Anda di halaman 1dari 44

1

I. PENGERTIAN UMUM
1.1 PERILAKU LENTUR BALOK
Balok ataupun batang lentur adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak
dijumpai pada setiap struktur.
Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu
longitudinalnya. Hal ini menyebabkan balok itu melentur.
Perhatikan Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 di bawa ini :

Gambar 1.1 Gambar 1.2

Dari Gambar 1.1, sebuah balok ditumpu sederhana. Tumpuan tersebut adalah sendi di ujung kiri
dan rol di ujung kanan, akan menghasilkan suatu kondisi yang dapat diperlakukan dengan mudah
secara matematis, misalnya untuk mencari reaksi, momen, geser lintang dan defleksi.
Sedangkan pada Gambar 1.2 diperlihatkan balok kantilever yang mempunyai tumpuan jepit di ujung
kiri. Jenis tumpuan demikian memberikan reaksi vertikal dan horizontal, juga tahanan rotasi.
Tumpuan jepit seperti ini cukup untuk mempertahankan keseimbangan statis balok.

Dari kedua Gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa Apabila suatu balok dibebani, maka akan
mengalami deformasi atau perubaan berupa Lenturan (Deflected).

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
2

1.2 TEORI DASAR LENTURAN


Deformasi adalah salah satu kontrol kestabilan suatu elemen balok terhadap kekuatannya.
Biasanya deformasi dinyatakan sebagai perubahan bentuk elemen struktur dalam bentuk lengkungan
(berupa lendutan) di tengah bentang (y) untuk balok 2 perletakan dan putaran sudut di A dan B (ӨA
dan ӨB) tergantung pada harga EI.

“EI” disebut Kekakuan Lentur;


E = Elastisitas Bahan
I = Momen Inersia bahan/balok
→ Makin besar Besar Nilai EI,
makin KECIL NILAI LENDUTAN dan
SUDUT PUTAR

Untuk dapat menurunkan persamaan matematis lenturan yang terjad i pada suatu batang
struktur, diambil beberapa persyaratan dan asumsi sbb.
a. Bahan dari batang masih dalam kondisi elastis selama pembebanan
b. Besarnya lenturan akibat gaya geser kecil sekali dibanding dengan lenturan yang terjadiakibat beban
momen (hanya untuk batang yang relatif panjang).
c. Besarnya modulus elastisitas (E) dan momen inertia (I) konstan sepanjang batang
yangditinjau. Apabila besaran E atau I tidak konstan, fungsi matematis kedua besaran tersebut
terhadap panjang batang harus diketahui.
d. Struktur bahan sepanjang batang dianggap homogin, sehingga deformasi yang terjadi akibat beban selalu kontinyu.
Dengan demikian bentuk lenturan yang terjadi berupa suatu curva yang kontinyu dan terdapat
bidang netral ditengah-tengah batang pada waktu terjadilenturan.
e. Besarnya lenturan yang terjadi kecil sekali dibanding panjang batang, sehingga kwadrat dari besaran
sudut lenturannya dapat diabaikan

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
3

II. METODE UNTUK MENENTUKAN BESAR LENDUTAN DAN SUDUT PUTAR


Ada beberapa Metode yang dapat digunakan untuk menentukan Besarnya Deformasi (Lendutan) suatu
Struktur dan Besar Sudut Putarnya, yaitu :

1. Metode Beban Satuan (Unit Load) / Prinsip Kerja Maya


 Metode ini ditemukan oleh John Bernoulli pada Taun 1717.
 Prinsip kerja metode ini adalah Kerja/Work didapatkan dari hasil perkalian Gaya dengan
Simpangan sesuai dengan Arah Gaya yang ditinjau.

2. Metode Turunan Parsial – Teorema Castigliano


 Metode ini ditemukan ole Ir. Alberto Castigliano dari Italia pada Taun 1873.
 Prinsip Kerja metode ini adalah lenturan yang terjadi pada titik pada sebuah batang
merupakan turunan parsial dari persamaan energi yang tersimpan didalam batang akibat
beban yang bekerja, terhadap gaya yang bekerja pada titik tersebut.

3. Metode Bidang Momen (Momen Area)


 Prinsip kerja metode ini adalah dengan memanfaatkan sifat-sifat dari persamaan matematis
lenturan.
 Luas bidang momen tidak dicari dengan menurunkan persamaannya, tetapi dengan cara
menghitung luasan yang terjadi secara geometri.

4. Metode Balok Padanan (Conjugate Beam)


 Metode ini dikembangkan oleh Otto Mohr pada tahun 1868
 Prinsip dasarnya adalah Analogi hubungan antara Beban, Gaya Geser dan Momen Lentur
dengan Slope (Rotasi) dan Defleksi (Lendutan)

Pada Mata Kulian Mekanika Rekayasa ini. Kita ana akan membaas Peritungan besar Lendutan dengan
Metode Balok Padanan (Conjugate Beam).

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
4

III. METODE BALOK PADANAN (CONJUGATE BEAM)


 Metode ini dikembangkan oleh Otto Mohr pada tahun 1868
 Prinsip dasarnya adalah Analogi hubungan antara Beban, Gaya Geser dan Momen Lentur dengan
Slope (Rotasi) dan Defleksi (Lendutan)
 Syarat-syarat Balok Conjugate, sbb:
1. Bentangnya = balok bentang sebenarnya
2. Balok Conjugate dibebani oleh (M/EI) .
3. Gaya lintang pada potongan balok Conjugate merupakan sudut putaran pada potongan tersebut di
balok sebenarnya.
4. Momen pada suatu balok Conjugate = lendutan pada potongan di balok sebenarnya.

 Jadi Jika (M/EI) diberlakukan sebagai Beban pada Balok Conjugate, maka Geser dan Momen
Lentur pada Balok Conjugate merupakan Rotasi dan Defleksi pada Balok Asli.

