Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan Praktikum defleksi merupakan sebuah kegiatan yang sangat


diperlukan oleh setiap individu. Karena dengan melakukan sebuah kegiatan
praktikum ini maka individu tersebut akan dapat berkembang dengan baik. Ketika
kita membicarakan tentang defleksi ini maka kita mungkin akan langsung
mengarahkan pandangan kita pada kegiatan perhitungan lendutan yang
berlangsung di perusahaan. Terlintas pandangan kita, bagaimana cara menghitung
lendutan tersebut?
Pada dasarnya ilmu perhitungan lendutan mungkin mudah didapat hanya
dengan perangkat lunak desain, hanya dengan klik-klik saja, spesifikasi desain
yang diinginkan sudah didapat informasinya. Tetapi sebagai civitas akademika
yang baik, ilmu-ilmu perumusan/perhitungan seperti perhitungan defleksi tetap
harus dipelajari dengan baik, karena dari sini semua basic ilmunya didapat. Dan
dengan mempelajari ilmu basic maka akan dengan mudah ketika mengaplikasikan
perhitungan tersebut ketika ditemukan dilapangan.
Perhitungan defleksi ini identik dengan spesifikasi baja yang digunakan,
profil baja, almunium , kuningan dst , maka dengan itu, dibutuhkan pula data
spesifikasi dari material yang digunakan agar pada saat perhitungan didapat hasil
yang baik dan siap diaplikasikan.
Defleksi sendiri mempunya perngertian , perubahan bentuk pada balok
dalam arah y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan kepada balok
atau batang.

1.2. Tujuan

1. Menentukan besarnya defleksi dari berbagai jenis balok dengan cara


memberikan pembebanan pada titik-titik tertentu.
2. Memahami prinsip defleksi pada batang dengan melakukan pengujian dengan
jenis tumpuan yang berbeda.
3. Mengetahui pengaruh tumpuan dan perbedaan jenis material terhadap
defleksi yang di hasilkan.
4. Membandingkan besarnya defleksi hasil percobaan dengan hasil perhitungan.

1
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Teori dasar Defleksi batang


2.1.1. pengertian Defleksi dan jenis –jenis Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat
adanya Pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau Batang.
Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan
defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi
diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Konfigurasi yang Diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis Dari balok. Gambar 1(a) memperlihatkan balok pada
posisi awal sebelum Terjadi deformasi dan Gambar 1(b) adalah balok dalam
konfigurasi Terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 2.1 Defleksi

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam


Disepanjang balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan
yang Sering disebut persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari
balok.
Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang terutama di
Peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban yang bekerja tegak lurus
Sumbu aksial batang (Binsar Hariandja 1996).Beban semacam ini
khususnya Muncul sebagai beban gravitasi,seperti misalnya bobot
sendiri,beban hidup Vertical,beban keran(crane) dan lain-lain.contoh system
balok dapat di Kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar
jembatan,balok penyangga Keran,dan sebagainya.Sumbu sebuah batang
akan terdeteksi dari kedudukannya Semula bila benda dibawah pengaruh

2
gaya terpakai. Dengan kata lain suatu Batang akan mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat Maupun terbagi merata akan mengalami
defleksi. Unsure-unsur dari mesin Haruslah cukup tegar untuk mencegah
ketidakbarisan dan mempertahankna Ketelitian terhadap pengaruh beban
dalam gedung-gedung,balok lantai tidak Dapat melentur secara berlebihan
untuk meniadakan pengaruh psikologis yang Tidak diinginkan para
penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah dengan Bahan-bahan jadi
yang rapuh. Begitu pun kekuatan mengenai karateristik Deformasi dari
bangunan struktur adalah paling penting untuk mempelajari Getaran mesin
seperti juga bangunan-bangunan stasioner dan Penerbangan.dalam
menjalankan fungsinya,balok meneruskan pengaruh beban Gravitasi
keperletakan terutama dengan mengandalakan aksi lentur,yang Berkaitan
dengan gaya berupa momen lentur dan geser.kalaupun timbul aksi
Normal,itu terutama di timbulkan oleh beban luar yang relative
kecil,misalnya Akibat gaya gesek rem kendaraan pada gelagar
jembatan,atau misalnya akibat Perletakan yang di buat miring.

