I. PENGERTIAN UMUM
1.1 PERILAKU LENTUR BALOK
Balok ataupun batang lentur adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak
dijumpai pada setiap struktur.
Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu
longitudinalnya. Hal ini menyebabkan balok itu melentur.
Perhatikan Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 di bawa ini :
Dari Gambar 1.1, sebuah balok ditumpu sederhana. Tumpuan tersebut adalah sendi di ujung kiri
dan rol di ujung kanan, akan menghasilkan suatu kondisi yang dapat diperlakukan dengan mudah
secara matematis, misalnya untuk mencari reaksi, momen, geser lintang dan defleksi.
Sedangkan pada Gambar 1.2 diperlihatkan balok kantilever yang mempunyai tumpuan jepit di ujung
kiri. Jenis tumpuan demikian memberikan reaksi vertikal dan horizontal, juga tahanan rotasi.
Tumpuan jepit seperti ini cukup untuk mempertahankan keseimbangan statis balok.
Dari kedua Gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa Apabila suatu balok dibebani, maka akan
mengalami deformasi atau perubaan berupa Lenturan (Deflected).
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
2
Untuk dapat menurunkan persamaan matematis lenturan yang terjad i pada suatu batang
struktur, diambil beberapa persyaratan dan asumsi sbb.
a. Bahan dari batang masih dalam kondisi elastis selama pembebanan
b. Besarnya lenturan akibat gaya geser kecil sekali dibanding dengan lenturan yang terjadiakibat beban
momen (hanya untuk batang yang relatif panjang).
c. Besarnya modulus elastisitas (E) dan momen inertia (I) konstan sepanjang batang
yangditinjau. Apabila besaran E atau I tidak konstan, fungsi matematis kedua besaran tersebut
terhadap panjang batang harus diketahui.
d. Struktur bahan sepanjang batang dianggap homogin, sehingga deformasi yang terjadi akibat beban selalu kontinyu.
Dengan demikian bentuk lenturan yang terjadi berupa suatu curva yang kontinyu dan terdapat
bidang netral ditengah-tengah batang pada waktu terjadilenturan.
e. Besarnya lenturan yang terjadi kecil sekali dibanding panjang batang, sehingga kwadrat dari besaran
sudut lenturannya dapat diabaikan
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
3
Pada Mata Kulian Mekanika Rekayasa ini. Kita ana akan membaas Peritungan besar Lendutan dengan
Metode Balok Padanan (Conjugate Beam).
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
4
Jadi Jika (M/EI) diberlakukan sebagai Beban pada Balok Conjugate, maka Geser dan Momen
Lentur pada Balok Conjugate merupakan Rotasi dan Defleksi pada Balok Asli.
Definisi Balok Conjugate adalah Balok Fiktif yang sama panjangnya seperti pada Balok Aslinya tetapi
mungkin mempunyai Tumpuan yang berbeda yang di bebani oleh Diagram (M/EI) dari balok asli
sedemikian rupa seingga Gaya Geser dan Momen Lentur pada suatu titik pada balok conjugate
merupakan Putaran Sudut dan Lendutan pada balok aslinya.
𝑹′𝑨 = 𝜽𝑨
𝑹′𝑩 = 𝜽𝑩
𝑴𝑪 = ∆𝑪
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
5
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
6
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
7
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
8
V. CARA MENENTUKAN BESAR LENDUTAN DAN SUDUT PUTAR DARI BEBERAPA BALOK
SEDERHANA (STRUKTUR STATIS TERTENTU – SST)
5.1 TUMPUAN JEPIT – BEBAS , BEBAN TERPUSAT
Langkah :
𝟏 𝑷𝑳 𝑷𝑳𝟐
𝑸 = 𝟏⁄𝟐 . 𝑳. 𝒕 = . 𝑳. =
𝟐 𝑬𝑰 𝟐𝑬𝑰
𝑷𝑳𝟐
𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝑷𝒖𝒕𝒂𝒓 = 𝑩 = 𝑹𝑩 =
𝟐𝑬𝑰
Mengitung Momen Statis
𝑷𝑳𝟐
𝟐𝑳 𝑸.𝟐𝑳 ( ).𝟐𝑳 𝑳𝟑 𝑷
𝟐𝑬𝑰
𝑴𝑩 = − (−𝑸. ) = = =
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝑬𝑰
𝑳𝟑 𝑷
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑩 = 𝑴𝑩 =
𝟑𝑬𝑰
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
9
Langkah :
Bidang Momen :
𝟏 𝒒
𝑴 = 𝒒𝑳. ( . 𝑳) = . 𝑳𝟐
𝟐 𝟐
𝑳 𝒒𝑳𝟐 𝒒𝑳𝟑
𝑸= . =
𝟑 𝟐𝑬𝑰 𝟔𝑬𝑰
𝒒𝑳𝟒
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑩 = 𝑴𝑩 =
𝟖𝑬𝑰
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
10
Langkah :
𝑷𝒂𝒃 𝑳 𝑷𝒂𝒃
𝑸= 𝒙 =
𝑳 𝟐 𝟐𝑬𝑰
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
11
𝑷𝑳𝟐
→ 𝜽𝑨 = 𝑹𝑨 =
𝟏𝟔𝑬𝑰
𝑷𝒂𝟐 𝒃
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑪 = 𝑴𝑪 = (𝑳 + 𝒃)
𝟔𝑳𝑬𝑰
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
12
Langkah :
𝟐 𝑳 𝑳𝒉 𝒒𝑳𝟐 𝑳 𝒒𝑳𝟑
𝑳= 𝒉. = → 𝑸𝟏 = . =
𝟑 𝟐 𝟑 𝟖𝑬𝑰 𝟑 𝟐𝟒𝑬𝑰
𝟐𝑳 𝒒𝑳𝟐 𝒒𝑳𝟑
𝑸= . =
𝟑 𝟖𝑬𝑰 𝟏𝟐𝑬𝑰
𝟓. 𝒒. 𝑳𝟒
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑪 = 𝑴𝑪 =
𝟑𝟖𝟒𝑬𝑰
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
13
I. PENGERTIAN UMUM
1.1 PENGERTIAN KOLOM
Kolom merupakan jenis elemen struktur yang memilki dimensi longitudinal jauh lebih besar
dibandingkan dengan dimensi transversalnya dan memiliki fungsi utama menahan gaya aksial
tekan. kolom tidak mengalami lentur secara langsung, karena tidak ada beban tegak lurus
terhadap sumbunya.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse)
seluruh struktur (Sudarmoko, 1996)
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Beberapa fungsi dari Kolom :
a. Kolom merupakan batang Tekan.
b. Menahan Beban-beban dari Struktur Balok dan Rangka Atap diatasnya
c. Meneruskan Beban-beban pada suatu konstruksi ke Pondasi.
d. Meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-
barang), serta beban hembusan angina
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
14
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya s a j a
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adala tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang
kolom.
3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.(c). Merupakan komponen struktur
tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan
atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
15
P (Beban Tekuk)
L (panjang Kolom)
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
16
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
17
distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-
beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit.
Teori Selanjutnya di kemukakan oleh Considered dan Esengger (1889). Keduanya menemukan
bahwa Kolom dengan panjang yang umum akan hancur akibat tekuk inelastic dan bukan akibat
tekuk elastis.
Kemudian Shanley (1946) , menemukan teori bahwa Kolom masih mampu memikul beban aksial
yang lebih besar walaupun telah melentur, tetapi kolom mulai melentur pada saat mencapai
beban yang disebut beban tekuk.
Dari ketiga teori tersebut, yang akan dibahas adalah dengan Teori Euler.
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
18
Kehancuran akibat tekuk terjadi setelah sebagian penampang melintang meleleh pada keadaan
umum. Keadaan seperti ini disebut tekuk in-elastic (tidak elastis). Tekuk murni akibat beban aksial
terjadi bila anggapan-anggapan ini berlaku, yaitu sebagai berikut:
1. Sifat tegangan-regangan tekan sama diseluruh titik pada penampang
2. Tidak ada tegangan internal seperti akibat pendinginan setelah penggilingan (rolling)
3. Kolom lurus sempurna dan prismatis
4. Resultante beban bekerja melalui sumbu pusat batang sampai batang mulai melentur
5. Kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendi-sendi ekivalen dapat
ditentukan.
6. Teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku dan gaya geser dapat
diabaikan.
7. Puntiran atau distorsi pada penampang lintang tidak terjadi selama melentur
Rumus Euler berlaku untuk keadaan Elastis (Tekuk Elastis), seingga didapat Tegangan Kritis :
𝑃𝑐𝑟 𝜋 2 . 𝐸. 𝐼
𝜎𝑐𝑟 = → 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑐𝑟 =
𝐴 (𝐿𝑘)2
𝜋2. 𝐸 𝐼 𝐼
𝜎𝑐𝑟 = . → 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟 = √
(𝐿𝑘)2 𝐴 𝐴
𝜋2. 𝐸 𝐿𝑘
𝜎𝑐𝑟 = → 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 =
[(𝐿𝑘)2⁄𝑟 2 ] 𝑟
𝜋2. 𝐸
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 → 𝜎𝑐𝑟 =
[ ]2
Dimana :
𝜎𝑐𝑟 = tegangan rata-rata pada penampang
𝑃𝑐𝑟 = Beban Tekuk Kritis (kg)
𝐸 = modulus Elastisitas (kg/cm2)
𝐼 = Momen Inersia (cm4)
𝐿𝑘 = Panjang Kolom (cm)
= Angka Kelangsingan
𝑟 = Jari—jari Kelembaban
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
19
Kekakuan kolom Euler dapat digambarkan dengan grafik Hubungan Beban Kritis (Pcr) dengan
Deformasi () seperti pada Gambar dibawa ini ::
Dari grafik dapat dilihat bahwa sampai beban Euler dicapai, kolom harus tetap lurus.
𝐼
Bentuk kolom dinyatakan dengan : 𝑟 = √ 𝐴𝑥
b D
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
20
Bila Angka Kelangsingan 0 < < 100, maka berlaku Rumus Tetmaer (Den Hartog, 1949)
Nilai Faktor Tekuk
300
𝜔=
−2 + 300
I min
2. Hitung Besar “r” r
A
lk
3. Hitung Angka Kelangsingan “” λ
r
P
5. Kemudian cek tj . σ
A
Jika TIDAK terpenuhi, maka Harus diperbesar kekakuan kolom ;
perbesar penampang / perpendek Lk.
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
21
𝒅𝟐 𝒚 𝒅𝟐 𝒚
𝑬𝑰. = −𝑷𝒚 → 𝑬𝑰. + 𝑷𝒚 = 𝟎
𝒅𝒙𝟐 𝒅𝒙𝟐
𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑷
𝟐
+ 𝒚 = 𝟎 → 𝒌𝟐 =
𝒅𝒙 𝑬𝑰 𝑬𝑰
𝒅𝟐 𝒚
+ 𝒌𝟐 𝒚 = 𝟎
𝒅𝒙𝟐
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
22
𝑴𝟎 𝒙 𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 + 𝑴𝟎 − 𝑴𝟎 + → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝟐
𝑳 𝒅𝒙
𝑴𝟎 𝒙 𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 + → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝟐
𝑳 𝒅𝒙
𝒅𝟐 𝒚 𝑴𝟎 𝒙
𝑬𝑰. 𝟐
= −𝑷𝒚 +
𝒅𝒙 𝑳
𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑴𝟎 𝒙 𝟐
𝑷 𝒅𝟐 𝒚 𝟐
𝑴𝟎 𝒙
+ 𝒚 = → 𝒌 = , ↔ + 𝒌 𝒚 = .
𝒅𝒙𝟐 𝑬𝑰 𝑬𝑰𝑳 𝑬𝑰 𝒅𝒙𝟐 𝑬𝑰 𝑳
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶
𝑴𝟎 𝒙
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝒌𝟐 𝑬𝑰 𝑳
𝑴𝟎 𝒙
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝑷 𝑳
𝑴𝟎
𝑩=−
𝑷 . 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
23
𝑴𝟎 𝒙 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙
𝒚= .[ − ]
𝑷 𝑳 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳
𝑴𝟎 𝑳 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝑳 𝑴𝟎
𝟎= .[ − ] → ≠𝟎
𝑷 𝑳 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 𝑷
√𝟐𝝅
→ 𝒌𝑳 = √𝟐𝝅, 𝒌 =
𝑳
𝟐𝝅𝟐 𝑷
→ 𝒌𝟐 = → 𝒌𝟐 =
𝑳𝟐 𝑬𝑰
𝑷 𝟐𝝅𝟐
𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 = 𝟐
𝑬𝑰 𝑳
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
24
𝒅𝟐 𝒚
𝑬𝑰. 𝟐 = −𝑷𝒚 + 𝑴𝟎
𝒅𝒙
𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑴𝟎 𝑷 𝒅𝟐 𝒚 𝑴𝟎
𝟐
+ 𝒚= → 𝒌𝟐 = , ↔ 𝟐
+ 𝒌𝟐 𝒚 =
𝒅𝒙 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝒅𝒙 𝑬𝑰
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶
𝑴𝟎
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 +
𝒌𝟐 𝑬𝑰
𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝒚= − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙
𝑷 𝑷
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
25
𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝟎= . (𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙) → ≠𝟎
𝑷 𝑷
𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 = 𝟎 → 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 = 𝟏
𝟐𝝅
→ 𝒌𝑳 = 𝟐𝝅, 𝒌 =
𝑳
𝟒𝝅𝟐 𝑷
→ 𝒌𝟐 = → 𝒌𝟐 =
𝑳𝟐 𝑬𝑰
𝑷 𝟒𝝅𝟐
𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 = 𝟐
𝑬𝑰 𝑳
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
26
𝒅𝟐 𝒚 𝒅𝟐 𝒚
𝑬𝑰. 𝟐 = 𝑷𝒂 − 𝑷𝒚 → 𝑬𝑰. 𝟐 + 𝑷𝒚 = 𝑷𝒂
𝒅𝒙 𝒅𝒙
𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑷 𝑷 𝒅𝟐 𝒚
𝟐
+ 𝒚= 𝒂 → 𝒌𝟐 = , ↔ + 𝒌𝟐 𝒚 = 𝒌𝟐 𝒂
𝒅𝒙 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝒅𝒙𝟐
𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝒂
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
27
3.5 TABEL-TABEL
3.5.1 Tabel Panjang Tekuk Efektif Kolom Ideal
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
28
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
29
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
30
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
31
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
32
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
33
N M
σ
A W
Untuk Lentur 1 Arah
N Mx My
σ
A Wx Wy
Untuk Lentur 2 Arah
dengan :
σ = Tegangan Lentur
N = Gaya Normal (tekan / tarik)
Mx = Momen yang mengitari sumbu x
My = Momen yang mengitari sumbu y
Wx = Momen tahanan terhadap sb-x
Wy = Momen tahanan terhadap sb-y
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
34
My.x My.1 / 2b 1
σ Wy .h.b 2
Iy 1 / 12 hb 3 6
Mx.y Mx.1 / 2h 1
σ Wx .h.b 2
Ix 1 / 12 hb 3 6
Iy Ix
Xn & Yn
e x .A e y .A
Tanda negative (-) dari rumus ini menunjukkan jika garis netral selalu berseberangan
dengan letak gaya N.
ex = eksentrisitas ke arah lebar penampang
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
35
I. DEFINISI UMUM
Bidang Inti / Kern adalah tempat kedudukan titik-titik lokasi gaya normal (N) tekan/tarik dimana
tegangan yang terjadi pada penampang tersebut adalah sejenis/sama dengan gaya N yang ada.
1 2
3 3
A ½h
B
D
C
½h
4 4
1 2
½b ½b
Bila N bekerja di A, maka tegangan pada titik-titik yang terletak pada garis 4-4 = nol.
Bila di C, maka tegangan pada titik pada garis 3-3 = nol.
Bila di B, maka tegangan pada titik pada garis 1-1 = nol.
Bila di D, maka tegangan pada titik pada garis 2-2 = nol.
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
36
1 2
3 3
A ½h
B
D Iy Ix
C Xn & Yn
e x .A e y .A
½h
4 4
Catatan :
Garis 1-1, 2-2, 3-3 dan 4-4
1 2
disebut GARIS BUNGKUS (ENVELOPE).
½b ½b
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
37
1. Hitung dan gambarkan diagram tegangan yang terjadi pada dasar / plat pondasi
Jawab :
A = 40.60 = 2400 cm2
N = - 6 ton (tekan) = - 6000 kg
M = 6,5 tm = 650.000 kg cm
W = (1/6)hb2 = (1/6).(40).(60)2
W = 24.000 cm3 (M yang ada My)
N M 6000 650000
σ11 - - 29,58 kg/cm 2
A W 2400 24000
N M
σ 2 2 2,5 27,08 24,58 kg/cm 2
A W
2. Suatu Penampang balok 20/30 dibebani gaya tarik N = 10 ton eksentris 10 cm seperti terlihat pada
gambar.
Ditanya: Tegangan dan diagramnya..?
1 2 1
W = bh .20.302 3000 cm 3
6 6
N M 10000 100000
11 - 16,67 - 33,33 -16,67 kg/c 2
σ A W 600 3000
N M
22 16,67 33,33 50 kg/c 2
A W
1
σ
I .20.30 3
45000
Yn x 12 7,5 cm (lihat skets)
e y .A 10.600 6000
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
38
3. Suatu Penampang balok 20/40 dibebani gaya tarik 20 t. Posisi eksentris ex = 5 cm & ey = 15 cm,
seperti gambar.
Ditanya : Hitunglah Besar Tegangan dan Gambarkan diagramnya…?
1
Wx 20.402 5333,33 cm 3
6
My = 20000.5 = 100.000 kg cm
1
Wy 40.202 2666,67 cm 3
6
Sehingga didapatkan :
1
.20.403
Ix
Yn 12 8,89 cm
e y .A 15.800
1
.40.203
Iy
Xn 12 6,67 cm
e x .A 5.800
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
39
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
40
PENYELESAIAN :
Spesifikasi Penampang
Luas A = bh ;
1 3 1
Ix bh dan Iy hb3
12 12
Koordinat Inti ;
Iy Ix
Xn dan Yn
e x .A e y .A
1 1
hb 3 - hb 3
b 12 b b 12 b
Untuk e = - ; Xn = - = ; e = Xn = = -
x 2 b 6 x 2 b 6
- bh bh
2 2
1 1
bh 3 - bh 3
h 12 b h 12 h
Untuk e = - Þ Yn = - = ; e = Yn = = -
y 2 h 6 y 2 b 6
- bh bh
2 2
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
41
Jawab :
Spesifikasi Penampang
πD 2 πD 4
Luas : A ; Inersia : I
4 64
Koordinat Inti :
I
Xn Yn
e.A
πD 4
D D I 64 πD 4 8 D
Untuk e x e y ; ex . 3
.A D . πD 64 πD
2
2 2 D 8
2 2 4
D D
Sehingga jari - jari inti r 2.e x .2
8 4
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
42
6. Suatu kolom kayu tinggi 3 m dengan jenis kayu kelas I mutu A, dengan kedua ujung sendi
mengalami gaya tekan ultimate sebesar 40 kN, dimensi kayu 80mm x 100mm, tentukan apakah kayu
cukup kuat untuk menahan gaya tekan yang bekerja. (Asumsi: tidak ada penahan lateral, kondisi
terlindung kering udara dan dengan pembebanan tetap ) 3
Pembahasan :
1. Hitung Angka Kelangsingan
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
43
3. Kontrol Tegangan Tekuk kayu, jika diketaui Tegangan Ijin (ijin ) = 13 Mpa
4. Karena Tegangan yang terjadi Lebih Besar dari Tegangan yang diijinkan, maka penampang
balok kayu di ubah, sehingga didapatkan :
Hitung angka kelangsingan :
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
44
Kontrol Tegangan Tekuk yang terjadi, , jika diketaui Tegangan Ijin (ijin ) = 13 Mpa
MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016