DEFLEKSI BATANG
Disusun Oleh :
Nama : Ilham Aswin Nugraha
NPM : 3331200111
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : Sabtu, 29 Oktober 2022
Tanggal Pengumpulan Lap. : Jum’at, 4 November 2022
Asisten : Elang Daffa Setiadji
2
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum,
batasan masalah, dan sistematika penulisan pada laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang definisi, jenis-jenis, faktor yang mempengaruhi
pada defleksi, definisi deformasi, dan jenis-jenis deformasi serta alat ukur
yang digunakan pada percobaan defleksi.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab ini berisikan diagram alir praktikum, alat dan bahan yang
digunakan, serta prosedur yang dilakukan dalam percobaan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang tabel data praktikum yang didapatkan dari
percobaan yang telah dilakukan dan jawaban tugas pertanyaan yang ada
pada modul.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari praktikum dan saran yang diberikan
terhadap laboratorium maupun kepada asisten yang bertugas pada modul kali
ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggambaran defleksi yang terjadi pada batang dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
L
∆ izin= . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
360
Dimana:
∆=¿ batas defleksi
L=¿ panjnag batang
360=¿ batas regang batang struktur
5
Defleksi merupakan perubahan bentuk pada balok atau batang yang dilihat
dari satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang tersebut. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukan
semulanya apabila benda berada dibawah pengaruh gaya. Dengan kata lain,
suatu balok atau batang yang mengalami pembebanan transversal baik itu
beban terpusat maupun terbagi merata, akan mengalami defleksi. Defleksi
sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Defleksi Aksial (Tarik/Tekan)
Defleksi aksial (arik/tekan) merupakan defleksi yang terjadi
terhadap perubahan posisi pada suatu batang atau balok apabila beban
yang bekerja secara vertikal (George E. 1981).
6
(Sumber: www.etsworld.id)
2. Besarnya Gaya
Ukuran gaya yang diberikan pada material sangat berpengaruh
terhadap defleksi material tersebut. Dengan kata lain semakin besar beban
yang diterima oleh suatu material, maka defleksi yang terjadi pun akan
semakin besar. Dan sebaliknya semakin kecil gaya yang diberikan
terhadap suatu material, maka semakin kecil defleksi yang terjadi pada
material tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa gaya akan berbanding
lurus dengan besar atau kecilnya defleksi yang akan terjadi (Gotou, H.
2014).
3. Jenis Tumpuan
Suatu struktur material akan mengalami jumlah total reaksi
berbeda tergantung pada arah pada tiap jenis tumpuan yang terjadi.
Semakin besar reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban,
semakin besar pula defleksi yang terjadi. Oleh karena itu, besar kecilnya
defleksi pada tiap titik tumpu yang berbeda-beda tidak akan sama.
Terdapat berbagai macam jenis tumpuan pada defleksi, yakni (Gotou, H.
2014):
a. Engsel
Tumpuan Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya
reaksi dengan arah vertikal maupun horizontal. Tumpuan yang
7
berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah
dari bidang.
b. Rol
Tumpuan Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima
satu gaya reaksi, yaitu gaya reaksi vertikal. Jenis tumpuan ini mampu
melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi vertikal yang spesifik
(Gotou, H. 2014).
c. Jepit
Tumpuan Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya
reaksi secara vertikal, gaya reaksi secara horizontal, bahkan momen
akibat jepitan dari dua penampang. Dengan kata lain, tumpuan ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah serta juga mampu melawan
suatu momen (Gotou, H. 2014).
8
Gambar 2.8 Tumpuan Jepit
(Sumber: www.wira.co.id)
4. Jenis Beban
Beban terdistribusi secara merata pada tiap titik tumpu, keduanya
memiliki kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi
merata, slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih
besar dari slope titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban
sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada titik tertentu saja. Jenis-
jenis pembebanan, antara lain (Gotou, H. 2014):
a. Beban Terpusat
Beban ini merupakan titik kerja pada batang yang dapat dianggap
hanya berupa titik dikarenakan luas kontaknya yang kecil.
b. Beban Merata
Pada beban ini disebut beban merata karena beban yang diberikan
terdistribusi secara merata di sepanjang batang dan dinyatakan dalam
qm (kg/m ataupun kN/m).
9
(Sumber: www.123dok.com)
5. Bentuk Batang
Pada perbedaan bentuk batang yang memiliki radius dengan bentuk
batang yang tidak memiliki radius mempunyai defleksi yang berbeda.
Bentuk batang yang memiliki radius cenderung lebih sulit untuk
terdefleksi dari pada bentuk batang yang tidak memiliki radius. Hal ini
dikarenakan radius pada bentuk batang berguna untuk mendistribusikan
beban, sedangkan untuk batang yang tidak memiliki radius bebannya akan
terpusat pada satu titik (Gotou, H. 2014).