Gambar 2.2 Contoh Defleksi

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :

1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
Batang akan semakin kecil
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan

3
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
Dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
Beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika
Karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-
beda Tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan
gaya Dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih
besar dari Tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan
pin lebih besar Dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki
kurva Defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope
yang Terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope
titik. Ini Karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada
beban titik Hanya terjadi pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja
1996).

Jenis-jenis Defleksi :
1. Deflkesi Vertikal (Δw)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal
(tarik, tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang
vertikal, kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.3 Defleksi Vertikal


2. Defleksi Horisontal (Δp)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal
(bending) posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi,
kemudian kembali ke posisi semula.

4
Gambar 2.4 Defleksi Horizontal
2.1.2. Pengertian Deformasi Plastis dan Elastis
Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran
objek diterapkan karena adanya gaya. Ini bisa menjadi hasil dari tarik
(menarik) kekuatan, tekan (mendorong) kekuatan, geser,membungkuk atau
torsi (memutar). Deformasi sering digambarkan sebagai strain.
Sebagai deformasi terjadi, internal antar-molekul muncul kekuatan-
kekuatan yang menentang gaya diterapkan. Jika gaya yang diberikan tidak
terlalu besar kekuatan-kekuatan ini mungkin cukup untuk diterapkan
sepenuhnya menolak kekuatan, yang memungkinkan objek untuk
mengasumsikan keadaan ekuilibrium baru dan kembali ke keadaan semula
apabila beban dihilangkan. Gaya diterapkan yang lebih besar dapat
menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan ke kegagalan
struktural.
Dalam gambar dapat dilihat bahwa beban kompresi (ditandai dengan
tanda panah) telah menyebabkan deformasi dalam silinder sehingga bentuk
asli (garis putus-putus) telah diubah (cacat) menjadi satu dengan sisi
menonjol. Tonjolan sisi karena materi, walaupun cukup kuat untuk tidak
retak atau gagal, tidak cukup kuat untuk mendukung beban tanpa
perubahan, sehingga material dipaksa keluar lateral. Kekuatan internal
(dalam kasus ini pada sudut kanan deformasi) menahan beban diterapkan.

Gambar 2.5 Diagram Stres-regangan

5
Diagram Stres-regangan kurva, yang menunjukkan hubungan antara stres
(gaya yang diberikan) dan regangan (deformasi) dari logam yang ulet.
 Deformasi elastis
Jenis deformasi secara reversible,Setelah pasukan tidak lagi
diterapkan, objek kembali ke bentuk aslinya. Elastomer dan
memori bentuk logam seperti Nitinol menunjukkan rentang
deformasi elastis besar Soft termoplastik dan konvensional logam
memiliki rentang deformasi elastis moderat, sementara keramik,
kristal, dan keras plastik termoseting hampir tidak mengalami
deformasi elastis.Deformasi elastis linear diatur oleh hukum Hooke
yang menyatakan:
Mana diterapkan σ adalah stres, E adalah material konstanta
yang disebut Young's modulus, dan ε adalah hasil ketegangan.
Hubungan ini hanya berlaku dalam rentang elastis dan
menunjukkan bahwa kemiringan kurva tegangan vs regangan dapat
digunakan untuk menemukan Modulus Young. Insinyur sering
menggunakan perhitungan ini di tarik tes .Para rentang elastis
berakhir ketika bahan mencapai kekuatan luluh.

Gambar 2.6 Diagram Stres-regangan


 Plastic deformasi
Jenis deformasi ini tidak dapat dibalikkan. Namun, sebuah
objek dalam kisaran deformasi plastik akan terlebih dahulu telah
mengalami deformasi elastis, yang reversibel, sehingga objek akan
kembali bagian cara untuk bentuk aslinya.
Soft termoplastik memiliki deformasi plastik agak besar berkisar

6
lakukan ulet logam seperti tembaga, perak, dan emas.Steel tidak
juga, tapi bukan besi cor. Hard termoseting plastik, karet, kristal,
dan keramik memiliki rentang minimal deformasi plastik. Satu
bahan dengan kisaran deformasi plastik besar basah permen
karet, yang dapat ditarik puluhan kali panjang aslinya.
Bawah tegangan tarik deformasi plastik dicirikan
oleh pengerasan regangan daerah dan penciutan wilayah dan
akhirnya, fraktur (juga disebut pecah). Selama pengerasan
regangan material menjadi lebih kuat melalui gerakan dislokasi
atom. Penciutan fase yang ditandai oleh penurunan luas
penampang spesimen. Penciutan dimulai setelah Kekuatan
Ultimate tercapai. Selama penciutan, materi tidak dapat lagi
menahan tekanan maksimum dan tekanan pada spesimen
meningkat dengan cepat. Deformasi plastik berakhir dengan fraktur
material.

2.1.3. Hubungan antara Defleksi dan Deformasi


Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan
defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi
diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.
Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis dari balok.

2.1.4. Jenis-jenis Tumpuan


1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu
melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang.

Gambar 2.7 Tumpuan Engsel

7
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi
vertikal. Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu
garis aksi yang spesifik.

Gambar 2.8 Tumpuan Rol


3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal,
gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang.
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga
mampu melawan suatu kopel atau momen.

Gambar 2.9 Tumpuan Jepit

2.1.5. Jenis-jenis Pembebanan


Jenis-jenis pembebanan, antara lain:
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.

8
Gambar 2.10 Pembebanan Terpusat
2. Beban merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang
dan dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m)

Gambar 2.11 Pembebanan Terbagi Merata

3. Beban bervariasi uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang
besarnya tidak merata.

Gambar 2.12 Pembebanan Bervariasi Uniform

2.1.6. Diagram Tegangan-Regangan


Tegangan (stress) pada benda, misalnya kawat besi, didefinisikan
sebagai gaya persatuan luas penampang benda tersebut. Tegangan diberi
simbol σ (dibaca sigma). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Keterangan:
F : besar gaya tekan/tarik (N)
A : luas penampang (m2)
σ : tegangan (N/m2)
Bila dua buah kawat dari bahan yang sama tetapi luas penampangnya
berbeda diberi gaya, maka kedua kawat tersebut akan mengalami tegangan
yang berbeda. Kawat dengan penampang kecil mengalami tegangan yang
lebih besar dibandingkan kawat dengan penampang lebih besar. Tegangan

9
benda sangat diperhitungkan dalam menentukan ukuran dan jenis bahan
penyangga atau penopang suatu beban, misalnya penyangga jembatan
gantung dan bangunan bertingkat.

Regangan (strain)
Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara
penambahan panjang benda ΔX terhadap panjang mula-mula
X. Regangan dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
ε : regangan strain (tanpa satuan)
ΔX : pertambahan panjang (m)
X : panjang mula-mula (m)

Makin besar tegangan pada sebuah benda, makin besar juga regangannya.
Artinya, ΔX juga makin besar. Berdasarkan berbagai percobaan di
laboratorium, diperoleh hubungan antara tegangan dan regangan untuk baja
dan aluminium seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 2.13 perbandingan tegangan terhadap regangan

Grafik perbandingan tegangan terhadap regangan untuk baja dan aluminium


Berdasarkan grafik pada gambar diatas, untuk tegangan yang sama,
misalnya 1 × 108N/m2, regangan pada aluminium sudah mencapai 0,0014,
sedangkan pada baja baru berkisar pada 0,00045. Jadi, baja lebih kuat dari
aluminium. Itulah sebabnya baja banyak digunakan sebagai kerangka (otot)

10
bangunan-bangunan besar seperti jembatan, gedung bertingkat, dan jalan
layang.
Hubungan tegangan dan regangan secara garis kurva dalam grafik
pada umumnya memiliki dua kondisi garis, yaitu garis linear dan non-linear.
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang
pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang
menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk
menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik,
kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas.
Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang kedua
menyatakan keuletan bahan.
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban
dan perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan
akan mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar dibawah.

Gambar 2.14 Kurva Tegangan dan Regangan

Pada Gambar diatas dapat kita lihat garis linear adalah garis yang
dimulai dari keadaan awal hingga titik leleh, sedangkan bagian garis non-
linear dimulai dari titik leleh hingga titik putus. Pada Gambar 2.6 juga dapat
dilihat adanya bagian daerah elastis dan bagian daerah inelastis. Pengertian
dari adanya kedua jenis daerah tersebut adalah dimana daerah elastis berarti
benda akan kembali ke bentuk atau kondisi semula apabila benda tersebut
hanya mengalami tegangan dan regangan di daerah elastis, sedangkan

11
apabila benda telah mengalami tegangan dan regangan yang berada di
dalam daerah inelastis maka benda tidak akan kembali lagi ke bentuk atau
kondisi semula.

2.1.7. Momen Inersia


Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran kelembaman suatu
benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi
daripada massa. Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti
massa dalam dinamika dasar, dan menentukanhubungan antara momentum
sudut dan kecepatan sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan
beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan skalar terhadap momen
inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor memungkinkan
analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik. biasanya
digunakan untuk merujuk kepada momen inersia.
Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya a Theoria motus
corporum solidorum seu rigidorum pada tahun 1730 Dalam buku tersebut,
dia mengupas momen inersia dan banyak konsep terkai.

2.1.8. Rumus yang Digunakan untuk Mencari Momen Inersia


1. Persamaan Momen Inersia Partikel
Untuk menyelesaikan soal atau permasalahan ini, maka perlu dipahami
dulu partikel dalam hal ini merupakan suatu benda yang dianggap sebuah
titik.

Gambar 2.15 Momen Inersia


Momen Inersiakah yang paling besar?

12
Jika ada satu benda yang diputar seperti gambar A, maka persamaan
momen inersia menjadi:
I=mR2
Jika ada lebih dari satu benda, maka persamaan momen inersia menjadi:
I=∑mR2

Keterangan:
I   = Momen Inersia (kg/m2)
m = massa benda (kg)
R  = Jarak dari benda ke poros/ sumbu putar (m)

2. Persamaan Momen Inersia Benda Tegar


Apakah itu benda tegar?
Benda tegar ialah benda yang ketika diberi gaya padanya, bentuknya
tidak berubah.
Contohnya: bola pejal, bola berongga, silinder pejal, silinder berongga,
batang.
Persamaan Momen Inersia pada benda tegar adalah
I= kmR2
Keterangan:
I  = Momen Inersia (kg/m2)
m = massa benda (kg)
R = Jari-jari / Panjang batang (m)
k  = konstanta momen inersia
Nilai k tergantung pada bentuk/jenis benda, seperti:
Silinder pejal k=1/2
Silinder berongga k=1
Bola pejal k=2/5
Bola berongga k=2/3
Batang (jika diputar di ujung) k=1/3
Batang (jika diputar di tengah) k=1/12

13
2.1.9. Tabel Modulus Elastisitas Material
Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur
objek atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis
ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda
didefinisikan sebagai kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah
deformasi elastis: Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih
tinggi. Modulus elastis dirumuskan dengan:
di mana tegangan adalah gaya menyebabkan deformasi dibagi dengan
daerah dimana gaya diterapkan dan regangan adalah rasio perubahan
beberapa parameter panjang yang disebabkan oleh deformasi ke nilai asli
dari parameter panjang. Jika stres diukur dalam pascal , kemudian karena
regangan adalah besaran tak berdimensi, maka Satuan untuk λ akan pascal
juga.
Menentukan bagaimana stres dan regangan yang akan diukur,
termasuk arah, memungkinkan untuk berbagai jenis modulus elastisitas
untuk didefinisikan. Tiga yang utama adalah:
Modulus Young ( E ) menjelaskan elastisitas tarik atau kecenderungan
suatu benda untuk berubah bentuk sepanjang sumbu ketika stress
berlawanan diaplikasikan sepanjang sumbu itu; itu didefinisikan sebagai
rasio tegangan tarik terhadap regangan tarik. Hal ini sering disebut hanya
sebagai modulus elastisitas saja.Modulus geser atau modulus kekakuan
menjelaskan kecenderungan sebuah objek untuk bergeser (deformasi bentuk
pada volume konstan) ketika diberi kekuatan yang berlawanan;
didefinisikan sebagai tegangan geser terhadap regangan geser. Modulus
geser modulus adalah turunan dari viskositas.
bulk modulus ( K ) menjelaskan elastisitas volumetrik, atau
kecenderungan suatu benda untuk berubah bentuk ke segala arah ketika
diberi tegangan seragam ke segala arah; didefinisikan sebagai tegangan
volumetrik terhadap regangan volumetrik, dan merupakan kebalikan
dari kompresibilitas. Modulus bulk merupakan perpanjangan dari modulus
Young pada tiga dimensi.
Tiga modulus elastisitas lain adalah modulus axial, parameter pertama
Lame, dan modulus gelombang P. Bahan material homogen

14
dan isotropik (sama di semua arah) memiliki sifat keelastisitasan yang
dijelaskan oleh dua modulus elastisitas, dan satu dapat memilih yang lain.
Tabel 2.1 Daftar Nilai Modulus Elastisitas Untuk Beberapa Material

Modulus Young Modulus Geser Modulus Bulk


Material
kPa

Besi 100 x 106 40 x 106 90 x 106

Baja 200 x 106 80 x 106 140 x 106

Kuningan 90 x 106 35 x 106 75 x 106

Aluminium 70 x 106 25 x 106 70 x 106

Beton 20 x 106 - -

Marmer 50 x 106 - 70 x 106

Granit 45 x 106 - 45 x 106

Nylon 5 x 106 - -

Tulang 15 x 106 80 x 106 -

Air - - 1 x 106

2.2. Tujuan Umum Defleksi Batang


Tujuan umum dari pengujian defleksi batang antara lain adalah untuk :
1. Mengetahui deformasi sebuah material yang termasuk ke dalam deformasi
plastis atau elastis.
2. Mengetahui gambaran bagaimana defleksi itu terjadi dan akibat yang
ditimbulkan.
3. Mencegah Terjadinya tegangan berlebih pada batang.

15
4. Menghitung nilai kekuatan suatu material pada saat ada gaya yang bekerja
pada suatu batang.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Defleksi Batang


Kelebihan
1 . Mudah dan Prkatis dalam pengoprasiannya.
2. Dapat menentukan nilai lendutan yang terjadi pada saat batang di kasih beban.
3. Biaya anlisa atau pengoprasian lebih murah.
Kekurangan
1. pengujian hanya dapat di lakukan pada 1 dimensi saja.
2. memakan waktu yang lama.

2.4. Contoh Pengaplikasian Defleksi Batang di Dunia Industri


1. Jembatan Rangka Batang(Truss)
Jembatan Rangka Batang terdiri dari dua rangka bidang utama yang
diikat bersama dengan balok-balok melintang dan pengaku lateral. Rangka
batang pada umumnya dipakai sebagai struktur pengaku untuk jembatan
gantung konvensional, karena memiliki kemampuan untuk dilalui angin
(aerodinamis) yang baik. Beratnya yang relatif ringan merupakan keuntungan
dalam pembangunannya, dimana jembatan bisa dirakit bagian demi bagian.
Jembatan rangka batang jarang terlihat memiliki estetika yang baik,
namun untuk jembatan rangka yang panjang dan besar faktor itu tidak begitu
kentara karena pengaruh visual dalam skala besar. Contoh terkenal dari
jembatan rangka batang baja yang artistik adalah jembatan Sydney Harbour
di Australia dan jembatan New River George di West Virginia (USA),
dimana keduanya merupakan jembatan rangka batang yang berbentuk
pelengkung.

Gambar 2.16 Jembatan

16
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara
radial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi.
Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus.
Ketidaklurusan sumbu

Gambar 2.17 Poros Transmisi


poros akan menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi antara
roda gigi. Selain itu, benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
3. Rangka (chasis) Kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar, memiliki
kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun
konstruksinya.

Gambar 2.18 Rangka Mobil

4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang


Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas
yang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan
analisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material
atau batang-batang penyusun pesawat tersebut, untuk mencegah terjadinya

17
defleksi secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena
beban terus-menerus.

Gambar 2.19 Rangka Pesawat


5. Mesin Pengangkut Material

Gambar 2.20 Mesin Pengangkut Material


Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap
dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu, saat mengangkat material
kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena
salah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan
mengalami batas tahan maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut
tersebut.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Percobaan dan Pengambilan Data

Perhitungan dan
Analisa Data

Penyusunan Laporan

Selesai

3.2. Prosedur Praktikum


3.2.1. Pengujian 1 (Cantilever Beam)
1. Ukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan menggunakan
jangka sorong.
2. Catat hasil pengukuran dalam tabel yang disediakan untuk setiap benda
uji pada blangko percobaan.
3. Lepaskan satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi.

19
4. Pasang benda uji dengan menjepitkan salah satu ujungnya pada penjepit.
5. Atur digital dial indikator pada posisi diatas benda uji dengan jarak
tertentu kemudian kunci.
6. Setting dial indikator pada posisi nol menggunakan tombol “origin”.
7. Gantungkan beban-beban pada benda uji dengan menggunakan
gantungan beban seperti tergambar di bawah ini :

Gambar 3.2 Cantilever Set up dan Skematik


8. Catat hasil pembacaan dari dial indikator (defleksi) untuk setiap
penambahan beban.
9. Ulangi percobaan untuk setiap material benda uji.

3.2.2. Pengujian 2 (Defleksi pada batang dengan tumpuan sederhana)


1. Ukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan menggunakan
jangka sorong.
2. Catat hasil pengukuran dalam tabel yang disediakan untuk setiap benda uji
pada blangko percobaan.
3. Lepaskan semua penjepit dari rangka instalasi kemudian setting tumpuan
dengan jarak tertentu, seperti digambarkan dibawah ini :

20
Gambar 3.3 Tumpuan Sederhana
4. Posisikan digital dial indikator tepat di tegah-tengah kedua tumpuan.
5. Posisikan sebuah gantungan beban seperti pada gambar diatas.
6. Setting dial indikator pada posisi nol menggunakan tombol “origin”.
7. Gantungkan beban pada gantungan dengan jumlah beban ditentukan pada
tabel percobaan.
8. Catat defleksi yang terjadi pada beban per tiap penambahan jumlah beban
ke dalam tabel percobaan.
9. Ulangi percobaan diatas untuk setiap material benda uji.

3.3. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum defleksi batang ini antara lain
adalah :
1. Rangka Instalasi

Gambar 3.4 Rangka Instalasi


2. Dial indikator (defleksi)

21
Gambar 3.5 Dial indikator (defleksi)

3. Gatungan Beban dengan Beban.

Gambar 3.6 Beban

4. Jangka Sorong

Gambar 3.7 Jangka Sorong

5. Benda Uji

Gambar 3.7 Benda Uji

22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Tabel Data Praktikum


Tabel hasil praktikum defleksi pada batang almunium , baja , dan kuningan.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Batang Alumunium

Tumpuan Cantilever Sederhana


Jarak (mm)
45 90 135 180 130 260 390 520
/ Beban (gr)
200 0.04 0.22 0.64 1.29 1.13 1.92 1.68 0.52

250 0.05 0.28 0.74 1.61 1.37 2.27 2.11 0.76

300 0.05 0.33 0.88 1.81 1.56 2.69 2.52 0.9

350 0.06 0.36 0.99 2.18 1.82 3.31 2.94 1.01

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Batang Baja

Tumpuan Cantilever Sederhana

Jarak (mm)
45 90 135 180 130 260 390 520
/ Beban (gr)

200 0.01 0.09 0.25 0.53 0.39 0.71 0.62 0.21

250 0.01 0.11 0.3 0.63 0.51 0.89 0.75 0.27

300 0.02 0.12 0.35 0.72 0.64 1.04 0.94 0.3

350 0.02 0.14 0.4 0.91 0.71 1.27 1.11 0.34

23
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Batang Kuningan

Tumpuan Cantilever Sederhana

Jarak (mm)
45 90 135 180 130 260 390 520
/ Beban (gr)

200 0.03 0.18 0.51 1.13 0.77 1.58 1.41 0.52

250 0.04 0.23 0.64 1.33 1.07 1.93 1.8 0.55

300 0.04 0.24 0.74 1.56 1.22 2.25 2.22 0.58

350 0.05 0.29 0.85 1.86 1.49 2.66 2.52 0.8

Tabel 4.4 Dimensi Benda Uji


Modulus Momen
Lebar (b) Tebal (d)
Elastisitas (E) Inersia (I)

Alumunium 19,22 mm 3,4 mm 70 Gpa 62,95

Baja 19,06 mm 3,2 mm 200 Gpa 52,05

Kuningan 19,2 mm 3,24 mm 90 Gpa 54.42

24
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Berikut adalah data nilai defleksi dari berbagai jenis balok dengan
pembebanan pada titik-titik yang berbeda pada saat melakukan percobaan.
Tabel 6.1 Hasil Percobaan Batang Alumunium

Tumpuan Cantilever Sederhana


Jarak
(mm) / 45 90 135 180 130 260 390 520
Beban (gr)
200 0.04 0.22 0.64 1.29 1.13 1.92 1.68 0.52

250 0.05 0.28 0.74 1.61 1.37 2.27 2.11 0.76

300 0.05 0.33 0.88 1.81 1.56 2.69 2.52 0.9

350 0.06 0.36 0.99 2.18 1.82 3.31 2.94 1.01

Tabel 6.2 Hasil Percobaan Batang Baja

Tumpuan Cantilever Sederhana


Jarak
(mm) / 45 90 135 180 130 260 390 520
Beban (gr)
200 0.01 0.09 0.25 0.53 0.39 0.71 0.62 0.21

250 0.01 0.11 0.3 0.63 0.51 0.89 0.75 0.27

300 0.02 0.12 0.35 0.72 0.64 1.04 0.94 0.3

350 0.02 0.14 0.4 0.91 0.71 1.27 1.11 0.34

25
Tabel 6.3 Hasil Percobaan Batang Kuningan

Tumpuan Cantilever Sederhana


Jarak
(mm) / 45 90 135 180 130 260 390 520
Beban (gr)
200 0.03 0.18 0.51 1.13 0.77 1.58 1.41 0.52

250 0.04 0.23 0.64 1.33 1.07 1.93 1.8 0.55

300 0.04 0.24 0.74 1.56 1.22 2.25 2.22 0.58

350 0.05 0.29 0.85 1.86 1.49 2.66 2.52 0.8

2. Prinsip pada batang yang berbeda beda juga defleksi yang terjadi juga
berbeda beda tergantung batang itu terbuat dari material apa.
3. Pengaruh tumpuan tumpuan dan jenis material yang di unakan juga
mempengaruhi defleksi itu sendiri , dan defleksi juga tergantung dari
modulus elastisitasnya material.
4. Perbandingan hasil defleksi perhitungan dan pengamatan berbeda jauh
presentase kesalahan paling jauh adalah 50 persen dimana hal itu terjadi ,
kurang teliti dan alas rangka instalasi yang langsung ke lantai.

5.2. Saran

Buat kedepannya semoga praktikum fenomena dasar mesin ini dapat


terealisasi dengan baik, dan untuk peralatannya lengkap.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asisten Laboratorium Fenomena Dasar Mesin. 2016. Modul Praktikum


Fenomena Dasar Mesin. Cilegon : FT UNTIRTA.
https://temonsoejadi.com/2014/04/04/defleksi-fenomena-dasar-mesin/
https://id.wikipedia.org/wiki/Defleksi
http://erulmesin09.blogspot.co.id/2012/11/lendutan-batang.html

27
LAMPIRAN

TUGAS
1. Apa perbedaan momen dan kopel ?
Jawaban : Momen gaya merupakan besaran yang dipengaruhi oleh gaya dan
lengan dan momen gaya timbul akibat gaya yang bekerja pada
benda tidak tepat pada pusat massa,sedangkan momen
kopel merupakan hasil kali vektor antara vektor gaya dan vektor
lengan gaya.

2. Apakah berbeda lendutannya apabila batang tersebut dengan batang balok


dan batang siinder? Jelaskan
Jawaban : Semakin kaku batang maka lendutan batang yang akan terjadi
pada batang akan semakin kecil. Jadi tergantung pada material
batangnya.
3. Apabila batang berbeda material dengan bentuk yang misalkan baja dan
alumunium adakah perbedaan lendutannya? Jelaskan
Jawaban : ya tentunya ada karena modulus elastisitas baja 200-220
sedangkan untuk alumunium 60-80.

4. Buatlah simulasi lendutan dengan pembeban di tengah, dan 0,25 dari ujung
engsel
Jawaban :

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai