Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisa terhadap percobaan “Lendutan Batang” didasari oleh luasnya
penggunaan teori ini. Hal ini dapat dilihat pada elemen mesin yang mengalami beban
dalam keadaan tertentu. Seperti poros mobil yang mengalami beban akibat berat
kopling, plak gesek dan komponen lainnya. Dengan memahami dan mengerti prinsip
defleksi batang maka kekuatan dari suatu kontruksi dapat diketahui.

Untuk menentukan jenis material yang diinginkan biasanya ditentukan standar


defleksi maksimum yang diinginkan. Secara umum ada beberapa cara untuk
mengetahui besar lendutan batang, metode yang digunakan:

a) Metode Luas Diagram Momen


b) Metode Integral
c) Metode Superposisi
d) Metode Energi

Semua cara di atas dapat diketahui secara teoritas untuk mengetahui lendutan
yang terjadi pada suatu kontruksi. Namun perlu diketahui besarnya lendutan yang
terjadi berdasarkan percobaan.

Batang mengalami pembebanan dalam keadaan tertumpu akan mengalami


lendutan, besar kekuatan ini tergantung dari beban yang diterima oleh batang. Oleh
karena itu perlu diadakan pengujian untuk mengetahui berapa besar kekuatan
kontruksi mesin, misalnya bagian-bagian mesin harus kaku untuk mencegah dan
mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban.

1.2 Tujuan Percobaan


a) Mengetahui phenomena defleksi batang prismatik akibat pembebanan
b) Mengetahui besarnya defleksi yang terjadi pada batang baja.
c) Membandingkan nilai-nilai defleksi hasil perhitungan dan eksperimental
pada specimen.
d) Dapat menarik kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan dan analisa grafik.

1.3 Batasan Masalah


Dalam menganalisa lendutan batang (defleksi) yang terjadi pada batang
terdapat banyak metode dan kompleksnya permasalahan sehingga dalam percobaan
ini pengaruh berat batang diabaikan. Dimana beban bekerja lebih berat dari batang
pada specimen uji.
a) Material yang akan diuji adalah baja dengan spesifikasi sebagai berikut
 Dimensi :
 L = 80 cm = 0,8 m
 B = 33 mm = 0,033 m
 H = 7,2 mm = 0,072 m
 Modulus elastisitas 207 N/m (Baja Karbon Structural 0,5 -2,5 %)
2

b) Material uji adalah homogen sempurna dan isontropik (elastis yang


homogen pada semua arah)
c) Nilai Modulus Elastis baik untuk tarikan (tension) maupun tekanan
(compression) adalah sama.
d) Pembebanan batang yang ditumpu selama pengujian berada pada daerah
elastis dan memenuhi Hukum Hooke, dimana beban yang digunakan sesuai
data yang diberikan.
e) Pembebanan yang diberikan sama pada tiap beban uji, dimana berat
penggantung diabaikan.
f) Jenis tumpuan yang digunakan adalah tumpuan engsel dan roll.
g) Variasi yang digunakan adalah letak panjang ( 20 cm, 40 cm, dan 60 cm
dengan pembebanan (0,5 kg, 1,0 kg, 1,5 kg, 2,0 kg dan 2,5 kg)

1.4 rumusan masalah


ddari uraian latar belakang di atas dapat di rumuskan sebagai berikut:

a) perbedaan defliksi yang terjadi pada setiap titik yang di beri pembebanan
beban.
b) mengetahui kekuatan matrial pada kontruksi.
c)

1.5 Aplikasi Percobaan


Kegunaan dari pengetahuan tentang defleksi dari suatu kontruksi teknik adalah
sangat luas, dimana dalam suatu perencanaan setiap perhitungan kekuatan selalu
menyebabkan defleksi untuk pemilihan material yang digunakan misalnya pada
perencanaan kontruksi jembatan, poros dan lainnya.
Aplikasi dari pengujian ini dapat dilihat dalam semua kontruksi mesin, baik efek
pembebanan statis maupun dinamis yang dikenakan padanya. Contohnya poros
mobil, pegas dan rangka yang menopang peralatan/mesin.
BAB II

