Anda di halaman 1dari 20

MODUL 2

PERCOBAAN DEFLEKSI PADA BATANG


KANTILEVER
LAPORAN PRAKTIKUM
TME 345 – PRAKTIKUM MEKANIKA TEKNIK

Nama : Steven Wiliam Soputra


NIM : 2015-041-147
Kelompok : MB-4
Tanggal Praktikum : 28 Februari 2018
Asisten : Rian Fantoni

LABORATORIUM MEKANIKA EKSPERIMENTAL


PRODI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2018
I. TUJUAN
 Menentukan besar defleksi yang dihasilkan pada batang kantilever.
 Membandingkan hasil defleksi pada setiap material.
 Membandingkan hasil defleksi perhitungan secara teoritis dengan hasil
eksperimen.

II. TEORI DASAR


Defleksi adalah perpindahan dari posisi awal ke posisi akhir setelah
pembebanan P. Pada Gambar 2.1. dapat dilihat fenomena terjadinya defleksi.

Gambar 2.1 Defleksi Pada Batang [1]

Pada percobaan kali ini, jenis tumpuan yang akan digunakan adalah
tumpuan jepit dengan batang kantilever seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.2. Batang kantilever adalah batang yang salah satu ujungnya dijepit
dan pada ujung lainnya adalah ujung bebas (tanpa ada tumpuan).

Gambar 2.2. Contoh Batang Kantilever [1]


Dalam menentukan defleksi pada batang, maka digunakanlah metode
superposisi. Metode superposisi adalah metode untuk menentukan defleksi
total dengancara memisahkan semua gaya yang diberikan pada batang. Setelah
dipisahkan, defleksi yang dihasilkan oleh masing-masing gaya dihitung satu
per satu. Defleksi total dari batang tersebut adalah jumlah dari defleksi
masing-masing gaya. Metode ini cocok digunakan untuk menghitung defleksi
pada batang dengan banyak pembebanan. Persamaan-persamaan yang
dihasilkan dari metode superposisi dinyatakan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Persamaan Superposisi dalam Menentukan Defleksi [1]


Rumus yang digunakan untuk menghitung defleksi dan momen inersia
pada penampang batang ditunjukkan pada Persamaan 2.1 dan Persamaan 2.2.
III. PERALATAN PERCOBAAN

1. 1 buah load cell


2. 1 buah digital deflection indicators
3. Penyangga kantilever
4. Batang baja, kuningan, aluminium

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

*Pada percobaan ini praktikan dilarang menyentuh sensor pada alat


percobaan!
a. Uji Tarik
1. Masuk pada aplikasi VDAS, lalu pilih Experiment 8 dan masukkan nilai
panjang jarak (l) dan nilai ketebalan pada material.

2. Posisikan penyangga kantilever dan load cell pada jarak yang ditentukan
(l) sesuai dengan tabel dan posisi peletakan sesuai dengan gambar pada
aplikasi VDAS.

3. Pastikan pin penyangga pada load cell dilepaskan. Aturlah posisi ujung
pisau pada masing-masing load cell ke posisi paling bawah.

4. Letakkan batang yang ingin diuji pada penyangga kantilever lalu pasanglah
digital deflection indicators pada bagian atas batang dengan mensejajarkan
ujung pisau dengan load cell seperti pada Gambar 2.4. Setelah itu atur ulang
angka awal pada alat pengukuran menjadi 0.

5. Setelah itu ulangi percobaan dengan material yang sama dengan jarak yang
berbeda sesuai dengan tabel percobaan.

Gambar 2.4. Ilustrasi Pemasangan Alat Percobaan [2]


V. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Sebutkan contoh defleksi dalam kehidupan sehari-hari.


