Anda di halaman 1dari 24

BEAM DEFLECTION APPARATUS

BAB VI
BEAM DEFLECTION APPARATUS

6.1 Dasar Teori


6.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan posisi pada balok yang ditinjau dari 1 dimensi akibat adanya
pembebanan yang diberikan pada balok. Sumbu sebuah balok akan terdefleksi dari
kedudukan semula bila benda terpengaruh oleh suatu gaya. Dengan kata lain suatu balok
yang mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata
akan mengalami defleksi. Defleksi ada 2 yaitu:
1. Defleksi Vertikal (Δy)
Perubahan posisi balok atau balok arah vertikal karena adanya pembebanan yang
diberikan pada balok.
2. Defleksi Horisontal (Δx)
Perubahan posisi suatu balok atau balok arah horisontal karena adanya pembebanan
yang diberikan pada balok.

Gambar 6.1 Defleksi


Sumber : Sudjito (2000, p.231)

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi, yaitu:


1. Kekakuan Balok
Kemampuan suatu benda menerima beban tanpa menyebabkan perubahan bentuk
atau defleksi. Semakin kaku suatu balok maka lendutan yang akan terjadi pada balok akan
semakin kecil.
2. Gaya yang Diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada balok berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami balok maka

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 148
BEAM DEFLECTION APPARATUS
defleksi yang terjadi pun semakin besar.
3. Jenis Tumpuan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Semakin besar reaksi
dari tumpuan yang melawan gaya dari beban, maka defleksi yang terjadi pada tumpuan
rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih
besar dari tumpuan jepit. Macam-macam tumpuan, antara lain:
A. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan gaya
reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang.

Gambar 6.2 Tumpuan Engsel


Sumber : Beer (2012, p.370)

B. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.

Gambar 6.3 Tumpuan Rol


Sumber : Beer (2012, p.370)
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020
KELOMPOK 07 149
BEAM DEFLECTION APPARATUS
C. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya reaksi
horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu
melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau momen.

4. Jenis Beban
Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian balok yang paling
dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang balok mengalami beban sedangkan
pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja. Jenis-jenis pembebanan
antara lain:
A. Beban Terpusat
Titik kerja pada balok dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.

Gambar 6.4 Pembebanan Terpusat


Sumber : Beer (2012, p.552)

B. Beban Merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata disepanjang balok dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 6.5 Pembebanan Merata


Sumber : Beer (2012, p.321)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 150
BEAM DEFLECTION APPARATUS
C. Beban Bervariasi Uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang balok besarnya tidak
merata.

Gambar 6.6 Pembebanan Bervariasi


Sumber : Beer (2012, p.324)

6.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Defleksi dan deformasi terjadi karena adanya berbagai macam perlakuan yang
dialami balok atau balok. Defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan dimensi
balok tersebut. Selain itu, jika defleksi maka perubahan baloknya hanya memiliki satu
dimensi (p / l) sedangkan jika deformasi memiliki lebih dari satu dimensi (p, l, t).

Gambar 6.7 Defleksi pada Beam


Sumber : Beer (2012, p.556)

Gambar 6.8 Deformasi pada Sebuah Balok


Sumber : Beer (2012, p.566)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 151
BEAM DEFLECTION APPARATUS
Tabel 6.1
Perbedaan Defleksi dan Deformasi
Parameter Defleksi Deformasi
Dimensi yang ditinjau Panjang atau luas saja Panjang, luas, tinggi

Penyebab Pembebanan Pembebanan, perlakuan


panas
Sifat Elastis Elastis dan plastis
Arah pembebanan Satu sumbu Bisa lebih dari satu sumbu
Efek yang ditimbulkan Bentuknya berubah, namun Bentuk dan ukuran berubah

ukuran tetap
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

6.1.3 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya yang dimiliki suatu benda untuk berputar
terhadap sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya adalah
hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).