TEORI DASAR DAN RUMUS YANG DIGUNAKAN

2.1. Teori Dasar


Pada semua kontruksi teknik bagian-bagian pelengkap suatu bangunan
haruslah diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bagian-bagian tersebut haruslah
diukur dengan tepat untuk dapat menahan gaya-gaya yang sesungguhnya atau yang
mungkin akan dibebankan kepadanya. Jadi lantau sebuah gedung haruslah cukup
kuat untuk tujuan yang dikehendaki; poros sebuah mesin haruslah berukuran yang
memadai untuk memuat momen punter yang diperlukan dan menahan gaya-gaya luar
atau tekanan dalam. Demikian pula, bagian-bagian suatu struktur komposit harus
cukup tegar hingga tidak akan melentur atau melengkung melebihi batas yang
diizinkan bila bekerja di bawah beban yang diberikan.
Dalam aplikasi keteknikan, kemampuan untuk menentukan beban maksimum
yang dapat diterima oleh suatu kontruksi adalah penting. Pemilihan atau desain suatu
batang tergantung kepada kekuatannya, kekakuannya atau kestabilannya. Pada
criteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan gaya-gaya geser
dan momen lentur sedang criteria kekakuan, desain cukup kaku untuk menahan
defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut melebihi batas yang diizinkan.
Sumbu sebuah batang yang akan berdefleksi dari kedudukannya semula bila
berada di bawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain, suatu batang yang
mengalami pembebanan transversal, baik itu beban terpusat maupun terbagi rata
akan mengalami defleksi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi besar-kecilnya defleksi
adalah:
1. Besarnya dan jenis pembebanan
2. Jenis tumpuan
3. Jenis batang
4. Kekuatan batang
A. Jenis-Jenis Pembebanan
Salah faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang yang dibebani
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis-jenis pembebanan yaitu:

1. Beban terpusat (consentrated atau point load)


Beban berpusat ini titik kerja gaya pada batang dapat dianggap berupa titik
karena luas kontaknya sangat kecil.

Gambar 2.1. Beban terpusat

2. Beban terbagi rata (uniformly distributed load)


Disebut beban terbagi rata karena terbagi merata disepanjang batang
dinyatakan dalam q (kg/m atau kN/m).

Gambar 2.2. Beban terbagi rata

3. Beban bervariasi uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.
Gambar 2.3. Beban bervariasi Uniform

B. Jenis Tumpuan
Dalam menganalisa batang digunakan kaidah dragmatik untuk tumpuan balok
tersebut dan pembebanan yang disebabkan oleh bermacam-macam tumpuan dan
berbagai variasi dari beban. Adapun jenis tumpuan yang digunakan yaitu:

1. Tumpuan jepit (fixed support)


Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan momen dari gaya dalam
arah vertikal maupun horizontal.

Gambar 2.4. Tumpuan Jepit


2. Tumpuan engsel
Tumpuan engsel adalah tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal
disamping gaya vertical yang bekerja padanya.

Gambar 2.5. Tumpuan Engsel


3. Tumpuan roll
Tumpuan rol adalah tumpuan yang bias menahan komponen gaya vertical
yang bekerja padanya.

Gambar 2.6. Tumpual Roll

C. Jenis Batang
Jenis batang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, terutama pada macam
tumpuan yang digunakan. Adapun jenis-jenis batang yaitu:

1. Batang tumpuan sederhana atau batang sederhana (simply support beam)


Merupakan batang dimana batang bertumpu bebas di atas tumpuan kedua
ujungnya.

Gambar 2.7. Batang tumpuan sederhana

2. Batang kantilever (cantilever beam)


Merupakan batang yang ditumpu secara kaku pada salah satu ujung yang
lainnya bergantung bebas.

Gambar 2.8. Batang kantilever


3. Batang tergantung (overhanging beam)
Merupakan batnag dimana salah satu ujungnya dipegang secara kaku (dijepit)
dan pada bagian lainnya dari batang yang ditumpu bebas dimana batang
dibangun melewati tumpuan.

Gambar 2.9. Batang tergantung

4. Batang terjepit (rigidly fixed beam)


Merupakan batang dimana kedua ujungnya dipegang secara kaku (dijepit)

Gambar 2.10. Batang terjepit

5. Batang menerus (continous beam)


Merupakan batang dimana batang ditumpu lebih dari dua tumpuan pada
sepanjang batang.