JAWAB:
Contoh defleksi dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
 Rak/lemari yang mengalami lendutan ketika menahan beban
barang-barang yang diletakkan padanya (biasanya terjadi pada rak-
rak pergudangan)
 Seorang atlet renang yang menaiki papan lompat indah ketika
berdiri diatasnya, maka papan tersebut dapat melendut.
 Kerangka pada atap rumah membutuhkan pertimbangan defleksi.
Sebagai contoh, ketika hujan turun dan dapat terakumulasi di area
pada atap dapat menyebabkan tergenangnya air , kemudian
menyebabkan defleksi yang lebih lanjut hingga kemungkinan
terjadinya kegagalan pada atap tersebut.
 Sebuah busur panah yang digunakan untuk olahraga panahan ketika
tali busur digunakan untuk menembakkan anak panah,
menyebabkan cabang pada busur panah mengalami defleksi
terhadap gagangnya akibat gaya tarik oleh tali busur. Penerapan
defleksi pada cabang busur panah bertujuan untuk melesatkan anak
panah, karena tali yang tersambung padanya menyimpan
momentum akibat defleksi yang terjadi dan ketika anak panah
dilepaskan tali kembali ke bentuk lurusnya mengikuti kembalinya
cabang busur panah ke posisi awalnya setelah gaya tali dilepaskan.
Namun apabila panah yang digunakan terlalu panjang, atau gaya
tarik pada tali yang digunakan terlalu besar, maka defleksi yang
berlebihan yang terjadi pada cabang busur panah tersebut dapat
menyebabkan kegagalan pada busur panah.

2. Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi defleksi.


JAWAB:
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi defleksi adalah:
 Jenis-jenis tumpuan yang digunakan pada sistem tersebut;
 Seberapa besar momen inersia penampang yang digunakan pada
sistem tersebut ketika gaya tegak lurus terhadapnya diberikan;
momen inersia penampang disini berperan sebagai faktor
penghambat atau menahan gaya yang terjadi;
 Bagaimana gaya tersebut diterapkan/terjadi pada batang; dengan
ketentuan seperti yang dapat dilihat pada tabel superposisi untuk
penyelesaian defleksi;
 Dimensi pada batang/sistem tersebut (dalam hal ini misalnya
panjang benda, jarak antara tumpuan terhadap tempat
peletakan/terjadinya gaya yang diberikan, modulus elastisitas
material yang digunakan pada batang/sistem, dan besar momen
inersianya).

3. Jelaskan mengenai metode superposisi.


JAWAB:
Pada sebuah struktur yang hendak dirancang, ada beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan; misalnya penggunaan tumpuan
yang hendak diterapkan pada struktur, kemudian memperkirakan gaya
apa yang dapat terjadi pada sisitem tersebut, dan hal tersebut dapat
bervariasi keadaannya.
Metode superposisi defleksi adalah cara untuk menentukan resultan
defleksi yang terjadi pada keseluruhan sistem tersebut dengan cara
menjabarkan satu-persatu gaya masing-masing yang terjadi terhadap
batang/sistem sesuai dengan ketentuan yang ada pada tabel superposisi
defleksi (tabel slopes and deflections of beams); dimana keterangan
dari setiap gaya yang terjadi memiliki ketentuan tersendiri dalam
perhitungan defleksinya. Gaya yang terjadi yang kemudian satu
persatu dijabarkan, kemudian dijumlahkan sehingga ditemukan
persamaan keseluruhan gaya yang terjadi pada sistem tersebut, dengan
kata lain metode superposisi tersebut menggunakan prinsip aljabar.
Cara ini sebagai metode merumuskan penyelesaian defleksi pun juga
digunakan untuk menyelesaikan persoalan statika ketika ada keadaan
dimana perhitungan statik tak tentu tidak dapat dianalisa dengan
penyelesaian statik biasa (statik tertentu). Statik tak tentu adalah
keadaan dimana sebuah sistem yang tersusun memiliki reaksi tumpuan
yang melebihi gaya yang terjadi padanya, dan keadaan tersebut secara
matematis tidak dapat dijabarkan dengan perhitungan statika tertentu.
Dengan menggunakan persamaan defleksi yang berlaku pada sistem
tersebut, nilai sebuah variabel dapat ditemukan, sehingga persamaan
kesetimbangan pada keadaan statik tak tentu tersebut dapat selesai.

Gambar 5.1. Ilustrasi tentang metode superposisi. Keseluruhan gaya dan defleksi
yang terjadi pada sebuah struktur batang dapat dianalisa dengan menjumlahkan
seluruh persamaan defleksi yang berlaku pada tiap gaya yang berlaku sesuai tabel
defleksi.
VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Gambar 6.1. Lembar Data dalam Percobaan Defleksi pada Batang Kantilever
PERHITUNGAN
Carilah nilai δteoritis dalam [mm] dengan menggunakan persamaan
defleksi yang telah ditentukan:

Sebagai contoh perhitungan, penulis menggunakan setiap data no. 8


dari semua jenis percobaan, dimana:
F = 4 [N];
L = 200 [mm]
Ebaja = 207 [GPa]
Ekuningan = 105 [GPa]
Ebesi = 69 [GPa]

Karena variabel momen inersia penampang I masih belum diketahui,


dan nilai ini dapat bervariasi akibat perbedaan dimensi luas penampang
dari spesimen batang setiap material, maka carilah terlebih dahulu nilai
I tiap material:

Momen inersia area I didefinisikan sebagai berikut:

Gambar 6.2. properti geometrik pada elemen area berbentuk bujursangkar


Dengan menggunakan ketentuan properti geometrik pada area
bujursangkar seperti pada Gambar 6.2., maka momen inersia area
bujursangkar adalah:

Dari hasil pengukuran menggunakan vernier caliper, diketahui dimensi


batang yang diuji adalah sebagai berikut:
Batang b [mm] h [mm]

Batang baja (Fe) 19,0 3,2

Batang kuningan (Cu-Zn) 19,0 3,1

Batang Aluminium (Al) 19,1 6,5

Lakukan perhitungan momen inersia penampang dari tiap spesimen uji


tersebut:
Momen inersia penampang [ ] [ ]
spesimen batang baja
[ ]
[ ]

Momen inersia penampang [ ] [ ]


spesimen batang kuningan
[ ]
[ ]

Momen inersia penampang [ ] [ ]


spesimen batang aluminium
[ ]
[ ]

Setelah momen inersia penampang dari setiap spesimen uji tersebut


sudah ditemukan, barulah kemudian kembali ke persamaan defleksi
teoritis δteoritis, dan hitunglah masing-masing defleksi sesuai dengan
ketentuan yang diketahui tersebut:

[ ] [ ]

[ ]
Maka:
Defleksi [ ]
teoritis yang [ ] [ ]
terjadi pada [ ]
[ ] [ ]
batang
kantilever [ ]

baja ketika ( * +) [ ]

diberi gaya [ ]
F=4[N], dan ( * +) [ ]
ketika
[ ]
L=200[mm]
Defleksi [ ]
teoritis yang [ ] [ ]
terjadi pada [ ]
[ ] [ ]
batang
kantilever [ ]

kuningan ( * +) [ ]

ketika diberi [ ]
gaya F=4[N], ( * +) [ ]
dan ketika
[ ]
L=200[mm]
Defleksi [ ]
teoritis yang [ ] [ ]
terjadi pada [ ]
[ ] [ ]
batang
kantilever [ ]

aluminium ( * +) [ ]

ketika diberi [ ]
gaya F=4[N], ( * +) [ ]
dan ketika
[ ]
L=200[mm]
ANALISIS
Pada praktikum percobaan defleksi pada batang kantilever, praktikan
mempelajari perilaku defleksi yang terjadi pada batang yang ditumpu oleh
tumpuan jepit, dan bagaimana jadinya apabila variabel yang diminta
mempengaruhinya. Seperti yang telah diketahui, faktor yang menentukan
terjadinya defleksi adalah jenis tumpuan yang digunakan; kemudian
bagaimana batang tersebut diperlakukan; dan variabel-variabel dimensi
(seperti properti modulus elastisitas material, panjang batang, jarak letak gaya
terhadap tumpuan, dan momen inersia penampang).
Dalam praktiknya, batang kantilever yang digunakan selama pengujian
berarti tumpuan yang digunakan tersebut adalah jepit; dengan 3 jenis batang
dengan material yang berbeda dan memiliki penampang berbentuk segiempat.
Saat batang tersebut ditumpu jepit, kemudian ia diatur sebelum pemberian
gaya; dilakukan pengaturan kelurusan agar perhitungan tersebut terbaca
dengan ideal, peletakkan alat pemberi gaya juga diatur seberapa jauh jaraknya
dari tumpuan jepit. Dengan demikian, mengikuti ketentuan pada tabel
superposisi defleksi, situasi pada batang tersebut yang berlaku adalah batang
kantilever dengn pemberian gaya tepat di penghujung batang, sehingga
menghasilkan persamaan perhitungan defleksi δ :

