Anda di halaman 1dari 41

BAB IV

ANALISA PERHITUNGAN SOIL NAILING

IV. 1. Umum
IV. 1.1. Asumsi dan Pendekatan Desain

Pada saat ini ada beberapa metode desain untuk soil nailing, antara lain :

* U.S Design Methods - Davis Method (Shen, 1981)

- Juran Method (Juran, 1990; Elias dan Juran, 1991)

* German Methods - Stoeker (1979)

- Gassier dan Gudehus (1981)

* French Method - Schlosser (1983)

Metode desain ini berdasarkan analisa limit equilibrium dengan

memperhitungkan permukaan bidang longsor potensial. Metode German permukaan

runtuhnya diasumsikan bilinear dan metode Davis diasumsikan parabolik (gambar 4.1)

didalam perhitungan stabilitas hanya memasukkan kapasitas regangan (tensile capacity)

dari perkuatan. Sedangkan metode French permukaan runtuhnya diasumsikan circular

(gambar 4.1) memperhatikan kapasitas regangan, kapasitas geser (shearing capacity)

dan kekakuan lentur paku pada seluruh stabilitas massa tanah perkuatan.

Dua macam pendekatan dasar yang dipakai untuk desain struktur penahan

tanah soil nailing yaitu:

1. Berdasarkan pendekatan stabilitas global struktur soil nailing. Metode analisa slope

stability dapat dipakai untuk menghitung angka keamanan terhadap keruntuhan

sepanjang permukaan longsor potensial, dengan memperhatikan tahanan geser,

regangan dan pullout perkuatan. Dengan pendekatan desain ini tidak diperoleh letak
dan nilai gaya tarik maksimum pada tiap level perkuatan serta terbatas untuk

menghitung angka keamanan global berkenaan dengan keruntuhan tanah atau

perkuatan. Tetapi pendekatan ini menghasilkan efisiensi kerja dalam penyelesaian

masalah teknik yang berhubungan dengan tanah heterogen, struktur dengan bentuk

kompleks, mode keruntuhan dengan aspek internal dan eksternal dan aliran air pada

slope. Metode desain yang memakai pendekatan ini yaitu : Davis method, German

method dan French method.

2. Berdasarkan analisa local equilibrium pada tiap level perkuatan. Fermukaan runtuh

yang terbentuk sepanjang garis gaya regang maksimum diasumsikan log spiral atau

lingkaran.Keruntuhan ini diasumsikan disebabkan progressive breakage (kerusakan

yang bertambah) pada paku dan tahanan geser tanah terjadi sepanjang permukaan

runtuh. Pendekatan analisa limit memperoleh penyelesaian letak dan nilai gaya

tarik dan geser pada tiap perkuatan. Tetapi pendekatan ini terbatas pada tanah

homogen dan bentuk sederhana. Padahal pada kebanyakan tanah yang ada heterogen,

sehingga proses konstruksi dan bentuk struktur selalu beradaptasi dengan kondisi

lapangan sebenarnya. Oleh karena itu untuk struktur yang sama perkuatan yang

dipakai bisa berbeda, seperti tipe, panjang dan kemiringan. Metode desain yang

memakai pendekatan ini yaitu analisa kinematikal limit (Juran method).


45

(a) German
Method

(c) French
Method

Gambar 4.1 Asumsi Permukaan Runtuh padaAnalisa Soil Nailing

IV. 1.2. Preliminary Desain

Soil nailing dapat dipakai pada beberapa jenis tanah dengan kondisi subsoil

yang bervariasi. Karena itu sulit mendapatkan prosedur umum untuk rjreliminary

desain yang tidak tergantung pada kondisi lapangan. Berdasarkan percobaan, baik

dengan driven bar maupun dengan tulangan yang digrout telah dibuat prosedur untuk

preliminary desain sebagai fungsi dari sudut gesek dalam § (gambar 4.2 dan gambar

4.3) oleh Guilloux & Schlosser dan fungsi dari tinggi penggalian dan jarak antar paku

(tabel 4.1) oleh Bruce dan Jewell.

Pada gambar 4.2 dibuat grafik sebagai fungsi dari perbandingan IVH (di mana

L panjang tulangan dan H tinggi vertikal dinding) dengan sudut geser dalam 4>.

Gambar 4.3 dibuat grafik sebagai fungsi dari panjang kumulatif tulangan per feet

pcrsegi permukaan dengan sudut geser dalam (|>, pada struktur sesungguhnya.
•16

. : - e n g t h 0 * Hii 1 S
- - - e i g h t o f t n e Wal 3
Jl
Hurplnoise method
• Hurplnoise method
• Micro-piles method

Q< C

Micro-piles method

20° 30° 4 0° 50° <P


mimum proportions for overall SoiI Friction Angle 20° 30° 40° 50° Soil f r i c t l - . i Ancle

stabllltyfslidlng and overtunlng)

Gambar 4.2 Geometri StrukturNailing Gambar 4.3 Panjangkumulatif perfi2


(Guilloux dan Schlosser, 1982) (Guilloux dan Schlosser, 1982)
Sedangkan pada tabel 4.1 terdapat koefisien empat parameter sebagai

perbandingan dari:
- length ratio = paniang paku maksimum
tinggi penggalian

bond ratio diameter lubang x patijang


jarak antar paku

- strength ratio m (diameter paku2) (xlO3)


jarak antar paku

- perfomance ratio _ outward movement


tinggi penggalian

Hubungan yang ditunjukkan pada gambar 4.2 dan 4 J serta tabel 4.1 hanya untuk

preliminary desain. Perhitungan yang lebih akurat dan teliti harus dilakukan untuk

memastikan stabilitas penggalian.


47

Tabel 4.1 Perbandingan Drilled Bar dan Driven Bar untuk Preliminary Desain
(Bruce dan Jewell).

Drilled and Driven


Concreted
Lenqth Ratio 0.5 - 0.8 0.5-0.6
Bond Ratio 0.3 - 0.6 0.6-1.1
Strength Ratio (xlO-3) 0.4 - 0.8 1.3-1.9
Performance Ratio 0.001-0.003 No Data

IV.1.3. Parameter Desain

Parameter desain yang utarna pada struktur soil nailing mengenai material

properties tanah dan perkuatan. Parameter ini dapat diklasifikasikan atas:

1. Material properties tanah, khususnyatipe tanah dan sudut geser dalam ((>.

2. Material properties perkuatan, terutama tahanan regangan, geser dan kekakuan

lentur.

3. Parameter yang berhubungan dengan interaksi perkuatan tanah oleh gesekan, yaitu

ultimate skin friction, Tf yang terjadi sepanjang paku pada tanah. Ultimate skin

friction diperoleh dari tabel hasil percobaan, tetapi masih diperlukan pull out test

untuk memperoleh nilai sesungguhnya

4. Parameter yang berhubungan dengan interaksi perkuatan tanah normal oleh daya

jepit tanah lateral pada perkuatan, khususnya tekanan pasif limit tanah ( p ^ )dan

modulus reaksi tanah lateral (Ks).

5. Bentuk properties perkuatan (ketebalan, bentuk, panjang) dan struktur (jarak antar

paku vertikal dan horisontal, kemiringan perkuatan dan permukaan).


