Anda di halaman 1dari 35

MODUL PERKULIAHAN KE-2

ANALISIS TEGANGAN BAHAN


Nama Materi (Pertemuan 1 – 14)

(1) a. Titik Pusat Berat (8) a. Material yang dikenai


b. Sentroid dan sumbu torsi
sentroid b. Tegangan Torsi
c. Sentroid luasan komposit c. Sudut Putar
d. Torsi Tak Seragam
e. Tabung Berdinding Tipis
(2) a. Momen inersia (9) a. Jenis Balok, Beban dan
b. Momen Inersia luasan Reaksi
Komposit b. Gaya Geser dan Momen
Lentur
c. Hubungan antara Beban,
Gaya Geser dan Momen
Lentur
d. Diagram Gaya Geser dan
Momen Lentur
(3) a. Radius Girasi (10) a. Lentur Murni dan lentur
b. Momen Inersia Polar tak seragam
b. Kelengkungan balok
c. Tegangan Normal pada
Balok
d. Desain balok terhadap
lentur
(4) a. Tegangan Normal (11) a. Balok Nonprismatis
b. Tegangan Geser b. Tegangan Geser pada
c. Regangan Balok dengan
d. Tegangan Akibat Beban penampang persegi
Aksial panjang
(5) a. Uji Tarik (12) a. Tegangan Geser pada
b. Diagram Tegangan Balok dengan
Regangan penampang lingkaran
c. Sifat sifat Mekanis Bahan b. Tegangan Geser pada
d. Elastisitas, Hukum Hooke, Balok yang mempunyai
Angka Poisson Flens
e. Tegangan Ijin dan
Tegangan Aktual
f. Faktor Keamanan
(6) a. Perbandingan poisson (13) a. Balok dengan Beban
b. Perubahan temperatur Aksial
pada material b. Balok Komposit
c. Struktur disusun oleh dua
bahan atau lebih
d. Konsenrtasi Tegangan
(7) a. Tegangan pada beban (14) a. Definisi Tekuk dan
miring Stabilitas
b. Tegangan geser pada b. Kolom dengan Kedua
bidang saling tegak lurus Ujung Sendi
c. Tarikan dan tekanan c. Kolom dengan Kondisi
akibat beban geser Tumpuan Lain

Disusun oleh:

[Abdul Aziz., S.T., M.T ]

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


2
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Tatap
Fakultas Program Studi Kode MK Disetujui Oleh Ka.Prodi
Muka
Teknik Teknik Sipil 2 [Kode MK]

Daftar Isi

MODUL 2. Momen Inersia Luasan ..................................................................... 5


2.1.Pendahuluan...................................................................................... 5
2.2.Momen Inersia .................................................................................. 9
2.3.Rumus Perpindahan ........................................................................ 11
2.4.Momen Inersia Luasan Komposit ................................................... 12
2.5.Radius Girasi .................................................................................. 17
2.6.Momen Inersia Polar ...................................................................... 19
2.7.Latihan Soal .................................................................................... 23
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 26
Lampiran ............................................................................................................... 27

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


3
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
MODUL 2

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


4
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
2. MOMEN INERSIA LUASAN

2.1. Pendahuluan
Pada bab ini dan selanjutnya akan ditelaah aspek kekuatan baik secara geometris
maupun mutu material. Salah satu konsep yang perlu dipelajari adalah tentang
momen inersia. Momen Inersia (Ix dan Iy) merupakan momen kedua dari luasan
tampang (A) yang dihitung menurut kwadrat jarak antara pusat berat luasan (A)
dengan sumbu yang ditinjau (X dan Y). Momen inersia luasan merupakan konsep
yang sangat penting di dalam mempelajari kekuatan material.
Perhatikan luasan bidang A pada gambar 2.1. Nyatakan X-X dan Y-Y sebagai
sumbu persegi- panjang pada luasan. Luasan A dibagi menjadi luasan kecil-kecil
(dinyatakan dengan a). Koordinat a adalah jarak terhadap sumbu x dan y. Suatu
momen inersia harus selalu dihitung terhadap sumbu tertentu. Pada gambar. 2.1,
jika kita mempunyai momen inersia terhadap sumbu X-X dinyatakan dengan Ix,
atau terhadap sumbu Y-Y dinyatakan dengan Iy. Momen inersia luasan dinyatakan
sebagai jumlah semua luasan kecil-kecil, masing- masing dikalikan dengan kwadrat
jarak (lengan momen) dari sumbu yang digunakan sebagai acuan.

