.
b. Beban terpusat P yang bekerja pada pelat ortotropis dalam transformasi Affine
dikonversi menjadi P/
.
Atau secara sederhana seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Konversi Pelat Ortotropis ke Pelat Isotropis Ekivalen
Pelat Ortotropis Pelat Isotropis
Dimensi lx Lx
ly ly/
Pembebanan Wu Wu
Pu Pu/
dan lebih lengkap lagi untuk berbagai kasus dapat dilihat pada Tabel 2.3 (lihat
Lampiran Tabel)
Pelat ortotropis memiliki kekakuan yang berbeda dalam arah x dan y sehingga
m
x
m
y
. Rasio dalam transformasi Affine didefinisikan sebagai rasio dari tulangan
di arah yang terkuat ke arah yang terlemah atau biasanya dimensi yang panjang
dengan dimensi yang pendek (Nawy, 2005: 524).
14
x
y
m
m
=
(2.5)
dimana adalah rasio momen arah y dan momen arah x; m
y
adalah momen
maksimum lapangan atau tumpuan pelat arah y (kgm/m); m
x
adalah momen
maksimum lapangan atau tumpuan pelat arah x (kgm/m).
2.4 Metode Kerja Virtual
2.4.1 Persamaan kerja virtual
Metode kerja virtual dipakai untuk menentukan gaya-gaya pada batang-batang
dalam rangka statis tertentu (Todd, 1984:180). Dalam perkembangannya kerja virtual
juga dipakai pada sistem rigid body. Jika bidang diberi sebuah sembarang
perpindahan kecil, penjumlahan kerja oleh gaya akan sama dengan nol karena
resultan gaya sama dengan nol (Park dan Gamble,2000: 311). Perpindahan virtual
adalah sembarang perpindahan kecil dan kerja virtual adalah hasil dari perpindahan.
Untuk menganalisa pelat dengan metode kerja virtual, bentuk garis leleh
dipostulat untuk pelat dengan beban ultimit. Segmen-segmen yang terbentuk dari
pola garis leleh dianggap sebagai rigid body karena pelat berdeformasi dengan
defleksi yang terjadi hanya di garis leleh. Segmen-segmen pelat dalam keadaan
seimbang di bawah beban luar dan momen lentur dan torsi dan geser sepanjang garis
leleh. Titik yang dipakai pada pelat dipilih dan diberi perpindahan kecil di arah
beban. Kemudian dijumlahkan semua perpindahan di semua titik pelat , (x,y), dan
rotasi dari segmen-segmen pelat sekitar garis leleh. Kerja virtual akan lengkap oleh
beban luar dan aksi dalam sepanjang garis leleh. Kerja virtual bekerja dengan beban
ultimit merata per satuan luas.
Kerja Dalam = Kerja Luar
( ) A =
}}
u u
W dxdy y x w , (2.6)
15
Dimana W
u
adalah total beban di segmen pola garis leleh yang ditinjau dan adalah
pergerakan ke bawah dari titik tengah segmen tersebut. Semua kerja yang ada
dijumlahkan. Reaksi di tumpuan tidak memberikan kontribusi pada kerja virtual
seperti tidak berpengaruh pada perpindahan yang terjadi. Kerja yang dihasilkan oleh
aksi internal atau kerja dalam yang berpengaruh hanya momen lentur saja, karena
kerja yang dihasilkan oleh momen dan gaya geser sama dengan nol jika dijumlahkan
dari seluruh segmen pelat. Ini dikarenakan aksi di setiap sisi dari garis leleh adalah
sama dan berlawanan (lihat Gambar 2.9) dan untuk perpindahan manapun dari garis
leleh tidak ada pergerakan relative diantara sisi garis leleh yang menyesuaikan
momen torsi dan gaya geser, sejak terdapat rotasi relative antara dua sisi garis leleh.
Sumber: Park dan Gamble (2000: 312)
Gambar 2.9 Aksi-Aksi yang Terjadi di Garis Leleh
Hanya momen lentur ultimit per satuan luas m
un
di garis leleh saja yang
berpengaruh pada kerja dalam. Momen tahanan ultimit per satuan luas di garis leleh
sepanjang l
o
, dimana rotasi relatif sekitar garis leleh dari dua segmen
n
adalah -m
un
n
l
o
. Kerja yang terjadi bernilai negatif karena momen lentur akan beraksi di arah
yang berlawanan dari rotasi jika pelat diberi perpindahan di arah pembebanan. Kerja
total oleh momen tahanan ultimit dihasilkan dari penjumlahan kerja sepanjang semua
garis leleh -m
un
n
l
o
. Oleh karena itu, persamaan kerja virtual dapat ditulis
0
0 l m W
n un u
A =
16
Atau
0
l m W
n un u
= A
(2.7)
Metode kerja virtual adalah metode penyelesaian upper bound. sehingga W
yang dihasilkan dari metode ini sama atau lebih besar dari pada beban yang
menyebabkan keruntuhan sebenarnya. Jika garis leleh yang tidak tepat dipilih, beban
W terlalu besar untuk diberikan kepada nilai m atau nilai m terlalu kecil untuk
diberikan kepada beban W(Macgregor dan Wight, 2005: 767)
2.4.2 Kerja Dalam
Kerja dalam adalah aksi-aksi dalam yang diakibatkan dari beban eksternal
ultimit yang bekerja diatas pelat. Yang dihasilkan dari kerja dalam terdiri dari momen
lentur, momen torsi dan gaya geser. Tetapi untuk kerja dalam virtual yang
berpengaruh hanya momen lentur ultimit saja dan rotasi relatif pada segmen garis
leleh. (Park dan Gamble,2000: 311)
Sebagian besar pelat yang berbentuk persegi, tulangan disusun secara paralel
dengan tumpuan arah x dan y dan karena momen lentur ultimit per satuan luas di arah
x dan y yang diketahui memudahkan memisahkan momen menurut arahnya. (lihat
Gambar 2.10)
Sumber: Park dan Gamble (2000: 315)
Gambar 2.10 Kemiringan Garis Leleh di Arah Tulangan Ortogonal
17
( )
0
2 2
0
sin cos l m m l m
n uy ux n un
+ =
( )
+ =
0 0
sin cos x m y m
y uy x ux
( )
+ =
0 0
x m y m
y uy x ux
(2.8)
dimana
x
dan
y
adalah komponen dari rotasi
n
di arah x dan y; m
un
adalah momen
lentur ultimit per satuan luas; l
0
adalah panjang segmen garis leleh.