M = F . d ..................................................................................................... (6-1)

Keterangan :
M = Momen (N.m)
F = Gaya (N)
d = Jarak tegak lurus (m)

Arah momen gaya ada 2, yaitu searah putaran jarum jam (CW/Clock Wise) dan
berlawanan arah putaran jarum jam (CCW/Counter Clock Wise). Jika CW (Clock Wise)
maka bernilai positif dan sebaliknya. Macam-macam momen:
1. Momen Gaya (Torsi)
Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang
bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya
momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya.Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami
perubahan kecepatan sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 152
BEAM DEFLECTION APPARATUS
matematis dituliskan:

T = F . r ........................................................................................................ (6-2)

Keterangan :
T = Momen gaya (N.m)
F = Gaya (N)
r = Jarak tegak lurus (m)

2. Momen Kopel
Momen kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan
sejajar. Besarnya kopel dinyatakan dengan momen kopel (M). Momen kopel merupakan
besaran vektor dengan satuan Nm. Pengaruh kopel terhadap benda yaitu dapat
menyebabkan benda berotasi.

𝑀 = 𝐹 . 𝑑 ...................................................................................................... (6-3)

Keterangan :
M = Momen kopel (Nm)
F = Gaya (N)
d = Jarak antara kedua gaya (m)

Gambar 6.9 Momen Kopel


Sumber: Holowenko (1990,p.75)

3. Momen Inersia
Momen inersia merupakan ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Momen inersia berperan dalam dinamika dasar, menentukan hubungan antara

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 153
BEAM DEFLECTION APPARATUS
momentum sudut dan kecepatan sudut, serta momen gaya dan percepatan sudut.

I = k . m . r2 ……........................................................................................... (6-4)

Keterangan :
I = Momen inersia (Kgm2)
k = Konstanta inersia (Kgm2)
m = Massa (Kg)
r = Jari-jari objek dari pusat massa (m)

Gambar 6.10 Momen Inersia Benda


Sumber: Beer (2012, p.566)

4. Momen Bending
Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar yang bekerja
pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak lurus sepanjang sumbu
axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada jemuran baju.

= …………………………………………………………………(6-5)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 154
BEAM DEFLECTION APPARATUS
Keterangan :
M = Momen bending (Nm)
I = Momen inersia (m4)
y = Jarak dari sumbu netral ke permukaan luar benda (m)
σ = Tegangan bending (Pa)

6.1.4 Metode Perhitungan Defleksi


A. Metode Castigliano
Digunakan untuk menentukan perpindahan dari sebuah sistem linear-elastis,
berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip persamaan energi. Dengan konsep dasar
perubahan energi adalah hasil kali gaya dan perpindahan, sehingga gaya adalah
perubahan energi dibagi perpindahan yang dihasilkan. Ada 2 teori sebagai berikut:
1. Teori Pertama Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur elastis,
yang menyatakan:
“Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan perpindahan qi maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.”

𝑄𝑖 = ……………………………………………………………(6-6)

Keterangan :
Qi = Gaya (N)
U = Energi regangan (Nm)
qi = Perpindahan (m)

2. Teorema Castigliano II
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan dari suatu struktur elastis
sebagai persamaan gaya (Qi), maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan (qi) searah (Qi). Secara
matematis, dirumuskan sebagai:

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 155
BEAM DEFLECTION APPARATUS

𝑞𝑖 = ……………………………………………………………(6-7)

Keterangan :
Qi = Gaya (N)
U = Energi regangan (Nm)
qi = Perpindahan (m)

B. Metode Integrasi Ganda


Metode ini digunakan untuk mengetahui defleksi di sepanjang balok sekaligus.

𝐸𝐼 = 𝑀 ………………………………………………………(6-8)

Keterangan :
y = Defleksi vertikal (m)
x = Defleksi horizontal (m)
E = Modulus elastisitas (N/m2)
I = Momen inersia (m4)
M = Momen (Nm)

C. Metode Luas Bidang Momen


Metode ini digunakan untuk mengetahui lendutan di satu daerah saja. Metode ini
didasarkan atas dua teorema yang berkaitan dengan luas dari diagram momen lentur.
Asumsi yang digunakan dalam menurunkan kedua teorema sama dengan yang digunakan
dalam persamaan diferensial kurva defleksi.

D. Metode Superposisi
Metode superposisi berguna hanya apabila rumus untuk defleksi dan kemiringan
telah tersedia. Untuk memudahkannya, lihat tabel dibawah ini.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 156
BEAM DEFLECTION APPARATUS

Gambar 6.11 Defleksi dan Kemiringan


Sumber: Timoshenko (1997, p.367)

6.2 Tujuan Pengujian


1. Untuk mengetahuihubungan antara defleksi/lendutan dengan variasi
2. pembebanan pada cantilever beam (tumpuan jepit), simply supported beam (tumpuan
sendi-sendi) dan overhang beampada kedua ujungnya secara eksperimen.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi panjang (l) dan dimensi penampang (b x d) pada
beam terhadap besarnya defleksi yang terjadi secara eksperimen.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 157
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.3 Spesifikasi Alat
 Sanderson Beam Deflection Apparatus dengan
spesifikasi: Dimensi = 470 x 420 x 1220 mm berat (nett weight) = 26 Kg
 Dial indikator untuk mengetahui besarnya defleksi yang terjadi.
 Beban berupa piringan dengan massa yang berbeda-beda dan load hanger sebagai
tempat peletakan beban.
 Spesimen uji profil segi empat dengan dimensi penampang (b x d)berbeda dan panjang
(l) yang berbeda. Modulus elastisitas spesimen = 2 x 1011 N/m2
 Cantilever Beam
Untuk pengujian akibat penambahan d:
Spesimen 5 ( l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 6,1 mm)
Spesimen 6 ( l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 8 mm)
 Simply Supported Beam
Untuk pengujian akibat penambahan l:
Spesimen 1 ( l = 400 mm ; b = 20 mm ; d = 3,2 mm)
Spesimen 2 ( l = 500 mm ; b = 20 mm ; d = 3,2 mm)
Untuk pengujian akibat penambahan b:
Spesimen 3 ( l = 700 mm ; b = 20 mm ; d = 3,2 mm)
Spesimen 4 ( l = 700 mm ; b = 24,65 mm ; d = 3,2 mm)
Untuk pengujian akibat penambahan d:
Spesimen 5 ( l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 6,1 mm)
Spesimen 6 ( l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 8 mm)
 Overhang Beam
Spesimen yang digunakan adalah Spesimen 6 ( l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 8 mm).
Berikut jarak antar tumpuan (l) dan panjang overhang (a)
Percobaan 1 ( l = 600 mm ; a = 50 mm)
Percobaan 2 ( l = 500 mm ; a = 100 mm)
Percobaan 3 ( l = 400 mm ; a = 150 mm)
Percobaan 4 ( l = 300 mm ; a = 200 mm)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 158
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.4 Cara Pengambilan Data
1. Pengujian defleksi pada cantilever beam (beam dengan tumpuan jepit)
1. Gunakan tumpuan jepit dan letakkan spesimen yang akan diuji pada tumpuan jepit
tersebut.
2. Letakkan load hanger pada ujung spesimen yang akan diuji (mencari defleksi
maksimum), lalu letakkan dial indikator pada ujung spesimenyang diberi loadhanger
tersebut. Kalibrasikan dial indikator agar jarum penunjuk pada dial indikator
menunjukkan angka nol.
3. Catat pembacaan defleksi pada dial indikator untuk setiap variasi beban pada
loadhanger dan plot kedalam grafik.
4. Untuk pengujian akibat penambahan d:
 Spesimen 5 (l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 6,1 mm)
 Spesimen 6 (l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 8 mm)

2. Pengujian defleksi pada simply supported beam (beam dengan tumpuan sendi)
1. Atur jarak antar bearer/tumpuan sendi (l) pada skala sehingga sesuai dengan panjang
spesimen yang akan diuji
2. Letakkan spesimen yang akan diuji pada bearer/tumpuan
3. Letakkan loadhanger di tengah-tengah spesimen, lalu letakkan dial indikator di atas
lengan loadhanger tepat di tengah. Kalibrasikan dial indikator agar jarum penunjuk
pada dial indikator menunjukkan angka nol.
4. Catat pembacaan defleksi pada dial indikator untuk setiap variasi beban pada
loadhanger dan plot kedalam grafik.
5. Untuk pengujian akibat penambahan l:
 Spesimen 1 (l = 400 mm ; b = 20 mm ; d = 3,2 mm)
 Spesimen 2 (l = 500 mm ; b = 20 mm ; d = 3,2 mm)
6. Untuk pengujian akibat penambahan b:
 Spesimen 3 (l = 700 mm ; b = 20 mm ; d = 3,2 mm)
 Spesimen 4 (l = 700mm ; b = 24,65 mm ; d = 3,2 mm)
7. Untuk pengujian akibat penambahan d:
 Spesimen 5 (l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 6,1 mm)
 Spesimen 6 (l = 700 mm ; b = 25 mm ; d = 8 mm)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 159
BEAM DEFLECTION APPARATUS
3. Pengujian defleksi pada overhangbeam pada kedua ujungnya
1. Atur jarak antar bearer sendi/ tumpuan sendi (l) dan panjang overhang(a), seperti
tertera dibawah sehingga sesuai dengan panjang spesimen yang akan diuji.
2. Letakkan spesimen yang akan diuji pada bearer/ tumpuan.
3. Letakkan loadhanger pada kedua ujung spesimen, lalu letakkan dialindikator tepat
ditengah-tengah spesimen. Kalibrasikan dial indikator agar jarum penunjuk pada dial
indikator menunjukkan angka nol.
4. Catat pembacaan defleksi pada dial indikator untuk setiap variasi beban pada load
hanger dan plot dalam grafik.
5. Spesimen yang digunakan adalah spesimen 6 (l = 700 mm; b = 25 mm; d = 8 mm).
Berikut jarak antar tumpuan (l) dan panjang overhang (a):

Percobaan 1 l = 600 mm a = 50 mm

Percobaan 2 l = 500 mm a = 100 mm

Percobaan 3 l = 400 mm a = 150 mm

Percobaan 4 l = 300 mm a = 200 mm

6.5 Hasil Pengujian


6.5.1 Data Hasil Pengujian

Tabel 6.2
Data Hasil Pengujian Defleksi Teoritis Cantilever Beam Spesimen 5 dan 6
Besar defleksi Teoritis (m)
Cantilever Beam
No Pembebanan (N)
Spesimen
Spesimen 5
6
1 5 0,0060446 0,0026797
2 10 0,0120891 0,0053594
3 15 0,0181337 0,0080391
4 20 0,0241782 0,0107188

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 160
BEAM DEFLECTION APPARATUS
Tabel 6.3
Data Hasil Pengujian Defleksi Teoritis Simply Supported Beam Spesimen 1-6
Besar Defleksi Teoritis (m)
Pembebanan Simply Supported Beam
No
(m) Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen
1 2 3 4 5 6
1 5 0,0006104 0,0011921 0,0032711 0,0026540 0,0003778 0,0001675
2 10 0,0012207 0,0023842 0,0065422 0,0053081 0,0007556 0,0003350
3 15 0,0018311 0,0035763 0,0098133 0,0079621 0,0011334 0,0005024
4 20 0,0024414 0,0047684 0,0130844 0,0106162 0,0015111 0,0006699

Tabel 6.4
Data Hasil Pengujian Defleksi Teoritis Overhang Beam
Besar Defleksi Teoritis (m)
Pembebanan
No Overhang Beam
(m)
Δ a1 =50 Δ a2 =100 Δ a3 =150 Δ a4 =200
1 5 0,0000527 0,0000732 0,0000703 0,0000527
2 10 0,0001055 0,0001465 0,0001406 0,0001055
3 15 0,0001582 0,0002197 0,0002109 0,0001582
4 20 0,0002109 0,0002930 0,0002813 0,0002109

Tabel 6.5
Data Hasil Pengujian Defleksi Aktual Cantilever Beam Spesimen 5 dan 6
Cantilever Beam Cantilever Beam
Pembebanan (Newton) Spesimen 5 Spesimen 6
(m) (m)
5 0,00206 0,004315
10 0,0047 0,009825
15 0,0068 0,0147
20 0,0084 0,018955

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 161
BEAM DEFLECTION APPARATUS
Tabel 6.6
Data Hasil Pengujian Defleksi Aktual Simply Supported Beam Spesimen 1-6
Besar Defleksi Aktual (m)
Pembebanan Simply Supported Beam
No
(m) Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen Spesimen
1 2 3 4 5 6
1 5 0,001195 0,00104 0,003265 0,00242 0,000355 0,00015
2 10 0,001945 0,0023 0,006815 0,005325 0,0007 0,00031
3 15 0,00262 0,00336 0,01053 0,00807 0,0010175 0,00048
4 20 0,003405 0,00465 0,014135 0,010885 0,0013775 0,00064

Tabel 6.7
Data Hasil Pengujian Defleksi Aktual Overhang Beam

Besar Defleksi Aktual (m)


No Pembebanan (m) Overhang Beam
Δ a1 =50 Δ a2 =100 Δ a3 =150 Δ a4 =200
1 5 0,00004 0,000035 0,000055 0,000045
2 10 0,00008 0,000105 0,000155 0,0000975
3 15 0,000115 0,00015 0,000175 0,000145
4 20 0,000155 0,000225 0,00024 0,00019

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 162
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.5.2. Contoh Perhitungan
Cantilever Beam

4𝑊𝑙
𝛿= …………………………………………………..……………....……(6-9)
𝐸𝑏𝑑

Keterangan:
δ = Defleksi (m)
W = Beban (N)
l = Panjang spesimen (m)
E = Modulus Young (N/m2)
b = Lebar spesimen (m)
d = Tebal spesimen (m)

Dengan variasi beban 5N, maka defleksi teoritis :


4𝑊𝑙
𝛿=
𝐸𝑏𝑑
4.5𝑁. (0,7𝑚)
𝛿=
2. 10 N/𝑚 . 0,025𝑚. (0,008𝑚)
𝛿 = 0,00268 m
Simply Supported Beam

𝑊𝑙
𝛿= ………………………………………………………………….....(6-10)
4𝐸𝑏𝑑

Dengan variasi beban 5N, maka defleksi teoritis :


𝑊𝑙
𝛿=
4𝐸𝑏𝑑
5𝑁. (0,5𝑚)
𝛿=
4.2. 10 N/𝑚 . 0,02𝑚. (0,0032𝑚)
𝛿 = 0,0011921 m

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 163
BEAM DEFLECTION APPARATUS
Overhang Supported Beam

3𝑊𝑎𝑙
𝛿= ……………………………………………………………………(6-11)
2𝐸𝑏𝑑

Keterangan:
a = Panjang overhang (m)

Dengan variasi beban 5N, maka defleksi teoritis :


3𝑊𝑎𝑙
𝛿=
2𝐸𝑏𝑑
3.5𝑁. 0,1𝑚. (0,7𝑚)
𝛿=
2.2. 10 N/𝑚 . 0,025𝑚. (0,008𝑚)
𝛿 = 0,000144 m

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 164
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.5.3 Grafik dan Pembahasan
6.5.3.1 Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Teoritis pada Cantilever Beam

0,03

0,025

0,02
Defleksi (m)

Spesimen 5
0,015

0,01 Spesimen 6

0,005

0
0 5 10 15 20 25
Beban (N)

Gambar 6.12 Grafik Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Teoritis pada Cantilever
Beam

Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara pembebanan


terhadap besar defleksi yang dialami oleh sebuah balok secara perhitungan teoritis. Jenis
tumpuan yang digunakan adalah cantilever beam (jepit), yaitu tumpuan yang menjepit salah
satu ujung balok. Spesimen yang digunakan adalah spesimen 5 dengan lebar penampang (b)
25 mm, tinggi penampang (d) 6,1 mm, panjang (l) 700 mm dan spesimen 6 dengan lebar
penampang (b) 25 mm, tinggi penampang (d) 8mm, Panjang (l) 700 mm. Beban diletakkan
diujung balok sejauh l.
Besar defleksi dipengaruhi oleh besar beban, jarak antara tumpuan ke beban, Panjang
penampang, dan lebar penampang. Hal ini sesuai dengan rumus dari dasar teori :

𝛿= ……………………………………………………………………(6-12)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 165
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.5.3.2 Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Aktual pada Cantilever Beam

0,02

0,018

0,016

0,014

0,012
Defleksi (m)

0,01
Spesimen 5
0,008 Spesimen 6
0,006

0,004

0,002

0
0 5 10 15 20 25
Beban (N)

Gambar 6.13 Grafik Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Aktual pada Cantilever
Beam

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara pembebanan terhadap defleksi aktual pada
cantilever beam pada spesimen 5 dengan grafik berwarna biru dan spesimen 6 dengan grafik
berwarna merah dengan variasi pembebanan 5N, 10N, 15N dan 20N.
Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai defleksi pada cantilever beam antara
spesimen 5 dengan dan spesimen 6 adalah tebal spesimen yang berbeda. Pada grafik dapat
dilihat bahwa spesimen 5 memiliki nilai defleksi lebih besar daripada spesimen 6 pada setiap
variasi beban. Hal ini disebabkan oleh spesimen 5 memiliki ketebalan 6,1 mm yang lebih
kecil daripada spesimen 6 yang memiliki tebal 8 mm.
Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai defleksi aktual spesimen 5 dan 6 lebih kecil dari
defleksi teoritis. Sementara untuk urutannya dari tinggi ke rendah yaitu spesimen 5 teoritis,
spesimen 6 teoritis, spesimen 5 aktual dan urutan terakhir spesimen 6 aktual. Hal ini sesuai
dengan dasar teori dimana ketebalan spesimen berbanding terbalik terhadap nilai defleksi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi penyimpangan pada nilai defleksi aktual
terhadap pembebanan pada cantilever beam pada spesimen 5 dan spesimen 6.
Nilai Defleksi teoritis yang lebih besar dari pada defleksi aktual disebabkan karena
kesalahan dalam metode meletakkan beban yang tidak terlalu di ujung.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 166
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.5.3.3 Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Teoritis pada Simply Supported
Beam

0,014

0,012

0,01 Spesimen 1

Spesimen 2
Defleksi (m)

0,008
Spesimen 3
0,006
Spesimen 4
0,004
Spesimen 5
0,002
Spesimen 6
0
0 5 10 15 20 25
Beban (N)
Gambar 6.14 Grafik Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Teoritis pada Simply
Supported Beam

Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara pembebanan


terhadap besar defleksi yang dialami oleh sebuah balok secara perhitungan teoritis. Jenis
tumpuan yang digunakan adalah simply supported beam, yaitu tumpuan yang menopang
tepat diujung – ujung sebuah balok. Beban diletakkan secara vertikal dari sebuah balok dan
ditempatkan tepat ditengah – tengah balok. Spesimen yang digunakan adalah spesimen =
400 mm, b = 20 mm, d = 3,2 mm), spesimen 2 (l = 500 mm, b = 20 mm, d = 3,2 mm),
spesimen 3 (l = 700 mm, b = 20 mm, d = 3,2 mm), spesimen 4 (l = 700 mm, b = 24,65 mm,
d = 3,2 mm), spesimen 5 (l = 700 mm, b = 25 mm, d = 6,1 mm), spesimen 6 (l = 700 mm, b
= 25 mm, d = 8 mm).
Besar defleksi dipengaruhi oleh besar beban, jarak antara tumpuan, Panjang penampang,
dan lebar penampang. Ketiga faktor ini saling memengaruhi besar defleksi dari sebuah
balok. Hal ini sesuai dengan rumus dari dasar teori :

