Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR MESIN

DEFLEKSI BATANG

Disusun Oleh :
Nama : Ilham Aswin Nugraha
NPM : 3331200111
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : Sabtu, 29 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan Lap. : Jum’at, 4 November 2022
Asisten : Elang Daffa Setiadji

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Defleksi atau kelenturan merupakan salah satu faktor penting, dalam suatu
perancangan mesin atau kontruksi bangunan, untuk mendapatkan kontruksi
yang kokoh dan mampu menerima beban yang sesuai dengan rancangan.
Dalam perancangan kontruksi, salah satu bagian yang perlu diperhatikan
yaitu perhitungan defleksi dan tegangan pada elemen-elemen ketika
mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting diperhatikan dari segi
kekakuan (stiffness) dan kekuatan (strength), dimana terjadi pada batang
horizontal yang diberi beban secara lateral akan terjadi defleksi. Defleksi dan
tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami pembebanan
harus sesuai dengan batasan-batasan yang diizinkan. Apabila melewati
batasan yang diizinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen
material tersebut ataupun pada elemen-elemen material lainnya. Hal tersebut
akan berpengaruh pada keamanan dari penggunaan dan kemampuan dari
rangka dalam menerima besarnya tekanan pada posisi tertentu. Maka dari itu,
dalam praktikum kali ini akan dilakukan pengujian pada sebuah batang lalu
membandingkan hasil percobaan sehingga dalam merancang suatu alat akan
dapat digunakan dalam rentan waktu yang lama serta mempunyai kekuatan
yang besar. Pengukuran defleksi dilakukan dari permukaan netral awal ke
posisi netral setelah mengalami pembebanan atau terjadi deformasi.
Deformasi pada permukaan netral dari struktur material tersebut disebut
sebagai kurva elastis. Dalam kehidupan sehari-hari, fenomena defleksi pada
umumnya sudah banyak dijumpai pada rancangan jembatan ataupun rangka
mesin. Pengujian defleksi sangat penting dilakukan pada material untuk
mengetahui tingkat kelenturan dari material benda uji ketika terjadi suatu
pembebanan demi terciptanya kenyamanan serta keamanan dalam
penggunaan jenis material pada suatu konstruksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi dari masalah yang telah
diuraikan diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Menentukan defleksi yang akan digunakan pada percobaan
2. Melakukan pengujian pada titik titik tertentu
3. Menentukan defleksi yang terjadi pada spesimen benda uji
4. Menghitung hasil dari uji defleksi yang telah dilakukan terhadap spesimen
benda uji

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan defleksi pada batang,
diantaranya:
1. Menentukan besarnya defleksi dari berbagai jenis balok dengan cara
memberikan pembebanan pada titik-titik tertentu.
2. Memahami prinsip defleksi pada batang dengan melakukan pengujian
dengan jenis tumpuan yang berbeda.
3. Mengetahui pengaruh tumpuan dan perbedaan jenis material terhadap
defleksi yang dihasilkan.
4. Membandingkan besarnya defleksi hasil percobaan dengan hasil
perhitungan

1.4 Batasan Masalah


Berikut merupakan batasan-batasan masalah pada percobaan kali ini yang
terdiri atas dua variable, yakni:
1. Jenis material spesimen benda uji yang digunakan termasuk kedalam
variable bebas.
2. Perhitungan hasil defleksi yang didapat setelah melakukan percobaan
pada spesimen benda uji.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang berisikan tentang susunan laporan
yang telah dibuat dimulai dari BAB I sampai dengan BAB V sebagai berikut:

2
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum,
batasan masalah, dan sistematika penulisan pada laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang definisi, jenis-jenis, faktor yang mempengaruhi
pada defleksi, definisi deformasi, dan jenis-jenis deformasi serta alat ukur
yang digunakan pada percobaan defleksi.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab ini berisikan diagram alir praktikum, alat dan bahan yang
digunakan, serta prosedur yang dilakukan dalam percobaan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang tabel data praktikum yang didapatkan dari
percobaan yang telah dilakukan dan jawaban tugas pertanyaan yang ada
pada modul.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari praktikum dan saran yang diberikan
terhadap laboratorium maupun kepada asisten yang bertugas pada modul kali
ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Defleksi


Suatu batang yang diberikan tumpuan pada bagian ujungnya akan
mengalami lendutan atau defleksi apabila terdapat gaya atau beban yang
bekerja pada batang tersebut. Defleksi yang terjadi pada suatu batang akan
berhubungan secara langsung dengan regangan pada batang tersebut sehingga
analisa mengenai defleksi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
mempertimbangkan suatu struktur karena berhubungan dengan desain
struktur dan keamanan suatu struktur. Defleksi/lendutan atau kelenturan
adalah perubahan bentuk pada struktur material dalam arah y akibat
terjadinya gaya vertikal yang diterima pada batang material (Caddell R.M,
1983).

Gambar 2.1 Batang Sebelum Terjadi Defleksi


(Sumber: www.etsworld.id)

Penggambaran defleksi yang terjadi pada batang dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 2.2 Batang Setelah Terjadi Defleksi


(Sumber: www.etsworld.id)
Penurunan titik C setinggi Y dari titik awal inilah yang disebut sebagai
defleksi. Besarnya defleksi Y yang terjadi disetiap jarak X pada batang dapat
dihitung. Pengukuran defleksi dilakukan dari permukaan netral awal ke posisi
netral setelah mengalami pembebanan atau terjadi deformasi. Deformasi pada
permukaan netral dari struktur material tersebut disebut sebagai kurva elastis
(Caddell R.M, 1983).

Gambar 2.3 Kurva Defleksi


(Sumber: www.etsworld.id)

Permisalan kurva AmB pada gambar diatas merupakan bentuk sumbu


batang setelah defleksi terjad. Defleksi terjadi pada bidang simetris yang
disebabkan oleh gaya-gaya lintang yang bekerja pada benda tersebut. Kurva
tersebut dinamakan Kurva Defleksi (Deflection Curve). Batas dari defleksi
yang diizinkan atau dapat diterima dalam sebuah material struktur tidak boleh
melebihi 360 kali dari panjang bentang struktur batangnya. Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut (Suryoatmono, B, 2010):

L
∆ izin= . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
360
Dimana:
∆=¿ batas defleksi
L=¿ panjnag batang
360=¿ batas regang batang struktur

2.2 Jenis-Jenis Defleksi

5
Defleksi merupakan perubahan bentuk pada balok atau batang yang dilihat
dari satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang tersebut. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukan
semulanya apabila benda berada dibawah pengaruh gaya. Dengan kata lain,
suatu balok atau batang yang mengalami pembebanan transversal baik itu
beban terpusat maupun terbagi merata, akan mengalami defleksi. Defleksi
sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Defleksi Aksial (Tarik/Tekan)
Defleksi aksial (arik/tekan) merupakan defleksi yang terjadi
terhadap perubahan posisi pada suatu batang atau balok apabila beban
yang bekerja secara vertikal (George E. 1981).

Gambar 2.4 Defleksi Aksial


(Sumber: www.etsworld.id)

2. Defleksi Lateral (Lendutan)


Defleksi lateral (lendutan) merupakan defleksi yang terjadi
terhadap perubahan posisi pada suatu batang atau balok apabila beban
yang bekerja secara horizonal (George E. 1981).

Gambar 2.5 Defleksi Lateral

6
(Sumber: www.etsworld.id)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Defleksi


Terdapat pula beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya defleksi
ataupun hasil dari defleksi, diantaranya:
1. Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan merupakan kemampuan suatu benda dalam menerima
beban tanpa meyebabkan perubahan bentuk ataupun defleksi. Semakin
kaku suatu material, maka defleksi yang akan terjadi pada material
tersebut akan semakin kecil (Gotou, H. 2014).

2. Besarnya Gaya
Ukuran gaya yang diberikan pada material sangat berpengaruh
terhadap defleksi material tersebut. Dengan kata lain semakin besar beban
yang diterima oleh suatu material, maka defleksi yang terjadi pun akan
semakin besar. Dan sebaliknya semakin kecil gaya yang diberikan
terhadap suatu material, maka semakin kecil defleksi yang terjadi pada
material tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa gaya akan berbanding
lurus dengan besar atau kecilnya defleksi yang akan terjadi (Gotou, H.
2014).

3. Jenis Tumpuan
Suatu struktur material akan mengalami jumlah total reaksi
berbeda tergantung pada arah pada tiap jenis tumpuan yang terjadi.
Semakin besar reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban,
semakin besar pula defleksi yang terjadi. Oleh karena itu, besar kecilnya
defleksi pada tiap titik tumpu yang berbeda-beda tidak akan sama.
Terdapat berbagai macam jenis tumpuan pada defleksi, yakni (Gotou, H.
2014):
a. Engsel
Tumpuan Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya
reaksi dengan arah vertikal maupun horizontal. Tumpuan yang

7
berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah
dari bidang.

Gambar 2.6 Tumpuan Engsel


(Sumber: www.wira.co.id)

b. Rol
Tumpuan Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima
satu gaya reaksi, yaitu gaya reaksi vertikal. Jenis tumpuan ini mampu
melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi vertikal yang spesifik
(Gotou, H. 2014).

Gambar 2.7 Tumpuan Rol


(Sumber: www.wira.co.id)

c. Jepit
Tumpuan Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya
reaksi secara vertikal, gaya reaksi secara horizontal, bahkan momen
akibat jepitan dari dua penampang. Dengan kata lain, tumpuan ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah serta juga mampu melawan
suatu momen (Gotou, H. 2014).

8
Gambar 2.8 Tumpuan Jepit
(Sumber: www.wira.co.id)

4. Jenis Beban
Beban terdistribusi secara merata pada tiap titik tumpu, keduanya
memiliki kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi
merata, slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih
besar dari slope titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban
sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada titik tertentu saja. Jenis-
jenis pembebanan, antara lain (Gotou, H. 2014):
a. Beban Terpusat
Beban ini merupakan titik kerja pada batang yang dapat dianggap
hanya berupa titik dikarenakan luas kontaknya yang kecil.

Gambar 2.9 Beban Terpusat


(Sumber: www.123dok.com)

b. Beban Merata
Pada beban ini disebut beban merata karena beban yang diberikan
terdistribusi secara merata di sepanjang batang dan dinyatakan dalam
qm (kg/m ataupun kN/m).

Gambar 2.10 Beban Merata

9
(Sumber: www.123dok.com)

c. Beban Bervariasi (uniform)


Beban ini disebut beban bervariasi (uniform) dikarenakan beban
yang diberikan disepanjang batang tidak terdistribusi secara merata
atau dengan kata lain besaran beban yang terjadi berubah-ubah pada
tiap sisi batang.

Gambar 2.11 Beban Bervariasi


(Sumber: www.123dok.com)

5. Bentuk Batang
Pada perbedaan bentuk batang yang memiliki radius dengan bentuk
batang yang tidak memiliki radius mempunyai defleksi yang berbeda.
Bentuk batang yang memiliki radius cenderung lebih sulit untuk
terdefleksi dari pada bentuk batang yang tidak memiliki radius. Hal ini
dikarenakan radius pada bentuk batang berguna untuk mendistribusikan
beban, sedangkan untuk batang yang tidak memiliki radius bebannya akan
terpusat pada satu titik (Gotou, H. 2014).

Gambar 2.12 Radius pada Batang

10
(Sumber: www.wira.co.id)

2.4 Definisi Deformasi


Deformasi adalah distorsi aktual atau perubahan bentuk, ukuran dan
volume yang terjadi pada bagian struktural atau suatu objek akibat
pembebanan yang terjadi. Seperti disebutkan sebelumnya defleksi terjadi
karena adanya pembebanan secara vertikal ataupun pada balok maupun
batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena pembebanan vertikal
atau horizontal saja, namun karena adanya berbagai macam perlakuan yang
dialami balok atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya
merubah bentuk pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah
bentuk dan ukuran balok tersebut. Ketika deformasi terjadi, gaya internal
antar-molekul muncul melawan gaya yang diberikan. Jika gaya yang
diberikan tidak terlalu besar maka kekuatan ini mungkin cukup untuk
melawan gaya yang diberikan, yang memungkinkan objek untuk mencapai
keadaan setimbang baru dan kembali ke kondisi semula ketika beban akan
dihapus. Jika gaya yang lebih besar diberikan maka dapat menyebabkan
deformasi permanen dari objek atau bahkan menyebabkan kegagalan
structural (Davidge R.W, 1979).
Elemen struktur dapat berubah bentuk secara geometris, fenomena ini
antara lain disebabkan karena penempatan beban luar dan perubahan
temperatur. Bentuk-bentuk deformasi yang sering ditemui antara lain
perubahan panjang (elongation), lentur (bending), geser (shearing) dan punter
(twisting). Analisis deformasi pada suatu elemen batang dinyatakan dengan
parameter yang diukur pada suatu garis sistem batang. Garis sistem batang ini
biasanya ditentukan bersamaan dengan garis berat, yaitu garis yang melewati
titik-titik pusat berat penampang melintang. Penampang itu sendiri diambil
sebagai potongan fiktif yang merupakan bidang datar dengan garis sistem
sebagai sumbu normal. Beberapa asumsi yang lazim digunakan dalam
analisis struktur berbentuk rangka batang (truss, beam, frame, grid) meliputi
(Davidge R.W, 1979):

11
1. Penampang elemen batang yang permukaannya rata sebelum terjadi
deformasi akan tetap rata setelah terjadi deformasi.
2. Apabila elemen batang dianggap tersusun dari lapisan-lapisan serat yang
sejajar dengan garis sistem, maka diasumsikan bahwa tidak ada deformasi
yang akan terjadi pada arah ortogonal sera telemen batang tersebut.
3. Deformasi akibat geser lentur pada elemen batang dianggap kecil dan
dapat diabaikan, sehingga yang diperhitungkan hanyalah deformasi aksial
akibat tegangan normal pada penampang, yang ditimbulkan oleh momen
lentur dan gaya aksial.
Ketiga asumsi di atas sangat mendekati kenyataan untuk kasus batang
dengan ukuran lateral yang relatif cukup kecil dibandingkan dengan panjang
elemen batang, maka dapat di implementasikan sebagai berikut (Davidge
R.W, 1979):
1. Regangan akan terdistribusi secara linear sepanjang ketinggian atau
sepanjang lebar penampang, atau secara umum pada arah dimensi lateral
elemen suatu batang.
2. Garis yang normal terhadap penampang (termasuk garis sistem) sebelum
terjadi deformasi akan tetap normal terhadap penampang setelah terjadi
deformasi.
Deformasi yang terjadi pada elemen batang yang menerima beban luar
tergantung pada ukuran awal penampang, sehingga lebih tepat jika
dinyatakan dalam bentuk regangan yang merupakan nilai banding perubahan
dimensi per satuan ukuran terhadap dimensi awalnya, regangan dapat juga
didefinisikan sebagai ekspresi non-dimensional dari deformasi (Davidge
R.W, 1979).

2.5 Jenis-Jenis Deformasi


Prinsip dasar pembentukan logam (metal forming) adalah melakukan
perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya luar
sehingga terjadi deformasi. Dengan gaya luar ini akan terjadi perubahan
bentuk pada benda kerja secara permanen. Pembentukan pada umumnya
bertujuan untuk mendapatkan suatu produk logam yang sesuai dengan bentuk

12
yang diinginkan. Selain itu, pembentukan memungkinkan kita untuk
memperoleh sifat mekanik tertentu sesuai dengan syarat yang telah
ditentukan. Pembentukan logam selalu menggunakan perkakas yang
berfungsi sebagai pemberi gaya luar dan pengarah bentuk yang diinginkan.
Perubahan bentuk pada logam dapat dibedakan mejadi dua, yaitu (Asyari
Darami Yunus. 2010):
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis merupakan perubahan bentuk yang terjadi pada suatu
benda, yaitu pada suatu benda ketika gaya luar atau beban itu bekerja, dan
perubahan bentuk akan hilang ketika gaya atau bebannya ditiadakan.
Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan
ukuran semula (Asyari Darami Yunus. 2010).
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada benda secara
permamen, walaupun beban yang bekerja telah ditiadakan (Asyari Darami
Yunus. 2010).

2.6 Alat ukur Defleksi


Gaya lateral yang bekerja pada struktur material dapat mengakibatkan
terjadinya defleksi atau pergeseran. Oleh karenanya, diperlukan pengujian
lapangan atau lateral test untuk mengetahui besaran defleksi yang terjadi.
Diperlukan alat ukur untuk mengetahui besarnya defleksi yang dihasilkan
melalui pembebanan tersebut, beberapa diantaranya yaitu (Mustopa. 2008):
1. Strain Gauge
Strain Gauge adalah komponen elektronika yang biasa digunakan untuk
mengukur suatu deformasi maupun strain. Alat ini mempunyai bentuk foil
berupa logam yang mempunyai sifat isolasi yang ditempelkan pada benda
uji yang akan diukur tekanannya, dan tekanan yang dihasilkan didapat dari
pembebanan. Cara kerjanya adalah jika tekanan yang terjadi pada benda
mengalami perubahan, maka kawat logam akan mengalami deformasi, dan
nilai tahanan pada alat pun berubah. Perubahan pada tahanan selanjutnya
dimasukkan ke dalam rangkaian listrik berupa jembatan Wheatstone.

13
Setelah itu akan diketahui berapa besarnya tahanan pada Strain Gauge
(Mustopa. 2008).
Sensor strain gauge pada dasarnya adalah tipe kawat logam, dimana
konfigurasi dari grid terbentuk melalui proses photoeching. Karena proses
yang mudah, maka dapat dibentuk ukuran dari gauge yang bermacam-
macam. Untuk ukuran panjang strain gauge yang terkecil adalah sebesar
0,20 mm, dan yang terbesar sebesar 102 mm. Tahanan strain gauge
dengan ukuran umum sebesar 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada strain
gauge dengan tujuan khusus yang tersedia sebesar 500, 1000, dan 1000
ohm (Mustopa. 2008).

Gambar 2.13 Strain Gauge


(Sumber: www.mischi.com)

2. Dial Indicator
Dial indicator atau yang sering disebut dengan Dial Gauge merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mengukur dan memeriksa kerataan atau
kesejajaran pada permukaan benda dengan skala pengukuran yang sangat
kecil, penggunaanya sangat penting dalam dunia pemesinan seperti
pengukuran kerataan permukaan benda atau ke bulatan suatu poros,
bentuknya yang menyerupai jam analog dengan menjukkan skala utama
dan skala nonius serta memiliki batang penunjuk yang dapat di tekan yang
bersentuhan langsung pada permukaan benda, yang istimewa dari alat ini
adalah tingkat simpangannya yang sangat kecil hingga bisa mencapai
0.0002 mm (Mustopa. 2008).

14
Gambar 2.14 Dial Indicator
(Sumber: www.yakinmaju.com)

15
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum


Pada praktikum kali ini dalam modul Defleksi Batang terdapat tahapan
mulai dari tahapan persiapan hingga tahapan penyelesaian yang disusun
dalam bentuk diagram alir seperti pada Gambar 3.1 dibawah ini.

Mulai

Literatur

Menyiapkan alat dan bahan

Mengukur dimensi pada benda uji

Menyusun batang dan dial indicator pada


rangkaian percobaan

Melakukan percobaan Defleksi

Analisis data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Defleksi Batang


(Sumber: Dokumen Pribadi)
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan guna mendukung
keberlangsungan praktikum pada percobaan modul Defleksi Batang kali ini,
diantaranya:
3.2.1 Alat yang Digunakan
Berikut merupakan alat yang digunakan pada percobaan modul
defleksi batang, yaitu:
1. Rangka Instalasi

Gambar 3.2 Rangka Instalasi


(Sumber: Dokumen Pribadi)

2. Penggantung beban dan Beban

Gambar 3.3 Penggantung beban dan Beban


(Sumber: Dokumen Pribadi)

3. Kunci L

Gambar 3.4 Kunci L

17
(Sumber: Dokumen Pribadi)
4. Dial Indicator

Gambar 3.5 Dial Indicator


(Sumber: Dokumen Pribadi)

5. Jangka Sorong

Gambar 3.6 Jangka Sorong


(Sumber: Dokumen Pribadi)

3.2.2 Bahan yang Digunakan


Berikut merupakan bahan-bahan yang digunakan sebagai
spesimen benda uji pada percobaan kali ini, diantaranya:
1. Alumunium

Gambar 3.7 Aluminium


(Sumber: Dokumen Pribadi)

18
2. Besi

Gambar 3.8 Besi


(Sumber: Dokumen Pribadi)

3. Kuningan

Gambar 3.9 Kuningan


(Sumber: Dokumen Pribadi)

3.3 Prosedur Percobaan


Pada praktikum Defleksi Batang kali ini, percobaan dilakukan dengan dua
metode pengujian yaitu:
1. Pengujian I (Cantilever Beam)
Adapun Langkah-langkah yang dilakukan secara urut untuk pengujian
I, yaitu:
a. Mengukur dimensi setiap benda yang akan dilakukan uji coba
b. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang ada pada Blanko
Percobaan
c. Melepaskan satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi
d. Memasang benda uji dengan menjepit salah satu ujungnya pada
penjepit

19
e. Mengatur digital Dial Indicator pada posisi atas benda uji dengan
jarak tertentu lalu dikunci.
f. Mengatur jarum Dial Indicator pada posisi nol menggunakan
tombol origin
g. Menggantung beban-beban pada benda uji pada penggantung
beban
h. Mencatat hasil pembacaan dari Dial Indicator untuk setiap
penambahan beban
i. Mengulangi Langkah diatas menggunakan benda uji yang berbeda

2. Pengujian II (Tumpuan Sederhana)


Adapun Langkah-langkah yang dilakukan secara urut untuk pengujian
II, yaitu:
a. Mengukur dimensi setiap benda uji
b. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel pada Blanko Percobaan
c. Melepas semua penjepit dari rangka instalasi kemudian diatur
dengan jarak tertentu
d. Mengatur Dial Indicator agar posisinya berada pada tengah benda
uji
e. Mengatur jarum pada Dial Indicator agar berada pada angka nol
menggunakan tombol origin
f. Menggantung beban pada gantungan beban
g. Mencatat defleksi yang terjadi pada tiap penambahan beban
h. Mengulangi Langkah diatas menggunakan benda uji yang berbeda

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Hosfard, W. F. & Caddell, R. M. 1983. Metal Forming Mechanics dan


Metallurgy. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Gere, J. M & Stephen, P. T. 1997. Mechanics of Material. New York: Publishing
Company.
Pranata, Y. A, Suryoatmono, B, Tjondro, J. A. 2010. Flexual behavior of Bolt-
Laminated Beams: Experimental and Nimerical Analyses. Bali: Indonesian
Wood Research Society.
Gotou, H. 2014. Proceeding World Conference on Timber Engineering. Canada:
WCTE.
Dieter, George E. 1981. Mechanical Metallurgy. Tokyo: Mc Graw Hill
International Book Company.
Nieman. G, Anton Budiman. Bambang Priambodo. 1994. Elemen Mesin. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Davidge, R.W. 1979. Mechanical Behavior Of Ceramics. United State:
Cambridge State Science
Asyari Darami Yunus. 2010. Diktat Mekanika Kekuatan Material. Jakarta:
Universitas Dharma Persada
Mustopa. 2008. Analisis Teoritis dan Eksperimental Lendutan pada Batang Balok
Segiempat dengan Variasi Tumpuan. Palu: Universitas Tadulako
Tim Asisten Fenomena Dasar Mesin. 2022. Modul Praktikum Fenomena Dasar
Mesin. Cilegon: Fakultas Teknik Untirta.
IR. Amrinsyah, MM & Staf Pengajar Fakultas Teknik UMA. 2013. Mekanika
Kekuatan Material. Medan: Fakultas Teknik Universitas Medan Area.

Anda mungkin juga menyukai