Gambar 2.11. Batang Menerus


D. Momen Inersia
Pada prinsipnya, momen inersia hanya merupakan pernyataan matematis yang
disimbolkan dengan I. Terminologi momen inersia sendiri dinyatakan sebagai
hubungan gaya dengan massa dan percepatannya (Ferdinand dkk, 1995).
Sedangakan momen inersia luasan, dapat dihitung dengan menghitung jumlah
momen inersia pada tiap elemennya.

Gambar 2.12. Momen Inersia (Timoshenco, 1986)

pe ................................................................................................ persamaa 2.1

E. Modulus Elastis
Merupakan sifat yang menyebabkan sebuah benda kembali kebentuk semula
apabila gaya yang bekerja kepadanya dihilangkan. Sebuah benda akan kembali
sepenuhnya kepada bentuk semula dikatakan elastic sempurna, seangkan benda yang
tidak kembali sepenuhnya kepada bentuk semula dikatakan elastis parsial. Dalam hal
benda elastic sempurna, usaha yang dilakukan gaya-gaya dari luar selama deformasi
sepenuhnya ditransformasikan menjadi energy potensial regangan, sedangkan benda
elastis parsial sebagaian besar yang dilakukan oleh gaya luar selama deformasi diubah
ke dalam bentu panas yang timbul dalam benda itu selama berlangsungnya deformasi
non elastic.
Sifat di atas dapat diamati melalui pengujian tarik, maupun melalui pengujian
tekan. Pada pengujian tarik, tegangan bernading lurus dengan regangan yang terjadi
batas yang disebut batas elastis Hukum Hooke masih berlaku. Di dalam penyelidikan
sifat-sifat mekanis bahan, hubungan tegangan dan regangan tarik biasanya
digambarkan secara grafik seperti gambar berikut.

Gambar 2.13. Grafik Tegangan Dan Regangaan

Pertambahan panjang yang terjadi adalah berbanding lurus dengan gaya-gaya yang
terjadi. Hubungan ini dinyatakan dalam hokum Hooke:
𝑃.𝐿𝑜
𝛅 =𝐴
0 .𝐸

𝛅 = Li – L0
Dimana:
𝛅 = Elongasi yang terjadi (m)
P = Gaya tarik yang bekerja (N)
L0 = Panjang batang mula-mula (m)
Li = Panjang batang setelah penarikan (m+)
A0 = Luas penampang batang mula-mula (m2)
E = Modulus Elastis bahan (MPa) atau(N/m2)
Pada percobaan tarik harus dipastikan bahwa gaya tarik harus benar-benar
bekerja pada pusat penampang balok. Terlepas dari pertimbangan bagian-bagian
batang yang terletak disekitar gaya-gaya yang bekerja, bahwa dapat diasumsikan
bahwa selama tarikan berlangsung, semua berat batang prismatic ini mengalami
pertambahan panjang yang sama dan penampang batang yang semua bidang datar
dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu batang masih tetap demikian setelah terjadi
elongasi (deformasi).
 Tegangan tarik yang bekerja pada spesimen tarik:
𝑃
σ = 𝐴
 regangan tarik
𝜎
є = 𝐸
 Hubungan tegangan-regangan ini sampai dengan batas proporsional
dinyatakan dengan hokum Hooke
𝜎
E =
є
Pertambahan regangan akan berbanding lurus etgangan yang terjadi sampai batas
pada batas proporsional dimana hokum Hooke masih berlaku dan setelah melampaui
batas proporsional akan menyebabkan pertambahan panjang yang lebih cepat dan
giagram tarik akan melengkung dengan pertambahan gaya yang kecil dan kemudian
kurva grafik hamper mencapai horizontal ( tegangan pada titik ini disebut Yield ) ini
biasa menggunakan metode “Offset” yaitu membuat garis sejajar dengan garis
proporsional pada regangan sebesar 0,2% pada diagram tegangan regangan. Hal ini
dapat dilihat pada gambar kemudian penarikan lebih jauh lagi sampai pada tegangan
maksimum yang dapat diberikan oleh material terhadap gaya dari luar yang bekerja
padanya menyatakan kekuatan tarik dari material tersebut dan setelah melalui titik
ini, elongasi (deformasi) balok tetap terjadi meskipun gaya tarik makin berkurang dan
akhirnya material uji patah (tegangan break).

F. Gaya Geser dan Momen


Suatu system gaya-gaya sejajar dapat digantikan dengan sebuah gaya yang sama
dengan jumlah aljabar gaya-gaya tersebut bersama dengan sebuah kopel. Gaya ini
disebut gaya lintang ( shear force) V pada suatu penampang mn dan koper lentur dari
momen M yang sama dengan jumlah aljabar momen-momen gaya luar penampang
mn terhadap titik berat penampang tersebut yang dinamakan momen lentur (bending
momen). Jadi system gaya-gaya luar pada penampang mn dapat diganti dengan
system static ekuivalen yang terdiri dari gaya geser V yang bekerja pada bidang
penampang dan kopel mn.

Gambar 2.14. DBB Gaya gaya gaya pada tumpuan

Momen gaya-gaya yang bekerja pada bagian kiri batangterhadap titik berat mn
sama besar dan berlawanan arah dengan momen gaya-gaya bekerja pada bagian
kanan batang, demikian dengan gaya-gaya geser yang bekerja pada bagian kiri dan
kanan mn. Hubungan momen lentur, gaya lintang dan intensitas gaya:

𝑑𝑀
𝑑𝑥
=𝑉
2
𝑑 𝑀
𝑑𝑥 2
=𝑞

Besarnya momen lentur dan gaya geser dan sembarang penampang menentukan
besarnya tegangan yang bekerja pada potongan tersebut. Penyajian grafik dari gaya
lintang dan momen lentur sangat menyederhanakan analisis tegangan pada suatu
batang. Dalam penerapan praktis, perlu diketahui pada harga mana momen lentur
mencapai maksimum atau minimum, harga momen lentur mencapai maksimum dan
minimum pada titik msns gsys lintang berubah tanda.

G. Keseimbangan
Sebuah benda dikatakan dalam kondisi seimbang seimbang jika gaya luar beraksi
padanya membentuk gaya equivalen dengan nol. Ini berarti system tidak mempunyai
resultan kopel. Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan sebuah benda tegar yang
berada dalam kondisi static tertentu dapat dinyatakan secara analitis dengan
persamaan sebagai berikut :

∑ 𝐹𝐻 = 0

∑ 𝐹𝑉 = 0

∑𝑀 = 0

Persamaan di atas menunjukkan gaya luar yang beraksi pada benda tegar tidak
menimbulkan gerak translasi pada benda itu dan menyebabkan rotasi pada titik
manapun.aksi tiap gaya luar ditiadakan oleh gaya reaksi dari system itu. Sebelum
menetapkan persamaan di atas, perlu ditunjukkan dengan tepat sebuah gaya yang
bekerja pada benda itu baik gaya reaksi yang bekerja pada benda juga gaya rekasi
yang timbul pada tumpuan. Penggambaran sebuah gaya yang bekerja pada benda
tersebut diagram benda bebas.

Persamaan kesetimbangan di atastelah cukup untuk menyelesaikan tiga besaran


yang tidak diketahui yang dikatakan bersifat static tak tentu, hal ini diperlukan
persamaan-persamaan yang lain dengan memperhatikan kondisi yang
mempertimbangkan geometri dari deformasi yang terjadi seperti pada jepitan yang
mempunyai slop sama dengan nol.

H. Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya yang
pada balok atau batang. Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan
berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi
diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi.

Berbagai metode perhitungan defleksi (Lendutan Batang) tersedia. Meskipun pada


dasarnya mempergunakan prinsip yang sama, tetapi teknik dan sasaran masing-
masing metode berbeda.
Metode-metode yang dapat digunakan pada perhitungan lendutan pada batang
yaitu:
1. Metode Integrasi Ganda
2. Metode Luas Diagram Momen
3. Metode Superposisi
4. Metode energy

Dalam praktikum ini untuk menghitung secara teoritis digunakan metode integrasi
ganda.

a. Metode Integrasi Ganda

Gambar 15. Metode Intergrasi ganda

Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut kurva


elastic balok. Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang
original balok dengan proyeksi panjang lendutannya, konsekuensinya kurva elastic
sangat datar dan kemiringannya pada setiap titik sangat kecil. Harga kemiringan,
𝑑𝑦
tan 𝛳 = 𝑑𝑥 , dengan kesalahan sangat kecil biasanya dibuat sama dengan 𝛳 oleh

karena itu:

𝑑𝑦
𝛳 = 𝑑𝑥 ………………………………………………………………………… persamaan 2.2
Dan

𝑑𝛳 𝑑2 𝑦
= 𝑑2 𝑥 ………………………………………………………………………..persamaan 2.3
𝑑𝑥

Apabila kita sekarang meninjau variasi 𝛳 dalam panjang differensial ds yang


disebabkan oleh lenturan pada balok, secara nyata bahwa
ds = pd 𝛳 …………………………………………………………………… …persamaan 2.4

dimana p adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastic sangat
datar, ds pada prakteknya sama dengan dx; sehingga dari persamaan (2) dan (1)
kita peroleh:

𝐼 𝑑𝛳 𝑑𝛳 1 𝑑2 𝑦
= ≈ 𝑎𝑡𝑎𝑢 ……………………………………...………………persamaan 2.5
𝜌 𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝜌 𝑑𝑥 2

Dengan mengambil rumus lentur, maka


𝐼 𝑀
= 𝐸𝐼 ………………………………………………………………...………….persamaan 2.6
𝜌

Dengan menyatakan harga dari persamaan (3) dan (6), kita peroleh

𝑑2 𝑦
𝐸𝐼 𝑑𝑥 2 = 𝑀 ………………………….....……………………………………...persamaan 2.7

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastic balok.


Perkalian EI, disebut kekekalan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok.

Pendekatan yang dibuat secara seriuas mensyahkan persamaan (5); karena


apabila kita mengganti 1/𝜌 dengan harga tepat seperti yang diperoleh dalam naskah
kalkulus, kita peroleh, dari persamaan (4)

𝑑2 𝑦
𝑑𝑥2 𝑀
3⁄ = 𝐸.𝐼 ................................... persamaan 2.8
𝑑𝑦 2 2
[1+( ) ]
𝑑𝑥

Karena dy/dx sangat kecil, kuadratnya diabaikan karena dianggap satu dari
sini diperoleh

𝑑2 𝑦 𝑀
= 𝐸𝐼 ; sama dengan persamaan (5)
𝑑𝑥 2

Apabila persamaan (5) diintegrasi, andaikan EI tetap, maka diperoleh


𝑑𝑦
𝐸𝐼 𝑑𝑥 = ∫ 𝑀 𝑑𝑥 + 𝐶1 …………………………………………... persamaan 2.9
Persamaan ini adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan kemiringan
atau harga dy/dx pada setiap titik. Dapat dicatat disni bahwa M menyatakan
persamaan momen yang dinyatakan dalam terminology x dan C1 adalah konstanta
yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu.

Apabila persamaan (5) diintegrasi, diperoleh

𝐸𝐼 = ∬ 𝑀 𝑑𝑥 𝑑𝑥 + 𝐶1𝑥 + 𝐶2 ……………………………………persamaan 2.10

Persamaan ini adalah persamaan lendutan kurva elastic yang dikehendaki guna
menunjukkan harga y untuk setiap harga x; C2 adalah konstanta integrasi lain yang
harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan pembebanannya.
Lampiran 1

MOMEN INERSIA UNTUK BEBERAPA BANGUN 3D


MOMEN INERSIAL UNTUK BEBERAPA PENAMPANG BIDANG DATAR
Tabel. Nilai Modulus Elastisitas dari Berbagai Material

Elastic Shear
Poisson's
Material Modulus Modulus
Ratio
(GPa) (GPa)

