Pada percobaan kali ini, jenis tumpuan yang akan digunakan adalah
tumpuan jepit dengan batang kantilever seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.2. Batang kantilever adalah batang yang salah satu ujungnya dijepit
dan pada ujung lainnya adalah ujung bebas (tanpa ada tumpuan).
2. Posisikan penyangga kantilever dan load cell pada jarak yang ditentukan
(l) sesuai dengan tabel dan posisi peletakan sesuai dengan gambar pada
aplikasi VDAS.
3. Pastikan pin penyangga pada load cell dilepaskan. Aturlah posisi ujung
pisau pada masing-masing load cell ke posisi paling bawah.
4. Letakkan batang yang ingin diuji pada penyangga kantilever lalu pasanglah
digital deflection indicators pada bagian atas batang dengan mensejajarkan
ujung pisau dengan load cell seperti pada Gambar 2.4. Setelah itu atur ulang
angka awal pada alat pengukuran menjadi 0.
5. Setelah itu ulangi percobaan dengan material yang sama dengan jarak yang
berbeda sesuai dengan tabel percobaan.
Gambar 5.1. Ilustrasi tentang metode superposisi. Keseluruhan gaya dan defleksi
yang terjadi pada sebuah struktur batang dapat dianalisa dengan menjumlahkan
seluruh persamaan defleksi yang berlaku pada tiap gaya yang berlaku sesuai tabel
defleksi.
VI. LEMBAR DATA, PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Gambar 6.1. Lembar Data dalam Percobaan Defleksi pada Batang Kantilever
PERHITUNGAN
Carilah nilai δteoritis dalam [mm] dengan menggunakan persamaan
defleksi yang telah ditentukan:
[ ] [ ]
[ ]
Maka:
Defleksi [ ]
teoritis yang [ ] [ ]
terjadi pada [ ]
[ ] [ ]
batang
kantilever [ ]
baja ketika ( * +) [ ]
diberi gaya [ ]
F=4[N], dan ( * +) [ ]
ketika
[ ]
L=200[mm]
Defleksi [ ]
teoritis yang [ ] [ ]
terjadi pada [ ]
[ ] [ ]
batang
kantilever [ ]
kuningan ( * +) [ ]
ketika diberi [ ]
gaya F=4[N], ( * +) [ ]
dan ketika
[ ]
L=200[mm]
Defleksi [ ]
teoritis yang [ ] [ ]
terjadi pada [ ]
[ ] [ ]
batang
kantilever [ ]
aluminium ( * +) [ ]
ketika diberi [ ]
gaya F=4[N], ( * +) [ ]
dan ketika
[ ]
L=200[mm]
ANALISIS
Pada praktikum percobaan defleksi pada batang kantilever, praktikan
mempelajari perilaku defleksi yang terjadi pada batang yang ditumpu oleh
tumpuan jepit, dan bagaimana jadinya apabila variabel yang diminta
mempengaruhinya. Seperti yang telah diketahui, faktor yang menentukan
terjadinya defleksi adalah jenis tumpuan yang digunakan; kemudian
bagaimana batang tersebut diperlakukan; dan variabel-variabel dimensi
(seperti properti modulus elastisitas material, panjang batang, jarak letak gaya
terhadap tumpuan, dan momen inersia penampang).
Dalam praktiknya, batang kantilever yang digunakan selama pengujian
berarti tumpuan yang digunakan tersebut adalah jepit; dengan 3 jenis batang
dengan material yang berbeda dan memiliki penampang berbentuk segiempat.
Saat batang tersebut ditumpu jepit, kemudian ia diatur sebelum pemberian
gaya; dilakukan pengaturan kelurusan agar perhitungan tersebut terbaca
dengan ideal, peletakkan alat pemberi gaya juga diatur seberapa jauh jaraknya
dari tumpuan jepit. Dengan demikian, mengikuti ketentuan pada tabel
superposisi defleksi, situasi pada batang tersebut yang berlaku adalah batang
kantilever dengn pemberian gaya tepat di penghujung batang, sehingga
menghasilkan persamaan perhitungan defleksi δ :
sesuai dengan persamaan defleksi yang sudah dijelaskan pada landasan teori
(arti tanda (–) pada landasan teori menjadi (+) karena gaya yang diberikan
adalah dari atas ke bawah).
Karena prosedur praktikum yang sedemikian rupa, maka yang perlu
diperhatikan dalam perhitungan defleksi adalah apa yang terjadi ketika
material, ukuran penampang batang, kemudian pemberian gaya, dan jarak
pemberian gaya selama pengujian tersebut divariasikan. Hasilnya, adalah
sebagai berikut:
PERBANDINGAN DEFLEKSI DENGAN GAYA YANG SAMA, BERBEDA MATERIAL
pada F=3[N]
PROPERTI BAJA L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
b[mm] 19 BAJA 7 200 3 0,85 0,745
h[mm] 3,2 KUNINGAN 7 200 3 2,06 1,615
I besi (mm^4) 51,883 ALUMINIUM 7 200 3 0,32 0,265
E besi (MPa) 207000
PROPERTI KUNINGAN pada F=4[N]
b[mm] 19 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 3,1 BAJA 8 200 4 1,15 0,993
I kuningan [mm^4] 47,169 KUNINGAN 8 200 4 2,71 2,154
E kuningan [MPa] 105000 ALUMINIUM 8 200 4 0,41 0,354
PROPERTI ALUMINIUM
b[mm] 19,1
h[mm] 6,5
I aluminium [mm^4] 437,111
E aluminium [MPa] 69000
Tabel 6.1. Tabel perbandingan defleksi yang terjadi apabila gaya yang bernilai
sama, namun berbeda material yang digunakan.
3,000
2,000 DEFLEKSI teoritis
1,000
0,000 DEFLEKSI
1 2 3 sebenarnya
1. BAJA ; 2. KUNINGAN ; 3. ALUMINIUM
Tabel 6.2. Grafik dari data defleksi yang didapatkan dari masing-masing jenis
material ketika F=3[N] dan ketika L=200[mm].
Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa defleksi yang paling besar
terjadi adalah pada batang kuningan, dan defleksi paling rendah terjadi pada
batang aluminium, meskipun diperlakukan dalam keadaan gaya dan jarak
yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena nilai momen inersia penampang
yang besar maupun nilai modulus elastisitas yang besar. Dalam persamaan
defleksi, modulus elastisitas pada material (E) dan momen inersia
pemampang (I) adalah faktor penyebut yang apabila besar nilainya, maka
defleksi yang terjadi akan menjadi kecil. Disini dapat terlihat, bahwa batang
baja dengan nilai momen inersia yang setidaknya mendekati batang kuningan
masih menghasilkan defleksi yang tidak sebesar terjadi pada batang
kuningan. Kemudian pada batang aluminium yang memiliki modulus
elastisitas terendah, namun akibat momen inersia penampangnya yang besar
dibandingkan kedua material tersebut, maka batang aluminium sanggup
membuat nilai defleksi menjadi sekecil-kecilnya dibandingkan dengan kedua
batang lainnya.
Tabel 6.3. Tabel perbandingan defleksi yang terjadi apabila material yang
digunakan sama, tapi berbeda nilai gaya dan jarak (data diambil dari data pada
batang kuningan).
Tabel 6.4. Grafik dari data defleksi yang didapatkan ketika sebuah batang
kuningan diberi gaya dan jarak yang bervariasi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila sebuah batang yang memiliki
material yang sama, namun bervariasi nilai gaya dan jaraknya, maka akan
menimbulkan defleksi yang berbeda pula. Dari data tersebut terlihat, apabila
gaya yang diberikan semakin besar, maka defleksi yang terjadi akan semakin
bertambah secara linear.
b[mm] 19 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 3,2 100 4 0,15 0,124
Baja
I besi (mm^4) 51,883 200 4 1,15 0,993
E besi (MPa) 207000 300 4 3,87 3,352
b[mm] 19 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 3,1 100 4 0,39 0,269
Kuningan
I kuningan [mm^4] 47,169 200 4 2,71 2,154
E kuningan [MPa] 105000 300 4 8,71 7,269
b[mm] 19,1 L[mm] F[N] δeksperimen[mm] δteoritis[mm]
h[mm] 6,5 100 4 0,06 0,044
Aluminium
I aluminium [mm^4] 437,111 200 4 0,41 0,354
E aluminium [MPa] 69000 300 4 1,31 1,194
Tabel 6.5. Grafik dari data defleksi yang didapatkan ketika gaya yang diberikan
sama F=4[N], namun diberi posisi jarak yang berbeda.