6. Parameter yang berhubungan dengan metode pemasangan paku, sepeiti tipc

lapisan pennukaan dan parameter grouting.

IV.2. Davis Method

Prosedur desain analisa limit dikembangkan Shen mempunyai asumsi bahwa

permukaan keruntuhan berupa kurva parabolik melahn ujung bawah dindmg. Asumsi

ini berdasarkan hasil analisa finite element dari tanah yang diperkuat sctempat ( Bang,

1979 ), yang digunakan untuk membuat contour faktor keamanan permukaan runtuh

potensial sepeiti yang diperlihatkan dalam gambar 4.4. Permukaan keruntuhan

potensial melahn ujung bawah dindmg yang diperoleh dari anafisa finite element

membentuk permukaan lengkung.

p
s*tntul Ft,ij,t
Suffice

Gambar 4.4. Contour dari Faktor Keamanan (Mitchell, J.Kdan Villet,W.C.B,


1987)
49

Uei*it 2

Element

«5 "3

Element 2

I: Body Wetcht
S : Tjnferrtijl Force
Element I
N : Normal Force

Gambar 4.5. Diagram Free Body Ketika Permukaan Runtuh Diperluas di


LuarMassa Tanah Perkuatan (Shen, 1981)

Untuk menghitung gaya paku yang disumbangkan pada stabilitas dipakai

analisa stabilitas dengan cara potongan (slices method). Gaya yang diperhatikan hanya

gaya tank saja, yang diuraikan menjadi komponen sejajar (gaya tangensial) dan tegak

lurus (gaya normal) terhadap bidang longsor. Gaya normal dan tangensial dalam tiap

perkuatan yang melalui permukaan runtuh potensial ditambah dengan gaya penahan

yang terjadi dalam tanah untuk menentukan faktor keamanan global. Di dalam

analisanya ada dua kondisi yang harus dipertimbangkan secara terpisah. Kondisi

pertama terdiri atas permukaan keruntuhan yang diperluas di Iuar daerah perkuatan

seperti yang diperlihatkan dalam gambar 4.5. Sedangkan kondisi kedua yaitu
permukaan runtuh yang seiuruhnya di dalam massa tanah perkuatan. Dengan

menggunakan analisa stabilitas slope konvensional faktor keamanan tidak dapat

dihitung secara langsung karena persamaan untuk gaya pelongsor dan gaya penahan

mengandung faktor keamanan sebagai variabel yang tidak diketahui.

Gambar 4.5 mempeiiihatkan asumsi permukaan runtuh potensial dan diagram

free body. Gaya S2 dan S3 yang dihasilkan tanah diasumsikan sejajar dengan bidang

keruntuhan.

Persamaan kesetimbangan untuk elemen 1:

N2 = ( Wx - Sx ) ( cosa 3 ) - N, sin a , (4.1)


52 = (W, - S, ) ( s i n a 3 ) + N, cos a 3 (4.2)
di mana Wj = berat elemen 1

S\ ~ ^Y 3 tangensial antara elemen 1 dan elemen 2 (diasumsikan

vertikal)

0C3 = sudut antara permukaan keruntuhan dan bidang horizontal

untuk elemen 1

N^'/.K.y^H-L,)2

K = rasio tegangan tanah = ah / a v yang mana dapat diperhi-

tungkan dengan menggunakan Ko koefisien tekanan tanah

diam

Persamaan kesetimbangan gaya untuk elemen 2:


N3 = ( W2 + S, ) ( cos a 3 ) + N, sina 3 (4.3)
53 = ( W2 + S t ) ( sina,) - N, cosa, (4.4)
di mana W. = berat elemen 2
51

a, = sudut antara permukaan keruntuhan dan bidang horizontal

untuk elemen 2

Total gaya pelongsor SD sepanjang permukaan mntuh adalah:

S D = ( Wt - S, ) ( s i n a 3 ) + ( W2 + S, ) ( s i n a , ) + N, ( c o s a 3 - c o s a , ) (4.5)

Total gaya penahan SR sepanjang permukaan runtuh terdiri dari tahanan geser

tanah ditambah dengan tahanan geser tambahan yang disebabkan oleh gaya normal

dan gaya tangensial perkuatan. Total gaya penahan dapat dinyatakan sebagai berikut:

SR = c' L , + N 3 tan<J>2' + N 2 ' tan<j), ' + TT (4.6)

dimana L,. = panjang permukaan runtuh

N3 = reaksi normal pada permukaan runtuh elemen 2

4)j' = sudut gesek dalam elemen 1 = 4>, / FS.

4>2' = sudut gesek dalam elemen 2 =<J>, / FS,

c' = kohesi yang dihasilkan = c / FS #

FS. = faktor keamanan terhadap gesekan

FSC - faktor keamanan terhadap kohesi

N 2 '= N2 + T N

TN = komponen normal gaya tank aksial pada perkuatan

TT = komponen tangensial gaya tank aksial pada perkuatan

Untuk menyelesaikan persamaan SR ( gaya penahan \ TN dan T T hams

diketahui. Gaya aksial pada tiap perkuatan harus ditentukan sebelum gaya penahan dan

semua faktor keamanan dapat dihitung.


Gaya pada tiap perkuatan diperoleh dengan menghitung gaya tahanan gesekan

(Tmaks) peiioiatan di belakang permukaan runtuh. Gaya tahanan gesekan adalah gaya

gesekan perkuatan dengan tanah sekelilingnyayang ditentukan sebagai berikut;

T = 7iDL e ( < 7 K M > / + C I l , ) / S h (4.7)

di mana T = gaya penahan per satuan panjang dinding

D = diameter perkuatan.

L = panjang Iekatan efektif perkuatan di belakang permukaan

keruntuhan

tyt' = sudutgesek dalam yang terjadi

Ca = Iekatan antaratanali dan perkuatan

tan <t>a' = koefisien gesekan yang dihasilkan

= tan(<j)/FS g )

C3' - kohesi yang dihasilkan

oH = tegangan normal rata-rata

SJJ = jarak horizontal antara perkuatan

FS = faktor keamanan terhadap pull out

Tahanan gesekan perkuatan tidak dapat melebihi tegangan lelehnya. Jika

tahanan gesek tiap elemen perkuatan telah ditentukan, maka seluruh stabilitas galian

dapat dihitung berdasarkan permukaan runtuh yang diasumsikan. Gaya pelongsor dan

gaya penahan yang dihasilkan sepanjang permukaan keruntuhan harus dalam keadaan

setimbang ( SD = S R ) dan seluruh faktor keamanan diperoleh ketika:


FS c = FS(|>=FSg
53

<|) = <(> ( sudut gesek tanah dalam ) dan C ' = Ca (4.8)

Gaya pelongsor dan gaya penahan memiliki variabel faktor keamanan sehingga

tidak dapat diselesaikan secara langsung. Tetapi dengan cara mencoba-coba sampai

di dapat hasil yang benar.

Analisa limit yang dilakukan sesuai prosedur dibandingkan dengan hasil

analisa finite element yang dilakukan Bang ( 1979 ) pada penggalian dengan peiioiatan

tanah. Gambar 4.6 memperlihatkan pennukaan runtuh potensial pada penggalian

sedalam 25 ft dengan panjang paku 15 ft dengan menggunakan dua metode.

Gambar 4.6. Perbandingan Permukaan Keruntuhan Potensial yang


Diperkirakan (Mitchell, J.Kdan Villet.W.C.B, 1987)
1V.3. French Method

Pendekatan analisa stabilitas global dikembangkan oleh Schlosser ( 1983 ) yang

menganggap massa perkuatan tanah sebagai material komposit dan memakai prosedur

yang agak serupa dengan metode Davis. Ada 4 kriteria keruntuhan yang diperhatikan (

gambar4.7).

FORCES IN THE BAR

SLIP SURFACE

FAILURE CRITERIA

SHEAR RESISTANCE OF THE BAR 7m0t< Rn , Tc < Rc * R„/2


SOIL BAR FRICTION Tmo,< irD Le r£
NORMAL LATERAL EARTH THRUST ON THE BAR p < p mox
SHEAR RESISTANCE OF THE SOIL r< c + <r Ton <f>

Gambar 4.7. Analisa Stabilitas Slope yang Diberi Soil Nailing (Schlosser,
1983)

IV.3.1. Tahanan Geser Tanah

Digunakan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb, T = C +a tan <}> di mana C

adalah kohesi tanah dan <b adalah sudut gesek tanah.


55

IV.3.2. Gava Gesek Perkuatan Tanah

Gaya tank T yang terjadi harus seimbang dengan gaya gesek efektif di dalam

daerah tahanan di belakang permukaan runtuh.

Untuk perkuatan bundar dengan diameter D diasumsikan ultimate skin friction

Tf konstan sepanjang perkuatan di belakang bidang longsor, L(, tahanan tank yang

dikerahkan, Tm, dihitung dengan:

T m < 7 r D L „ / m a x = T„, (4.9)

di mana T . = gaya tarik

Dari percobaan Cartier dan Gigan (1983 ) ultimate skin friction yang terjadi

sepanjang perkuatan pada tanah hampir konstan, tidak tergantung dari

kedalaman.Untuk estimasi awal Tf dapat dipakai grafik pada gambar 3.2 dan tabel 3.1.

Tetapi estimasi mi masih tidak dapat diandalkan untuk pelaksanaan soil nailing.

Diperlukan pull out test pada perkuatan untuk mendapatkan nilai yang dapat dipakai

untuk desain.

IV.3.3. Intcraksi Normal antara Tanah dan Perkuatan

Seperti yang diperlihatkan pada bab III, interaksi normal antara tanah dan

perkuatan relatif rigid mengakibatkan tahanan jepit tanah pasif lateral pada perkuatan.

Tekanan tanah lateral P harus lebih kecil dari pada tahanan pasif maksimum yang

dapat dikerahkan pada tanah. Dalam prakteknya di Prancis, tekanan tanah lateral

diambil lebih rendah dari tekanan creep Pf yang didapat dari pressuremeter test.
Dengan analisa p-y didapat upper limit dari tanah lateral yaitu : Plin=- PJ 2, di mana

P^, adalah nilai tekanan lateral ultimate dari kurva p-y.

Gaya geser dan momen lentur yang terjadi pada perkuatan dihitung dengan

persamaan lentur elastis dan tanah diasumsikan sebagai rangkaian per elastoplastis.

Penyelesaian persamaan lentur elastis terdiri atas desain parameter kekakuan relatif

perkuatan dan tanah yang dibatasi panjang penyaluran (L0).

Seperti yang dijelaskan dalam bab III, perhitungan gaya lateral yang terjadi

pada paku memerlukan asumsi tambahan mengenai displacement tulangan.

Displacement mi sukar diperkirakan dan untuk desain praktis diasumsikan tulangan

tegak lurus terhadap permukaan runtuh (gambar 4.8).

'^•-Potential
< failure surface

Gambar 4.8.Penyelesaian Teoritis Tulangan yang Tak Terhingga Panjangnya


Dipakai untuk Desain (Mitchell, J.Kdan Villet,W.C.B, 1987)

Pada struktur soil nailing panjang perkuatan L hams lebih besar 3 X dari pada

panjang transfer L 0 . Secara teoritis perkuatan dapat dianggap mempunyai panjang

yang tak terhingga dan displacement tulangan sama dengan 2yo ( gambar 4.5 ).

Didapat penyelesaian sederhana untuk gaya geser maksimum V 0 yang terjadi pada titik
pertemuan permukaan runtuh ( 0 ) dan momen lentur maksimum yang terjadi pada

jarak L 0 (71 / 4 ) dari titik ( 0 ).

Persamaannya adalah:

V 0 = P%LQ(P<Plim) (4.10)

M^-Q.IGPD LQ2 < Mp (4.11)

di mana Mp =•'• momen plastis tulangan

P = tekanan pasif pada tulangan dengan upper limit PUm

Tekanan normal dibatasi lebih kecil dari (1) nilai Phm atau (2) tekanan tanah

yang berhubungan dengan terjadinya sendi plastis pada perkuatan sehingga gaya geser

maksimum pada perkuatan dirumuskan dengan:

£k p (4.12a)
r
2 lim

atau
V0 = ^ [ M „ / ( 0 . 1 6 D L o 2 ) ] (4.12b)

IV.3.4. Kekuatan Paku

Ketika paku harus menahan gaya tarik T dan gaya geser V dipakai kriteria

desain dari analisa lingkaran Mohr untuk tegangan di dalam tulangan ( gambar 4.9 )

dengan memperhatikan elemen perkuatan tulangan mengikuti kriteria keruntuhan

Tresca:
di mana R n = kekuatan tank perkuatan

Rc = kekuatan geser perkuatan

"JL
if

a) Keadaan Tegangan-tegangan di Dalam Tulangan

/\
Be

b) A p p l i c a t i o n o* the P r i n c i p l e of Mjiiinum Work

b) Aplikasi dan Prinsip Kerja Maksimum


Gambar 4.9. Penentuan Gaya Maksimum pada Tulangan (Mitchell, J.Kdan
Villet,W.C.B, 1987)

Gaya tank Tf dan geser Vf yang terjadi pada paku tergantung pada

kemiringan a terhadap paku.Kriteria keruntuhan (persamaan 4.13) dan total gaya 7"

yang terjadi pada perkuatan ( dengan komponen tarik T dan geser V), dan vektor

displacement 5 (dengan komponen normal 8n dan tangensial 5C ) dapat digambarkan

dengan potongan pada gambar 4.9b. Keadaan plastis maksimum dinyatakan pada titik

TT ( T, V ) yang berhubungan dengan keruntuhan tegangan pada tulangan, garis

singgung terhadap clips yang mewakili permukaan runtuh harus ortogonal terhadap
arah vektor displacement cS. Dari keadaan plastis maksimum dan kriteria keruntuhan

Tresca dapat dihitung gaya tarik dan gaya geser sebagai fungsi dari a:

Vf ^ j dan
2
P+4tan (2-a)]:

Tf - 4 V f t a n ( f - a ) di mana Rc = Rn / 2 (4.14)

Untuk a = 0, hanya terjadi gaya tarik pada paku, sedangkan untuk a = r hanya terjadi

gaya geser.

Untuk tulangan yang digrouting dapat diperhitungkan kekuatan tekan dari

grouting di mana tulangan tersebut di tengah-tengah grouting.

Untuk aplikasi praktis dari metode analisa yang mempunyai beraneka macam

kriteria yang kompleks, sebuah program komputer TALREN dikembangkan oleh

perusahaan geotecnical Francis TERRASOL pada tahun 1980.

IV.3.S Batasan dan Perbandingan Metode Desain dengan Data Percobaan

IV.3.5.1. Batasan Metode Desain Davis dan Prancis

Prosedur desain metode Davis dan French hanya memberikan faktor keamanan

global dan tidak dapat menghitung gaya tarik dan gaya geser maksimum yang terjadi

pada nap level perkuatan. Pada pengamatan struktur full-scale menunjukkan pengaruh

gaya tarik yang terjadi pada perkuatan atas pada seluruh stabilitas struktur lebih besar

dari yang diperkirakan. Pada kenyataannya, menurut metode French permukaan

runtuh potensial pada bagian atas dinding hampir vertikal sehingga gaya tarik pada
perkuatan atas menjadi nol (a 0 = f ). Meskipun demikian gaya tank yang terjadi pada

perkuatan atas ini mempengaruhi prilaku dan stabilitas stniktur.

Prosedur desain yang berdasarkan kesetimbangan limit ini tidak

memperhatikan bidang regangan yang terjadi dalam massa perkuatan dan terhadap

displacement stniktur yang diijinkan. Batasan ini berhubungan juga dengan analisa

stabilitas slope yang dilakukan dengan metode konvcnsional. Pada kasus itu faktor

keamanan dan displacement berhubungan secara empiris.

Percobaan full-scale dan model tes laboratohum digunakan untuk menyelidiki

mekanisme interaksi tanah-perkuatan dan bentuk keruntuhan potensial terhadap beban

statis dan hampir tidak ada pengukuran untuk mengevaluasi efek getaran vertikal dan

horizontal yang disebabkan oleh beban dinamik pada perilaku stniktur. Sehingga tidak

ada prosedur desain rasional khusus terhadap beban dinamik. Untuk desain praktis

terhadap beban dinamik dapat digunakan prosedur pseudostatic.(Seed dan Whitman,

1970)

IV.3.5.2. Perbandingan Metode Desain dengan Data Percobaan

Shen ( 1981 ) melakukan centrifugal study pada model soil nailing untuk galian

dengan paku yang digrouting. Digunakan metode Davis untuk memperkirakan

akselerasi pada saat keruntuhan akan terjadi.


61

MEASURED g-LEVEL CAUSING FAILURE

Gambar 4.10. Model Tes Centrifuge - Level g yang Dihttung dan Diukur
Menyebabkan Keruntuhan ( Shen, 1981)

Gambar 4.10 memperlihatkan hasil perhitungan dan pengukuran akselerasi

yang menyebabkan keruntuhan, sedangkan gambar 4.11 memperlihatkan distribusi

regangan geser dalam tanah yang didapat dari pengukuran displacement tanah pada

foto in-flight dari keadaan keruntuhan. Daerah keruntuhan potensial diperlihatkan oleh

daerah yang diarsir dari regangan geser maksimum dan diibandingkan dengan

permukaan runtuh potensial yang diperkirakan dengan analisa stabilitas. Pengukuran

dan perhitungan permukaan runtuh terutama pengukuran dan perhitungan lebar

maksimum dari daerah aktif ( gambar 4.12 ) memperoleh hasil yang baik. Model tes

centrifugal ini mendukung prosedur desain Davis. Pengukuran lebih jauh pada struktur

full-scale terhadap keruntuhan masih dibutuhkan untuk membuktikan metode desain.


SuffjCC Cliff,

IIOO

Gambar 4.11. Model Tes Centrifuge - Contour Tegangan Regangan


Maksimum yang Khas dari Model Centrifuge pada
Keruntuhan (ModelA) (Shen, 1981)

5.0

• ~ * 0 _
UJ C
UJ —
* I-

Zu
<U
•" C
£ UJ JO
c
c
cz
UJ <
3 *
=- u
s<
O e:

2.0

MEASURED DISTANCE BETWEEN FAILURE CRACK AND


EDGE C U T (in.)

Gambar 4.12. Model Tes Centrifuge - Jarak yang Dihitung dan Diukur
antara Retak Keruntuhan dan Pemotongan Tebing (Shen,
1981)
IV.4. Metode Analisa Kinematika! Limit

Pada dua metode di atas analisa perhitungannya berdasarkan stabilitas global

dari massa tanah perkuatan. Sedangkan analisa kinematikal limit berdasailcan stabilitas

lokal pada tiap level perkuatan. Karena pada struktur soil nailing stabilitas lokal pada

tiap level perkuatan dapat lebih kritis dari pada stabilitas global.

Dengan pendekatan analisa kinematikal limit ini dapat dihitung pengaruh

parameter desain utama (kemiringan, kekakuan lentur dan jarak dari paku) dan bentuk

struktur (kemiringan pcrmukaan dan embankment slope) pada gaya penahan paku

serta stabilitas struktur.

Untuk membuktikan aplikasi dari metode ini gaya hasil perhitungan

dibandingkan dengan hasil pengukuran pada model laboratorium dan struktur full

scale. Metode ini juga dipakai untuk menganalisa variasi mekanisme keruntuhan dari

pengamatan model dinding dan memprediksi tinggi kritis model yang dibandingkan

hasil percobaan. Pendekatan metode desain berdasarkan penyelesaian analisa limit

yang beihubungan dengan displacement kinematikal atau mode keruntuhan yang

diijinkan.

Asumsi desain yang dipakai diperlihatkan pada gambar 4.13, yaitu:

1. Keruntuhan yang terjadi disebabkan rotasi pada daerah aktif yang dianggap kaku

dengan bidang permukaan runtuh log spiral.

2. Pada keruntuhan, letak gaya tank dan geser maksimum sama dengan permukaan

runtuh yang terjadi pada tanah.


3. Daerah aktif dan daerah tahanan (resistance zone) dipisahkan oleh lapisan tipis

tanah pada limit state dari aliran plastis rigid.

4. Tahanan geser tanah terjadi sepanjang permukaazn runtuh sesuai kriteria coulumb.

5. Komponen horisontal (E^) dari potongan gaya yang bekerja pada kedua si si

potongan paku besarnya sama.

6. Penganih beban tambahan horisontal, F h (horisontal surcharge) pada permukaan

atas massa tanah terhadap gaya pada paku berkurang secara linier sepanjang

permukaan runtuh.

Gambar 4.13. Pendekatan Analisa Kinematikal Limit : (a) Mekanisme Keruntuhan


dan Asumsi Desain; (b) Penampang Tegangan pada Perkuatan; (c)
Penyelesaian Teoritis untuk Tulangan Panjang (Juran dan Beech,
1984)

Penganih kekakuan lentur tulangan pada deformasi paku dan gaya penahan

(resisting force) yang dihasilkan dianalisa dengan memperhatikan :

1. Paku yang sangat lleksibel hanya menahan gaya tank.


2. Paku yang sangat rigid menahan gaya tarik dan gaya geser, tetapi tidak berubah

bentuk selama konstruksi.

3. Paku dengan kekakuan lentur terbatas terjadi perubahan bentuk dan menahan

gaya geser.

Pada kasus ketiga deformasi paku yang terjadi (dB), dihitung dengan penyelesaian

elastis yang dipakai untuk pile dengan pembebanan lateral. Ditengah deformasi paku

pada permukaan runtuh momennya adalah nol, sedangkan gaya tarik (Tnulu) dan gaya

geser (Vc )-nya maksimum (gambar 4.13c).

Deformasi maksimum paku (dB) diperoleh dari permukaan runtuh dan

dirumuskan sebagai berikut:


<415)
*- m
dimana:

V, = gaya geser maksimum

Kt = modulus reaksi tanah lateral.

D = lebar dari tulangan plat strip atau diameter tulangan bulat.

lo = panjang penyaluran (persamaan 3.4).

Untuk mendapatkan penyelesaian non-dimensi, gaya geser maksimum dapat ditulis

dengan :

dimana :

y - berat jenis tanah

H = tinggi dinding
Sv = jarak antar paku vertikal

Sh = jarak antar paku horisontal

Sehingga didapat perumusan :

(417)
<®=if
di mana :

N = (K,.D / y .HXl02/Sv.Sh) adalah parameter non-dimensi kekakuan lentur, yang

tergantung pada kekakuan relatif tulangan dengan tanah dan tinggi struktur.

Momen lentur maksimum pada paku elastis terjadi pada jarak x0 = (7i/4)*l dari

permukaan runtuh, besarnya sama dengan:

M ^ = 0,32 Vc * 1 0 , atau untuk analisa non-dimensi:


M
maks

wkrr°'i2-TS (4I8)

Gaya geser maksimum yang terjadi pada paku (T^^) diperoleh dari analisa

tegangan penampang paku. Di asumsikan tegangan geser maksimum pada paku terjadi

pada arah (a) permukaan runtuh tanah. Karena itu, seperti diperiihatkan gambar 4.13b

pada lingkaran Mohr untuk tegangan pada paku, dengan kriteria keruntuhan Von

Mises didapatkan tegangan geser (xn) dan teganan normal (an) yang bekerja pada

bidang normal paku, dan dituliskan dengan :


xn = Vi cotg [2( a - f^J] * a n ; B ^ = 6 - dB (4.19)

dimana 6 adalah kemiringan paku mula-mula.

Penyelesaian elastis untuk paku fleksibel relatif dapat ditemui pada praktek

(panjang paku; L > 310), sedangkan untuk paku dengan kekakuan lentur tinggi (lo > L)
penyelesaiannya didapat dengan memperhatikan batasan dari paku sangat rigid (dfi

0).

Untuk mendapatkan bentuk permukaan runtuh, diperlukan dua parameter

kinematikal yaitu:

- Ao, adalah kemiringan permukaan runtuh pada bagian atas permukaan.

- Af, adalah kemiringan permukaan runtuh pada bagian ujung / toe massa perkuatan

tanah.

Sudut Ao tergantung pada kekakuan lentur paku. Pengamatan pada dinding model soil

nailing (Juran, 1984) menunjukkan bahwa untuk paku fleksibel permukaan runtuh

pada bagian atas struktur adalah vertikal (Ao = 0), sedangkan untuk paku rigid pada

prakteknya tegak lurus terhadap paku. Parameter Af ditentukan dari keseimbangan

momen daerah aktif.

Gaya tank maksimum pada tiap paku diperoleh dari keseimbangan gaya

horisontal dari potongan paku dan gaya geser maksimum yang dihitung dengan

persamaan (4.21). Untuk penyelesaian iterative dibuat program komputcr, dan

diperoleh hasil untuk tiap level perkuatan (Z/H), dengan output desain parameter:

bentuk permukaan runtuh non-dimensi (S/H), nilai gaya tarik maksimum non-dimensi

[TN = Tmaks /(y .H.Sv.Sh)] dan gaya geser maksimum (TS= Vc / (y.H.Sv.Sh)].

Gambar 4.14 memperlihatkan output variasi gaya tarik dan geser untuk dinding soil

nailing tipikal dengan permukaan vertikal (y = 90°), permukaan tanah horisontal (x =

0°), karakteristik kekuatan tanah ty - 35° dan (c / y.H) = 0.05, kemiringan paku B =
15° dan nilai parameter kekakuan N yang berbeda (sangatfleksibel,N = 1, dan sangat

kaku N = 10).

Gambar 4.14 Variasi TN dan TS untuk Kekakuan RelatifPaku (Juran, 1990)

Pengaruh kemiringan paku dan kekakuan relatif (N) pada gaya tank, geser

maksimum perkuatan dan bentuk daerah aktif (S/H) diperlihatkan pada gambar 4.IS.

Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh kekakuan lentur sangat bergantung pada

kemiringan tulangan. Untuk kemiringan tulangan yang dipakai dilapangan (B =

10°-15°) dan karakteristik tanah (4» = 35°, c / y .H = 0,05) penambahan nilai N (masih

dalam batasan N < 2) menghasilkan pengurangan lebih dari 50% gaya tank yang ada

(TN) dan berhubungan dengan peningkatan gaya geser (TS) lebih dari 20% pada lebar

dari daerah aktif. Pada gambar 4.15c memperlihatkan bahwa untuk nilai N yang besar

perhitungan nilai TN memakai penyelesaian elastis untuk pembebanan pile lateral yang

dikonversikan dalam paku sangat rigid (dfi = 0).


<p • 3 5
Co; (b)

c/,K • 005
0 20
• fi-15 fl^*-

0 15 - / > ^
2 0 10 -'
0 10 0
•,' / 9 - I 0
s
(3 - 0
// '°
0 05
—~. Perfectly F i e * bie Soluti Dn

Z S 2 3 « 5
N N

(c) 0 60
150 <p • 3 5
Id)
. 1 5 ,
tfy H • 0 0 5 0 0 55 - fl-o
125
0 50 r ^
100

075
1/ e
a '0
10

i 0 4 5
^Fo
B-IO

B^X- ——

_B-<Q,—"
050 0 40
yihis
025 0 35
' — P erfectly R g d Solution "mm Perfectly Fl mbla Solution

0 0 30
20 40 60 80 100 0 2 3 4 5
N N

Gambar 4.15 Pengaruh Kemiringan Paku (fi) dan Kekakuan Relatif (N) pada
Tarik Maksimum, Geser Maksimum dan (S/H) (Juran, 1990)

IV.4.1 Perhitungan Desain Struktur Soil Nailing

Desain dengan analisa kinematikal limit ini berdasarkan perhitungan dari

stabilitas lokal tiap level perkuatan dengan mempcrhatikan dua kriteria keruntuhan,

yaitu:

/. Keruntuhan cUsebabkan Pullout pada tulangan


Tmaks ^ X.D
TN =
iH.Sv.Sh * WLrc* (4.20)

dimana:

Le = panjang penyaluran, Le = L - S
L = panjang tulangan total

S = panjang tulangan pada daerah aktif

Tf = 1 ah an an geser lateral, yang diperoleh dari pull out test di lapangan.

X = untuk tulangan bulat dan sama dengan 2 untuk tulangan pelat strip.

FSg = faktor keamanan terhadap pull out

Persamaan di atas dirubah dengan kriteria desain yang berkenaan dengan keruntuhan

pull out dari tiap perkuatan, dirumuskan dengan :


L S TN.FSg
+ (421
H - H m >
fmaks.D
di mana: u = —„ a
^ Y.iv.OA

(S/H) dan TN adalah output data desain yang dihasilkan sebagai ningsi dari kedalaman

relatifZ/H.

2. Keruntuhan disebabkan patah pada tulangan

* Untuk paku ileksibel


FallAs
> TN (4.22)
y.H.Sv.Sh
di mana:

Fall = tegangan tarik yang diijinkan

As = luas penampang paku

Untuk paku dengan kekakuan terbatas, patah dapat terjadi oleh gaya tarik dan geser

atau momen lentur.


71

Untuk keruntuhan oleh kedua gaya tarik/geser, desain hams memenuhi:


FallAs +*. v ,. --,.
Keq (423)
wzrk -
di mana: Keq = [TN2 + 4TS 2 f

Untuk keruntuhan oleh momen plastis desain harus memenuhi :

Mp > (Fm) * Mmak = 0,32.(Fm).Vc.lo (4.24)

atau

WkT* * <Fm) M b =
IWAM.W (4.25,

di mana :

Mp adalah momen plastis dari tulangan. Untuk tulangan yang digrout momen plastis

ekivalen dihitung dengan memperhatikan bahwa grouting tersebut mempunyai

kekuatan pelongsor fc' 21.000 kN/m2 (3000 psi) dan kekuatan tarik nol.

Fm adalah faktor keamanan terhadap momen plastis tulangan (jika batasan gaya pada

tulangan berdasarkan tegangan yang diijiiikaii, diambii Frn =1)

Untuk struktur pada tanah homogen dengan panjang tulangan yang seragam,

sederhana dan konservatif, dapat dipakai grafik desain yang memperhatikan nilai

maksimum dari (S/H), TN dan TS. Grafik desain untuk paku fleksibel dan tulangan

No.8 (tabel 5.1) yang sering dipakai dalam praktek, ditunjukkan pada gambar 4.16 dan

gambar 4.17.
72
050 ' - 0 60
! •*=20°
NOTES

^X
1. Nail inclination 15° cS=25°
040 c>=30°
3. Horizontal Backfill
4 . No Surcharge 0.50
/ / \y
0.30 |

TN S/H
0 20
0.40
c
\ \ o ^\^ ^/* 40°
.oS*20°
0.10 = 25° &
50° i
*«40°^,«35°'
1 1
0-05 010 015 0.20 030
005 0 10 015 0.20
C/yH
C/yH

Gambar 4.16 Grafik Desain untuk Paku Fleksibel (N=0) (Juran, 1990)

- Noil Inclm IS*


- Vtrtieol Foct *»20*
•- Horij. Backfill -
- No Surchorgt 0 08 Ub
25* ' ' ' ""^

05
SO* "~~-
"006
55*
0 I ^ ^
0.4 *-«=•=;

005 010 015 0 20


0 05 0 10 0.15 0 20 005 0.10 0.15 0 20 0 25 C/yH -
C/yH C/yH ~<c)
(a) (b)

Gambar 4.17 Grafik Desain dengan Metode Kinematikal (N = 0.33) (Juran,


1990)

Grafik desain tulangan No. 8 dipakai untuk N = 0,33 (tinggi dinding 12m pada

silty sand dengan Ks = 50.000 kN/m3 dan jarak antar perkuatan Sv = Sh = 1,35 m).

Prosedur desain berulang-ulang untuk grafik ini sebagai berikut;

1. Pilih tipe paku yang akan dipakai (kekakuan lentur, EI, tegangan ijin tarik, Fall,

diameter, D, jarak Sv,Sh)


2. Dengan menetapkan soil properties ( y, Ks , C, 4> ) tipe paku ( EL Fall ),

kemiringan tulangan (6) dan tinggi struktur (H) ditentukan perbandingan S/H, TN,

TS dari grafik desain.

3. Tulangan yang dipilih dibuktikan apakah memenuhi kriteria keruntuhan patah dan

lentur.

4. Tentukan tahanan geser lateral Tf dari data pull out lapangan atau dengan

preliminary desain dari tes lapangan yang berhubungan.

5. Cari nilai L/H yang memenuhi kriteria keruntuhan pull out dan angka keamanan

FS.

IV.4.2. Perbandingan Prediksi Teoritis dengan Hasil Percobaan

Pendekatan desain kincmatikal ini dari perhitungan analisa mekanisme

keruntuhan yang diamati pada model dinding soil nailing (Juran, 1984; Elias dan

Juran, 1988), perbandingan gaya tank antara hasil perhitungan dan pengukuran pada

model dinding (Juran, 1984) dan pada struktur full scale (Juran dan Elias, 1987).

Penggunaan pendekatan analisa limit ini untuk memprediksi tegangan kerja pada

struktur sebenarnya, yang diasumsikan selama konstruksi tahanan geser tanah terjadi

sepenuhnya sepanjang permukaan sliding potensial.

IV. 4.2.1. Gaya pada Paku

Perbandingan antara nilai gaya tarik maksimum hasil perhitungan dan

pengukuran pada tiga struktur penahan tanah soil nailing diperlihatkan pada gambar

4.18 dan 4.19, sedangkan data desainnya ditunjukkan pada tabel 4.2.
74

TN

Shotcrete linj
ditchV
0 0.05 0.10 0.15 0 2C
EL 1417' 0 i < 1 ' 1 1-—r

Hall drain
full wall
height
0.25 KINOUTIC4L
if-AO . C-0) M»fl0»cw
Z/H
B - 20
0.50

0.75

(#-33 , C-0.0SI
1366
1.00

b) END OF CONSTRUCTION.
EXPERIMENTAL RESULTS.

Hall s e c t i o n at Sta, 42*00


• H - 12.0 *

• H - 9.0 •

Gambar 4.18 Perbandingan antara Gaya Paku hasil perhitungan dan


Pengukuran pada Dinding Soil Nailing Cumberland
Gap(Elias dan Juran, 1990)

Dinding Cumberland Gap dibangun pada residual soil dengan permukaan

miring dan tambahan tanah bagian atas/upper ground slope (gambar 4.18a). Hasil

perhitungan gaya tank maksimum untuk range soil properties yang relevan dengan

kondisi heterogen sama dengan hasil percobaan (gambar 4.18b).

Hasil percobaan dinding CEBTP (Centre Experimentale des Batiments et

Travaux Publics) dengan kedalaman 7 m (Plumelle, 1986) yang dibangun pada

granular soil (<{> = 38°, c / y .H = 0,03-0,05) diperlihatkan pada gambar 4.20b untuk

penggalian menerus pada kedalaman 3,5 dan 7 m. Total kedalaman penggalian

mempunyai pengaruh yang tak berarti pada variasi gaya tarik (TN) dengan kedalaman
relatif (Z/H). Oleh karena itu gaya tank maksimum paku pada tiap kedalaman relatif

(Z/H) kurang lebih sebanding dengan total kedalaman penggalian. Hasil percobaan

juga menunjukkan total kedalaman galian mempunyai pengaruh terbatas pada bentuk

permukaan sliding potensial (S/H). Tahanan geser tanah sepanjang permukaan sliding

kritis terjadi pada periode awal penggalian. Pada waktu penggalian seluruh kenaikan

beban ditransfer pada paku. Gambar 4.20a memperlihatkan perbandingan antara gaya

tank maksimum hasil perhitungan dan pengukuran pada dinding soil nailing Davis

(Shen, 1981) di tanah fine sandy silt ( 4> = 36.5° dan c / y .H = 0,127). Perbandingan

ini menunjukkan bahwa pendekatan desain menghasilkan estimasi yang tepat untuk

gaya pada paku.

TN TK

n° ^ 0' 0 0t OOt 0 0.0L O.IC 0.1b 0 20

0 25

0 50

0.75

1.00
DAVIS WALL CEBTP HALL
END OF CONSTRUCTION EN3 0* CONSTRUCTION.
O EXPERIMENTAL RESULTS. EXPERIMENTAL RESULTS
H - i.t • O H- J•
• M• ••
A M-7•

Gambar 4.19 Perbandingan antara Gaya Paku hasil Perhitungan dan


Pengukuran pada Dinding CEBTP dan DA VIS (Plumelle, 1986;
Shen, 1991)
T»i TN

0 0 . 0 5 0 . 1 0 0 . 1 5 0 20 0 25 0 0.05 0 . 1 0 0 . 1 5 0 . 2 0 0 . 2 5
0

0.25

0.50 Z/H

0.75

FLEXIBLE

1.00

LEGEND : LEGEM] :

• 0 INCLINATION • FLEXIBLE NAIL

* » INCLINATION O B I t I O NAIL

Gambar 4.20 Prediksi dan Hasil Pengukuran Pengaruh Kemiringan Paku (fi)
dan Kekakuan Relatif (N) pada Dinding Model (Juran,1990)

Hasil perhitungan metode desain kinematikal mengenai pengaruh kemiringan

paku (B) mcndckati gaya tarik yang terjadi (gambar 4.20a) dengan hasil pengamatan

pada dinding model dengan paku fleksibel. Dan gambar 4.20b menunjukkan hasil

perhitungan pengaruh kekakuan lentur tulangan pada gaya paku konsisten dengan

hasil test dinding model laboratorium.

Paku rigid pada model ini terbuat dari profil aluminium (E = 8.900 kg/mm2,1 =

0.58 mm2, t = 0.2 mm dan b = 11 mm) dan nilai Ks diasumsikan dalam range antara

10.000-30.000 kN/nr1. Pengaruh kekakuan lentur pada gaya paku sangat tergantung

pada kemiringan paku. Pada model laboratorium paku dipasang hoiisontal yang

ditempatkan pada arah perluasan tanah maksimum/maximum soil extension, sehingga

kekakuan lenturnya mempunyai pengaruh relatif kecil didalam menahan gaya yang

terjadi pada kondisi tegangan kerja. Paku dengan kemiringan cendenmg mengalami
77

rotasi lokal untuk mendekati arah horisontal perluasan tanah maksimum. Oleh karena

itu seperti yang ditunjukkan pada hasil percobaan struktur CEBTP dan studi finite

element (Juran, 1985) untuk kemiringan paku yang dipakai pada praktek (B= 10-15°),

kekakuan lenturnya mempunyai pengaruh yang dalam menimbulkan gaya paku.

Pengamatan ini konsisten dengan prediksi pengaruh kemiringan paku dan kekakuan

lentur pada gaya paku di gambar 4.14.

Tabel 4.2. Karakteristlk pada Dinding Percobaan (EHas dan Juran, 1990)

Structure Geometry
SoilP roperlies Nails Facing

Wall Type
4
(degrees)
K,
(kN/ml
T
(kN/m') Type
P
(degrees)
'.
(m) S,, S,
L
(m)
inclination slope
(degrees) (degrees)
0)
<•/(•,
«1
H)
(5) (6) 01 (10) > (12) (13)
<<> (2) (7) (8) ("I <U)
craw SP 38 0 40.000 ISO Al. lubes 10 0,25 1 15 x 1 00 7.5 6-8 90 0
(Plumelle 40 x 1
1986) mm
Davis tSlien Heterogeneous 365 (I 137 50,000 163 No. 1 15 0.33 1.85 x 1.85 92 6 90 0
a •! SM Rcbar
1981)
Cumberland Residual soils/ 38 0-005 45.000 180 No. 8 20 0 35 1.5 X 1 5 12.5 9 74 25
Gap sandstone Rebar
(Juran and
Ellas
r«l)

IV. 4.2.2. Analisa Keruntuhan Model oleh Patah atau Lentur pada Paku

Perbandingan antara tinggi keruntuhan hasil perhitungan dan pengukuran pada

dinding model yang dibangun dengan tiga tipe perkuatan yang berbeda (Juran, 1984) :

aluminium strip fleksibel, polystrene strip fleksibel relatif dan polystrene strip rigid

relatif diperlihatkan padagambar 4.21. Ketiga perkuatan ini mempunyai kekuatan tarik

ekivalen (tahanan tarik kali luas penampang) tetapi kekakuan lenturnya berbeda Hasil

percobaan menunjukkan pengaruh yang penting dari kekakuan lentur terhadap

,'
78

mekanisme keruntuhan. Semakin besar kekakuan lentur, semakin kecil tinggi

keruntuhan. Mode keruntuhan dan tinggi model keruntuhan yang diprediksi dengan

analisa kinematikal (diasumsikan Ks =10.000-30.000 kN/m3) konsisten dengan hasil

percobaan.

I 2 5 * 0 f » , L J R £ SU»S»CE IN THE SOIL


WIDTH OF I N C L U S I O N , O(cm) • . L o C u S 0 ' I N C L U S I O N S BRElxaGE

Gambar 4.21 Pengaruh Kekakuan Paku pada Tinggi Kritis Dinding Model
(Juran,1990)

Pengamatan pada dinding model menunjukkan keruntuhan aluminium dan

poh/strene strip fleksibel disebabkan oleh patah karena tarikan/tension breakage,

sedangkan keruntuhan poh/strene strip rigid disebabkan oleh lentur. Seperu*

diperlihatkan pada gambar 4.22b untuk keruntuhan yang disebabkan patah tarikan,

letak permukaan keruntuhan (yang diamati dengan memakai colored sand) sama

dengan titik patah pada perkuatan. Tetapi jika keruntuhan disebabkan oleh lentur, titik

patahnya berada pada jarak tertentu x di belakang permukaan runtuh.Pengamatan yang

berhubungan dengan prediksi deformasi paku ini diperoleh dari penyelesaian elastis

untuk pembebanan lateral pile (gambar 4.13c).


