Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“STRUKTUR BANGUNAN KONTRUKSI KAYU”

DISUSUN OLEH
MUHAMMAD REYNALDI ISMAHENDRA
1703010005

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam dan
termasuk vegetasi hutan. Kayu sering di gunakan oleh manusia untuk semua keperluan
karena mudah dalam proses pengerjaannya. Dalam hal pengelolaannya perlu di
perhitungkan secara cermat bagian bagian kayu yang dapat lebih banyak di manfaatkan.

2
Dalam suatu konstruksi kayu memiliki komponen struktur yang mendukung beban aksial
tarik dan tekan. Dalam hal ini akan di bahas tentang beban tekan yang terjadi pada suatu
batang kayu. Batang tekan adalah batang dari suatu rangka batang atau elemen kolom pada
suatu konstruksi yang menerima tekan searah panjang batang.
2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian batang tekan ?
b. Bagaiman menentukan perencanaan suatu batang tekan ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian mengenai batang tekan,
b. Untuk menentukan suatu perencanaan batang tekan.

BAB II
PEMBAHASAN

Batang tekan adalah batang dari suatu rangka batang atau elemen kolom pada
bangunan gedung yang menerima tekan searah panjang batang. Elemen struktur dengan
fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame.Pada
struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom.Perencanaan dimensi
batang tekan lebih sulit dari pada perencanaan batang tarik, karena perilaku tekuk lateral

3
menyebabkan timbulnya momen sekunder (secondary moment) selain gaya aksial tekan.
Perilaku tekuk ini dipengaruhi oleh nilai kelangsingan kolom yaitu nilai banding antara
panjang efektif kolom dengan jari-jari girasi penampang kolom. Apabila nilai kelangsingan
sangat kecil (kolom pendek/short column/stocky column), maka serat-serat kayu pada
penampang kolom akan gagal tekan (crushing failure). Tetapi bila angka kelangsingan kolom
sangat tinggi (kolom langsing/long column), maka kolom akan mengalami kegagalan tekuk
dan serat-serat kayu belum mencapai kuat tekannya atau bahkan masih ada pada kondisi
elastik (lateral buckling failure). Kebanyakan kolom memiliki nilai kelangsingan diantara
kedua nilai ekstrim tersebut, dan disebut intermediate column.
I. Gaya tekan kritis
Analisis gaya tekan kritis kolom untuk beberapa macam tumpuan dapat dilihat pada
banyak buku yang membahas mekanika material, atau stabilitas struktur (Timoshenko dkk,
1951 dan Chen dkk, 1987). Beberapa anggapan yang digunakan untuk memperoleh gaya
tekan kritis kolom adalah:
a. kolom lurus (tidak bengkok),
b. gaya tekan bekerja pada titik berat penampang kolom,
c. perilaku bahan kayu bersifat linier,
d. defleksi lateral kolom sebagai akibat dari momen tekuk saja; defleksi lateral akibat
gaya geser diabaikan,
e. defleksi aksial kolom sangat kecil, sehingga curvature kolom dapat didekati dengan
diferensial orde dua atas defleksi lateral

Berdasarkan anggapan-anggapan diatas, gaya tekan kritis kolom dengan tumpuan


kedua ujung adalah sendi atau jepit dapat diperoleh pada Persamaan 5.1 dan Persamaan
5.2. Gaya tekan kritis ini dikenal dengan nama gaya tekan Euler (Pe). Dengan E adalah
modulus elastis, I adalah momen inersia, dan L adalah panjang kolom. Karena gaya
tekanEuler diperoleh berdasarkan anggapan material kayu berperilaku elastis,maka gaya
tekan Euler sesuai untuk kolom dengan angka kelangsingan tinggi. Sedangkan untuk kolom
pendek atau menengah, gaya tekanEuler menjadi tidak sesuai seperti dapat dilihat pada
Gambar 5.1.
Gaya tekan kritis untuk kolom tumpuan sendi-sendi:

(5.1)
Gaya tekan kritis untuk kolom tumpuan jepit-jepit:

(5.2)

4
Gambar 5.1 Gaya tekan kolom untuk beberapa nilai kelangsingan

Apabila variabel L pada Persamaan 5.1 dan Persamaan 5.2diganti dengan nila KeL
dengan Ke adalah faktor panjang tekuk, makakuat tekan kritis kolom dengan variasi
tumpuan pada kedua ujungnyadapat diperoleh berdasarkan Persamaan 5.3. Untuk kolom
dengantumpuan sendi-sendi dan tumpuan jepit-jepit, kuat tekan Eulerdiperoleh dari
Persamaan 5.3 dengan mengganti nilai Ke = 1 untukkolom dengan tumpuan sendi-sendi,
dan nilai Ke = 0,5 untuk tumpuanjepit-jepit.