Gambar 2.1 Momen Inersia Luasan

Maka, sebagaimana ditunjukkan pada gbr. 2.1, momen inersia terhadap sumbu X-
X adalah jumlah dari perkalian masing-masing luasan a dan kwadrat dari panjang
lengan momen y, atau:

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


5
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Ix = ∑ay2 (2.1)
Dengan cara yang sama, momen inersia terhadap sumbu Y-Y adalah:
Iy = ∑ax2 (2.2)
Pernyataan matematis pada persamaan (2.1) dan (2.2) sering disebut momen kedua
(second moment) dari luasan, karena masing-masing luasan kecil, jika dikalikan
dengan lengan momen, memberikan momen luas (atau momen pertama luasan).
Pernyataan momen inersia luasan sesungguhnya kurang tepat karena bidang luasan
tidak mempunyai tebal, sehingga tidak mempunyai massa atau inersia. Tetapi,
konsep momen inersia luasan akan digunakan untuk menjelaskan kekuatan suatu
bahan terhadap gaya yang bekerja. Karena momen inersia adalah luasan dikalikan
kwadrat jarak, maka satuan SI adalah mm 4 atau m4. Momen inersia selalu berharga
positif. Besaran momen inersia adalah diukur dari kemampuan suatu penampang
luasan terhadap tahanan tekuk (buckling) atau lentur (bending). Jadi jika dua buah
balok terbuat dari bahan yang sama tetapi mempunyai luas penampang yang
berbeda, maka balok yang memiliki luas penampang lebih besar akan mempunyai
nilai momen inersia lebih besar sehingga mempunyai ketahanan terhadap bending
yang juga lebih besar. Akan tetapi, balok dengan dengan momen inersia lebih besar
tidak selalu mempunyai luas penampang yang lebih besar. Distribusi luasan relative
terhadap sumbu acuan juga akan menentukan besar momen inersia.
Penentuan momen inersia suatu luasan bangun struktural terhadap sumbu yang
melalui sentroid. Kajian momen inersia terhadap sumbu yang tidak sejajar dengan
sumbu simetri diluar kajian pada buku teks ini.

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


6
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Tabel 2.1 Sifat-Sifat Luasan

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


7
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
8
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
2.2 Momen Inersia
Menggunakan bentuk kalkulus dari persamaan (2.1) dan (2.2) dengan menganggap
luasan total dibagi menjadi luasan komponen kecil-kecil (infinitesimal component
area), memiliki solusi eksak yang sangat matematis dan itu di luar lingkup
pembahasan pada buku teks ini. Tabel 2.1 merupakan rumusan momen inersia
untuk luasan geometris yang umum digunakan dalam banyak aplikasi teknik.
Pendekatan untuk menentukan momen inersia dari suatu luasan dapat diperoleh
dengan membagi luas total menjadi luasan komponen tertentu. Momen inersia
masing-masing komponen kemudian dapat dihitung dengan menggunakan ∑ax 2
atau ∑ay2. Momen inersia dari luasan total adalah sama dengan jumlah momen
inersia dari komponen luasan. Ini akan menghasilkan nilai pendekatan momen
inersia dengan tingkat akurasi sebagai fungsi dari ukuran yang dipilih pada luasan
komponen. Semakin kecil ukuran luasan komponen yang digunakan maka akan
semakin tinggi tingkat akurasinya.
Contoh Soal 2.1:
Hitung momen inersia terhadap sumbu sentroid X-X pada luasan seperti yang
ditunjukkan pada gambar. 2.2., dengan:
(a) Gunakan rumus eksak
(b) Gunakan metode pendekatan dan bagi luasan menjadi empat bagian mendatar
sejajar sumbu.X-X
(c) Gunakan metode pendekatan, dengan membagi luasan menjadi delapan bagian
mendatar yang sama besar.
Untuk bagian (b) dan (c), bandingkan hasilnya dengan bagian (a) dan hitung
prosentase kesalahan.