8
DEFLEKSI (δ)
6
DEFLEKSI baja
4
DEFLEKSI kuningan
2 DEFLEKSI aluminium'
0
100 200 300
panjang jarak batang terhadap tumpuannya [mm]
Tabel 6.6. Grafik dari data defleksi yang didapatkan ketika batang diberi
jarak/posisi pemberian gaya yang bervariasi..
Kemudian, apabila jarak letak dimana gaya tersebut diberikan pada
batang, maka hal tersebut pun juga menimbulkan perbedaan nilai defleksi
yang cukup signifikan. Hal tersebut juga digambarkan pada tabel 6.5., dan
tabel 6.6. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa seberapa besar defleksi
yang terjadi sangat dipengaruhi oleh bagaimana batang tersebut diperlakukan;
berapa pemberian gaya, dan berapa panjang batang yang diterapkan.
Nilai defleksi teoritis hasil perhitungan sedikit berbeda dengan nilai
defleksi yang sebenarnya (eksperimental) ketika praktikum. Hasilnya, nilai
defleksi yang sebenarnya dilakukan selama praktikum selalu lebih besar dari
nilai defleksi menurut teoritis. Akan tetapi, nilai defleksi antara nilai teoritis
dan nilai eksperimental sudah saling sejalan seperti seharusnya; hal tersebut
dapat dilihat pada grafik ketika batang yang sama diberi gaya membentuk
garis linear ketika bertambah, dan ketika jarak/posisi yang berbeda akan
semakin menaikkan nilai defleksi yang signifikan (kemiringan sudut garis
pada grafik semakin bertambah mengiringi bertambahnya gaya). Hal tersebut
dapat disebabkan karena pada perhitungan teoritis, persamaan defleksi yang
digunakan hanya berlaku untuk satu keadaan superposisi pada tabel, yaitu
batang kantilever dengan pemberian gaya tepat pada ujung batangnya.
Panjang batang (L) yang diukur dan tercatat dalam data adalah panjang
batang yang terukur diantara tumpuan jepit terhadap pemberian gayanya.
Sementara, pada batang-batang yang diuji sesungguhnya memiliki panjang
yang melebihi nilai terukur tersebut. Batang yang baru saja dipasangkan pada
tumpuan dan belum diseimbangkan dengan water pass pun sudah cukup
membuat batang tersebut melendut (terjadi defleksi) duluan akibat gaya
gravitasi pada batang itu sendiri. Artinya, dengan kata lain, perbedaan nilai
teoritis dan nilai eksperimental tersebut disebabkan akibat adanya nilai dari
persamaan defleksi superposisi lain yang cenderung diabaikan yang padahal
berlaku pada keseluruhan batang tersebut ketika ia sedang diuji. Pengambilan
nilai data dalam praktikum yang dilakukan cukup hanya berfokus pada satu
persamaan defleksi sesuai yang telah ditentukan dalam landasan teori modul
ini.
VII. SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan pada praktikum tersebut, penulis
menyimpulkan beberapa hal, bahwa:
Jenis material yang menentukan modulus elastisitas (E) masing-
masing material maupun dimensi penampang batang yang
menentukan momen inersia penampang batang (I) mempengaruhi
seberapa kekakuan pada batang menahan gaya yang menyebabkan
ia mengalami defleksi/lendutan.
Besarnya gaya dan panjang batang; yang tidak lain tidak bukan
merupakan momen bending berfungsi sebagai pembilang yang
menentukan besarnya penyebab defleksi yang terjadi pada batang.
Apabila posisi letak/jarak gaya dimana ia diberikan gaya bersifat
konstan, sementara gaya tersebut bertambah, maka pertambahan
defleksi akan meningkat secara konstan.
Apabila pemberian gaya yang konstan diberikan pada jarak yang
berbeda-beda terhadap tumpuannya, maka defleksi akan meningkat
secara signifikan.
Keseluruhan sistem gaya (overall) yang terjadi pada sebuah sistem
dapat dicari dengan metode superposisi, dimana setiap gaya
terhadap batang beam yang menyebabkan terjadinya defleksi
padanya dihitung satu-persatu sesuai ketentuan tabel defleksi (tabel
slopes and deflections of beams), yang kemudian keseluruhannya
dijumlahkan seperti ketentuan pada aljabar.
Jenis reaksi tumpuan yang digunakan pada batang dan bagaimana
peletakannya menentukan seperti apa defleksi yang akan terjadi.
Gambar 9.1. Proses pengujian defleksi pada batang kantilever yang dilakukan
selama praktikum menggunakan satu set peralatan dan 3 jenis material uji.