(5.3)

II. Perencanaan batang tekan


Menurut SNI-5 Tata cara perencanaan konstruksi kayu (2002), batang tekan harus
direncanakan sedemikian sehingga:
(5.4)

Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, adalah faktor waktu, c = 0,90 adalah
faktor tahanan tekan sejajar serat, dan P’ adalah tahanan terkoreksi. Tahanan koreksi adalah
hasil dari perkalian tahanan acuan dengan faktor-faktor koreksi.

III. Panjang efektif kolom

Panjang kolom tak-terkekang atau panjang bagian kolom tak terkekang (L) harus
diambil sebagai jarak pusat-ke-pusat pengekang lateral. Panjang kolom tak-terkekang harus
ditentukan baik terhadap sumbu kuat maupun terhadap sumbu lemah dari kolom tersebut.
Panjang efektif kolom untuk arah yang ditinjau harus diambil sebagai KeL, dimana Ke adalah
faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan. Ke tergantung pada kondisi ujung
kolom dan ada atau tidak adanya goyangan. Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang
ditinjau, factor panjang tekuk (Ke) harus diambil sama dengan satu kecuali jika analisis

5
memperlihatkan bahwa kondisi kekangan ujung kolom memungkinkan digunakannya faktor
panjang tekuk yang lebih kecil daripada satu. Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang
ditinjau, faktor panjang tekuk harus lebih besar daripada satu dan ditentukan berdasarkan
analisis mekanika dengan memperhitungkan kondisi kekangan ujung kolom. Nilai Ke untuk
beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan untuk keadaan dengan goyangan serta tanpa
goyangan dapat ditentukan menggunakan hubungan pada Gambar 5.2

Tidak diperbolehkan adanya goyangan

Diperbolehkan adanya goyangan


Gambar 5.2 Nilai Ke untuk beberapa jenis kekangan ujung
(Wood Design Structures, 2003)
Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara panjang efektifkolom pada arah yang
ditinjau terhadap jari-jari girasi penampangkolom pada arah itu seperti pada Persamaan 5.5.
Jari-jari girasi dihitungberdasarkan luas penampang bruto, dan menggunakan
penampangtransformasi jika digunakan penampang komposit. Untuk penampang kolom
persegi (b/d) atau bulat berdiameter D, maka jari-jari girasi dapat diperoleh seperti pada
Persamaan 5.6.

(5.5)
Kelangsingan =

Jari-jari girasi penampang persegi:

(5.6a)

Jari-jari girasi penampang bulat:

(5.6b)

6
IV. Tahanan kolom prismatic
Tahanan tekan kolom ditentukan berdasarkan kelangsinganpenampang kolom pada arah
yang paling kritis. Tahanan tekan kolomterkoreksi ditetapkan sebagai berikut:

(5.7)

Faktor kestabilan kolom (Cp) dihitung sebagai berikut:

(5.8)

dengan:

(5.9)

(5.10)

Keterangan:
A : Luas penampang bruto
Fc* : Kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah dikalikan semuafaktor koreksi kecuali
factor factorstabilitas kolom, CP)
E05’ : Nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada persentil ke-5
Pe : Tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang ditinjau
P0’ : Tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat pada kelangsingankolom sama dengan n
nol
c : 0,80 untuk batang masif
c : Faktor tahanan tekan = 0,90
s : Faktor tahanan stabilitas = 0,85
Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada persentil ke lima (E05’) untuk balok
masif dihitung berdasarkan Persamaan 5.11, dengan Ew’ adalah modulus elastisitas lentur
yang telah dikalikan dengan factor koreksi CM, Ct, Cpt, dan CF, sedangkan KVE adalah nilai
banding antara standar deviasi/penyimpangan dengan nilai rata-rata dalam pengujian
modulus elastisitas lentur. Dari hasil pengujian untuk beberapa jenis kayu (Hoyle, 1978),
nilai KVE diperoleh sebesar 0,2. Apabila nilai KVE sebesar 0,2 disubstitusi pada Persamaan
5.11, maka E05’ = 0,69 Ew’.

7
(5.11)