Gambar 2.2 Luasan Persegi-panjang


Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
9
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Penyelesaian:
(a) Menggunakan rumusan eksak dari tabel 2.1,

(b) Bagi luasan menjadi empat bidang horizontal (lihat gambar. 2.3). Masing-
masing bagian mempunyai luas 200 cm2. Jarak tegak-lurus sentroid masing-masing
komponen luas (dinyatakan dengan a1 dan a2) pada sumbu sentroid X-X (lihat
gambar 2.3.), jarak ini diberi notasi y1 dan y2 :
y1 = 15 cm, dan y2 = 5 cm
karena bangun adalah simetri terhadap sumbu X-X, maka momen inersia bagian
atas akan sama dengan bagian bawah. Sehingga kita hanya perlu menghitung
momen inersia setengahnya kemudian dikali dua untuk mendapatkan momen
inersia total luasan. Menggunakan persamaan (2.1) diperoleh:

Gambar 2.3 Momen Inersia Pendekatan


Bandingkan dengan momen inersia eksak, prosentase error adalah:

100000 𝑥 106666,67
𝑥100% = −6,25%
106666,67

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


10
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
(c) Bagi luasan menjadi delapan bagian horizontal yang sama (lihat gambar
4.4). Masing-masing bagian mempunyai luas 100 cm 2. Jarak tegak-lurus dari
sentroid masing-masing luasan terhadap sumbu sentroid X-X sebagimana
diperlihatkan pada gambar. 2.4. Persamaan (2.1) menghasilkan:
Ix = ∑ay2 = 2(a1y12 + a2y22 + a3y32 + a4y42)

= 2{100 (2,5)2 + 100 (7,5)2 + 100 (12,5)2 +100 (17,5)2 }


= 105.000 cm4
Bandingkan dengan momen inersia eksak, maka prosentase error adalah:
105000 𝑥 106666,67
𝑥100% = −1,56%
106666,67

Gambar 2.4 Momen Inersia Pendekatan


Contoh di atas memperlihatkan bahwa, semakin kecil pembagian ukuran suatu
luasan maka akan semakin diperoleh nilai yang semakin mendekati nilai eksak.
Contoh berikut ini akan memperlihatkan kenyataan bahwa momen inersia adalah
sifat geometris, jadi momen inersia tidak dipengaruhi jenis bahan.
2.3 Rumus Perpindahan
Seringkali perlu untuk menentukan momen inersia suatu luasan terhadap sumbu
tidak sentroid (noncentroidal axis), tetapi sejajar terhadap sumbu sentroid. Ini
dikenal dengan rumus perpindahan (transfer formula). Perhatikan gambar 2.6,
momen inersia luasan terhadap suatu sumbu sebarang (X’ - X’ ) yang sejajar
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
11
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
terhadap sumbu sentroid (disebut juga parallel axis theorem), ditentukan oleh
rumusan:

𝐼 = 𝐼0 + 𝑎. 𝑑 2

Gambar 2.6 Momen Inersia terhadap Sumbu non-Sentroid


Dengan penjelasan dari gambar 2.6, maka:
I : momen inersia luasan terhadap sumbu tertentu (mm4, m4)
I0 : momen inersia luasan terhadap sumbu sentroid-nya (mm4, m4)
a : luasan (mm2, m2)
d : jarak tegak-lurus diantara sumbu sejajar, sebagai akibat perpindahan jarak
Perpindahan hanya bisa dilakukan diantara sumbu sejajar. Karena sumbu-sumbu
termasuk sejajar, maka persamaan (2.3) juga disebut theorema sumbu sejajar
(parallel axis theorem).
2.4 Momen Inersia Luasan Komposit
Seringkali suatu luasan disusun oleh berbagai komponen luasan (disebut komposit,
lihat penjelasan pada bagian 2.3). Masing-masing luasan komponen boleh jadi
memiliki sumbu sentroid yang berbeda. Jika luasan disusun oleh n komponen
luasan, dinyatakan dengan a1, a2, a3, .... an, maka rumus perpindahan (pers. 2.3)
diterapkan pada masing-masing luasan komponen. Momen inersia adalah jumlah
dari momen-momen inersia semua

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


12
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
komponen luasan. Secara matematis dapat dinyatakan:

𝐼 = (𝐼01 + 𝑎1 𝑑12 ) + (𝐼02 + 𝑎2 𝑑22 ) + ⋯ + (𝐼0𝑛 + 𝑎𝑛 𝑑𝑛2


𝑛

𝐼 = ∑(𝐼0 + 𝑎𝑑 2 )
𝑖=𝑙

Contoh Soal 2.2:


Hitung momen inersia terhadap sumbu sentroid X-X dan Y-Y suatu luasan
komposit sebagaimana ditunjukkan pada gambar. 2.7.

Gambar 2.7 Luasan Komposit


Penyelesaian:
Sumbu vertikal Y-Y adalah sumbu sentroid karenanya adalah simetri. Untuk
menentukan titik sumbu sentroid X-X, dipilih sumbu referensi di bagian bawah
luasan komposit yang akan dibagi menjadi tiga komponen persegi-panjang
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.8. Tabel 2.2 menunjukkan format table
perhitungan (dengan menggunakan MS Office EXCELL) untuk menentukan
momen inersia.

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


13
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Gambar 2.8 Titik Sumbu Sentroid
Tabel 2.2 Format Tabel Contoh 2.2

Maka, dari tabel 2.2:


∑ 𝑎𝑦 4.019,175
𝑦̅ = = = 21,15 𝑐𝑚
∑𝑎 190
Kemudian, hitung momen inersia terhadap luasan komposit dengan mengacu
terhadap sumbu sentroid X-X. Dengan melihat gambar 2.9, jarak perpindahan
adalah:
d1 = 21,15 – 1,25 = 19,9 cm
d2 = 21,15 – 17,8 = 3,35 cm
d3 = 34,35 – 21,15 = 13,2 cm

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


14
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Gambar 2.9 Penentuan Jarak Perpindahan
Momen inersia masing-masing luasan komponen terhadap sentroidnya, diperoleh
dari tabel 2.1:

𝑏ℎ3
𝐼=
12
sehingga:

15(2,53 )
𝐼01 = = 19,53 𝑐𝑚4
12
2,5(30,63 )
𝐼02 = = 5.969,30 𝑐𝑚4
12
30,4(2,53 )
𝐼03 = = 39,58 𝑐𝑚4
12
Menghitung momen inersia dari luasan komposit terhadap sumbu sentroid X-X,
menggunakan pers. (2.4):

𝐼𝑥 = ∑(𝐼0 + 𝑎𝑑 2 )

= {19,53 + 37,5 (19,9)2 } + {5969,3 + 76,5 (3,35)2 } + {39,58 +


76. (13,2)2 }

= 34979,54 𝑐𝑚4

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


15
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Tabel 2.3 menunjukkan bagaimana solusi dapat dikerjakan dengan format tabel (MS
Office Excell).
Tabel 2.3 Format Tabel Contoh 2.3

Dari tabel 2.3,


∑ 𝑎𝑦 4.019,175
𝑦̅ = = = 21,15 𝑐𝑚
∑𝑎 190
dan

𝐼𝑥 = ∑(𝐼0 + 𝑎𝑑 2 )

= 6.028,41 + 28.951,136

= 34979,54 𝑐𝑚4
Momen inersia terhadap sumbu sentroid Y-Y lebih mudah dihitung karena sumbu
sentroid masing- masing luasan komponen berimpit (coincide) dengan sumbu
sentroid Y-Y. Maka bentuk ad2 untuk masing-masing luasan komponen adalah nol.
Rumus perpindahan menunjukkan bahwa momen inersia luasan komposit adalah
jumlah dari momen inersia luasan komponen terhadap sumbu sentroidnya yang
berimpit dan sejajar terhadap sumbu sentroid Y-Y. Momen inersia terhadap sumbu
sentroid Y-Y adalah:

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


16
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
2.5 Radius Girasi
Radius girasi dari suatu luasan dinyatakan sebagai jarak dari sumbu referensi
terhadap suatu luasan yang dapat dianggap berada pada titik tertentu tanpa
mengalami perubahan momen inersianya. Pengertian yang lebih praktis
menyatakan bahwa radius girasi dari suatu luasan terhadap suatu sumbu adalah
hubungan antara momen inersia dan luasannya. Radius girasi diberi simbol r dan
dinyatakan sebagai:
(2.5)

dengan
r : radius girasi terhadap sumbu tertentu (mm)
I : momen inersia terhadap sumbu yang sama (mm4)
A : luas penampang (mm2)

Radius girasi merupakan fungsi dari momen inersia. Rumusan radius girasi untuk
bentuk geometris sederhana diberikan pada tabel 2.1.
Contoh Soal 2.3:
Hitung radius girasi terhadap sumbu sentroid X-X dari suatu luasan sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.10 di bawah ini.

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


17
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Gambar 2.10 Luasan Komposit

Penyelesaian:
Perhatikan bahwa luasan komposit disusun oleh luasan dari persegi-panjang dan
lingkaran (lubang, dinyatakan dengan nilai negatif). Setelah menentukan luasan
komposit dan menghitung momen inersianya terhadap sumbu sentroid X-X,
kemudian menghitung radius girasi terhadap sumbu sentroid X-X. Perhitungan
luasan adalah sebagai berikut:

Momen inersia untuk masing-masing luasan terhadap sumbu


sentroidnya dihitung dari:

Maka momen inersia untuk luasan komposit adalah:

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


18
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Sehingga, dari rumusan (2.5) untuk menghitung radius girasi adalah:

2.6 Momen Inersia Polar


Pada bagian sebelumnya telah dipelajari tentang momen inersia luasan terhadap
sumbu yang terletak pada bidang luas. Selanjutnya pada bagian ini akan dipelajari
momen inersia suatu luasan terhadap sumbu yang tegak-lurus bidang luas yang
disebut momen inersia polar.

Pada gambar. 2.11, sumbu Z-Z adalah suatu sumbu yang tegak-lurus terhadap
bidang dari luasan. Maka, momen inersia terhadap sumbu Z-Z adalah jumlah dari
perkalian masing-masing luasan a dan kwadrat lengan momen r. Momen inersia
polar diberi notasi J, maka:

(2.6)
untuk segitiga siku-siku

masukkan ke dalam persamaan (2.6), maka:

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


19
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
dengan mengacu pada persamaan (2.1) dan (2.2), maka pernyataan ini dapat ditulis
sebagai:
(2.7)
Maka, kita melihat bahwa momen inersia polar dari luasan terhadap sumbu yang
tegak-lurus terhadap bidangnya adalah sama dengan jumlah momen inersia
terhadap sumbu tegak-lurus dalam bidangnya yang berpotongan pada sumbu polar.
Rumusan untuk momen inersia polar luasan padat (solid) dan lingkaran berlubang
(hollow circular) adalah sifat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang
meliputi poros yang mendapat pembebanan torsi.