 Definisi Balok Conjugate adalah Balok Fiktif yang sama panjangnya seperti pada Balok Aslinya tetapi
mungkin mempunyai Tumpuan yang berbeda yang di bebani oleh Diagram (M/EI) dari balok asli
sedemikian rupa seingga Gaya Geser dan Momen Lentur pada suatu titik pada balok conjugate
merupakan Putaran Sudut dan Lendutan pada balok aslinya.

Teori Moh’r Untuk Balok Conjugate :


1. T-MOH’R I :
Sudut Rotasi (Ө) adalah “Reaksi/Gaya Lintang” dari (M/EI) sebagai bidang muatan.
2. T-MOH’R II :
Lendutan (y) adalah “Momen/Statis Momen” dari (M/EI) sebagai bidang muatan.

𝑹′𝑨 = 𝜽𝑨
𝑹′𝑩 = 𝜽𝑩
𝑴𝑪 = ∆𝑪

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
5

 TAHAP PENENTUAN LENDUTAN DAN SUDUT ROTASI :


a. Akibat beban/gaya luar, dilakukan : menentukan reaksi dan gambar bidang momen dan
Lintang.
b. Mengubah konstruksi asli menjadi balok Conjugate
c. Membebani balok Conjugate dengan (M/EI) sebagai beban.
d. Dari (M/EI) dicari :
 Sudut rotasi (Ө) → prinsip “Gaya Lintang”.
 Lendutan (y) → prinsip “Momen/Statis M”.
e. Perubahan Jenis Tumpuan dari Balok Sebenarnya menjadi Balok Conjugate

No Balok Asli Balok Conjugate


1 Tumpuan Jepit Tumpuan Bebas
2 Tumpuan Bebas Tumpuan Jepit
3 Tumpuan Balok Sederhana Tumpuan Balok Sederhana

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
6

IV. HUBUNGAN ANTARA BALOK SESUNGGUHNYA DENGAN BALOK CONJUGATE


4.1 TUMPUAN SENDI – SENDI

[ Balok Sebenarnya ] [ Balok Conjugate ]

TITIK A - TUMPUAN SENDI –


A  Ada , R A  Ada
YA = 0 , MA = 0

TITIK B - TUMPUAN SENDI –


B  Ada , R B  Ada
YB = 0 , MB = 0

4.2 TUMPUAN SENDI – ROLL

[ Balok Sebenarnya ] [ Balok Conjugate ]

TITIK A - TUMPUAN SENDI –


A  Ada , R A  Ada
YA = 0 , MA = 0

TITIK B - TUMPUAN ROLL –


B  Ada , R B  Ada
YB = 0 , MB = 0

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
7

4.3 TUMPUAN BEBAS – JEPIT

[ Balok Sebenarnya ] [ Balok Conjugate ]

TITIK A - TUMPUAN BEBAS –


A = 0 , RA = 0
YA = 0 , MA = 0

TITIK B - TUMPUAN JEPIT –


B  Ada , R B  Ada
YB = 0 , M B  Ada

4.4 TUMPUAN JEPIT – SENDI

[ Balok Sebenarnya ] [ Balok Conjugate ]

TITIK A - TUMPUAN BEBAS –


A = 0 , RA = 0
YA = 0 , MA = 0

TITIK B - TUMPUAN SENDI –


B  Ada , R B  Ada
YB = 0 , MB = 0

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
8

V. CARA MENENTUKAN BESAR LENDUTAN DAN SUDUT PUTAR DARI BEBERAPA BALOK
SEDERHANA (STRUKTUR STATIS TERTENTU – SST)
5.1 TUMPUAN JEPIT – BEBAS , BEBAN TERPUSAT

Langkah :

1. Gambar Bidang Momen


2. Menentukan Besar Titik Berat (Q)
3. Menentukan Reaksi Tumpuan
 yang akan menjadi Nilai Besar
sudut Putar ()
4. Menentukan Besar Momen Statis
 yang akan menjadi Nilai Besar
Lendutan (y)

𝟏 𝑷𝑳 𝑷𝑳𝟐
 𝑸 = 𝟏⁄𝟐 . 𝑳. 𝒕 = . 𝑳. =
𝟐 𝑬𝑰 𝟐𝑬𝑰

 Mengitung Reaksi Tumpuan , V = 0


𝑷𝑳𝟐
𝑹𝑩 = 𝑸 =
𝟐𝑬𝑰

𝑷𝑳𝟐
 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝑷𝒖𝒕𝒂𝒓 = 𝑩 = 𝑹𝑩 =
𝟐𝑬𝑰
 Mengitung Momen Statis
𝑷𝑳𝟐
𝟐𝑳 𝑸.𝟐𝑳 ( ).𝟐𝑳 𝑳𝟑 𝑷
𝟐𝑬𝑰
𝑴𝑩 = − (−𝑸. ) = = =
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑𝑬𝑰

𝑳𝟑 𝑷
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑩 = 𝑴𝑩 =
𝟑𝑬𝑰

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
9

5.2 TUMPUAN JEPIT – BEBAS , BEBAN MERATA

Langkah :

1. Gambar Bidang Momen


2. Menentukan Besar Titik Berat (Q)
3. Menentukan Reaksi Tumpuan
 yang akan menjadi Nilai Besar
sudut Putar ()
4. Menentukan Besar Momen Statis
 yang akan menjadi Nilai Besar
Lendutan (y)

 Bidang Momen :
𝟏 𝒒
𝑴 = 𝒒𝑳. ( . 𝑳) = . 𝑳𝟐
𝟐 𝟐

𝑳 𝒒𝑳𝟐 𝒒𝑳𝟑
 𝑸= . =
𝟑 𝟐𝑬𝑰 𝟔𝑬𝑰

 Mengitung Reaksi Tumpuan , V = 0


𝒒𝑳𝟑
𝑹𝑩 = 𝑸 =
𝟔𝑬𝑰
𝒒𝑳𝟑
 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓𝑺𝒖𝒅𝒖𝒕 𝑷𝒖𝒕𝒂𝒓 = 𝑩 = 𝑹𝑩 =
𝟔𝑬𝑰
 Mengitung Momen Statis
𝟑𝑳 𝒒𝑳𝟑 𝟑𝑳 𝒒𝑳𝟒
𝑴𝑩 = − (−𝑸. )= . =
𝟒 𝟔𝑬𝑰 𝟒 𝟖𝑬𝑰

𝒒𝑳𝟒
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑩 = 𝑴𝑩 =
𝟖𝑬𝑰

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
10

5.3 TUMPUAN SENDI – ROLL, BEBAN TERPUSAT

Langkah :

1. Gambar Bidang Momen


2. Menentukan Besar Titik Berat (Q)
3. Menentukan Reaksi Tumpuan
 yang akan menjadi Nilai Besar
sudut Putar ()
4. Menentukan Besar Momen Statis
 yang akan menjadi Nilai Besar
Lendutan (y)

𝑷𝒂𝒃 𝑳 𝑷𝒂𝒃
 𝑸= 𝒙 =
𝑳 𝟐 𝟐𝑬𝑰

 Mengitung Reaksi Tumpuan


𝑷𝒃 𝑷𝒂
𝑹𝑨 = ; 𝑹𝑩 =
𝑳 𝑳
𝑳+𝒃
𝑸. (
𝑹𝑨 = 𝟑 )= 𝑷𝒂𝒃 (𝑳 + 𝒃) 𝑷𝒂𝒃
. = (𝑳 + 𝒃)
𝑳 𝟐𝑬𝑰 𝟑𝑳 𝟔𝑳𝑬𝑰
𝑳+𝒂
𝑸. (
𝑹𝑩 = 𝟑 )= 𝑷𝒂𝒃
(𝑳 + 𝒂)
𝑳 𝟔𝑳𝑬𝑰

 Sehingga Besar Sudut Pusat didapatkan :


𝑷𝒂𝒃 𝑷𝒂𝒃
𝜽𝑨 = 𝑹𝑨 = (𝑳 + 𝒃) 𝒅𝒂𝒏 𝜽𝑩 = 𝑹𝑩 = (𝑳 + 𝒂)
𝟔𝑳𝑬𝑰 𝟔𝑳𝑬𝑰

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
11

 Jika panjang a = b = ½.L maka


𝟏 𝟏
𝑷 ( 𝑳) ( 𝑳) 𝟑 𝑷𝑳𝟐
𝑹𝑨 = 𝟐 𝟐 . ( 𝑳) =
𝟔𝑳𝑬𝑰 𝟐 𝟏𝟔𝑬𝑰

𝑷𝑳𝟐
→ 𝜽𝑨 = 𝑹𝑨 =
𝟏𝟔𝑬𝑰

 Mengitung Momen Statis


𝑷𝒂𝒃 𝑷𝒂𝟐 𝒃
𝑴𝑪 = 𝑹 𝑨 𝒙 𝒂 = [ (𝑳 + 𝒃)] 𝒙 (𝒂) = (𝑳 + 𝒃)
𝟔𝑳𝑬𝑰 𝟔𝑳𝑬𝑰

𝑷𝒂𝟐 𝒃
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑪 = 𝑴𝑪 = (𝑳 + 𝒃)
𝟔𝑳𝑬𝑰

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
12

5.4 TUMPUAN SENDI – ROLL, BEBAN MERATA

Langkah :

1. Gambar Bidang Momen


2. Menentukan Besar Titik Berat (Q)
3. Menentukan Reaksi Tumpuan
 yang akan menjadi Nilai Besar
sudut Putar ()
4. Menentukan Besar Momen Statis
 yang akan menjadi Nilai Besar
Lendutan (y)

𝟐 𝑳 𝑳𝒉 𝒒𝑳𝟐 𝑳 𝒒𝑳𝟑
 𝑳= 𝒉. = → 𝑸𝟏 = . =
𝟑 𝟐 𝟑 𝟖𝑬𝑰 𝟑 𝟐𝟒𝑬𝑰

𝟐𝑳 𝒒𝑳𝟐 𝒒𝑳𝟑
 𝑸= . =
𝟑 𝟖𝑬𝑰 𝟏𝟐𝑬𝑰

 Mengitung Reaksi Tumpuan


𝒒𝑳𝟑
𝑹𝑨 = 𝑹 𝑩 =
𝟐𝟒𝑬𝑰

 Sehingga Besar Sudut Pusat didapatkan :


𝒒. 𝑳𝟑
𝜽𝑨 = 𝑹𝑨 = 𝜽𝑩 = 𝑹𝑩 =
𝟐𝟒𝑬𝑰

 Mengitung Momen Statis


𝟏 𝟑 𝑳 𝒒.𝑳𝟑 𝟏 𝒒.𝑳𝟑 𝟑𝑳 𝟓.𝒒.𝑳𝟒
𝑴𝑪 = [𝑹𝑨 . ] − [𝑸𝟏 . . ] = [ . ]−[ . ]=
𝟐 𝟖 𝟐 𝟐𝟒𝑬𝑰 𝟐 𝟐𝟒𝑬𝑰 𝟏𝟔 𝟑𝟖𝟒𝑬𝑰

𝟓. 𝒒. 𝑳𝟒
→ 𝑩𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑳𝒆𝒏𝒅𝒖𝒕𝒂𝒏 = 𝒀𝑪 = 𝑴𝑪 =
𝟑𝟖𝟒𝑬𝑰

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
13

I. PENGERTIAN UMUM
1.1 PENGERTIAN KOLOM
 Kolom merupakan jenis elemen struktur yang memilki dimensi longitudinal jauh lebih besar
dibandingkan dengan dimensi transversalnya dan memiliki fungsi utama menahan gaya aksial
tekan. kolom tidak mengalami lentur secara langsung, karena tidak ada beban tegak lurus
terhadap sumbunya.
 Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse)
seluruh struktur (Sudarmoko, 1996)
 SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
 Beberapa fungsi dari Kolom :
a. Kolom merupakan batang Tekan.
b. Menahan Beban-beban dari Struktur Balok dan Rangka Atap diatasnya
c. Meneruskan Beban-beban pada suatu konstruksi ke Pondasi.
d. Meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-
barang), serta beban hembusan angina

1.2 KATEGORI KOLOM


1.2.1 Jenis-jenis Kolom
 Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986), ada 3 jenis kolom :
1. Kolom ikat (tiecolumn)
2. Kolom spiral (spiralcolumn)
3. Kolom komposi (compositcolumn)
 Menurut Istimawan Dipohusodo (1994)
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton y a n g
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
j a r a k s p a s i tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral.

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
14

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya s a j a
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adala tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang
kolom.
3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.(c). Merupakan komponen struktur
tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan
atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

1.2.2 Kategori Kolom


1. Kolom Pendek
 Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjangnya dengan
dimensi penampang relative kecil.
 Dalam merencanakan kolom pendek, masalah Tekuk tidak perlu di perhatikan karena
pengaruhnya sangat kecil.
 Apabila beban yang diterima terlalu besar atau berlebihan, maka kolom pendek umumnya
akan Gagal karena hancurnya Material, yaitu lelehnya baja tulangan atau hancurnya
beton.
2. Kolom Panjang
 Elemen struktur kolom dengan Dimensi arah memanjang jauh lebih besar dibandingkan
dimensi arah lateral.
 Dalam merencanakan kolom panjang, masalah Tekuk sangat perlu di perhatikan karena
kegagalan kolom ini ditentukan oleh Tekuk. Keruntuan kolom akibat Tekuk yang besar.

1.3 PERILAKU KOLOM


 Berdasarkan posisi beban, kolom dibedakan menjadi 2 yaitu kolom dengan beban sentris dan
kolom dengan beban eksentris. Kolom dengan beban sentris mengalami gaya aksial dan tidak
mengalami momen lentur.
 Pada kolom panjang yang mempunyai kekakuan lebi besar teradap satu sumbu (sumbu kuat)
dibandingkan dengan terhadap sumbu lainna (sumbu lema) maka akan menekuk terhadap Sumbu
Lemah.
 Kondisi Ujung atau Tumpuan sangat mempengaruhi besar beban kritis. Apabila kedua kolom
Identik, hana berbeda pada kondisi ujung/tumpuannya, maka kolom yang mempunyai
ujungtumpuan Jepit dapat memikul beban Lebih Besar daripada Kolom yang Berujung/Tumpuan
Sendi

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
15

 Hubungan umum antara panjang kolom dengan Beban tekuk :


Kegagalan pada kolom pendek adalah kehancuran material.
Kegagalan pada kolom panjang adalah karena tekuk, semakin panjang suatu kolom, semakin
kecil kapasitas pikul bebannya.

P (Beban Tekuk)

L (panjang Kolom)

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
16

II. TEORI TEKUK (BUCKLING)


2.1 PENGERTIAN UMUM
2.1.1 PENGERTIAN TEKUK
Buckling stress (Tegangan Tekuk) adalah ketidakstabilan yang mengarah ke modus kegagalan.
Tegangan tekuk bisa disebut juga sebagai suatu proses dimana suatu struktur tidak mampu
mempertahankan bentuk aslinya.
Konsekuensi buckling pada dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar
sehingga akan mengubah bentuk struktur.

2.1.2 PENYEBAB TERJADINYA TEKUK


Tegangan tekuk biasa terjadi bila ada kelebihan beban, contoh yang biasa kita temui setiap hari
seperti tegangan tekuk pada jembatan, kulit logam pada konstruksi pesawat atau sayap dengan
beban torsional yang berlebihan.
Tekuk adalah hasil dari tindakan kompresi. Secara keseluruhan torsi atau geser juga dapat
menyebabkan tekuk.

2.1.3 PENYEBAB TERJADINYA TEKUK


Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan panjang.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Panjang Kolom
Kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang elemennya. Faktor
lain yang menentukan besar beban tekuk adalah yang berhubungan dengan karakteristik
kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan ukuran penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan distribusinya.
Pada elemen struktur berbentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau
lingkaran) tidak mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
17

distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada umumnya dapat
dinyatakan dengan momen inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-
beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit.

2.2 TEORI EULER


2.2.1 Beberapa penelitian tentang Tekuk Kolom sudah pernah di lakukan oleh beberapa Ilmuwan,
antara lain :
 Teori tekuk kolom pertama kali dikemukakan oleh Leonhardt Euler (1759). Euler melakukan
percobaan dimana sebuah kolom memiliki beban konsentris yang semula lurus dan seratnya tetap
elastis sehingga tekuk yang terjadi akan mengalami lengkungan kecil seperti pada gambar di
bawa ini.

 Teori Selanjutnya di kemukakan oleh Considered dan Esengger (1889). Keduanya menemukan
bahwa Kolom dengan panjang yang umum akan hancur akibat tekuk inelastic dan bukan akibat
tekuk elastis.
 Kemudian Shanley (1946) , menemukan teori bahwa Kolom masih mampu memikul beban aksial
yang lebih besar walaupun telah melentur, tetapi kolom mulai melentur pada saat mencapai
beban yang disebut beban tekuk.
Dari ketiga teori tersebut, yang akan dibahas adalah dengan Teori Euler.

2.2.2 Pembatasan Rumus Euler


 Teori yang dikemukakan oleh Leonhard Euler pada tahun 1744 didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut :
a. Kolom yang dianalisis berbentuk lurus sempurna.
b. Beban aksial tekan bekerja secara sentris pada penampang kolom.
c. Dimensi longitudinal kolom jauh lebih besar dibandingkan dimensi transversalnya

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
18

 Kehancuran akibat tekuk terjadi setelah sebagian penampang melintang meleleh pada keadaan
umum. Keadaan seperti ini disebut tekuk in-elastic (tidak elastis). Tekuk murni akibat beban aksial
terjadi bila anggapan-anggapan ini berlaku, yaitu sebagai berikut:
1. Sifat tegangan-regangan tekan sama diseluruh titik pada penampang
2. Tidak ada tegangan internal seperti akibat pendinginan setelah penggilingan (rolling)
3. Kolom lurus sempurna dan prismatis
4. Resultante beban bekerja melalui sumbu pusat batang sampai batang mulai melentur
5. Kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendi-sendi ekivalen dapat
ditentukan.
6. Teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku dan gaya geser dapat
diabaikan.
7. Puntiran atau distorsi pada penampang lintang tidak terjadi selama melentur

 Rumus Euler berlaku untuk keadaan Elastis (Tekuk Elastis), seingga didapat Tegangan Kritis :
𝑃𝑐𝑟 𝜋 2 . 𝐸. 𝐼
𝜎𝑐𝑟 = → 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑐𝑟 =
𝐴 (𝐿𝑘)2

𝜋2. 𝐸 𝐼 𝐼
𝜎𝑐𝑟 = . → 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑟 = √
(𝐿𝑘)2 𝐴 𝐴

𝜋2. 𝐸 𝐿𝑘
𝜎𝑐𝑟 = → 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛  =
[(𝐿𝑘)2⁄𝑟 2 ] 𝑟

𝜋2. 𝐸
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 → 𝜎𝑐𝑟 =
[ ]2

Dimana :
𝜎𝑐𝑟 = tegangan rata-rata pada penampang
𝑃𝑐𝑟 = Beban Tekuk Kritis (kg)
𝐸 = modulus Elastisitas (kg/cm2)
𝐼 = Momen Inersia (cm4)
𝐿𝑘 = Panjang Kolom (cm)
 = Angka Kelangsingan
𝑟 = Jari—jari Kelembaban

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
19

 Kekakuan kolom Euler dapat digambarkan dengan grafik Hubungan Beban Kritis (Pcr) dengan
Deformasi () seperti pada Gambar dibawa ini ::

Dari grafik dapat dilihat bahwa sampai beban Euler dicapai, kolom harus tetap lurus.

2.2.3 Pengaruh Bentuk Penampang Kolom pada Tekuk


 Dalam perencanaan suatu struktur kolom, akan ditemukan berbagai macam bentuk penampang
ang bervariasi, sesuai dengan kebutuan dan design ang diinginkan.
Akibat dari variasi beberapa bentuk penampang tersebut, maka akan di dapatkan nilai besar
Tekuk yang berbeda-beda pula.

𝐼
Bentuk kolom dinyatakan dengan : 𝑟 = √ 𝐴𝑥

Jika Ix Besar, maka r Besar , Secara pendekatan : I = r2.A

 Beberapa Bentuk penampang kolom yang Umum digunakan :

b D

r = 0,289 b r = 0,25 r = 0,40 r = 0,23


D

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
20

2.2.4 Rumus Euler pada Konstruksi Kayu


 Bila Angka Kelangsingan  > 100, maka berlaku Rumus Euler.
 Untuk  > 100, maka factor keamanan n = 3.5
 Untuk 100 <  < 150, maka factor keamanan n = 3.5 – 4
 Nilai Faktor Tekuk 
3
𝜔= . 𝑉. 2 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉 = 2.5 + 10−2 . 
3500

 Bila Angka Kelangsingan 0 <  < 100, maka berlaku Rumus Tetmaer (Den Hartog, 1949)
 Nilai Faktor Tekuk 
300
𝜔=
−2 + 300

2.2.5 Tahapan Perhitungan untuk mendapatkan Besar Tekuk


1. Hitunglah panjang tekuk (Lk) , dilihat dari Tumpuan yang di gunakan.

I min
2. Hitung Besar “r”  r
A

lk
3. Hitung Angka Kelangsingan “”  λ
r

4. Lihat dari Daftar Peraturan “”, maka diperoleh besar “”

P
5. Kemudian cek  tj  . σ
A
Jika TIDAK terpenuhi, maka Harus diperbesar kekakuan kolom ;
perbesar penampang / perpendek Lk.

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
21

III. PENURUNAN RUMUS TEORI EULER


3.1 KOLOM DENGAN TUMPUAN SENDI – SENDI
𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝒅𝒙𝟐

𝒅𝟐 𝒚 𝒅𝟐 𝒚
𝑬𝑰. = −𝑷𝒚 → 𝑬𝑰. + 𝑷𝒚 = 𝟎
𝒅𝒙𝟐 𝒅𝒙𝟐

𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑷
𝟐
+ 𝒚 = 𝟎 → 𝒌𝟐 =
𝒅𝒙 𝑬𝑰 𝑬𝑰

𝒅𝟐 𝒚
+ 𝒌𝟐 𝒚 = 𝟎
𝒅𝒙𝟐

𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶ 𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙

Nilai A dan B adalah konstanta yang tergantung pada kondisi batas.


Kondisi Batas untuk x = 0 dan y = 0, sehingga menjadi :
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙
𝟎 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝟎 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝟎
𝟎 = 𝑨 + 𝟎 → 𝑨 = 𝟎, 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒚 = 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙

Kondisi batas untuk x = L dan y = 0, sehingga menjadi :


𝒚 = 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙
𝟎 = 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝑳 → 𝑩 ≠ 𝟎, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝟎 = 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝑳
→ 𝒌𝑳 = 𝝅
𝝅𝟐
→ 𝒌𝟐 𝑳𝟐 = 𝝅𝟐 , 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒌𝟐 =
𝑳𝟐
𝑷 𝑷 𝝅𝟐
→ 𝒌𝟐 = , 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 = 𝟐
𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝑳

𝑫𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑲𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 ∶


𝝅𝟐 . 𝑬𝑰
𝑷𝒄𝒓 =
𝑳𝟐

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
22

3.2 KOLOM DENGAN TUMPUAN SENDI – JEPIT


𝑴𝟎
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 + 𝑴𝟎 − (𝑳 − 𝒙)
𝑳

𝑴𝟎 𝒙 𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 + 𝑴𝟎 − 𝑴𝟎 + → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝟐
𝑳 𝒅𝒙

𝑴𝟎 𝒙 𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 + → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝟐
𝑳 𝒅𝒙

𝒅𝟐 𝒚 𝑴𝟎 𝒙
𝑬𝑰. 𝟐
= −𝑷𝒚 +
𝒅𝒙 𝑳

𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑴𝟎 𝒙 𝟐
𝑷 𝒅𝟐 𝒚 𝟐
𝑴𝟎 𝒙
+ 𝒚 = → 𝒌 = , ↔ + 𝒌 𝒚 = .
𝒅𝒙𝟐 𝑬𝑰 𝑬𝑰𝑳 𝑬𝑰 𝒅𝒙𝟐 𝑬𝑰 𝑳

𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶
𝑴𝟎 𝒙
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝒌𝟐 𝑬𝑰 𝑳

𝑴𝟎 𝒙
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝑷 𝑳

Nilai A dan B adalah konstanta yang tergantung pada kondisi batas.


Kondisi Batas untuk x = 0 dan y = 0, sehingga menjadi :
𝑴𝟎 𝒙
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝑷 𝑳
𝑴𝟎 𝟎
𝟎 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝟎 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝟎 + .
𝑷 𝑳
𝑴𝟎 𝒙
→ 𝑨 = 𝟎, 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒚 = 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝑷 𝑳

Kondisi batas untuk x = L dan dy/dx = 0, sehingga menjadi :


𝒅𝒚 𝑴𝟎 𝟏 𝑴𝟎
= 𝑩𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + . → 𝟎 = 𝑩𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 +
𝒅𝒙 𝑷 𝑳 𝑷𝑳

𝑴𝟎
𝑩=−
𝑷 . 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
23

Seingga persamaan menjadi :


𝑴𝟎 𝑴𝟎 𝒙
𝒚=− 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + .
𝑷 . 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 𝑷 𝑳

𝑴𝟎 𝒙 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙
𝒚= .[ − ]
𝑷 𝑳 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳

Kondisi batas untuk x = L dan y = 0, sehingga menjadi :


𝑴𝟎 𝒙 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙
𝒚= .[ − ]
𝑷 𝑳 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳

𝑴𝟎 𝑳 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝑳 𝑴𝟎
𝟎= .[ − ] → ≠𝟎
𝑷 𝑳 𝒌𝑳 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 𝑷

√𝟐𝝅
→ 𝒌𝑳 = √𝟐𝝅, 𝒌 =
𝑳
𝟐𝝅𝟐 𝑷
→ 𝒌𝟐 = → 𝒌𝟐 =
𝑳𝟐 𝑬𝑰
𝑷 𝟐𝝅𝟐
𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 = 𝟐
𝑬𝑰 𝑳

𝑫𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑲𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 ∶


𝟐𝝅𝟐 . 𝑬𝑰
𝑷𝒄𝒓 =
𝑳𝟐

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
24

3.3 KOLOM DENGAN TUMPUAN JEPIT – JEPIT


𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = −𝑷𝒚 + 𝑴𝟎 → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝒅𝒙𝟐

𝒅𝟐 𝒚
𝑬𝑰. 𝟐 = −𝑷𝒚 + 𝑴𝟎
𝒅𝒙

𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑴𝟎 𝑷 𝒅𝟐 𝒚 𝑴𝟎
𝟐
+ 𝒚= → 𝒌𝟐 = , ↔ 𝟐
+ 𝒌𝟐 𝒚 =
𝒅𝒙 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝒅𝒙 𝑬𝑰

𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶
𝑴𝟎
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 +
𝒌𝟐 𝑬𝑰

Nilai A dan B adalah konstanta yang tergantung pada kondisi batas.


Kondisi Batas untuk x = 0 dan y = 0, sehingga menjadi :
𝑴𝟎
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 +
𝒌𝟐 𝑬𝑰
𝑴𝟎
𝟎 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝟎 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝟎 + 𝟐
𝒌 𝑬𝑰
𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝟎=𝑨+ 𝟐 → 𝑨=− 𝟐 ,
𝒌 𝑬𝑰 𝒌 𝑬𝑰
𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒚 = − 𝟐 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝟐
𝒌 𝑬𝑰 𝒌 𝑬𝑰

Kondisi batas untuk x = 0 dan dy/dx = 0, sehingga menjadi :


𝒅𝒚
= 𝑨𝒌 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝑩𝒌 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 → 𝟎 = 𝑨. 𝟎 + 𝑩. 𝟏 → 𝑩 ≠ 𝟎
𝒅𝒙

Seingga persamaan menjadi :


𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝒚=− 𝟐
𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝟐 → 𝑷 = 𝒌𝟐 𝑬𝑰
𝒌 𝑬𝑰 𝒌 𝑬𝑰

𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝒚= − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙
𝑷 𝑷

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
25

Kondisi batas untuk x = L dan y = 0, sehingga menjadi :


𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝒚= − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙
𝑷 𝑷

𝑴𝟎 𝑴𝟎
𝟎= . (𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙) → ≠𝟎
𝑷 𝑷
𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 = 𝟎 → 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 = 𝟏
𝟐𝝅
→ 𝒌𝑳 = 𝟐𝝅, 𝒌 =
𝑳
𝟒𝝅𝟐 𝑷
→ 𝒌𝟐 = → 𝒌𝟐 =
𝑳𝟐 𝑬𝑰
𝑷 𝟒𝝅𝟐
𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 = 𝟐
𝑬𝑰 𝑳

𝑫𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑲𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 ∶


𝟒𝝅𝟐 . 𝑬𝑰
𝑷𝒄𝒓 =
𝑳𝟐

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
26

3.4 KOLOM DENGAN TUMPUAN BEBAS – JEPIT


𝒅𝟐 𝒚
𝑴𝒙 = 𝑷 (𝒂 − 𝒚) = 𝑷𝒂 − 𝑷𝒚 → 𝑴𝒙 = 𝑬𝑰. 𝒅𝒙𝟐

𝒅𝟐 𝒚 𝒅𝟐 𝒚
𝑬𝑰. 𝟐 = 𝑷𝒂 − 𝑷𝒚 → 𝑬𝑰. 𝟐 + 𝑷𝒚 = 𝑷𝒂
𝒅𝒙 𝒅𝒙

𝒅𝟐 𝒚 𝑷 𝑷 𝑷 𝒅𝟐 𝒚
𝟐
+ 𝒚= 𝒂 → 𝒌𝟐 = , ↔ + 𝒌𝟐 𝒚 = 𝒌𝟐 𝒂
𝒅𝒙 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝑬𝑰 𝒅𝒙𝟐

𝑺𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 ∶
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝒂

Nilai A dan B adalah konstanta yang tergantung pada kondisi batas.


Kondisi Batas untuk x = 0 dan y = 0, sehingga menjadi :
𝒚 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝒂
𝟎 = 𝑨𝒄𝒐𝒔 𝒌𝟎 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝟎 + 𝒂 → 𝟎 = 𝑨 + 𝒂 → 𝑨 = −𝒂
𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒚 = −𝒂𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝑩𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝒂

Kondisi batas untuk x = 0 dan dy/dx = 0, sehingga menjadi :


𝒅𝒚
= 𝒂𝒌 𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒙 + 𝑩𝒌 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 → 𝟎 = 𝑩𝒌 → 𝑩 ≠ 𝟎
𝒅𝒙
Seingga persamaan menjadi :
𝒚 = −𝒂𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙 + 𝒂 → 𝒚 = 𝒂(𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙)

Kondisi batas untuk x = L dan y = a, sehingga menjadi :


𝒚 = 𝒂(𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝒙) → 𝒂 = 𝒂(𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳)
𝒔𝒆𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 (𝟏 − 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳) = 𝟏 → 𝒄𝒐𝒔 𝒌𝑳 = 𝟎
𝝅 𝝅𝟐 𝟐𝝅𝟐
→ 𝒌𝑳 = → 𝒌𝟐 𝑳𝟐 = , 𝒅𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝟐 = 𝟐
𝟐 𝟐 𝑳
𝝅𝟐 𝑷 𝝅𝟐
→ 𝒌𝟐 = 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 =
𝟒𝑳𝟐 𝑬𝑰 𝟒𝑳𝟐

𝑫𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑲𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 ∶


𝝅𝟐 . 𝑬𝑰
𝑷𝒄𝒓 =
𝟒𝑳𝟐

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
27

3.5 TABEL-TABEL
3.5.1 Tabel Panjang Tekuk Efektif Kolom Ideal

3.5.2 Tabel Beben Kritis dari Kombinasi Tumpuan Kolom

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
28

3.5.3 Tabel Angka Kelangsingan dan Fakor Tekuk (PKKI 1961)

3.5.4 Tabel Tegangan Tekuk Ijin (PKKI 1961)

3.5.5 Tabel Modulus Elastisitas Kayu (PKKI 1961)

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
29

3.5.6 Tabel Angka Kelangsingan dan Fakor Tekuk (PKKI 1961)

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
30

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
31

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
32

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
33

I. TEGANGAN AKIBAT GAYA SENTRIS dan EKSENTRISITAS


 Untuk Penampang Segiempat :

N M
σ 
A W
Untuk Lentur 1 Arah
N Mx My
σ  
A Wx Wy
Untuk Lentur 2 Arah

 Untuk Penampang Selain segiempat


N Mx. y My.x
σ  
A Ix Iy

dengan :
σ = Tegangan Lentur
N = Gaya Normal (tekan / tarik)
Mx = Momen yang mengitari sumbu x
My = Momen yang mengitari sumbu y
Wx = Momen tahanan terhadap sb-x
Wy = Momen tahanan terhadap sb-y

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
34

My.x My.1 / 2b  1
σ  Wy  .h.b 2
Iy 1 / 12 hb 3 6

Mx.y Mx.1 / 2h 1
σ   Wx  .h.b 2
Ix 1 / 12 hb 3 6

II. MENENTUKAN KOORDINAT GARIS NETRAL

Rumus yang digunakan :

Iy Ix
Xn   & Yn  
e x .A e y .A

Tanda negative (-) dari rumus ini menunjukkan jika garis netral selalu berseberangan
dengan letak gaya N.
ex = eksentrisitas ke arah lebar penampang

ey = eksentrisitas ke arah tinggi penampang

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
35

I. DEFINISI UMUM

 Bidang Inti / Kern adalah tempat kedudukan titik-titik lokasi gaya normal (N) tekan/tarik dimana
tegangan yang terjadi pada penampang tersebut adalah sejenis/sama dengan gaya N yang ada.

II. TAHAP PERHITUNGAN INTI KERN PENAMPANG

1 2

3 3

A ½h
B
D
C
½h
4 4

1 2

½b ½b

Bila N bekerja di A, maka tegangan pada titik-titik yang terletak pada garis 4-4 = nol.
Bila di C, maka tegangan pada titik pada garis 3-3 = nol.
Bila di B, maka tegangan pada titik pada garis 1-1 = nol.
Bila di D, maka tegangan pada titik pada garis 2-2 = nol.

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
36

1 2

3 3

A ½h
B
D Iy Ix
C Xn   & Yn  
e x .A e y .A
½h
4 4
Catatan :
Garis 1-1, 2-2, 3-3 dan 4-4
1 2
disebut GARIS BUNGKUS (ENVELOPE).
½b ½b

Menunjukkan ada 1 (satu) harga tertentu setiap ex dan ey.


Semakin besar ex dan ey, maka Xn dan Yn semakin kecil.
Jika garis netral menyinggung penampang, maka letak N merupakan batas maximum eksentrisitas
(emax).
Bila batas-batas eksentrisitas max tersebut dihubungkan, maka terjadilah suatu bidang yang disebut
INTI PENAMPANG (KERN).
Pada bidang inti, apabila ditempatkan gaya N tekan/tarik, maka pada bidang penampang akan timbul
tegangan yang sifatnya bersesuaian dengan gaya normal yang bekerja.

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
37

1. Hitung dan gambarkan diagram tegangan yang terjadi pada dasar / plat pondasi

Jawab :
A = 40.60 = 2400 cm2
N = - 6 ton (tekan) = - 6000 kg
M = 6,5 tm = 650.000 kg cm

W = (1/6)hb2 = (1/6).(40).(60)2
W = 24.000 cm3 (M yang ada My)

N M 6000 650000
σ11   - -   29,58 kg/cm 2
A W 2400 24000
N M
σ 2 2    2,5  27,08  24,58 kg/cm 2
A W

2. Suatu Penampang balok 20/30 dibebani gaya tarik N = 10 ton eksentris 10 cm seperti terlihat pada
gambar.
Ditanya: Tegangan dan diagramnya..?

A = 30.20 = 600 cm2


N = +10 ton (tarik) = 10000 kg
M = N.e = 10 t . 10 cm = 100 t cm
= 100.000 kg cm

1 2 1
W = bh  .20.302  3000 cm 3
6 6

N M 10000 100000
11  -    16,67 - 33,33  -16,67 kg/c 2

σ A W 600 3000
N M
22    16,67  33,33  50 kg/c 2
A W
1
σ
I .20.30 3
45000
Yn   x   12    7,5 cm (lihat skets)
e y .A 10.600 6000

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
38

3. Suatu Penampang balok 20/40 dibebani gaya tarik 20 t. Posisi eksentris ex = 5 cm & ey = 15 cm,
seperti gambar.
Ditanya : Hitunglah Besar Tegangan dan Gambarkan diagramnya…?

Jawab : Identifikasi dulu Penampang ;


2
A = 20.40 = 800 cm
N = 20 ton = 20.000 kg (tarik)
Mx = 20000.15 = 300.000 kg cm

1
Wx  20.402  5333,33 cm 3
6
My = 20000.5 = 100.000 kg cm
1
Wy  40.202  2666,67 cm 3
6

Sehingga didapatkan :

N M x M y 20000 300000 100000


σ1        43,75 kg/cm 2
A Wx Wy 800 5333,33 2666,67
N Mx My
σ2     25  56,25  37,50  118,75 kg/cm 2
A Wx Wy
N Mx My
σ3     25  56,25  37,50  68,75 kg/cm 2
A Wx Wy
N Mx My
σ4     25  56,25  37,50  6,25 kg/cm 2
A Wx Wy

Mencari Garis Netral :

1
.20.403
Ix
Yn     12  8,89 cm
e y .A 15.800
1
.40.203
Iy
Xn     12  6,67 cm
e x .A 5.800

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
39

Sehingga didapatkan Diagram Teganganna :

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
40

4. Tentukanlah bidang inti untuk penampang di bawah ini :

PENYELESAIAN :
Spesifikasi Penampang
Luas A = bh ;
1 3 1
Ix  bh dan Iy  hb3
12 12

Koordinat Inti ;

Iy Ix
Xn   dan Yn  
e x .A e y .A

1 1
hb 3 - hb 3
b 12 b b 12 b
Untuk e = - ; Xn = - = ; e = Xn = = -
x 2 b 6 x 2 b 6
- bh bh
2 2

1 1
bh 3 - bh 3
h 12 b h 12 h
Untuk e = - Þ Yn = - = ; e = Yn = = -
y 2 h 6 y 2 b 6
- bh bh
2 2

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
41

5. Tentukanlah bidang inti untuk penampang Lingkaran di bawah ini :

Jawab :
Spesifikasi Penampang
πD 2 πD 4
Luas : A ; Inersia : I 
4 64
Koordinat Inti :

I
Xn  Yn  
e.A

 πD 4
D D I 64 πD 4 8 D
Untuk e x   e y  ; ex    . 3 
.A D . πD 64 πD
2
2 2 D 8
2 2 4
D D
Sehingga jari - jari inti  r  2.e x  .2 
8 4

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
42

6. Suatu kolom kayu tinggi 3 m dengan jenis kayu kelas I mutu A, dengan kedua ujung sendi
mengalami gaya tekan ultimate sebesar 40 kN, dimensi kayu 80mm x 100mm, tentukan apakah kayu
cukup kuat untuk menahan gaya tekan yang bekerja. (Asumsi: tidak ada penahan lateral, kondisi
terlindung kering udara dan dengan pembebanan tetap ) 3

Pembahasan :
1. Hitung Angka Kelangsingan

2. Mencari Nilai Faktor Tekuk


Dari table angka kelangsingan dan factor tekuk (PKKI 1961), di dapatkan :
Dengan  = 129.9, maka didapatkan  = 5.48

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
43

3. Kontrol Tegangan Tekuk kayu, jika diketaui Tegangan Ijin (ijin ) = 13 Mpa

4. Karena Tegangan yang terjadi Lebih Besar dari Tegangan yang diijinkan, maka penampang
balok kayu di ubah, sehingga didapatkan :
Hitung angka kelangsingan :

Mencari Nilai Faktor tekuk :


Dari table angka kelangsingan dan factor tekuk (PKKI 1961), di dapatkan :
Dengan  = 103.9, maka didapatkan  = 3.28

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016
44

Kontrol Tegangan Tekuk yang terjadi, , jika diketaui Tegangan Ijin (ijin ) = 13 Mpa

MEKANIKA REKAYASA III - ILMU KEKUATAN BAHAN BY. PURNAMA DEWI ST.MT
LENDUTAN – TEKUK – INTI KERN
POLINEMA - 2016

Anda mungkin juga menyukai