V. Kolom berspasi
Pada kolom berspasi ada dua sumbu utama yang melalui titikberat penampang, yaitu
sumbu bebas bahan dan sumbu bahan. Sumbubebas bahan adalah sumbu yang arahnya
sejajar muka yang berspasi(biasanya muka yang lebih lebar) pada kolom, dan sumbu bahan
adalah sumbu yang arahnya tegak lurus arah sumbu bebas bahan danmemotong kedua
komponen struktur kolom. (Lihat Gambar 5.3.)Pada kolom berspasi yang merupakan
komponen struktur tekan dari suatu rangka batang, titik kumpul yang dikekang secara
lateraldianggap sebagai ujung dari kolom berspasi, dan elemen pengisi padatitik kumpul
tersebut dipandang sebagai klos tumpuan. Klos tumpuandengan ketebalan minimum sama
dengan ketebalan kolom tunggalharus diadakan pada atau dekat ujung kolom berspasi. Klos
tumpuanharus mempunyai lebar dan panjang yang memadai. Sedikitnya satuklos lapangan,
klos yang terletak diantara klos-klos tumpuan, dengan lebar sama dengan lebar klos
tumpuan harus dipasang di tengah atau didaerah tengah kolom berspasi sedemikian
sehingga l3  0,50l1.Perbandingan panjang terhadap lebar maksimum ditentukansebagai
berikut: 1) pada bidangsumbu bahan, l1/d1 tidak bolehmelampaui 80, 2) pada bidang
sumbu bahan, l3/d1 tidak bolehmelampaui 40, dan 3) pada bidang sumbu bebas bahan,
l2/d2 tidakboleh melampaui 50. Kolom berspasi yang tidak memenuhi ketentuantersebut
harus direncanakan dengan meninjau masing-masingkomponen struktur sebagai kolom
berpenampang masif yang terpisah.

Gambar 5.3 Geometri kolom berspasi

Tahanan tekan koreksi kolom berspasi harus diambil sebagai nilai yang terkecil
diantara tahanan tekan koreksi terhadap sumbu bebas bahan dan terhadap sumbu bahan.
Kedua nilai tahanan tersebut harus ditentukan dari Persamaan 5.7 sampai dengan
Persamaan 5.10 dengan faktor-faktor tahanan, faktor waktu, dan faktor-faktor koreksi yang
berlaku pada kolom masif. Momen inersia terhadap sumbu bebas bahan yang digunakan di
dalam Persamaan 5.10 adalah momen inersia untuk komponen struktur tunggal terhadap
sumbu bebas bahan dikalikan dengan banyaknya komponen struktur. Luas bruto (A) yang
digunakan dalam Persamaan 5.7 dan 5.10 harus sama dengan luas komponen struktur
tunggal dikalikan dengan banyaknya komponen struktur. Alat sambung di masing-masing

8
bidang kontak antara klos tumpuan dan komponen struktur kolom di setiap ujung kolom
berspasi harus mempunyai tahanan geser sebagaimana ditentukan pada Persamaan 5.12. Z’
adalah tahanan geser terkoreksi klos tumpuan dalam satuan Newton, A1 adalah luas
komponen struktur tunggal (mm2), dan Ks adalah konstanta klos tumpuan (MPa) yang
nilainya bergantung pada l1/d1 dan berat jenis komponen-komponen struktur yang
disambung (lihat Tabel 5.1).

(5.12)

Tabel 5.1 Konstanta klos tumpuan

VI. Contoh perencanaan batang tekan


Contoh 1
Rencanakan batang tekan AC pada contoh soal perencanaan batang Tarik ( kayu kelas A
dengan mutu E21 ). Asumsikan bahwa buhul pada struktur truss dapat dianggap sama
dengan dukungan sendi.
Penyelesaian
Trial 1
Ukuran penampang batang adalah 50/120 (b = 50 mm, d = 120 mm)
L = (1252+1502)0,5 = 195 mm
Jari-jari girasi (r) = 0,2887.b= 14,4 mm
Kelangsingan = (KeL)/r = (1x195)/14,4 = 13,56
Menghitung kuat tekan sejajar serat acuan (Fc) dan modulus elastisitas lentur acuan (Ew)
akibat rasio tahanan mutu kayu A sebesar 0,8.
Fc = 0,8x40 = 32 MPa
Ew = 0,8x20000 = 16000 MPa
Menghitung faktor kestabilan kolom (Cp)
Fc* = Fc CM Ct Cpt CF
Fc* = 32x1,00x1,00x1,00x1,00 = 32 MPa

9
P0’ = A.Fc*
P0’ = 50x120x32 = 192 kN
Ew’ = CM Ct Cpt Ew = 1,00x1,00x1,00x16000 = 16000 MPa
E05’ = 0,69 Ew’ = 0,69x16000 = 11040 MPa

Menghitung tahanan tekan terkoreksi (P’)


P’ = CP. P0’
P’ = 0,99x192 = 190 kN
Kontrol tahanan tekan terfaktor
Pu c P’
97,5 kN  0,6x0,9x190

97,5 kN  102,6 kN … Ok!

Bab III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Batang tekan merupakan batang dari suatu rangka batang atau elemen kolom pada
bangunan gedung yang menerima tekan searah panjang batang. Beban yang cenderung
membuat batang bertambah pendek akan mengasilkan tegangan tekan pada batang tersebut.
pada rangka batang, umumnya batang tepi atas adalah batang tekan biasanya struktur tekan
terdapat pada bangunan bangunan seperti rangka kuda kuda atap, kolom pada portal
bangunan gedung. Dalam perencanaanya harus mempertimbangkan 5 hal yang telah di bahas
pada uraian pembahasan di atas.

10
11

Anda mungkin juga menyukai