2.4.3 Kerja Luar
Kerja luar direpresentasikan oleh beban ultimit eksternal diatas pelat yang
bergerak melewati pelat dan menyebabkan defleksi (Wager, 1994). Sejumlah beban
ultimit W
u
yang bekerja sangat baik jika dihitung pada setiap bagian rigid dan
dikalikan dengan displacement pada bagian rigid tersebut.
Kerja Luar A =
u
W (2.9)
dimana W
u
adalah beban ultimit per satuan luas; adalah perpindahan akibat beban
kerja ( 1 satuan).
2.5.4 Prinsip Beban Minimum
Bentuk dari garis leleh tidak bisa digambar tanpa diketahui dimensi lokasi
letak garis leleh tersebut. Dimensi yang tidak diketahui ditunjukkan dengan notasi l
1
,
l
2
, l
3
dan seterusnya (lihat Gambar 2.11).
Sumber: Park dan Gamble (2000: 315)
Gambar 2.11 Bentuk Garis Leleh Tanpa Diketahui Dimensi.
18
Persamaan beban ultimit menjadi W
u
= f (l
1
, l
2
, l
3
..). Sejak persamaan
tersebut digunakan dalam pendekatan upper bound,nilai untuk l
1
, l
2
, l
3
harus
memberikan nilai minimum untuk W
u
.
0
'
1
=
c
c
l
W
u
; 0
'
2
=
c
c
l
W
u
0
'
;
3
=
c
c
l
W
u
(2.10)
Pada Gambar 2.11 tidak diketahui dimensi garis leleh yang akan digunakan
sehingga persamaan 2.10 akan digunakan untuk mencari dimensi maksimum yang
akan digunakan.
2.5 Momen Nominal
Pelat memiliki momen nominal akibat lentur murni. Apabila momen ulitmit
yang terjadi pada pelat lebih besar dari momen nominal pelat maka akan terjadi
keruntuhan atau kegagalan struktur. Momen nominal ini dihitung per 1 (satu) meter
di arah x dan arah y. Pelat yang bersifat ortotropis maka momen nominal antara arah x
dan y berbeda nilainya. Jika pelat bersifat isotropis, momen nominal akan memiliki
nilai yang sama antara arah x dan y. Perhitungan momen nominal dianalogikan sama
dengan momen nominal balok akibat lentur murni. Tetapi yang berbeda jika
perhitungan balok memakai lebar balok b sebesar balok, pelat menggunakan lebar
pelat per 1 (satu) meter.
Menurut Vis dan Gideon (1997), dasar-dasar anggapan dan persyaratan yang
digunakan dalam menganalisis beton bertulang yang diberi beban lentur adalah
sebagai berikut:
1. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai kekuatan
tarik.
2. Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekkan (regangan
tarik dan tekan) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak tiap
19
serat ke sumbu netral. Ini merupakan kriteria yang dikenal dengan penampang
bidang datar akan tetap berupa bidang datar.
3. Hubungan antara tegangan dan regangan baja (
s
dan
s
) dapat dinyatakan
dengan secara skematis.
4. Hubungan antara tegangan dan regangan beton (
c
dan
c
) dapat dinyatakan
dengan secara skematis.
Perhitungan momen nominal dalam akibat lentur murni sebagai berikut (lihat Gambar
2.12):
Sumber : Vis dan Gideon,1997
Gambar 2.12 Perhitungan Momen Nominal Untuk Pelat
d = h 0,5 tulangan tarik selimut beton (2.11)
c a
1
=
(2.12)
b a f C
c
=
'
85 , 0
(2.13)
y
f As T =
(2.14)
a d Z
2
1
=
(2.15)
Z T M
Z
=
atau
Z C M
Z
=
(2.16)
Dimana d adalah tinggi efektif (cm); h adalah tebal pelat (cm);
1
sama dengan
0,85 untuk fc 300 kg/cm
2
, untuk mutu beton lebih tinggi dari 300 kg/cm
2
=
d
h
b
a C
Z
T
20
0,85 0,008(fc 30); c adalah tinggi garis netral; C adalah tegangan tekan; f
c
adalah kuat tekan beton yang direncanakan (MPa atau kg/cm
2
); b adalah lebar
pelat dimana dalam perhitungan lebar pelat dihitung per satu meter (cm); T adalah
tegangan tarik tulangan; As adalah luas tulangan terpasang (cm
2
); f
y
adalah kuat
tarik leleh tulangan (MPa atau kg/cm
2
); Z adalah lengan momen (cm); M
z
adalah
momen nominal pelat per meter (kgm/m).