PENDAHULUAN
2. Tumpuan engsel
Tumpuan engsel adalah tumpuan yang dapat menahan gaya
horizontal disamping gaya vertikal yang bekerja padanya.
Gambar 2.5 tumpuan engsel
3. Tumpuan rol
Tumpuan rol adalah tumpuan yang bias menahan komponen gaya
vertical yang bekerja padanya.
Izz = ∫𝐴 (𝑑 + 𝑦)2 𝑑𝐴
= d2∫𝐴 𝑑𝐴 + 2𝑑 ∫𝐴 𝑦 𝑑𝐴 + ∫𝐴 𝑦 2 𝑑𝐴
= Ad2 + 2d2𝑑 ∫𝐴 𝑦 𝑑𝐴 + I0
Karena sumbu dari mana y diukur adalah melalui titik berat dari daerah
luas, maka ∫ 𝑦 𝑑𝐴 atau 𝑦̅A adalah nol. Jadi :
Izz = I0 +Ad2
Dimana:
I0 = momen inersial terhadap titik berat
A = luas penampang
d = jarak bidang z-z terhadap titik berat
persamaan ini merupakan terorema sumbu sejajar. Teorema ini dapat
dinyatakan sebagai berikut: momen inersial suatu luas terhadap suatu sumbu
adalah sama dengan luas tersebut, ditambah dengan hasil kali dari luas yang
sama dengan kuadrat jarak antara kedua sumbu.
𝛅 = Li – L0 ………………………...(2)
Dimana:
𝛅 = Elongasi yang terjadi (m)
P = Gaya tarik yang bekerja (N)
L0 = Panjang batang mula-mula (m)
Li = Panjang batang setelah penarikan (m+)
A0 = Luas penampang batang mula-mula (m2)
E = Modulus Elastis bahan (MPa) atau (N/m 2)
Pada percobaan tarik harus dipastikan bahwa gaya tarik harus benar-
benar bekerja pada pusat penampang balok. Terlepas dari pertimbangan bagian-
bagian batang yang terletak disekitar gaya-gaya yang bekerja, bahwa dapat
diasumsikan bahwa selama tarikan berlangsung, semua berat batang prismatic
ini mengalami pertambahan panjang yang sama dan penampang batang yang
semua bidang datar dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu batang masih tetap
demikian setelah terjadi elongasi (deformasi).
𝑃
σ = 𝐴
dimana :
σ = tegangan (N/mm)
p= gaya (N)
A= luas penampang(mm ²)
regangan tarik
𝜎
є =
𝐸
dimana :
є = regangan tarik
σ = tegangan
E = modulus young
𝜎
E =
є
dimana :
є = regangan tarik
σ = tegangan
E = modulus young
2.8 Keseimbangan
Sebuah benda dikatakan dalam kondisi seimbang seimbang jika gaya luar
beraksi padanya membentuk gaya equivalen dengan nol. Ini berarti sistem tidak
mempunyai resultan kopel. Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan sebuah
benda tegar yang berada dalam kondisi static tertentu dapat dinyatakan secara
analitis dengan persamaan sebagai berikut
∑ 𝐹𝐻 = 0
∑ 𝐹𝑉 = 0
∑𝑀 = 0
Persamaan di atas menunjukkan gaya luar yang beraksi pada benda tegar
tidak menimbulkan gerak translasi pada benda itu dan menyebabkan rotasi pada
titik manapun. aksi tiap gaya luar ditiadakan oleh gaya reaksi dari sistem itu.
Sebelum menetapkan persamaan di atas, perlu ditunjukkan dengan tepat sebuah
gaya yang bekerja pada benda itu baik gaya reaksi yang bekerja pada benda
juga gaya rekasi yang timbul pada tumpuan. Penggambaran sebuah gaya yang
bekerja pada benda tersebut diagram benda bebas.
Persamaan kesetimbangan di atas telah cukup untuk menyelesaikan tiga
besaran yang tidak diketahui yang dikatakan bersifat statik tak tentu, hal ini
diperlukan persamaan-persamaan yang lain dengan memperhatikan kondisi yang
mempertimbangkan geometri dari deformasi yang terjadi seperti pada jepitan
yang mempunyai slop sama dengan nol.
2.9 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastic
dari balok. Gambar 2.15 (a) memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum
terjadi deformasi dan Gambar 12.5 (b) adalah balok dalam konfigurasi
terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.
𝑑𝑦
𝛳 =𝑑𝑥 ……………………………………………………………………………... (3)
Dan
𝑑𝛳 𝑑2 𝑦
= ……………………………………………………………………......... (4)
𝑑𝑥 𝑑2 𝑥
ds = pd 𝛳……………...………………………………………………………… .. (5)
dimana p adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastic sangat
datar, ds pada prakteknya sama dengan dx; sehingga dari persamaan (4) dan
(3) kita peroleh:
𝐼 𝑑𝛳 𝑑𝛳 1 𝑑2 𝑦
𝜌
= 𝑑𝑠
≈ 𝑑𝑥 atau 𝜌
= 𝑑𝑥 2 …………………………..…………………………… (6)
𝐼 𝑀
= ……………………………………………………………………….………... (7)
𝜌 𝐸𝐼
Dengan menyatakan harga dari persamaan (5) dan (8), kita peroleh
𝑑2 𝑦
𝐸𝐼 𝑑𝑥 2 = 𝑀 ……………………………...………………………………………….. (8)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis balok.
Perkalian EI, disebut kekekalan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok.
Pendekatan yang dibuat secara seriuas mensyahkan persamaan (8);
karena apabila kita mengganti 1/𝜌 dengan harga tepat seperti yang diperoleh
dalam naskah kalkulus, kita peroleh, dari persamaan (7)
𝑑2 𝑦
𝑑𝑥 2 𝑀
3 =
2 ⁄2 𝐸. 𝐼
𝑑𝑦
[1 + ( ]
𝑑𝑥 )
𝑑2 𝑦 𝑀
𝑑𝑥 2
= 𝐸𝐼 ; sama dengan persamaan (7)
𝑑𝑦
𝐸𝐼 𝑑𝑥 = ∫ 𝑀 𝑑𝑥 + 𝐶1 ……………………….…………………………………... (9)
1 𝑀
=
𝜌 𝐸𝐼
1 𝑀 𝑑𝜃
= =
𝜌 𝐸𝐼 𝑑𝑠
Atau
𝑀
𝑑𝜃 = 𝑑𝑠
𝐸𝐼
Pada banyak kasus praktis kurva elastic sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap ds sama dengan
proyeksinya dx. Dengan anggapan ini, kita memperoleh:
𝑀
𝑑𝜃 = 𝐸𝐼 𝑑𝑥 ………….………………………………………………………….…. (11)
Pada gambar terlihat jelas bahwa garis singgung ditarik ke kurva elastic di
C dan D dipisahkan oleh sudut 𝑑𝜃 yang sama dimana penampang OC dan OD
(dengan pembesaran detail) berputar relative terhadap yang lain. Oleh karena
itu, perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung ke kurva pada dua
titik sembarang A dan b akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut
𝜃 1 𝑥
𝜃𝐴𝐵 = ∫𝜃 𝐴 𝑑𝜃 = 𝐸𝐼 ∫𝑥 𝐵 𝑀 𝑑𝑥 ………………………………………………… (12)
𝐵 𝐵
Jarak pada B ditarik pada kurva elastic (diukur tegak lurus terhadap
kedudukan balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik ke
kurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat
garis singgung ke kurva pada titik yang berdekatan. Setiap pntasan ini bias
dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipsahkan oleh sudut 𝑑𝜃:
dt = x𝑑𝜃
oleh karena itu,
2
𝜎𝑚𝑎𝑥 . 𝑓. 𝑣
𝑈=
2𝐸
bhᶟ
𝐼=
12
Dimana :
I = momen inersia
B = lebar
H = tebal
Pbx 2
𝑦₁ = (𝐿 − 𝑏 2 − 𝑥 2 )
6𝐸𝐼𝐿
Pbx 2 𝑃 (𝑥 − 𝑎)
𝑦₂ = (𝐿 − 𝑏2 − 𝑥 2 ) + ( )
6𝐸𝐼𝐿 𝐺𝐸𝐼𝐿
d) Untuk menghitung PK
ymax − ymin
𝑃𝐾 = 𝑥 100%
𝑦𝑚𝑖𝑛
2.10.2 untuk menghitung tumpuan jepit-jepit
1 𝑃𝑥ᶟ 𝑃 𝐿𝑥²
𝑦 = −( )( − )
𝐸𝐼 12 16
𝐿
1 𝑃𝑥ᶟ 𝑃 (𝑥 − 2) ᶟ 𝑃𝐿𝑥²
𝑦 = −( )( − )−( )
𝐸𝐼 12 6 16
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
b) Dial gauge
i) Penggantung beban
k) Kunci L
roll
engsel-rol.
Tumpuan jepit-jepit
Pembacaan Dial Gauge (Lendutan) (x 0,001 mm)
beban (kg)
NO 1 2 3
p1 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
1 1,0 14 15 15 14,66667 25 25 24 24,66667 21 21 21 21
2 1,5 21 21 22 21,33333 38 37 40 38,33333 30 31 32 31
3 2,0 28 28 29 28,33333 51 50 52 51 40 41 41 40,66667
4 2,5 36 36 36 36 64 64 65 64,33333 51 51 51 51
5 3,0 43 43 43 43 77 77 77 77 61 61 61 61
Tumpuan engsel-rol
Pembacaan Dial Gauge (Lendutan) (x 0,001 mm)
beban (kg)
NO 1 2 3
p1 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
1 1,0 45 45 44 44,66667 52 53 51 52 25 26 24 25
2 1,5 64 64 64 64 79 79 79 79 41 43 42 42
3 2,0 83 82 83 82,66667 105 105 105 105 60 67 61 62,66667
4 2,5 102 101 102 101,66667 132 132 132 132 78 80 79 79
5 3,0 120 119 120 119,66667 159 159 158 158,66667 97 98 97 97,33333
BAB IV
Perhitungan dan Pembahasan
4.1. Contoh dan hasil perhitungan
untuk mencari lendutan batang
jepit-jepit
Momen inersia
𝑏ℎ 3 30 × 53 30 × 125
I= => = = 312,5
12 12 12
L 3
−l 𝑃𝑥 3 𝑃. (𝑥 − 2) PL𝑥 2
𝑌=( )( − )−( )
E. l 12 16 16
800 3
−l (1) × (400 )2 1 (400 − 2 ) (1)(800)(400)2
=( )( − )−( )
(20700)(312,5) 12 16 16
= −8000000
Engsel roll
a. Menghitung × ≤ q
pb𝑥
𝑌1 = (𝐿2 − 𝐵2 − 𝑥 2 )
6𝐸. 𝐼. 𝐿
(1)(300)(200)
= (8002 − 302 − 4002 )
(6) (20700)(312,5)(800)
(1)(300)(200)
= (479100)
(6)(20700)(312,5)(800)
= 0,926
b. Untuk menghitung × q
pb𝑥 P(𝑥 − 𝑎)
𝑌2 = (𝐿2 − 𝐵2 − 𝑥 2 ) ( )
6𝐸. 𝐼. 𝐿 GEIL
(1)(30)(400) 1(400 − 200)
= (8002 − 302 − 4002 ) + ( )
(6)(20700)(312,5)(800) (6 20700)(312,5)(800)
)(
(1)(400 − 200)
= 0,18515 + ( )
(6)(20700)(312,5)(800)
= 0,18515001
Untuk PK
Jepit rol
Ymax − Ymin
pk =
𝑌𝑚𝑎𝑥
a. Pk(%) untuk Y1
b. Pk(%) untuk Y2
Engsel roll
Ymax − Ymin
PK = × 100%
𝑌𝑚𝑎𝑥