𝛿= ……………………………………………………………………(6-13)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 167
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.5.3.4 Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Aktual pada Simply Supported Beam

0,016

0,014

0,012

Spesimen 1
Defleksi (m)

0,01
Spesimen 2
0,008
Spesimen 3
0,006 Spesimen 4

0,004 Spesimen 5
Spesimen 6
0,002

0
0 5 10 15 20 25
Beban (N)

Gambar 6.15 Grafik Pengaruh Pembebanan terhadap Defleksi Aktual pada Simply
Supported Beam

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara pembebanan terhadap defleksi aktual pada
simply supported beampada spesimen 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dengan grafik berwarna biru tua,
merah,hijau,ungu,biru muda,jingga dengan variasi pembebanan 5N, 10N, 15N dan 20N.
Dari grafik dapat dilihat bahwa secara aktual juga defleksi spesimen 2 lebih besar
daripada spesimen 1. Hal ini sesuai dasar teori dimana semakin panjang panjang spesimen
maka nilai defleksinya semakin besar pula. Dapat dilihat juga bahwa secara aktual defleksi
spesimen 3 lebih besar daripada spesimen 4. Hal ini sesuai dengan dasar teori dimana
semakin kecil lebar spesimen maka defleksinya akan semakin besar. Ketebalan spesimen 3
dan 4 adalah sebesar 3,2 mm dan nilai tersebut lebih kecil dari spesimen 5 (d= 6,1 mm) dan
spesimen 6 (d = 8 mm) sehingga defleksi spesimen 3 dan 4 lebih tinggi daripada spesimen
5 dan 6. Spesimen 1,2,3, dan 4 memiliki d yang sama (d = 3,2 mm), tetapi panjang spesimen
1 (l = 400mm) dan 2 (l = 500mm) lebih kecil daripada panjang spesimen 3 dan 4, sehingga
defleksi spesimen 3 dan 4 lebih tinggi dibandingkan dengan spesimen 1 dan 2.
Data hasil percobaan menunjukan bahwa semakin besar beban maka semakin besar
defleksi. Urutan besar defleksi berdasarkan jenis spesimen dari yang terbesar adalah 3, 4, 2,
1, 5, 6. Hal ini dengan sesuai dengan dasar teori dimana panjang spesimen berbanding lurus
terhadap defleksi, sedangkan lebar dan ketebalan spesimen berbanding terbalik terhadap
defleksi. Pada hasil percobaan terlihat bahwa semakin besar beban maka defleksi juga

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 168
BEAM DEFLECTION APPARATUS
semakin besar. Besar defleksi teoritis lebih besar dari aktual karena kesalahan dalam prosedur
menggunakan dial indicator dan juga penempatan load hanger yang tidak di tengah tengah.

6.5.3.5 Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Teoritis pada Overhang Beam

0,00035

0,0003

0,00025
a = 50
Defleksi (m)

0,0002
a = 100

0,00015 a = 150
a = 200
0,0001

0,00005

0
0 5 10 15 20 25
Beban (N)

Gambar 6.16 Grafik Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Teoritis pada Overhang
Beam

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara pembebanan terhadap defleksi teoritis pada
overhang beampada spesimen 6 dengan a = 0,05 m, a = 0,1 m, a = 0,15 m dan a = 0,2 m
dengan variasi pembebanan 5N, 10N, 15N dan 20N. Nilai a adalah panjang overhang.
Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai defleksi pada overhang beam adalah panjang
overhang yang berbeda (0,05 m; 0,1 m; 0,15 m; dan 0,2 m). Jika panjang overhang berubah,
jarak antar tumpuan (l) juga berubah. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi besarnya
nilai defleksi.
. Dapat dilihat bahwa panjang overhang (a) dan jarak antar tumpuan (l) berbanding lurus
terhadap nilai defleksi. Hal ini sesuai dengan rumus :

𝛿= ……………………………………………………………………(6-14)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 169
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.5.3.6 Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Aktual pada Overhang Beam

0,0003

0,00025

0,0002 a1 = 50
Defleksi (m)

0,00015
a2 = 100

0,0001
a3 = 150
0,00005

a4 = 200
0
0 5 10 15 20 25
Beban (N)
Gambar 6.17 Grafik Pengaruh Pembebanan Terhadap Defleksi Aktual pada Overhang
Beam.

Grafik diatas menunjukkan hubungan antara pembebanan terhadap defleksi aktual pada
overhang beam pada spesimen 6 dengan a = 0,05 m dengar grafik berwarna biru, a = 0,1 m
dengan grafik berwarna merah, a = 0,15 m dengan grafik berwarna hijau dan a = 0,2 m
dengan grafik berwarna ungu,dengan variasi pembebanan 5N, 10N, 15N dan 20N. Nilai a
adalah panjang overhang.
Pada grafik dapat dilihat bahwa spesimen dengan a = 0,15 m memiliki nilai defleksi
paling besar diikuti spesimen dengan a = 0,1 m lalu spesimen dengan a = 0,2 m dan yang
terakhir specimen dengan a = 0,05 m. Terlihat pula pada pembebanan 5 N, 10 N, 15 N
dengan a = 0,1 m menunjukkan bahwa kecenderungan defleksinya sama besar besar dengan
defleksi dengan a = 0,05 m pada pembebanan yang sama.
Berdasarkan dasar teori semakin besar beban maka semakin besar pula defleksi. Defleksi
teoritis dan aktual seharusnya sama.
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa data hasil percobaan menunjukan bahwa
semakin besar beban maka semakin besar defleksi. Urutan besar defleksi berdasarkan variasi
a dari yang paling besar adalah a2, a3, a1 dan a4. Defleksi teoritis lebih besar dari aktual
karena kesalahan dalam menempatkan beban yang tidak terlalu di ujung.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 170
BEAM DEFLECTION APPARATUS
6.6 Kesimpulan dan Saran
6.6.1 Kesimpulan

1. Pada cantilever beam, defleksi terbesar dialami oleh spesimen 5 dan yang paling rendah
adalah spesimen 6. Hal ini disebabkan oleh spesimen 5 memiliki ketebalan 6,1 mm yang
lebih kecil daripada spesimen 6 yang memiliki tebal 8 mm. Jadi sesuai dengan dasar
teori babhwa semakin kecil tebal spesimen maka semakin besar pula defleksi yang
dialami.
2. Pada simply supported beam, defleksi terbesar dialami oleh spesimen 3 dan yang paling
rendah adalah spesimen 6. Hal ini sesuai dengan dasar teori dimana semakin kecil lebar
spesimen maka defleksinya akan semakin besar.
3. Pada overhang beam, defleksi terbesar dialami oleh variasi a2 = 100 mm, dan yang
paling rendah adalah variasi a4 = 200 mm dan a1 = 50 mm.

6.6.2 Saran
1. Diharapkan untuk laboratorium melengkapi berbagai alat dan keperluan yang menunjang
pembelajaran di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin serta melakukan pengecekan dan
perawatan secara berkala agar berbagai macam alat yang ada di Laboratorium tetap dalam
kondisi yang baik.
2. Diharapkan kedepannya praktikum Fenomena Dasar Mesin dapat ditingkatkan lagi dalam
hal pengujian yang akan dilakukan serta alat praktikum yang digunakan semakin baik.
3. Diharapkan kepada tim asisten Laboratorium Fenomena Dasar Mesin agar dapat terus
meningkatkan wawasan serta membaginya kepada praktikan.
4. Diharapkan untuk praktikan agar dapat memperhatikan dengan baik lagi perihal timeline
serangkaian kegiatan Praktikum Fenomena Dasar Mesin serta lebih aktif lagi untuk
mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk menunjang berjalannya kegiatan agar
dapat mengikuti serangkain kegiatan Praktikum Fenomena Dasar Mesin dengan baik dan
benar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 07 171

Anda mungkin juga menyukai