sesuai dengan persamaan defleksi yang sudah dijelaskan pada landasan teori
(arti tanda (–) pada landasan teori menjadi (+) karena gaya yang diberikan
adalah dari atas ke bawah).
Karena prosedur praktikum yang sedemikian rupa, maka yang perlu
diperhatikan dalam perhitungan defleksi adalah apa yang terjadi ketika
material, ukuran penampang batang, kemudian pemberian gaya, dan jarak
pemberian gaya selama pengujian tersebut divariasikan. Hasilnya, adalah
sebagai berikut:
PERBANDINGAN DEFLEKSI DENGAN GAYA YANG SAMA, BERBEDA MATERIAL
pada F=3[N]
PROPERTI BAJA L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
b[mm] 19 BAJA 7 200 3 0,85 0,745
h[mm] 3,2 KUNINGAN 7 200 3 2,06 1,615
I besi (mm^4) 51,883 ALUMINIUM 7 200 3 0,32 0,265
E besi (MPa) 207000
PROPERTI KUNINGAN pada F=4[N]
b[mm] 19 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 3,1 BAJA 8 200 4 1,15 0,993
I kuningan [mm^4] 47,169 KUNINGAN 8 200 4 2,71 2,154
E kuningan [MPa] 105000 ALUMINIUM 8 200 4 0,41 0,354
PROPERTI ALUMINIUM
b[mm] 19,1
h[mm] 6,5
I aluminium [mm^4] 437,111
E aluminium [MPa] 69000

Tabel 6.1. Tabel perbandingan defleksi yang terjadi apabila gaya yang bernilai
sama, namun berbeda material yang digunakan.

Defleksi ketika F= 3 [N]


4,000
DEFLEKSI (δ)

3,000
2,000 DEFLEKSI teoritis
1,000
0,000 DEFLEKSI
1 2 3 sebenarnya
1. BAJA ; 2. KUNINGAN ; 3. ALUMINIUM

Tabel 6.2. Grafik dari data defleksi yang didapatkan dari masing-masing jenis
material ketika F=3[N] dan ketika L=200[mm].
Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa defleksi yang paling besar
terjadi adalah pada batang kuningan, dan defleksi paling rendah terjadi pada
batang aluminium, meskipun diperlakukan dalam keadaan gaya dan jarak
yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena nilai momen inersia penampang
yang besar maupun nilai modulus elastisitas yang besar. Dalam persamaan
defleksi, modulus elastisitas pada material (E) dan momen inersia
pemampang (I) adalah faktor penyebut yang apabila besar nilainya, maka
defleksi yang terjadi akan menjadi kecil. Disini dapat terlihat, bahwa batang
baja dengan nilai momen inersia yang setidaknya mendekati batang kuningan
masih menghasilkan defleksi yang tidak sebesar terjadi pada batang
kuningan. Kemudian pada batang aluminium yang memiliki modulus
elastisitas terendah, namun akibat momen inersia penampangnya yang besar
dibandingkan kedua material tersebut, maka batang aluminium sanggup
membuat nilai defleksi menjadi sekecil-kecilnya dibandingkan dengan kedua
batang lainnya.

