Anda di halaman 1dari 11

BEAM DEFLECTION

APPARATUS
BAB VI
BEAM DEFLECTION APPARATUS

6.1 Dasar Teori


6.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi adalah perubahan posisi pada balok yang ditinjau dari 1 dimensi akibat
adanya pembebanan yang diberikan pada balok. Sumbu sebuah balok akan terdefleksi dari
kedudukan semula bila benda terpengaruh oleh suatu gaya. Dengan kata lain suatu balok
yang mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata
akan mengalami defleksi. Defleksi ada 2 yaitu:
1. Defleksi Vertikal (Δy)
Perubahan posisi balok atau balok arah vertikal karena adanya pembebanan yang
diberikan pada balok.
2. Defleksi Horisontal (Δx)
Perubahan posisi suatu balok atau balok arah horisontal karena adanya pembebanan
yang diberikan pada balok.

Gambar 6.1 Defleksi


Sumber : Sudjito (2000, p.231)

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi, yaitu:


1. Kekakuan Balok
Kemampuan suatu benda menerima beban tanpa menyebabkan perubahan bentuk
atau defleksi. Semakin kaku suatu balok maka lendutan yang akan terjadi pada balok
akan semakin kecil.
2. Gaya yang Diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada balok berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami balok maka
defleksi yang terjadi pun semakin besar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2019/2020


KELOMPOK 11
3. Jenis Tumpuan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Semakin besar reaksi
dari tumpuan yang melawan gaya dari beban, maka defleksi yang terjadi pada tumpuan
rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin
lebih besar dari tumpuan jepit. Macam-macam tumpuan, antara lain:
A. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan gaya
reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang.

Gambar 6.2 Tumpuan Engsel


Sumber : Beer (2012, p.370)

B. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.

Gambar 6.3 Tumpuan Rol


Sumber : Beer (2012, p.370)
C. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya reaksi
horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu
melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau momen.

4. Jenis Beban
Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian balok yang paling
dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang balok mengalami beban
sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja. Jenis-jenis
pembebanan antara lain:
A. Beban Terpusat
Titik kerja pada balok dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.

Gambar 6.4 Pembebanan Terpusat


Sumber : Beer (2012, p.552)

B. Beban Merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata disepanjang balok dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 6.5 Pembebanan Merata


Sumber : Beer (2012, p.321)
C. Beban Bervariasi Uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang balok besarnya tidak
merata.

Gambar 6.6 Pembebanan Bervariasi


Sumber : Beer (2012, p.324)

6.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Defleksi dan deformasi terjadi karena adanya berbagai macam perlakuan yang
dialami balok atau balok. Defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan dimensi
balok tersebut. Selain itu, jika defleksi maka perubahan baloknya hanya memiliki satu
dimensi (p / l) sedangkan jika deformasi memiliki lebih dari satu dimensi (p, l, t).

Gambar 6.7 Defleksi pada Beam


Sumber : Beer (2012, p.556)

Gambar 6.8 Deformasi pada Sebuah Balok


Sumber : Beer (2012, p.566)
Tabel 6.1
Perbedaan Defleksi dan Deformasi
Parameter Defleksi Deformasi
Dimensi yang ditinjau Panjang atau luas saja Panjang, luas, tinggi
Penyebab Pembebanan Pembebanan, perlakuan
panas
Sifat Elastis Elastis dan plastis

Arah pembebanan Satu sumbu Bisa lebih dari satu sumbu


Efek yang ditimbulkan Bentuknya berubah, namun Bentuk dan ukuran berubah

ukuran tetap
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

6.1.3 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya yang dimiliki suatu benda untuk berputar
terhadap sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya adalah
hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).

M = F . d.......................................................................................................(6-1)

Keterangan :
M = Momen (N.m)
F = Gaya (N)
d = Jarak tegak lurus (m)

Arah momen gaya ada 2, yaitu searah putaran jarum jam (CW/Clock Wise) dan
berlawanan arah putaran jarum jam (CCW/Counter Clock Wise). Jika CW (Clock Wise)
maka bernilai positif dan sebaliknya. Macam-macam momen:
1. Momen Gaya (Torsi)
Momen gaya (torsi) adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya yang
bekerja pada sebuah benda sehingga mengakibatkan benda tersebut berotasi. Besarnya
momen gaya (torsi) tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya.Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami
perubahan kecepatan sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara
matematis dituliskan:

T = F . r..........................................................................................................(6-2)

Keterangan :
T = Momen gaya (N.m)
F = Gaya (N)
r = Jarak tegak lurus (m)

2. Momen Kopel
Momen kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah
dan sejajar. Besarnya kopel dinyatakan dengan momen kopel (M). Momen kopel
merupakan besaran vektor dengan satuan Nm. Pengaruh kopel terhadap benda yaitu
dapat menyebabkan benda berotasi.

𝑀 = 𝐹 . 𝑑 ...................................................................................................... (6-3)

Keterangan :
M = Momen kopel (Nm)
F = Gaya (N)
d = Jarak antara kedua gaya (m)

Gambar 6.9 Momen Kopel


Sumber: Holowenko (1990,p.75)

3. Momen Inersia
Momen inersia merupakan ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Momen inersia berperan dalam dinamika dasar, menentukan
hubungan antara
momentum sudut dan kecepatan sudut, serta momen gaya dan percepatan sudut.

I = k . m . r2..................................................................................................(6-4)

Keterangan :
I = Momen inersia (Kgm2)
k = Konstanta inersia (Kgm2)
m = Massa (Kg)
r = Jari-jari objek dari pusat massa (m)

Gambar 6.10 Momen Inersia Benda


Sumber: Beer (2012, p.566)

4. Momen Bending
Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar yang
bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak lurus
sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada jemuran
baju.

𝑀
= 𝜎…………………………………………………………………(6-5)
𝐼 𝑦
Keterangan :
M = Momen bending (Nm)
I = Momen inersia (m4)
y = Jarak dari sumbu netral ke permukaan luar benda (m)
σ = Tegangan bending (Pa)

6.1.4 Metode Perhitungan Defleksi


A. Metode Castigliano
Digunakan untuk menentukan perpindahan dari sebuah sistem linear-elastis,
berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip persamaan energi. Dengan konsep dasar
perubahan energi adalah hasil kali gaya dan perpindahan, sehingga gaya adalah
perubahan energi dibagi perpindahan yang dihasilkan. Ada 2 teori sebagai berikut:
1. Teori Pertama Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur elastis,
yang menyatakan:
“Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan perpindahan qi maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
perpindahan memberikan persamaan gaya Qi.”

𝑄𝑖 = 𝛿𝑈 ……………………………………………………………(6-6)
𝛿𝑞𝑖

Keterangan :
Qi = Gaya (N)
U = Energi regangan (Nm)
qi = Perpindahan (m)

2. Teorema Castigliano II
Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan dari suatu struktur elastis
sebagai persamaan gaya (Qi), maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
persamaan gaya memberikan persamaan perpindahan (qi) searah (Qi). Secara
matematis, dirumuskan sebagai:
𝑞𝑖 = 𝛿𝑈 ……………………………………………………………(6-7)
𝛿𝑄𝑖

Keterangan :
Qi = Gaya (N)
U = Energi regangan (Nm)
qi = Perpindahan (m)

B. Metode Integrasi Ganda


Metode ini digunakan untuk mengetahui defleksi di sepanjang balok sekaligus.

𝑦
𝐸𝐼 𝑑2 = 𝑀 ………………………………………………………(6-8)
𝑑𝑥 2

Keterangan :
y = Defleksi vertikal (m)
x = Defleksi horizontal (m)
E = Modulus elastisitas (N/m2)
I = Momen inersia (m4)
M = Momen (Nm)

C. Metode Luas Bidang Momen


Metode ini digunakan untuk mengetahui lendutan di satu daerah saja. Metode ini
didasarkan atas dua teorema yang berkaitan dengan luas dari diagram momen lentur.
Asumsi yang digunakan dalam menurunkan kedua teorema sama dengan yang
digunakan dalam persamaan diferensial kurva defleksi.

D. Metode Superposisi
Metode superposisi berguna hanya apabila rumus untuk defleksi dan kemiringan
telah tersedia. Untuk memudahkannya, lihat tabel dibawah ini.
Gambar 6.11 Defleksi dan Kemiringan
Sumber: Timoshenko (1997, p.367)

Anda mungkin juga menyukai