terhadap konsep perhitungan
tersebut. Rocscience slide banyak digunakan di industry khususnya
pertambangan dan kontruksi khusus nya tunggul, bendungan, dan lereng pada
sisi jalan.
3.2.1 Metode Fellenius
Prinsip Dasar Metode Fellenius Metode Fellenius (Ordinary Method of
Slice) diperkenalkan pertama oleh Fellenius (1927,1936) berdasarkan bahwa
gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar irisan FK dihitung
dengan keseimbangan momen. Fellenius mengemu-kakan metodenya dengan
menyatakan asumsi bahwa keruntuhan terjadi melalui rotasi dari suatu
blok tanah pada permukaan longsor berbentuk lingkaran (sirkuler) dengan
titik O sebagai titik pusat rotasi. Metode ini juga menganggap bahwa
gaya normal P bekerja ditengah-tengah slice. Diasumsikan juga bahwa
resultan gaya-gaya antar irisan pada tiap irisan adalah sama dengan nol,
atau dengan kata lain bahwa resultan gaya-gaya antar irisan diabaikan.

Jadi total asumsi yang dibuat oleh metode ini adalah:

 Posisi gaya normal P terletak di tengah alas irisan : n

 Resultan gaya antar irisan sama dengan nol :n–1


Total : 2n – 1
Dengan anggapan-anggapan ini maka dapat diuji persamaan keseimbangan
momen untuk seluruh irisan terhadap titik pusat rotasi dan diperoleh suatu
nilai Faktor Keamanan.

*Sumber : Anonim, 2023


Gambar 3.
Lereng dengan busur lingkaran bidang longsor

Pada Gambar 3. diperlihatkan suatu lereng dengan sistem irisan


untuk berat sendiri massa tanah (W) serta analisis komponen gaya-
gaya yang timbul dari berat massa tanah tersebut, yang terdiri dari gaya-
gaya antar irisan yang bekerja di samping kanan irisan (Er dan Xt) Pada
bagian alas irisan, gaya berat (W) diuraikan menjadi gaya reaksi normal
Pw yang bekerja tegak lurus alas irisan dan gaya tangensial Tw yang bekerja
sejajar irisan. Besarnya lengan gaya (W) adalah x = R sin α, dimana R
adalah jari-jari lingkaran longsor dan sudut α adalah sudut pada titik O yang
dibentuk antara garis vertikal dengan jari-jari lingkaran longsor.

Dengan menggunakan prinsip dasar serta asumsi-asumsi yang telah


dikemukakan di atas, maka selanjutnya dapat diuraikan analisis Faktor
Keamanannya sebagai berikut:
Kriteria Keruntuhan Mohr–Coulomb:
s = c’ + σ’ tan Ø’ (1)
dengan:
s = Kuat geser tanah
c’ = Kohesi tanah efektif
σ’ = Tegangan normal efektif
Ø’ = sudut geser dalam tanah efektif
Tegangan Normal Efektif dinyatakan sebagai:
σ’= σ- u
dengan:
σ = Tegangan normal total
u = Tekanan air pori
Kemudian tegangan normal total yang bekerja pada bidang longsor
dinyatakan sebagai:
pw
σ=
l.1
dengan:
pw = Gaya normal akibat berat sendiri tanah
l = lebar alas irisan
1 = satu satuan lebar bidang longsor
Substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (1) menghasilkan :
s = c’ + (σ – u) tan Ø’
dan substitusi persamaan (2) pada persamaan (4) menghasilkan :
s = c’ + (– u ) tan Ø
Agar supaya lereng menjadi stabil maka gaya-gaya yang diperlukan untuk
meng-akibatkan longsor haruslah lebih kecil dari pada gaya-gaya yang ada
sehingga faktor keamanan akan menjadi lebih besar atau sama dengan
satu.
(Gabriela.Dkk, 2014)