Contoh Soal 2.4:


Hitung momen inersia polar untuk poros lingkaran berlubang (hollow circular
shaft) dengan diameter luar 10 cm dan diameter dalam 7,5 cm.
Penyelesaian:
Dari tabel 2.1, momen inersia polar terhadap titik pusat berat adalah:

Masukkan dari data yang diberikan:

Contoh Soal 2.6:


Untuk luasan berbentuk T sebagaimana ditunjukkan pada gambar. 2.12, hitung:
(a) momen inersia sentroid,
(b) radius girasi terhadap sentroid
(c) momen inersia polar sumbu tegak-lurus terhadap bidang yang melalui sentroid.
Penyelesaian:
Sumbu sentroid X-X dari luasan komposit telah dinyatakan pada gambar. 2.12.

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


20
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
(a) Hitung Ix. Momen inersia a1 dan a2 terhadap sumbu sentroid-nya, yang
sejajar terhadap sumbu sentroid X-X untuk luasan komposit adalah:

Gambar 2.12 Luasan Komposit


Jarak perpindahan (dinyatakan dengan d) sebagaimana ditunjukkan pada gambar
2.12. Dari persamaan (2.4):

Untuk momen inersia terhadap sumbu Y-Y, persamaan. (2.15) dapat digunakan,
dengan ad2 sama dengan nol.
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
21
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
(b) Luasan total dari bentuk – T adalah:
Radius girasi terhadap sumbu sentroid dihitung dari per. (2.5):

(c) Momen inersia polar terhadap sumbu Z-Z melalui titik pusat berat CG dihitung
dari persamaan (2.7):

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


22
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
2.7 Latihan Soal
1. Hitunglah momen inersia terhadap simbu X-X dari sebuah beton cor berlubang
(hollow-core precast concrete) sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.13 berikut
:

Gambar 2.13 hollow-core precast concrete


2. Hitunglah momen inersia terhadap sumbu sentroid X-X pada baja struktural
jenis wide flange dilas dengan dua plat baja sebagaimana terlihat pada gambar
2.14 berikut:

Gambar 2.14 wide flange

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


23
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
3. Hitunglah radius girasi terhadap sumbu sentroid X-X dan Y-Y untuk
alumunium yang dibentuk seperti tampak pada Gambar 2.15 berikut:

Gambar 2.15 alumunium profile

4. Untuk baja struktural pada gambar 2.16, hitung momen inersia terhadap
sumbu sentroid X-X dan Y-Y.

Gambar 2.16 baja cnp

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


24
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
5. Hitung momen inersia dan radius girasi baja struktural pada gambar 2.17
dan 2.18 terhadap sumbu sentroid X-X dan Y-Y.

Gambar 2.17 Gabungan WF dan CNP

Gambar 2.18 Double WF

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


25
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Daftar Pustaka
1. Gere, James M. and Stephen P. Timoshenko. 2000. Mechanics of
Materials. Mekanika Bahan Jilid 1 Edisi 4 Terjemahan Bambang
Suryatmono, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Gere, James M. and Stephen P. Timoshenko. 2000. Mechanics of
Materials. Mekanika Bahan Jilid 2 Edisi 4 Terjemahan Bambang
Suryatmono, Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Hariandja, B. H. 1997. “Mekanika Bahan dan Pengantar Teori
Elastisitas”, Penerbit Erlangga, Edisi pertama, Jakarta.
4. Indrawahyuni, Herlin, Sri Murni Dewi, dan Prastumi. 2010. Mekanika
Bahan. Malang: Bargie Media.
5. Karmawan, Sidarta S. 1995. Mekamika Bahan, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Salemba 4.
6. Soemono, 1978. Statika, Bandung: ITB
7. Wangsadinata, Wiratman. 1968. Teori Kekuatan Batas, Bandung:
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Direktorat
Jenderal Cipta Karya
8. Zainuri, Muhib, 2008. Kekuatan Bahan, Yogyakarta: Andi Offset

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


26
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Lampiran
Apendix A Wide Flange

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


27
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
28
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
29
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
30
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Apendix B

PIPA

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


31
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Apendix C Channels

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


32
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Apendix D Besik Siku

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


33
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik
34
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil
Apendix E

Properties Bahan Konstruksi

Nama Mata Kuliah Fakultas Teknik


35
Abdul Aziz., S.T, M.T Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai