Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah–Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Struktur Kayu mengenai “Penggunaan Kayu
Sebagai Bekisting”.

Kami menyadari bahwa hal tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, izinkan kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak Bobby Asukmajaya R, S.ST.,MT selaku Dosen Pengajar mata kuliah


Struktur Kayu, dan
2. Teman – teman 3 MRK 2,
yang turut membantu mengarahkan dan membimbing dalam pembuatan makalah ini hingga
selesai dengan baik.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki Makalah
Struktur Kayu “Penggunaan Kayu Sebagai Bekisting” ini menjadi lebih baik.

Akhir kata, kami berharap semoga Makalah Struktur Kayu “Penggunaan Kayu Sebagai
Bekisting” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca dan mahasiswa
lainnya dan tentunya dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 10 Oktober 2018

Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I


DAFTAR ISI............................................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 3
2.1 Bekisting...................................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian ............................................................................................................ 3
2.1.2 Tipe Bekisting ...................................................................................................... 4
2.2 Kayu ............................................................................................................................ 4
2.2.1 Pengertian ............................................................................................................ 4
2.2.2 Jenis Kayu ............................................................................................................ 5
2.3 Bekisting Kayu ............................................................................................................ 9
2.3.1 Macam Bekisting Kayu........................................................................................ 9
2.3.2 Bagian Bekisting Kayu ...................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 12
3.1 Kayu Untuk Bekisting ............................................................................................... 12
3.2 Prosedur/Tahapan Pemasangan Bekisting Kayu ....................................................... 14
3.3 Tujuan Penggunaan Bekisting Kayu Berdasarkan Pertimbangan ............................. 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16
4.2 Saran .......................................................................................................................... 16
BAB V DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan konstruksi adalah kegiatan membangun. Banyak bentuk bangunan


dalam bidang konstruksi yang menggunakan material beton. Dalam pelaksanaan
bangunan terutama sejak 10-20 tahun terakhir ini, beton semakin banyak dipakai
sebagai bahan bangunan. Berbeda dengan struktur kayu dan baja, beton memiliki
keunggukan tersendiri yaitu mudah untuk dibentuk. Kemudahan untuk dibentuk
tersebut karena keplastisan beton segar yang dapat dicetak sesuai bentuk yang
direncanakan. Cetakan beton tersebut lebih dikenal dengan nama bekisting baik untuk
mendapatkan bentuk yang direncanakan dan pengerasan beton itu sendiri.

Acuan dan perancah (bekisting) merupakan suatu konstruksi sementara,


dikatakan smentara dikarenakan konstruksi acuan dan perancah akan dibongkar
kembali apabila beton sudah cukup umur. Walaupun bekisting hanya merupakan alat
pembantu sementara, tetapi bekisting memegang suatu peranan penting juga. Selain
pembiayaan (yaitu biaya kerja dan biaya bahan), ternyata kualitas bekisting juga ikut
menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton. Oleh karena itu, bekisting harus dibuat
dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi
tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan yang timbul akibat
pengecoran.

Dengan demikian, dalam perencanaannya harus memenuhi persyaratan seperti,


biaya, kekuatan, kemudahan dalam pemasangan dan pembongkaran dll. Pada pekerjaan
bekisting untuk konstruksi atau proyek yang besar, biasanya penggunaan material dan
alat bekisting lebih efisien, karena bekisting dapat dipindah dan dipakai lagi setelah
pekerjaan pengecoran dan pembongkaran.

Kualitas bekisting dapat menentukan bentuk dan rupa bekisting. Oleh karena
itu, bekisting harus di buat dari bahan yang bermutu dan perencanaa pembuatannya pun
harus diperhatikan dengan baik, agar beton tidak mengalami lendutan dan lentur saat
proser pengecoran. Perkembangan tuntutan akan pekerjaan bekisting untuk pekerjaan
struktur beton, telah memicu berkembangnya berbagai sistem dan metode bekisting

1
dengan penggunaan berbagai jenis material dan alat. Material yang paling dominan
dipakai untuk pekerjaan bekisting adalah kayu. Pengerjaan yang lebih cepat dan harga
yang relatif lebih murah menjadi pertimbangan akan penggunaan kayu sebagai bahan
bekisting.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba melakukan evaluasi


terhadap suatu metode perencanaan pekerjaan bekisting dengan memfokuskan tinjauan
terhadap :

1. Bagaimana kriteria kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bekisting ?


2. Bagaimana prosedur pemasangan bekisting kayu ?
3. Apakah yang perlu dijadikan tujuan pertimbangan utama pada penggunaan
bekisting kayu ini ?
1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana kriteria kayu yang menjadi perhitungan untuk


dijadikan bekisting. Juga ditujukan agar dapat mengetahui prosedur/tahapan pada
pemasangan bekisting kayu. Dan diketahui pula apa yang akan jadi tujuan yang telah
dipertimbangkan dari penggunaan bekisting kayu ini di lapangan.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bekisting
2.1.1 Pengertian
Acuan cetakan beton atau bekisting (perancah) ialah suatu konstruksi
sementara yang di dalamnya atau di atasnya dapat distel baja tulangan dan
sebagai wadah dari adukan beton yang dicorkan sesuai dengan bentuk yang kita
dikehendaki. Jadi acuan dan cetakan beton harus dapat menahan berat baja
tulangan, adukan beton yang dicorkan, pekerja-pekerja pengecor beton dan lain
sebagainya, sampai beton mengeras, sehingga dapat menahan berat sendiri dan
sebagian dari beban kerja.
Pada cetakan biasanya terdiri dari bidang-bidang bagian bawah dan
samping. Alas-alas bagian bawah dari cetakan yang tidak terletak langsung di
atas tanah harus dipikul oleh gelagar-gelagar acuan, sedangkan gelagar acuan itu
harus didukung oleh tiang-tiang acuan. Gelagar acuan dan tiang acuan adalah
suatu konstruksi sementara, yang gunanya untuk mendukung cetakan beton. Pada
konstruksi beton yang langsung terletak di atas tanah, bagian bawah tidak perlu
diberi cetakan, tetapi cukup dipasang lantai kerja dari beton dengan campuran
1sp : 3ps : 5kr yang tebalnya 5 cm. Jadi yang perlu diberi papan cetakan cukup
bagian samping saja.
Persyaratan umum dalam mendesain suatu struktur, baik struktur
permanen maupun sementara seperti bekisting setidaknya ada 3 persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu tidak
patah ketika menerima beban yang bekerja.
2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana meterial bekisting tidak mengalami
perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat struktur
sia-sia.
3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah
tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.

3
2.1.2 Tipe Bekisting
Menurut Wigbout (1997), secara garis besar tipe dari bekisting dibedakan menjadi
3, yaitu :
1. Bekisting Konvensional
Material utama bekisting konvensional adalah kayu. Kelebihan dari
sistem konvensional ini adalah fleksibilitas yang tinggi. Sedangkan
kekurangan dari bekisting konvensional adalah dalam pengerjaannya
membutuhkan waktu yang relatif lama dan material bekisting yang harus
dibeli ulang.
2. Bekisting Semi Modern
Tipe bekisitng semi modern merupakan bekisting yang peralatan dan
perlengkapannya menggunakan gabungan antara kayu dan bahan fabrikasi.
Kelebihan dari bekisting ini adalah adanya penghematan biaya karena kayu
bukan material utama pada bekisting jenis ini. Kayu hanya digunakan pada
bagian tertentu menggunakan bahan plywood.
3. Bekisting Modern
Keseluruhan material yang digunakan pada sistem ini adalah material-
material fabrikasi. Karena pemasangannya sudah sangat disederhanakan, segi
kerja teknisnya pun sangat ringan. Akan tetapi, pembelian bekisting ini sangat
mahal.
2.2 Kayu
2.2.1 Pengertian

Gambar 2.1 Kayu sebagai Tempat Hunian 1

4
Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk
kontruksi bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi
bangunan adalah mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu
untuk jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan.
Bahan bangunan tersebut sering digunakan untuk elemen-elemen struktur dan
arsitektur pada rumah tinggal seperti kuda-kuda, usuk, reng, pintu kayu, jendela
kayu dan sebagainya. Artikel dengan judul jenis-jenis kayu ini akan menyajikan
berbagai kayu yang sering dan umum digunakan pada bangunan.
Beberapa orang lebih menyukai rumah atau hunian dengan tema kayu
sehingga permintaan pasar mengenai jenis-jenis kayu masih tinggi. Selain
sebagai material terpasang, kayu juga digunakan untuk material pendukung
pekerjaan struktur pada bangunan gedung seperti pembuatan bekisting balok,
kolom, dan pelat. Beberapa material yang digunakan sebagai pendukung
pekerjaan struktur adalah kayu glugu, kruing, dan kayu jawa. Berikut ini akan
dijelaskan satu per satu jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan.
2.2.2 Jenis Kayu
Di dunia sendiri terdapat berbagai macam jenis kayu yang bisa digunakan
dalam bidang konstruksi. Berikut adalah jenis-jenis kayu yang ada di Indonesia
yang biasa digunakan di bidang konstruksi.
a. Kayu Jati
Jenis kayu jati ini sering terkenal karena kekuatannya yang tinggi
dibanding dengan kayu lain pada ummnya. Selain itu, kayu ini mempunyai
serat dan tekstur yang indah, tahan terhadap rayap, jamur, dan serangga. Tipe
kayu ini lebih sering digunakan untuk pekerjaan furniture seperti pintu,
jendela, dan meja kursi. Kini masyarakat sudah yang banyak mengetahui dan
menggunakan untuk keperluan interior mebel. Adapun ciri-ciri kayu jati adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki kekuatan dan keawetan yang sangat baik
2. Berwarna coklat muda hingga coklat tua
3. Mudah dipotong – potong dan mudah diolah menjadi banyak produk
4. Tidak mudah berubah bentuk akibat perubahan cuaca.
5. Memiliki bobot yang berat dan kokoh’
Jenis-jenis kayu untuk konstruksi biasanya mempunyai harga yang
dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang
5
ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih.
Penentuan kualitas jenis kayu jati yang diinginkan seharusnya
mempertimbangkan tipe aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi
kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat
memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan
dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
Jenis kayu jati berasal dari pohon jati yang memiliki ukuran yang besar,
yang bisa tumbuh hingga ketinggian 30-40 meter. Jati merupakan jenis pohon
yang memiliki daun yang lebar-lebar dan memiliki ciri khas, dengan daunnya
yang gugur ketika mengering. Pohon jati sendiri merupakan jenis pohon yang
tumbuh pada daerah hutan hujan tropis yang bersuhu antara 27-37 derajat.
Penggunaan untuk konstruksi bangunan diantaranya untuk bantalan kereta api
dan kontruksi kuda-kuda atap serta struktur jembatan pada jaman dahulu.
b. Kayu Kelapa atau Glugu
Jenis-jenis kayu untuk konstruksi memang banyak sekali karena
Indonesia sendiri kaya akan hutan tropis yang terdapat berbagai macam variasi.
Di jawa sendiri terdapat kayu glugu atau kelapa yang sudah biasa digunakan
untuk kontruksi bangunan seperti membat kanopi teras, bahkan untuk rangka
atap. Jenis kayu glugu ini sering digunakan pada proyek gedung untuk
membuat bekisting balok (gelagar, sekor, suri-suri).
Glugu memiliki serat dan tekstur yang berbeda dengan jenis-jenis kayu
lainnya karena memiliki serat yang jelas dan lurus. Jika anda berniat untuk
menggunakan kayu glugu sebagai rangka kanopi ekspos sebaiknya dilapisi
dengan cat akrilik agar seratnya tetap terlihat. Pilihlah kayu glugu dengan kelas
No.1 sehingga lebih awet.
c. Kayu Kamper
Jenis-jenis kayu yang lain untuk konstruksi bangunan adalah kayu
kamper. Kayu kamper sering disebut dengan kayu borneo. Jenis material alam
ini mempunyai serat dan tekstur yang indah. Biasa digunakan untuk pembuatan
kusen pintu maupun jendela walaupun kekuatannya tidak sebaik dengan kayu
jati. Alasan sering digunakan untuk kusen adalah jenis kayu ini tidak disukai
rayap dan serangga lainnya sehingga sangat cocok digunakan sebagai material
furniture.

6
Secara umum kayu kamper dibagi dalam 3 kategori yang dijual di
pasaran. Kamper Samarinda, Kamper Surabaya dan Kamper Kruing dari
Sumatera. Hal ini disebabkan karena kayu kamper menjadi komoditas penting
penyangga perekonomian masyarakat di Indonesia. Sehingga saat ini
perkebunan Tanaman kamper hampir merata di seluruh Indonesia. Mengingat
manfaat perekonomian yang dihasilkan dari kayu kamper ini.
d. Kayu Bengkirai

Gambar 2.2 Kayu Bengkirai Kalimantan 2

Secara umum Jenis-jenis kayu untuk kontruksi bangunan memiliki harga


yang berbeda-beda tergantung dari tingkat kelas kayu. Salah satu jenis kayu
yang lumayan kuat, awet, dan tahan cuaca adalah bengkirai. Kayu bengkirai
sering digunakan untuk material konstruksi bangunan seperti atap kayu. karena
kelebihannya yang kuat dan tahan lama sering dijadikan material eksterior
seperti listplank, decking dan sebagainya.
Pohon Bengkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau
Kalimantan. Jenis kayu ini berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh
karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras
cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja
dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.
e. Kayu Merbau
Jenis-jenis kayu untuk konstruksi yang kuat dan tahan terhadap serangga
adalah kayu merbau. Kayu merbau berwarna coklat kemerahan yang terkadang
disertai dengan highlight kuning dan tekstur serat garisnya terputus-putus.
Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Jenis kayu ini termasuk
kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu merbau biasanya
difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat

7
garis terputus putus. Jenis kayu ini tumbuh subur di Indonesia, terutama di
pulau Irian / Papua.

f. Kayu Ulin
Kayu ulin merupakan jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang
terkenal sangat kuat. Pohon ulin ini tumbuh subur di Kalimantan. material alam
ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta
bangunan lain. Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat
mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm, tumbuh pada dataran rendah
sampai ketinggian 400 m. Kayu ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air
laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang
pancang, sirap (atap kayu), papan lantai, kosen, bahan untuk banguan
jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat
khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan kelas awet I.
g. Kayu Gelam
Jenis-jenis kayu untuk konstruksi bangunan lainnya adalah kayu gelam.
Material alam ini sering digunakan pada proyek-proyek rumah, kayu bakar,
pagar, dan tiang-tiang sementara. Selain itu juga sering digunakan sebagai
stager atau perancah saat pelaksanaan proyek. Pada beberapa daerah jenis kayu
ini digunakan untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembaran.
h. Kayu Meranti
Kayu meranti merah merupakan jenis kayu keras yang mempunyai warna
merah muda tua hingga merah muda pucat. Jenis kayu ini bertektur tidak terlalu
halus. bahan alam ini sering digunakan untuk membuat multiplek yang sering
digunakan untuk bekisting. Pohon meranti sangat mudah ditemui di hutan di
pulau Kalimantan.
i. Kayu Akasia

8
Gambar 2.3 Kayu Akasia 3

Kayu akasia adalah jenis kayu untuk konstruksi bangunan yang


mempunyai nama lain acacia mangium dengan berat jenis 0,75 sehingga pori-
pori dan seratnya cukup rapat. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan
sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti
mampu menahan lentur di atas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak di
atas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya
retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat
lurus berpadu, maka jenis kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah,
sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun
bahan meibel-furnitur.

2.3 Bekisting Kayu


2.3.1 Macam Bekisting Kayu
Bekisting kayu sendiri memiliki jenisnya yang didasarkan atas penggunaan produk
yang akan dibentuk dengan bekisting tersebut. Jenis-jenis bekisting kayu antara lain
sebagai berikut :
1. Bekisting Kolom
Pada pemakaian papan cetakan dari kayu biasanya dipakai ukuran tebal
2-3 cm, sedangkan lebarnya 15-20 cm, itu digunakan pada pekerjaan yang
sifatnya un expose dan bervolume kecil, contoh : sloof, kolom praktis, ringbalk
dll. Sedangkan untuk pekerjaan yang sifatnya expose dan bervolume besar
bekisting menggunakan multipleks yang memiliki ketebalan 3-9 mm. untuk
gelagar acuan biasanya ukuran kayu ialah 3-7 cm.
2. Bekisting Balok

9
Gambar 2.4 Bekisting Balok 4

Tiang-tiang acuan dari kayu, dulu banyak dipakai bentuk penampang


balok persegi empat atau bujur sangkar, tetapi sekarang banyak dipakai kayu
yang berpenampang bulat (dolk) dengan garis tengah 7 sampai 13 cm, juga bisa
menggunakan scaffolding yang terbuat dari besi.

Meskipun cetakan dan acuan dibuat dari kayu yang murah, tetapi kayu
harus cukup baik dan tidak boleh terlalu basah, sebab kayu yang terlalu basah
akan mudah melengkung dan pecah. Kayu-kayu untuk cetakan dan acuan dapat
dipakai beberapa kali, tergantung dari mutu kayunya, mungkin juga hanya dapat
dipakai satu kali, bila mutu kayunya jelek.

Pembuatan suatu cetakan dan acuan, meskipun kelihatannya pekerjaan


kasar, tetapi harus dipenuhi persyaratan ketepatan ukuran dan keteguhan, sebab
cetakan dan acuan harus kuat, tidak berubah bentuk waktu dicor beton, mudah
dibongkar dan murah.

2.3.2 Bagian Bekisting Kayu


Bekisting kayu sendiri memiliki bagian-bagian konstruksi penunjang yang
mana dapat diketahui untuk spesifikasi bahan dan yang lainnya. Berikut bagian-
bagian dari bekisting kayu adalah sebagai berikut :
 Bagian bekisting kayu :
a. Cetakan
b. Gelagar balok
c. Gelagar untuk cetakan lantai / cetakan balok
d. Papan penjepit cetakan

10
 Bagian perancah :
a. Tiang perancah
b. Baji
c. Landasan
 Papan Cetakan
1. Cetakan balok bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Apabila
acuannya menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan
tersebut dengan beberapa klem perangkai. Yang perlu diperhatikan adalah
kerapatan dari sambungan – sambungan yang dibuat, sehingga air semen
tidak keluar melalui celah – celah sambungan.
2. Untuk mencegah bagian bawah bekisting terbuka saat beton dicor, harus
dibuatkan klem penjepit, dapat berupa papan ataupun balok kayu ukuran
5/7.
3. Sedangkan untuk balok yang tingginya lebih dari 55 cm, pada cetakan
samping perlu ditahan untuk menahan lentur dan dibuatkan skor.
 Tiang Perancah
1. Acuan dapat menumpu pada satu tiang ataupun dua tiang, sesuai
keperluannya. Apabila menggunakan satu tiang maka perletakan tiang
dipasang di tengah, dan bila menggunakan dua tiang maka perletakannya
pada bagian tepi.
2. Jarak antar tiang arah memanjang dibuat sama dengan jarak klam
perangkai, sedang jarak antar tiang arah lebarnya tergantung dari lebar
balok.
3. Untuk perancah dari kayu untuk menyetel ketinggian, di bagian bawah
tiang perancah diberi baji, sehingga akan memudahkan menaik-turunkan
ketinggian yang ditentukan. Sedangkan bila perancah dari baja untuk
menyetel ketinggian sudah terdapat ulir yang berfungsi untuk menaik -
turunkan ketinggian tiang perancah. Agar tiang perancah tidak amblas ke
dalam tanah dipakai papan alas.

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kayu Untuk Bekisting

Gambar 3.1 Memasang Rehel Bekisting Konvensional 5


Bekisting beton konvensional adalah bekisting yang biasa digunakan untuk
proyek rumah tinggal dan ruko atau bangunan tipe menengah dengan menggunakan
bahan dari kayu, papan dan tripek atau multiplek. Penggunaan kayu ini biasanya terbagi
dalam sistem peyangga/perancah (biasanya menggunakan kayu gelam, bambu, atau
sejenis kayu bulat dan persegi), rehel, penyangga volume balok, klem .

Bisa jadi bekisting ini adalah jenis bekisting yang pertama kali dikenal.
Bekisting konvensional atau bekisting tradisional hanya mengandalkan triplek dan
kayu atau papan. Jenis papan yang dipakai biasanya adalah papan yang tahan
kelembaban. Papan bekisting dari kayu yang umum digunakan memiliki ketebalan 2
cm sampai 3 cm dengan lebar 15 cm sampai 20 cm. Sementara itu untuk ketebalan
triplek bekisting sekitar 3 mm sampai 9 mm.

Kayu untuk bekisting hendaknya dipilih yang tidak terlalu basah dan cukup baik
supaya tidak mudah melengkung dan pecah. Dalam proses pengerjaan, triplek dan
papan dipasang di bagian struktur bangunan. Jika beton sudah mencapai kekuatan yang
cukup, triplek dan papan yang dipakai dalam proses bekisting dilepas dan dibongkar
satu per satu.

12
Terkadang, material triplek atau papan yang dipakai untuk bekisting masih bisa
digunakan pada pekerjaan berikutnya. Tentunya jika kualitas triplek dan papan masih
bagus. Namun seringkali karena kualitas yang kurang bagus, triplek dan papan tersebut
hanya bisa dipakai untuk satu kali pekerjaan bekisting saja. Pada proyek pembangunan
gedung, jenis kayu kelapa atau glugu sering dipilih untuk membuat bekisting balok.
Sedangkan jenis kayu meranti umumnya dipakai sebagai bahan pembuatan triplek yang
dipakai pada bekisting konvensional.

Bekisting konvensional ini terbilang murah bila dibandingkan dengan


pengadaan atau penyewaan bekisting moderen. Tetapi bekisting konvensional ini tidak
disarankan untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tahapan
bekisting. Sebab proses pembongkaran triplek dan papan membutuhkan waktu yang
terbilang lama, menyisakan limbah triplek dan kayu, serta menghasilkan bentuk yang
tidak presisi.

Agar diperoleh hasil pengecoran beton bertulang yang baik, maka diperlukan
beberapa persyaratan bekisting dari sisi bahan dan cara pengerjaannya.

1. Bahan yang digunakan harus keras dan kuat menahan beban kesamping dan beban
dari atas.
2. Bahan yang digunakan harus seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang
tersedia.
3. Bahan yang digunakan aman bagi pekerja (tukang) dan mudah dalam
pengerjaannya.
4. Bahan yang digunakan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama sehingga dapat
menghemat biaya tenaga kerja.
5. Khusus bekisting konvensional, gunakan bahan yang baru akan lebih baik
hasilnya.
6. Sistem pengerjaannya harus menggunakan tenaga ahli profesional agar
menghasilkan jenis pekerjaan yang berkualitas baik.
7. Mudah dibuka dan tidak lengket.
8. Kedap air dan tidak mudah bocor
9. Bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisiting harus presisi

13
3.2 Prosedur/Tahapan Pemasangan Bekisting Kayu
Dalam pembuatan bekisting kayu sendiri terdapat prosedur-prosedur atau tahapan
yang harus diikuti agar hasil bekisting yang dibuat benar dan dapat digunakan dengan
baik.
1. Bekisting kolom
Bahan-bahan untuk pembuatan bekisting kolom
 Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
 Kasau 5/7cm
 Paku reng
 Paku usuk
Memasang bagian-bagian bekisting kolom
 Pasang beton tahu pada begel kolom
 Dirikan cetakan kolom sesuai dengan gambar kerja
 Periksa tegak lurusnya acuan dengan unting-unting
 Perkuat cetakan kolom menggunakan skur pada tiang cetakan hingga
keadaannya tidak bergerak
 Bersihkan kotoran di dalam begesting lewat lobang yang telah disiapkan
2. Bekisting balok
Bahan-bahan untuk pembuatan bekisting balok
 Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
 Kasau 5/7 cm
 Paku reng
 Paku usuk
 Bambu / kayu sebagai tiang penyangga
Memasang bagian-bagian bekisting balok
 Pasang landasan tiang
 Dirikan tiang-tiang dengan jarak 50-70 cm
 Hubungkan tiap tiang dengan batang melintang dan membujur sehingga tidak
goyah
 Pasang balok gelagar diatas tiang
 Kontrol kedataran gelagar dengan waterpas/selang plastik
 Pasang papan cetakan diatas gelagar dan kontrol kedatarannya sepanjang
balok

14
 Perkuat papan samping dengan skur
3. Bekisting Plat Lantai
Bahan-bahan untuk pembuatan bekisting plat lantai
 Papan, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm
 Multiplek tebal 12-18 mm
 Kasau 5/7cm
 Paku reng
 Paku usuk
 Bambu / kayu sebagai tiang penyangga
Memasang bagian-bagian bekisting plat lantai
 Pemasangan bekisting plat lantai pada prinsipnya sama dengan pemasangan
bekisting balok, yang membedakan hanyalah lebar bagian bawah antara balok
dan lantai
3.3 Tujuan Penggunaan Bekisting Kayu Berdasarkan Pertimbangan
Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan
dipindahkan. Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari
beberapa alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan
dari pada masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan
keputusan mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam
terbang dari si pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan penting yang harus
dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting (Dr. Edward G Nawy,
P. E, C. Eng.1997), yaitu:
1. Kualitas :
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian
sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat
dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan :
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang
memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati
tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis :
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktudan biaya dalam
proses pelaksanaan demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari tinjauan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa bekisting dengan kayu
memiliki banyak keuntungan, namun juga memiliki kekurangan. Sehingga bisa dikatakan
penggunaan kayu sebagai bekisting ini penting. Bukan berarti dari kata “penting” disini
memiliki makna harus selalu menggunakan kayu sebagai bekisting. Melainkan, bisa
dijadikan sebagai pertimbangan dalam pekerjaan bekisting. Setelah itu juga masih ada
beberapa alternatif bahan lain yang bisa dijadikan bekisting.

4.2 Saran
Pemasangan bekisting sebaiknya tidak melulu menggunakan kayu. Disamping
karena adanya alternatif bahan lain, hal ini ditujukan agar tetap adanya prinsip ramah
lingkungan dengan tidak banyak-banyak menebang pohon untuk dijadikan bekisting.

16
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Jenis - jenis kayu, https://kayubekisting.com/kayu-bekisting/jenis-jenis-kayu-untuk-


konstruksi-bangunan/. Diakses pada 15 Oktober 2018 pukul 15.00.

Vios, Limajari. Jenis – jenis begesting kayu https://medium.com/@vioslimajari5/mengenal-


jenis-jenis-kayu-kayu-bekisting-pada-pekerjaan-beton-6037010b0df8. Diakses pada 15
Oktober 2018 pukul 15.15.

Penggunaan kayu sebagai material begesting.


https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.coursehero.co
m/file/p4jso909/Penggunaan-kayu-sebagai-material-bekisting-diatur-
ketentuan:danpersyaratannya/&ved=2ahUKEwjr8onlZfeAhUIT48KHbEjBWEQFjAC
egQICBAB&usg=AOvVaw0na98mBrFfJSdQZtQNd-Z6. Diakses pada 15 Oktober 2018
pukul 15.35.

Mardal, Muhammad. Optimalisasikan waktu dan biaya pada pekerjaan begesting kayu.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.ui.ac.id/file%3Ffil
e%3Ddigital/125065-R210837-Optimalisasi%2520waktu-
Pendahuluan.pdf&ved=2ahUKEwj89YLLlZfeAhUJKY8KHVpACo4QFjAIegQIAhAB
&usg=AOvVaw26ALYW8FrQjYr4kEBlJobd. Diakses pada 15 Oktober 2018 pukul 15.54.

Makalah tentang penggunaan begesting kayu.


https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://etd.repository.ugm.a
c.id/downloadfile/86447/potongan/D3-2015-327877-
introduction.pdf.pdf&ved=2ahUKEwj89YLLlZfeAhUJKY8KHVpACo4QFjABegQIC.
Diakses pada 15 Oktober 2018 pukul 15.15.
RAB&usg=AOvVaw3IfByTZm7TLzBA25RNPz4f. Diakses pada 15 Oktober 2018 pukul
16.13.

17

Anda mungkin juga menyukai