79

IV.4.2.3. Analisa Model Keruntuhan oleh Pullout pada Paku

Keruntuhan yang terjadi pada struktur penahan tanah soil nailing kebanyakan

disebabkan oleh pullout pada paku (Blondeau, 1984). Karena itu penting dilakukan

perhitungan analisa metode desain terhadap keruntuhan pullout pada pengamatan

dinding model laboratorium. Untuk keperluan ini dilakukan serangkaian model test di

laboratorium (EHas dan Juran, 1988).

140
K l n o i a t l o l Halt M l l r i i l /

120 • 0 dig. Inclination Wlglfll /

• 0 deg. Inclination (Flenlble) / >

100 A 20 Otg inclination (FUnlole)/ //

fe eo m
/ // / jf /
°
/

t-1
UJ
T
| 60

2
<0

A./"' nott\ Tut Results


20
O 0 Dig. Incllmtlon
^ JO dcg. Inclination
0 . . 1 .
0 10 20 30 40 50 60 70
LENGTH OF NAILS (cm)

Gambar 4.22 Tinggi Keruntuhan Prediksi dan Hasil Pengukuran pada


Dinding Model. (Elias dan Juran, 1988)

Perbandingan antara tinggi keruntuhan hasil perhitungan dan pengukuran pada

dinding model ditunjukkan pada gambar 4.22. Tinggi keruntuhan didefinisikan sebagai

tinggi struktur yang akan menyebabkan sliding (Fl = 1) pada bagian atas dua paku. Pull

out test pada paku baja rigid diameter 6 mm yang dipakai pada studi ini menghasilkan

tahanan pullout pada kondisi tes laboratorium. Tinggi keruntuhan dihitung dengan

memperhatikan paku sangat rigid dan sangat fleksibel dengan kemiringan B = 0° dan

20°.
Tinggi keruntuhan hasil perhitungan untuk paku rigid dengan B = 0° mendekati

dengan hasil percobaan. Perbedaan antara hasil perhitungan dan pengamatan dapat

terjadi penyebaran pada hasil tes pull out. Sedangkan tinggi keruntuhan prediksi paku

fleksibel horisontal (6 = 0°) overestimate, hasil pengamatan menggambarkan pengaruh

penting kekakuan lentur pada tinggi keruntuhan model.

Penyelesaian untuk B = 20° menunjukkan paku rigid bekerja dibawah gaya

geser dan gaya tarik yang relatif kecil sehingga pada prakteknya tidak dapat

menimbulkan keruntuhan pullout. Hasil ini mengusulkan bahwa dengan paku rigid

miring keruntuhan pull out secara kinematikal tidak terjadi kecuali bagian atas paku

mengalami rotasi lokal dan mendekati arah horisontal perluasan tanah maksimum.

Tinggi keruntuhan dan bentuk permukaan runtuh (S/H =0.29) prediksi untuk paku

fleksibel dengan kemiringan paku B = 20° sangat mendekati hasil percobaan dan pada

nilai prediksi untuk paku rigid horisontal.

IV.5. Desaln Elemen Permukaan

Tujuan desain elemen permukaan ada 3 yaitu : mencegah keruntuhan setempat

antara tanah dan paku, memilih kawat wire mesh yang tepat dan memilih permukaan

shotcrete yang tepat.

Desain wire mesh dan permukaan shotcrete dapat memakai prosedur desain

struktur yang biasa digunakan di mana tekanan tanah setempat pada permukaan dapat

dihitung.
81

Untuk menghitung tekanan tanah lateral pada permukaan, digunakan bentuk yang

disederhanakan secara skematis yang diperiihatkan dalam gambar 4.13a SH dan Sy

adalah jarak horizontal dan vertikal antar perkuatan. Hal ini diasumsikan karena efek

lengkungan pada bagian atas yang dipertimbangkan, tekanan overburden di atas DC

dipindahkan ke tanah sekelilingnya dan tahanan tanah terhadap geser hanya terjadi

pada bagian bawah prisma ABCD. Analisa kesetimbangan setempat menghasilkan

upper limit untuk tegangan normal rata-rata pada permukaan, yang sama dengan:

P = 0.5 y Sv tan 2 (45 - a ) (4.26)

Gaya total yang terjadi pada permukaan adalah.

p = P SH s v = ^ p tan 2 (45 - ~) (4.27)

Gaya ini hams lebih kecil dari gaya tank yang bekerja T pada perkuatan.

Kawat wire mesh dianggap berpenlaku seperti membran (gambar 4.23b) yang

didukung paku. Untuk sederhananya, stabilitas pada arah horizontal dan vertikal

diselidiki secara terpisah dan penyelesaian berdasarkan teori membran digunakan

untuk menghitung perkuatan horizontal dan vertikal yang dibutuhkan per meter (panjang

atau tinggi ) dari dinding. Desain perkuatan permukaan shotcrete dapat dilakuakan

dengan menganggap setiap lapis beton sebagai balok atau raft dengan lebar Sv (jarak

vertikal antara perkuatan ) dalam penyokong sederhana yang dibentuk perkuatan.

Setelah itu dihitung momen dalam lapisan shotcrete dan menentukan perkuatan yang

diperlukan dengan prosedur biasa


82

12. (_

a) Analisa Stabilitas Setempat dan Potongan Kemntuhan Tanah di Belakang Permukaan

b) Desain Kawat Wire Mesh


Gambar 4.23. Prinsip-prinsip dari Desain Permukaan (Mitchell, J.K dan
Villet,W.C.B, 1987)
Tabel 4.3 Pertoandingan Metode-metode Soil Nailing
No KETERANGAN STABILITAS GLOBAL STABILITAS LOKAL

1 Metode German Davis French iKWmatikal Limit

Dikembangkan Oleh Stocker(1979) * Snen (1981 ) *Schlosser( 1983 ) !* Juran( 1990)


Gassier & Gudehus (1981 )

Asumsi Desain Bilinier * ParaboKk * Circular Log Spiral

Faktor yang Diperhatikan Tensile Capacity Tensile Capacity * Tensile Capacity Tensile Capacity
* Shear Capacity * Shear Capacity
Kekakuan Lentur Kekakuan Lentur

Perumusan ' SD * (W1-S1) sin<0 + (W2+S1) sino(5 H*Tp =T"D Lefmaks Untuk Fleksibel nail
N1 (cos^3 -coso(.5) * Vo= D/2. Lo. piim 'FaK.As Tp
>
•SR « C Lt + N3 tanff2' + N2' tan^ 1' + Tt X*. v.* <1 ?.HSH.Sv
' T = r D Le (0"n tand a' + Ca') / SH •Rn Re Untuk Fmite rigid nail
' FS= SR/SD VF- RC 'FaH.As y, Keq
(1+4tan l (9(M.))t J.H.SH.Sv
* TF = 4 VF.tan (90-A) ' Untuk perhitungan plastis
- Re = Rn/2 Mp > (Fm) Mmaks = 0 32 (Fm).Vc.Lo

6 Angka Keamanan Global \ Tiap level perkuatan

7 Tanah Heterogen dan homogen Homogen

8 Bentuk Struktur Bisa kompleks Umumnya sederhana


I

Anda mungkin juga menyukai