Aluminum [Al] 70 26 0.33

Aluminum Alloy 70 - 79 26 - 30 0.33

Brass 96 - 110 36 - 41 0.34

Brass; Noval 100 39 0.34

Brass; Red (80% Cu, 20% Zn) 100 39 0.34

Brick (Compression) 10 - 24 - -

Bronze; Regular 96 - 120 36 - 44 0.34

Bronze; Manganese 100 39 0.34

Carbon [C] 6.9 - -

Ceramic 300 - 400 - -

Concrete 18 - 30 - 0.1 - 0.2

Copper [Cu] 110 - 120 40 - 47 0.33 - 0.36

Copper Alloy 120 47 -

Cork - - 0

Glass 48 - 83 19 - 34 0.2 - 0.27

Gold [Au] 83 - 0.44

Iron (Cast) 83 - 170 32 - 69 0.2 - 0.3

Iron (Wrought) 190 75 0.3

Magnesium [Mg] 41 15 0.35

Magnesium Alloy 45 17 0.35

Monel (67% Ni, 30% Cu) 170 66 0.32

Nickel [Ni] 210 80 0.31

Nylon; Polyamide 2.1 - 2.8 - 0.4

Platinum [Pt] 145 - 0.38


7.0 × 10-4- 2.0 × 10-4-
Rubber 0.45 - 0.5
4.0 × 10-3 1.0 × 10-3

Silver [Ag] 76 - -

Solder; Tin-Lead 18 - 35 - -

Steel 190 - 210 75 - 80 0.27 - 0.3

Stone; Granite (Compression) 40 - 70 - 0.2 - 0.3

Stone; Limestone (Compression) 20 - 70 - 0.2 - 0.3

Stone; Marble (Compression) 50 - 100 - 0.2 - 0.3

Tin [Sn] 41 - 0.36

Titanium [Ti] 110 40 - 40 0.33

Titanium Alloy 110 - 120 39 - 44 0.33

Wood; Ash (Bending) 10 - 11 - -

Wood; Douglas Fir (Bending) 11 - 13 - -

Wood; Oak (Bending) 11 - 12 - -

Wood; Southern Pine (Bending) 11 - 14 - -

Zinc [Zn] - - 0.25


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat yang digunakan


a. Dial gauge
Berguna untuk mengukur defleksi pada batang plat baja
b. Mistar
Berguna untuk mengukur tebal, lebar dan panjang batang plat baja
c. Tumpuan (Engsel dan roll)
Sebagai tumpuan batang plat baja
d. Rangka
Sebagai alat penompang spesimen

3.1.2. Bahan yang dugunakan


a. Plat baja (Panjang 0,8 m, lebar 33 mm, tebal 7,1 mm)
b. Beban ( 0,5 kg, 1,0 kg, 1,5 kg, 2,0 kg dan 2,5 kg)

3.2. Gambar alat dan bahan yang digunakan

Gambar 3.1 Alat Penguji Lendutan


Gambar 18. Dial Gauge

Gambar 19. Beban

3.3. Prosedur pengambilan data

A. Lendutan Batang
1. langkah pengujian ke 1
20 cm
p

Gambar 3.1. Jarak 20 pembebanan ke 1

a) Memasang tumpuan engseldan roll dengan jarak masing-masing seperti pada


gambar.
b) Menempatkan batang uji di atas tumpuan.
c) Memasang Dial Gauge, pengait dan penggantung beban di atas batang uji
sesuai dengan jarak yang ditentukan.
d) Mengatur skala Dial Gauge pada posisi nol.
e) Memberikan pembebanan kemudian mencatat penunjukan skala pada Dial
Gauge.
f) Menambahkan beban, kemudian lakukan hal yang sama pada poin e sampai
pada beban yang ditentukan.

2. langkah pengujian ke 2
40 cm
p

Gambar 3.2. Jarak 40 cm pembebanan ke 2

a) Memasang tumpuan engsel dan roll dengan jarak masing-masing seperti


pada gambar.
b) Menempatkan batang uji di atas tumpuan.
c) Memasang Dial Gauge, pengait dan penggantung beban di atas batang
uji sesuai dengan jarak yang ditentukan.
d) Mengatur skala Dial Gauge pada posisi nol.
e) Memberikan pembebanan kemudian mencatat penunjukan skala pada
Dial Gauge.
f) Menambahkan beban, kemudian lakukan hal yang sama pada poin e
sampai pada beban yang ditentukan.
3. Langkah pengujian ke 2
20 cm
p

Gambar Gambar
22. Jarak3.4. Jarak pembebanan
pembebanan ke 3 = 20 cm

a) Memasang tumpuan engseldan roll dengan jarak masing-masing seperti


pada gambar.
b) Menempatkan batang uji di atas tumpuan.
c) Memasang Dial Gauge, pengait dan penggantung beban di atas batang
uji sesuai dengan jarak yang ditentukan
d) Mengatur skala Dial Gauge pada posisi nol.
e) Memberikan pembebanan kemudian mencatat penunjukan skala pada
Dial Gauge.
f) Menambahkan beban, kemudian lakukan hal yang sama pada poin e
sampai pada beban yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai