Anda di halaman 1dari 16

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum. Di dalam perencanaan sistem suspensi roda

belakang diperlukan desain alat yang baik, memiliki kekuatan bahan

yang baik untuk sistem pengangkat pada roda, dan memiliki daya yang

kuat dalam mengangkat roda belakang pada saat dioperasikan. Adapun

hal yang yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sistem gerak

mekanik tersebut agar dapat berjalan secara optimal.

2.2. Syarat-Syarat Pembuatan Konstruksi. Agar konstruksi kerangka

berfungsi dengan baik, diperlukan beberapa persyaratan dalam pembu-

atannya, diantaranya:

a. Mempunyai desain konstruksi yang kuat dan kokoh untuk

menopang beban tanpa mengalami kerusakan.

b. Mempunyai nilai fleksibilitas, sehingga dapat menyeimbangkan

berat berlebih dihadapkan dengan beban yang diterima alat tersebut.

2.3 Beam. Beam / gelagar adalah suatu batang yang dibebani gaya

atau momen yang bekerja pada bidang-bidang yang dibentuk oleh sumbu

batang tersebut. Beam yang reaksi-reaksinya dapat dihitung dengan

metode statik (persamaan kesetimbangan) disebut dengan statis tertentu

(Statically determinate). Sedangkan beam yang didukung oleh dukungan

yang lebih dari yang diperlukan untuk kesetimbangan tersebut statis tak

tentu (Statically indeterminate). (Sumber: TEDC “Stasika” Hal 43)


6

R
½
L

Gambar 2.1. Distribusi beban merata


(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 44)

Jika massa (m) dari benda yang ditopang (N.m) maka besarnya

adalah:

W = F . L ……………………..………………………..……………...………(2)

(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 44)

Dimana :

W : Berat Beban (N.m)

m : Massa (N)

L : Panjang (m)

2.4 Beban. Dalam konstruksi, kita perlu mempertimbangkan

beban. Dimana, awal dari suatu pembuatan sistem mekanik pengangkat

salah satu faktornya adalah mengetahui beban yang bekerja pada suatu
7

alat/rancangan. Terkadang sering terjadi kesalahpahaman saat

menggunakan berbagai sistem unit dalam pengukuran gaya dan massa.

Ini terjadi karena kurangnya pemahaman yang jelas perbedaannya antara

massa dan berat. Berikut definisi masa dan berat harus dipahami dengan

jelas.

a. Massa. Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda

yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang

terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya

disinonimkan dengan berat. Namun menurut pemahaman ilmiah

modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan

medan gravitasi. (Sumber: W. Rindler, hal. 16).

b. Berat. Berat merupakan jumlah tarikan, yang

diberikan bumi pada permukaan tertentu. Karena tarikannya

bervariasi dengan jarak permukaan dari pusat bumi. Oleh karena

itu, berat akan bervariasi berdasarkan dengan posisinya di

permukaan bumi dengan demikian jelas bahwa berat adalah

sebuah gaya. (Sumber: R.S. Khurmi “Machine Design” hal 8).

Dalam statika maupun dinamika seringkali menghitung berat

suatu benda. Tarikan gravitasi bumi pada suatu benda diketahui

sebagai berat benda. Karena tarikan ini merupakan suatu gaya

maka berat benda dinyatakan dalam newton. Gaya ini terjadi baik

pada benda dalam keadaan diam maupun bergerak. Untuk suatu

benda yang bermassa (m) pada permukaan bumi, yang


8

mempunyai percepatan akibat gravitasi (g). Gaya gravitasi atau

beratnya sebagai w. (Sumber: R.S. Khurmi “Machine Design” hal

9).

F
F=m.g atau m = ………………………….…………..…….
g

(1)

Dimana :

F : Gaya (N)

m : Massa (kg)

g : Percepatan gravitasi (m/s2)

2.5 Gaya. Gaya adalah penyebab suatu pergerakan dan

deformasi suatu benda. Besaran satuan gaya adalah :

a. Besar Gaya. Besar satuan gaya dinyatakan dalam unit

(satuan) S.I. Unit yang dipergunakan oleh para ahli mengukur besar

suatu gaya adalah, Newton (N) dan kelipatannya Kilonewton (KN).

(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 2)

b. Arah Kerja Gaya. Arah gaya ditentukan oleh garis aksinya

(garis kerja), dan tujuan gaya, garis kerja ini garis lurus yang tak

terbatas, dimana gaya tersebut bekerja membentuk sudut terdapat

suatu axis (sumbu) tetap. Gaya itu sendiri digambarkan sebagai

suatu ruas (bagian) pada garis tersebut melalui penggunaan skala

tertentu. Panjang ruas ini bisa di tentukan untuk menggambarkan


9

besar gaya, dan terakhir tujuan gaya harus ditandai oleh anak

panah.

AB

Gambar 1. Arah Gaya

(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 3)

Keterangan gambar:

L = Besar gaya

A = Titik tangkap gaya

B = Arah Gaya

AB = Garis kerja gaya

Titik A disebut titik kerja (titik tangkap) gaya.

c. Titik Tangkap Atau Titik Kerja Gaya. Titik tangkap atau titik

kerja gaya merupakan titik awal dimulainya sebuah gaya bekerja.

Besaran fisika yang mempunyai besar dan arah di sebut vektor.

(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 3).


10

13. Momen. Momen adalah sebuah gaya yang bertendensi (bermak-

sud) untuk menggerakkan dan memutar benda. Momen juga sering dise-

but torsi. Gambar di bawah menunjukkan sebuah gaya yang bekerja pada

sebuah benda yang bertendensi untuk memutar benda. Besarnya momen

merupakan jumlah gaya dikali dengan jarak. Tanda momen yang searah

dengan jarum jam diberi tanda positif (+) dan yang berlawanan dengan

arah jarum jam diberi tanda negative (-). (Sumber: TEDC “Stasika” Hal

22).

a. Momen Inersia (I). Perhitungan momen inersia pada profil

rangka adalah sebagai berikut :

h` H

b`
B

Gambar 2.4. Bentuk Penampang


11

Karena momen inersia digunakan dalam rumus lenturan, maka

momen inersia harus dihadapkan pada sumbu yang melalui titik

berat daerah luas. Hal ini dapat dilakukan dengan sangat mudah

apabila menghitung keseluruhan irisan bagian luar dan kemudian

dengan mengurangkannya dengan rongga didalam adapun rumus

yang digunakan dengan cara berikut :

(B.H)3 - (b.h) 3
I = …..........................................................................
12

(4)

(Sumber: E.P. Popov “Mekanika Teknik” hal 142)

Dimana :

B : Lebar luar (mm)

b` : Lebar dalam (mm)

H : Tinggi luar (mm)

h` : Tinggi dalam (mm)

b. Momen Lentur (M).

M = RA . x1

F.L ₂ .x ₁
= ………………….…………………….…………………..
L

(5)

(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 54).

Dimana :

M : Momen (Nmm)

F : Gaya (N)
12

L : Panjang (mm)

x1 = L: (Panjang) (mm)

2.7 Kesetimbangan Gaya. Apabila ada suatu benda atau batang

direbahkan dan batang itu harus menahan suatu beban, supaya terdapat

suatu keseimbangan maka suatu benda tadi harus ditumpu. Bila ditumpu

sebuah saja, maka batang itu akan mudah dihilangkan

keseimbangannya. Dengan demikian harus ditumpu dengan jumlah dua

buah tumpuan hal ini dinamakan support.

Gambar 3. Kesetimbangan Gaya pada Lengan Ayun Roda

Untuk menghitung kesetimbangan gaya maka dapat diketahui

bahwa ada syarat yang sudah ditentukan yaitu ∑ M=0.

Untuk mencari Fs dengan rumus :

Fs x L2 = FR x (L1 + L2)

F R x ( L1 + L2 )
Fs = ……………………………………….………………()
L2

Dimana :

Fs = Berat gaya (N)


13

FR = Beban (N)

L1 = Panjang Lengan Ayun (mm)

L2 = Panjang lengan Depan (mm)

2.8 Prinsip-Prinsip Gaya. adalah penyebab suatu pergerakan dan

deformasi suatu benda. Besaran satuan gaya adalah :

a. Besar satuan gaya. gaya dinyatakan dalam unit (satuan)


S.I. Unit yang dipergunakan oleh para ahli mengukur besar suatu
gaya adalah, Newton (N) dan kelipatannya Kilonewton (KN), yang
sama dengan (N).
b. Arah Kerja Gaya. gaya ditentukan oleh garis aksinya (garis
kerja), dan tujuan gaya, garis kerja ini garis lurus yang tak terbatas,
dimana gaya tersebut bekerja membentuk sudut terdapat suatu
axis (sumbu) tetap. Gaya itu sendiri digambarkan sebagai suatu
ruas (bagian) pada garis tersebut melalui penggunaan skala
tertentu. Panjang ruas ini bisa di tentukan untuk menggambarkan
besar gaya, dan terakhir tujuan gaya harus ditandai oleh anak

panah.

Gambar 7. Arah Gaya.

( Sumber : Statika, TEDC Bandung )

Keterangan gambar :

L : Besarnya gaya = arah gaya


14

A : Titik tangkap gaya

AB : Garis kerja gaya

c. Titik Tangkap Atau Titik Kerja Gaya. merupakan titik


awal dimulainya sebuah gaya bekerja. Besaran fisika yang
mempunyai besar dan arah di sebut vektor.
d. Penjumlahan Dua Gaya. Gaya yang bekerja pada arah
yang sama, mematuhi hukum penjumlahan yang didefinisikan pada
aritmatika biasa atau aljabar. Jika dua gaya atau lebih bekerja pa-
da titik yang sama pada suatu benda dan masing-masing gaya-
gaya tersebut mempunyai arah yang berlainan, gaya-gaya itu tidak
mengikuti (mematuhi) hukum penjumlahan yang didefinisikan pada
aritmatika atau aljabar.

F x

α R
y

Gambar 8. Penjumlahan Arah Gaya

Fy = F Cos α ............………......................................

Fx = F Sin α .............………......................................
2
R = √ (F y + F x2 )cosα ...........………......................................

Dimana :

F : Gaya (N)

α : Sudut kedudukan (°)

R : Resultan gaya (N)


15

2.9 Tegangan lentur bahan. Setelah diketahui momen yang terjadi


pada batang rangka maka bisa digunakan untuk mencari tegangan lentur
dengan persamaan sebagai berikut : (E.P. Popov “Mekanika Teknik” hal
145).

M .c
σMax = ......................................................................................
I

Dimana :

σMax : Tegangan lentur (Kg/mm2)

M : Momen lentur (Kg/mm)

c : Jarak dari sumbu netral ke serat terjauh (mm)

I : Momen inersia (mm4)

2.9.1 Tegangan ijin bahan. Untuk mengetahui tegangan ijin dari

bahan yang dipakai untuk batang rangka adalah sebagai berikut :

(E.P. Popov “Mekanika Teknik” hal 142).

σ max
σi = .........................................................................................
sf

Dimana :

σi : Tegangan ijin bahan (Kg/mm2)

σMax : Tegangan lentur (Kg/mm2)

sf : Faktor keamanan
16

2.9.2 Gravitasi. Gaya tarik bumi (hukum gravitasi) terhadap suatu


benda sebagai berat benda. Karena tarikan inimerupakan suatu benda
maka berat benda dinyatakan sebagai Newton (N). Gaya ini terjadi pada
benda dalam keadaan diam ataupun bergerak.

W= m.g.........................................................................................

Dimana :

W : Berat (N)

M : Massa (Kg)

G : Percepatan gravitasi (m/dt2)

Gambar 9. Percepatan Gravitasi

(Statika, TEDC Bandung, Hal 4)

2.9.3 Titik Berat Benda. Suatu benda akan mempunya massa dan

massa mempunyai titik massa, jika massa dipengaruhi oleh gravitasi akan

menjadi berat , sehingga berat juga mempunyai titik berat. Contohnya


17

suatu kubus mempunyai titik berat yang terletak pada perpotongan antara

garis - garis diagonal ruang.

Gambar 2.12. Titik Berat Benda Bentuk Ruangan


(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 197)

Karena benda berbentuk ruangan (volume) maka untuk menentukan

titik beratnya ditinjau dari tiga dimensi dengan memakai bidang pokok

X , Y , Z.

Gambar 2.13. Perpotongan Bidang Pokok X,Y,Z


(Sumber: TEDC “Stasika” Hal 201)

2.9.4. Sistem Penyeimbang. Sistem penyeimbang merupakan

bagian penahan pada untuk menahan beban yang terjadi pada lengan.
18

Penyeimbang tersebut apabila terkena beban yang berat akan terjadi

kebengkokan pada bahan. Pada sistem penyeimbang tersebut adapun

perhitungan sebagai berikut :

a. Momen inersia (I)

B.H3
I = ..........................................................................................(14)
12

(Sumber : Erick oberg ”Macchinery`s handbook” vol 1, hal 239)

Dimana :

I : Momen inersia (mm4)

B : Tebal (mm)

H : Lebar (mm)

b. Beban kritis (Pcr)

π2 . E . I
Pcr = ……………………...…………………………………..(15)
L2

Dimana :

Pcr : Beban kritis (N)

E : Modulus elastisitas (N/mm2)

I : Momen inersia (mm4)

L : Panjang (mm)

2.9.5 Hukum Gravitasi. Gravitasi adalah suatu massa yang menarik

massa yang lain dengan gaya segaris yang menghubungkan kedua inti

massa. Besar gaya tarik yang terjadi berbanding lurus dengan perkalian
19

dari kedua Massa. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua

titik massa tersebut. Berikut definisi massa dan berat.

a. Massa. Adalah jumlah materi yang terkandung dalam

tubuh tertentu dan tidak berbeda dengan perubahan posisi di

permukaan bumi. Massa permukaan diukur dengan perbandingan

langsung dengan standar massa dengan menggunakan

keseimbangan tuas. (Sumber: R.S. Khurmi “Machine Design” hal

8).

b. Berat. Adalah jumlah tarikan yang diberikan bumi

pada permukaan tertentu. Karena tarikannya bervariasi dengan

jarak permukaan dari pusat bumi. Oleh karena itu, berat akan

bervariasi berdasarkan dengan posisinya di permukaan bumi

dengan demikian jelas, bahwa berat adalah sebuah gaya. (Sumber:

R.S. Khurmi “Machine Design” hal 8).

Dalam statika maupun dinamika kita seringkali menghitung

berat suatu benda. Tarikan gravitasi bumi pada suatu benda dike-

tahui sebagai berat benda. Karena tarikan ini merupakan suatu

gaya maka berat benda dinyatakan dalam Newton. Gaya ini terjadi

baik pada benda dalam keadaan diam maupun bergerak. Untuk

suatu benda yang bermassa (m) pada permukaan bumi, yang

mempunyai percepatan akibat gravitasi (g). Gaya gravitasi atau

beratnya sebagai (W). (Sumber: R.S. Khurmi “Machine Design” hal

9).
20

W
W=m.g atau m= ………………….……………….(1)
g

Dimana :

W : Berat (N)

m : Massa (kg)

g : Percepatan gravitasi (m/dt2)

Anda mungkin juga menyukai