PERBANDINGAN DEFLEKSI DENGAN MATERIAL YANG SAMA,


BERBEDA GAYA PADA BATANG KUNINGAN
b[mm] 19 I kuningan [mm^4] 47,169
h[mm] 3,1 E kuningan [MPa] 105000
L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
1 100 1 0,10 0,067
2 100 2 0,20 0,135
3 100 3 0,30 0,202
4 100 4 0,39 0,269
5 200 1 0,69 0,538
6 200 2 1,40 1,077
7 200 3 2,06 1,615
8 200 4 2,71 2,154
9 300 1 1,77 1,817
10 300 2 3,98 3,634
11 300 3 6,39 5,452
12 300 4 8,71 7,269

Tabel 6.3. Tabel perbandingan defleksi yang terjadi apabila material yang
digunakan sama, tapi berbeda nilai gaya dan jarak (data diambil dari data pada
batang kuningan).

Defleksi pada batang kuningan


10,000
DEFLEKSI (δ)

8,000 100mm teoritis


6,000 100mm sebenarnya

4,000 200mm teoritis


200mm sebenarnya
2,000
300mm teoritis
0,000
0 1 2 3 4 300mm sebenarnya
Gaya [N]

Tabel 6.4. Grafik dari data defleksi yang didapatkan ketika sebuah batang
kuningan diberi gaya dan jarak yang bervariasi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila sebuah batang yang memiliki
material yang sama, namun bervariasi nilai gaya dan jaraknya, maka akan
menimbulkan defleksi yang berbeda pula. Dari data tersebut terlihat, apabila
gaya yang diberikan semakin besar, maka defleksi yang terjadi akan semakin
bertambah secara linear.
b[mm] 19 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 3,2 100 4 0,15 0,124
Baja
I besi (mm^4) 51,883 200 4 1,15 0,993
E besi (MPa) 207000 300 4 3,87 3,352
b[mm] 19 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 3,1 100 4 0,39 0,269
Kuningan
I kuningan [mm^4] 47,169 200 4 2,71 2,154
E kuningan [MPa] 105000 300 4 8,71 7,269
b[mm] 19,1 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 6,5 100 4 0,06 0,044
Aluminium
I aluminium [mm^4] 437,111 200 4 0,41 0,354
E aluminium [MPa] 69000 300 4 1,31 1,194

Tabel 6.5. Grafik dari data defleksi yang didapatkan ketika gaya yang diberikan
sama F=4[N], namun diberi posisi jarak yang berbeda.

Defleksi ketika F= 4 [N]


(eksperimental)
10

8
DEFLEKSI (δ)

6
DEFLEKSI baja
4
DEFLEKSI kuningan
2 DEFLEKSI aluminium'
0
100 200 300
panjang jarak batang terhadap tumpuannya [mm]

Tabel 6.6. Grafik dari data defleksi yang didapatkan ketika batang diberi
jarak/posisi pemberian gaya yang bervariasi..
Kemudian, apabila jarak letak dimana gaya tersebut diberikan pada
batang, maka hal tersebut pun juga menimbulkan perbedaan nilai defleksi
yang cukup signifikan. Hal tersebut juga digambarkan pada tabel 6.5., dan
tabel 6.6. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa seberapa besar defleksi
yang terjadi sangat dipengaruhi oleh bagaimana batang tersebut diperlakukan;
berapa pemberian gaya, dan berapa panjang batang yang diterapkan.
Nilai defleksi teoritis hasil perhitungan sedikit berbeda dengan nilai
defleksi yang sebenarnya (eksperimental) ketika praktikum. Hasilnya, nilai
defleksi yang sebenarnya dilakukan selama praktikum selalu lebih besar dari
nilai defleksi menurut teoritis. Akan tetapi, nilai defleksi antara nilai teoritis
dan nilai eksperimental sudah saling sejalan seperti seharusnya; hal tersebut
dapat dilihat pada grafik ketika batang yang sama diberi gaya membentuk
garis linear ketika bertambah, dan ketika jarak/posisi yang berbeda akan
semakin menaikkan nilai defleksi yang signifikan (kemiringan sudut garis
pada grafik semakin bertambah mengiringi bertambahnya gaya). Hal tersebut
dapat disebabkan karena pada perhitungan teoritis, persamaan defleksi yang
digunakan hanya berlaku untuk satu keadaan superposisi pada tabel, yaitu
batang kantilever dengan pemberian gaya tepat pada ujung batangnya.
Panjang batang (L) yang diukur dan tercatat dalam data adalah panjang
batang yang terukur diantara tumpuan jepit terhadap pemberian gayanya.
Sementara, pada batang-batang yang diuji sesungguhnya memiliki panjang
yang melebihi nilai terukur tersebut. Batang yang baru saja dipasangkan pada
tumpuan dan belum diseimbangkan dengan water pass pun sudah cukup
membuat batang tersebut melendut (terjadi defleksi) duluan akibat gaya
gravitasi pada batang itu sendiri. Artinya, dengan kata lain, perbedaan nilai
teoritis dan nilai eksperimental tersebut disebabkan akibat adanya nilai dari
persamaan defleksi superposisi lain yang cenderung diabaikan yang padahal
berlaku pada keseluruhan batang tersebut ketika ia sedang diuji. Pengambilan
nilai data dalam praktikum yang dilakukan cukup hanya berfokus pada satu
persamaan defleksi sesuai yang telah ditentukan dalam landasan teori modul
ini.
VII. SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan pada praktikum tersebut, penulis
menyimpulkan beberapa hal, bahwa:
 Jenis material yang menentukan modulus elastisitas (E) masing-
masing material maupun dimensi penampang batang yang
menentukan momen inersia penampang batang (I) mempengaruhi
seberapa kekakuan pada batang menahan gaya yang menyebabkan
ia mengalami defleksi/lendutan.
 Besarnya gaya dan panjang batang; yang tidak lain tidak bukan
merupakan momen bending berfungsi sebagai pembilang yang
menentukan besarnya penyebab defleksi yang terjadi pada batang.
 Apabila posisi letak/jarak gaya dimana ia diberikan gaya bersifat
konstan, sementara gaya tersebut bertambah, maka pertambahan
defleksi akan meningkat secara konstan.
 Apabila pemberian gaya yang konstan diberikan pada jarak yang
berbeda-beda terhadap tumpuannya, maka defleksi akan meningkat
secara signifikan.
 Keseluruhan sistem gaya (overall) yang terjadi pada sebuah sistem
dapat dicari dengan metode superposisi, dimana setiap gaya
terhadap batang beam yang menyebabkan terjadinya defleksi
padanya dihitung satu-persatu sesuai ketentuan tabel defleksi (tabel
slopes and deflections of beams), yang kemudian keseluruhannya
dijumlahkan seperti ketentuan pada aljabar.
 Jenis reaksi tumpuan yang digunakan pada batang dan bagaimana
peletakannya menentukan seperti apa defleksi yang akan terjadi.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Beer, Ferdinand P., Johnston, E. Russel. (2009).: Mechanics of
Materials, 6th Ed., Mc-Graw Hill Companies, Inc., New York.
[2] Hibbeler, R.C., (2003): Mechanics of Materials, Pearson Education,
Inc., New Jersey.
[3] ---------, (2011). Beam Apparatus., TecQuipment: Nottingham.
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1. Proses pengujian defleksi pada batang kantilever yang dilakukan
selama praktikum menggunakan satu set peralatan dan 3 jenis material uji.

Gambar 9.2. Sebelum melakukan pemberian gaya terhadap batang, batang


tersebut ditumpu oleh tumpuan jepit, lalu posisikan seberapa jauh pemberian
gayanya terhadap tumpuan, kemudian dipastikan sejajar secara horizontal
menggunakan waterpass; nilai gaya [N] dan detector defleksi harus dikalibrasikan
dengan hati-hati dan cermat.
Gambar 9.3. Foto close-up tumpuan jepit yang digunakan untuk menumpu batang
kantilever yang sedang diuji.

Anda mungkin juga menyukai