3.2.2 Metode Bishop


Metode Bishop adalah Metode yang diperkenalkan oleh A.W. Metode
Bishop dipakai untuk menganalisis permukaan gelincir (slip surface) yang
berbentuk lingkaran. Dalam metode ini diasumsikan bahwa gaya-gaya normal
total berada/bekerja dipusat alas potongan dan bisa ditentukan dengan
menguraikan gaya-gaya pada potongan secara vertikal atau normal. Persyaratan
keseimbangan dipakai pada potongan-potongan yang membentuk lereng
tersebut. Metode Bishop menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada
irisan mempunyai resultan nol pada arah vertikal (Bishop,1955).
Pada sebagian besar metode analisis, gaya normal diasumsi bekerja
dipusat alas dari tiap potongan, sebab potongan tipis. Ini diterapkan pada
sejumlah asumsi. Metode Bishop ini menggunakan asumsi sebanyak (2n – 1 ).
Prinsip dasarnya sebagai berikut:
 Kekuatan geser didefinisikan dengan menggunakan hubungan linier Mohr-
Coulomb
 Menggunakan Keseimbangan normal
 Menggunakan keseimbangan tangensial
 Menggunakan keseimbangan momen

*Sumber : Anonim, 2023


Gambar
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu potongan

Keterangan :
W = Berat total pada irisan EL,
ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang kiri dan
kanan XL,
XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri dan
kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan b = Lebar dari irisan l = Panjang dari irisan
Faktor Keamanan Faktor keamanan terhadap longsoran didefinisikan
sebagai perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah dibidang
longsor yang diandaikan (s) dengan tahanan geser yang diperlukan untuk
s
keseimbangan (𝜏), atau Fk  .
τ
3.2.3 Metode Janbu

*Sumber : Anonim, 2023


Gambar
Lereng serta gaya-gaya yang bekerja untuk metode janbu
Notasi :
W = Berat total pada irisan
EL = Gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang kiri
ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang kanan
XL = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri
XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan
ht = Tinggi rata-rata dari irisan h
f = Asumsi letak thrust line
b = Lebar dari irisan
l = Panjang dari irisan
 = Kemiringan lereng
t = Sudut thrust line
Pada tahun 1954 Janbu membuat suatu metode analisa yang dapat
digunakan pada permukaan longsor yang berbentuk circular dannon circular.
Rumus-rumus dasar telah dikembangkan untuk menganalisa daya dukung dan
masalah tekanan tanah oleh Janbu 1957. Ini merupakan metode irisan (slice)
pertama dimana seluruh keseimbangan gaya dan keseimbangan momen
dipenuhi. Janbu merumuskan persamaan umum keseimbangan dengan
menyelesaikan secara vertikal dan sejajar pada dasar tiap-tiap irisan. Dengan
memperhitungkan seluruh keseimbangan gaya maka rumus untuk faktor
keamanan Ff diperoleh sebagai berikut (Anderson dan Richards, 1987) :

Ɛ( c1 + (p- ul) tan φ) sec


Ff =
Ɛ(W - ( xr - xl ) tan
3.3. Langkah Kerja

TUTORIAL SINGLE SLOPE


1. Buka aplikasi slide

2. Pilih add external boundary.


3. Kemudian buat bidang slope dengan menyesuaikan tinggi studi kasus yang
ada, misal pada studi kasus diminta untuk membuat slope dengan ketinggian
5 maka buat boundary dari titik 0 ke 10 lalu tarik garis kesamping hingga
membentuk garis seperti dibawah ini hingga membentuk bidang seperti
dibawah ini.
4. Lalu buat water table-nya dengan menggunakan tool add water table, setelah
sudah buat water table di permukaan single slope tersebut, kemudian klik
kanan dan pilih done.
5. Setelah sudah akan muncul table seperti dibawah ini kemudian pilih ok.

6. Pilih tool dimension angle untuk mengetahui sudut yang ada pada bidang
slope yang kita buat tadi, lalu kita buat di bidang miring.
7. Jika sudut tidak sesuai dengan studi kasus yang ada maka kita pilih
boundaries pada tab menu di slide kemudian pilih change slope angle.
8. Setelah kita pilih change slope maka akan muncul table seperti di bawah ini,
lalu tinggal kita sesuaikan sudut sesuai dengan studi kasus yang ada.
Misalnya pada studi kasus yang ada dikatakan sudutnya sebesar 500 maka
kita ubah sudutnya yang awal sebesar 450 ke 500 dengan mengisi rotation
angle-nya 5 kemudian pilih clockwise.

9. Kemudian tinggal kita rapikan dimension angle-nya sesuai kemiringan bidang


yang sudah kita ubah tadi.
10. Lalu kita isi material bidang tersebut sesuai dengan studi kasus yang ada
dengan cara klik kanan di dalam bidang, kemudian pilih material properties.
11. Maka akan muncul tabel propertiesnya yang akan kita isi sesuai studi kasus
yang sudah diberikan, jika sudah klik ok lalu bidang tersebut akan berubah
sesuai dengan material properties yang sudah di isi.
12. Kemudian pilih ke menu analysis dan klik project setting. Pada table project
setting pilih left to right agar menyesuaikan dengan arah bidang yang kita
buat tadi lalu klik ok.
13. Jika sudah kita pilih lagi menu surface lalu pilih auto grid, kemudian akan
muncul tabel grid spacing dan pilih ok. Maka akan muncul grid di atas bidang
yang kita buat.
14. Pilih lagi menu analysis kemudian klik compute kemudian kita klik yes, save
change dan kita simpan sesuai nama yang kita inginkan.
15. Pilih lagi menu analysis kemudian pilih interpret maka akan muncul tab baru
kemudian kita lihat nilai FK bishop dan janbu.
3.4. Hasil Akhir
Hasil yang didapatkan dalam berberapa data sampel yang diberikan
oleh studi kasus PT MODREN yang menghasilkan sebagai berikut:

Hasil Analisis Kestabilan Lereng Tunggal Residual


FK
No Jenis Material Tinggi (m) Sudut (°)
Bishop Janbu
50 1.355 1.369
5 60 1.888 1.241
1 SKM-05-03 70 1.217 1.312
50 0.832 0.815
10
60 0.744 0.722
70 0.607 0.676
50 0.645 0.619
15 60 0.533 0.543
70 0.453 0.481
50 1.593 1.607
5 60 1.386 1.459
70 1.217 1.312
50 0.946 0.936
2 SKM-05-06 10 60 0.834 0.872
70 0.692 0.782
50 0.721 0.699
15 60 0.599 0.616
70 0.510 0.546
50 2.276 2.312
5 60 2.005 2.131
70 1.779 1.923
50 1.295 1.304
3 SKM-05-12 10 60 1.122 1.176
70 0.961 1.129
50 0.963 0.946
15 60 0.815 0.850
70 0.692 0.777
50 1.437 1.458
5 60 1.249 1.333
70 1.107 1.198
50 0.839 0.834
4 SKM-05-16 10 60 0.717 0.755
70 0.616 0.712
50 0.632 0.618
15 60 0.528 0.547
70 0.450 0.489
50 1.476 1.498
5 60 1.287 1.377
70 1.142 1.236
50 0.854 0.834
5 SKM-05-24 10 60 0.732 0.770
70 0.630 0.732
50 0.639 0.628
15 60 0.536 0.557
70 0.456 0.500
50 1.483 1.494
5 60 1.285 1.358
70 1.133 1.220
6 SKM-05-27 50 0.888 0.876
10 60 0.757 0,787
70 0.651 0.737
15 50 0.680 0.669
60 0.556 0.583
70 0.485 0.519
50 1.997 2.029
5 60 1.751 1.871
70 1.566 1.682
50 1.154 1.156
7 SKM-05-34 10 60 0.995 1.042
70 0.855 0.996
50 0.826 0.846
15 60 0.729 0.759
70 0.620 0.690

Maka Hasil yang didapatkan dari sebuah analisis sebuah lereng yang
direkomendasikan adalah jenis Material SKM-05-12 dengan Ketinggian 5 meter
dan dengan sudut 50o Mendapatkan FK lebih dari 1,2 yaitu bishop 2.276 dan
janbu 2.312.
DAFTAR PUSATAKA

Anderson, M.G., Richard K.S., 1987. Slope Stability, Geotechnical Engineering and
Geomorphology, John Wiley and Sons.

Gabriella, V.M.P.A.E., Sompie,O.B.A., 2014. ANALISI KESTABILAN LERENG DENGAN


METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland). Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Anda mungkin juga menyukai