10
(Sumber: www.wira.co.id)
11
1. Penampang elemen batang yang permukaannya rata sebelum terjadi
deformasi akan tetap rata setelah terjadi deformasi.
2. Apabila elemen batang dianggap tersusun dari lapisan-lapisan serat yang
sejajar dengan garis sistem, maka diasumsikan bahwa tidak ada deformasi
yang akan terjadi pada arah ortogonal sera telemen batang tersebut.
3. Deformasi akibat geser lentur pada elemen batang dianggap kecil dan
dapat diabaikan, sehingga yang diperhitungkan hanyalah deformasi aksial
akibat tegangan normal pada penampang, yang ditimbulkan oleh momen
lentur dan gaya aksial.
Ketiga asumsi di atas sangat mendekati kenyataan untuk kasus batang
dengan ukuran lateral yang relatif cukup kecil dibandingkan dengan panjang
elemen batang, maka dapat di implementasikan sebagai berikut (Davidge
R.W, 1979):
1. Regangan akan terdistribusi secara linear sepanjang ketinggian atau
sepanjang lebar penampang, atau secara umum pada arah dimensi lateral
elemen suatu batang.
2. Garis yang normal terhadap penampang (termasuk garis sistem) sebelum
terjadi deformasi akan tetap normal terhadap penampang setelah terjadi
deformasi.
Deformasi yang terjadi pada elemen batang yang menerima beban luar
tergantung pada ukuran awal penampang, sehingga lebih tepat jika
dinyatakan dalam bentuk regangan yang merupakan nilai banding perubahan
dimensi per satuan ukuran terhadap dimensi awalnya, regangan dapat juga
didefinisikan sebagai ekspresi non-dimensional dari deformasi (Davidge
R.W, 1979).
12
yang diinginkan. Selain itu, pembentukan memungkinkan kita untuk
memperoleh sifat mekanik tertentu sesuai dengan syarat yang telah
ditentukan. Pembentukan logam selalu menggunakan perkakas yang
berfungsi sebagai pemberi gaya luar dan pengarah bentuk yang diinginkan.
Perubahan bentuk pada logam dapat dibedakan mejadi dua, yaitu (Asyari
Darami Yunus. 2010):
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis merupakan perubahan bentuk yang terjadi pada suatu
benda, yaitu pada suatu benda ketika gaya luar atau beban itu bekerja, dan
perubahan bentuk akan hilang ketika gaya atau bebannya ditiadakan.
Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan
ukuran semula (Asyari Darami Yunus. 2010).
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada benda secara
permamen, walaupun beban yang bekerja telah ditiadakan (Asyari Darami
Yunus. 2010).
13
Setelah itu akan diketahui berapa besarnya tahanan pada Strain Gauge
(Mustopa. 2008).
Sensor strain gauge pada dasarnya adalah tipe kawat logam, dimana
konfigurasi dari grid terbentuk melalui proses photoeching. Karena proses
yang mudah, maka dapat dibentuk ukuran dari gauge yang bermacam-
macam. Untuk ukuran panjang strain gauge yang terkecil adalah sebesar
0,20 mm, dan yang terbesar sebesar 102 mm. Tahanan strain gauge
dengan ukuran umum sebesar 120 mm dan 350 ohm, selain itu ada strain
gauge dengan tujuan khusus yang tersedia sebesar 500, 1000, dan 1000
ohm (Mustopa. 2008).
2. Dial Indicator
Dial indicator atau yang sering disebut dengan Dial Gauge merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mengukur dan memeriksa kerataan atau
kesejajaran pada permukaan benda dengan skala pengukuran yang sangat
kecil, penggunaanya sangat penting dalam dunia pemesinan seperti
pengukuran kerataan permukaan benda atau ke bulatan suatu poros,
bentuknya yang menyerupai jam analog dengan menjukkan skala utama
dan skala nonius serta memiliki batang penunjuk yang dapat di tekan yang
bersentuhan langsung pada permukaan benda, yang istimewa dari alat ini
adalah tingkat simpangannya yang sangat kecil hingga bisa mencapai
0.0002 mm (Mustopa. 2008).
14
Gambar 2.14 Dial Indicator
(Sumber: www.yakinmaju.com)
15
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Mulai
Literatur
Analisis data
Kesimpulan
Selesai
3. Kunci L
17
(Sumber: Dokumen Pribadi)
4. Dial Indicator
5. Jangka Sorong
18
2. Besi
3. Kuningan
19
e. Mengatur digital Dial Indicator pada posisi atas benda uji dengan
jarak tertentu lalu dikunci.
f. Mengatur jarum Dial Indicator pada posisi nol menggunakan
tombol origin
g. Menggantung beban-beban pada benda uji pada penggantung
beban
h. Mencatat hasil pembacaan dari Dial Indicator untuk setiap
penambahan beban
i. Mengulangi Langkah diatas menggunakan benda uji yang berbeda
20
21
DAFTAR PUSTAKA