Anda di halaman 1dari 28

MODUL

PENGUJIAN DEFLECTION CURVED BAR

Disusun Oleh :
1. Riki Sulistyo (5211418030)
2. Dwi Choirul Maulana (5211418033)
3. Dafa Oktaditya P. (5211418036)
4. Murti Ayu Nur S. (5211418039)
5. M. Adnan Bayu S. (5211418043)
6. Abram Puspa P. (5211418047)
7. M. Bustanul Aripin (5211418050)

Dosen Pengampu : Sonika Maulana, S.Pd., M.Eng

Prodi Teknik Mesin

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

Tahun 2020
BAB I

PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang

Pengujian adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk mengukur dan menilai
unjuk kerja suatu instalasi. Untuk mengetahui kualitas suatu bahan/material sangat
perlu dilakukan pengujian. Pengujian defleksi sangat penting dilakukan pada material
guna untuk mengetahui kelenturan benda uji ketika mengalami suatu pembebanan,
karena defleksi/kelenturan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
perancangan konstruksi mesin maupun bangunan, untuk mendapatkan konstruksi
yang kokoh atau mampu menerima beban tertentu.

1.2 Tujuan Pengujian

Tujuan pengujian deflection curved bar ini adalah:

1. Untuk mengetehui defleksi horizontal dari bermacam –macam batang lengkung


ketika mendapatkan sebuah pembebanan.

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap defleksi yang terjadi.


BAB II

Teori Dasar

2.1 Teori Dasar

2.1.1 Definisi Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok atau batang yang ditinjau dari
satu dimensi akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang,
yang biasanya dialami oleh benda yang mempunyai panjang. Sumbu sebuah
batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh
gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami
defleksi seperti yang ditunjukan pada gambar. Defleksi dapat dibedakan menjadi dua
jenis,yaitu:

1. Defleksi Vertikal (Δy) Perubahan posisi batang atau balok arah vertikal
karena adanya pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.

2. Defleksi Horisontal (Δx) Perubahan posisi suatu batang atau balok arah
horisontal karena adanya pembebanan yang diberikan pada batang atau balok.

Gambar 2.1 Kurva Defleksi


2.1.1.1 Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi

1. Kekakuan batang

Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan bentuknya


supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat di beri gaya. Semakin
kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang akan
semakin kecil.

2. Besar kecilnya gaya yang diberikan

Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang
maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.

3. Jenis tumpuan yang diberikan

Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka
defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak)
dan defleksi yangt erjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.

4. Jenis beban yang terjadi pada batang

Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva defleksi
yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada
beban titik tertentu saja.

2.1.1.2 Macam-macam tumpuan

a. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical dan gaya
reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang
bekerja dalam setiap arah dari bidang. Gambar dari tumpuan engsel dapat
dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Tumpuan Engsel

b. Rol

Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal. Jenis
tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Gambar dari tumpuan rol dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Tumpuan Rol

c. Jepit

Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya reaksi
horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu
melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau
momen. Gambar dari tumpuan jepit dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Tumpuan Jepit

2.1.1.3 Jenis-jenis pembebanan

1. Beban terpusat

Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.
Gambar dari beban terpusat dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Pembebanan Terpusat

2. Beban merata

Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan


dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m). Gambar dari beban merata dapat
dilihat pada gambar 2.6 berikut:
Gambar 2.6 Pembebanan Terbagi Merata

2.1.2 Perbedaan Defleksi dan Deformasi

Seperti disebutkan diatas defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertical dan
horizontal pada balok atau batang. Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena
pembebanan saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang dialami
balok atau batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut, sedangkan deformasi dapat merubah bentuk dan
ukuran serta volume balok tersebut.

Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat
berdasarkan dimensi dari batang atau balok, jika defleksi maka batangnya
hanya memiliki satu dimensi (p / l ) sedangkan jika deformasi memiliki lebih
dari satu dimensi(p, l, t).

Gambar 2.7 Defleksi Balok


Gambar 2.8 Deformasi Balok

2.1.3 Macam-macam Deformasi

Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek diterapkan karena


adanya gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik, kekuatan tekan, geser dan
torsi. Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Deformasi Elastis

Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja,serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan,maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.

2. Deformasi Plastis

Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya


pembebanan yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk
material tidak dapat kembali ke keadaan semula.
Gambar 2.9 Tegangan Regangan

Gambar 2.9 adalah gambar dari diagram uji tarik. Dari gambar di atas dapat kita
lihat batas elastisitas (σE) dinyatakan dengan titik A. Bila bahan diberi beban
sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan maka bahan tersebut akan
kembali ke kondisi semula yaitu regangan “nol” pada titik O. Batas
proporsional (σp) adalah titik sampai dimana penerapan hukum hooke masih bisa
ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas
proporsional sama dengan batas elastis. Deformasi plastis yaitu perubahan bentuk
yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada gambar yaitu bila bahan ditarik
sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.

Tegangan maksimum (σuy) sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan
deformasi elastis ke plastis. Tegangan Luluh Bawah (σly) adalah tegangan
rata rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress) maka yang dimaksud adalah
tegangan ini. Regangan Luluh (εy) adalah regangan permanen saat bahan akan
memasuki fase deformasi plastis. Regangan Elastis (εe) Regangan yang diakibatkan
perubahan elastic bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali
ke posisi semula. Regangan Plastis (εp)regangan yang diakatkan perubahan plastis.
Pada saa tbeban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai peerubahan
permanen bahan. Regangan Total merupakan gabungan antara regangan plastis
dan elastis, εT =εe+εp. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B
regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi
regangan ada pada titik E danbesar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis. Tegangan tarik maksimum pada gambar ditunjukan dengan titik
C merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan Patah pada gambar ditunjukan dengan titik D,merupakan besar
tegangan dimana beban yang diuji putus atau patah.

2.1.4 Jenis Jenis Batang

1. Batang tumpuan sederhana

Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.

Gambar 2.10 Batang tumpuan sederhana

2. Batang kartilever

Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.11 Batang kantilever

3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana

Gambar 2.12 Batang Overhang

4. Batang menerus

Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 2.13 Batang menerus

2.1.5 Momen

Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah benda


disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya
adalah hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).

M = F.d

Keterangan:

M = Momen (Nm)

F = Gaya (N)

d = jarak tegak lurus (m)


Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah jarum
jam(CW/ClockWise) atau berlawanan arah jarum jam (CCW/Counter ClockWise)
begitu pula dengan perjanjian tanda positif dan negative dari CW dan CCW.

Macam-macam momen :

1. Momen Gaya (Torsi)

Perubahan gaya translasi pada sebuah benda dapat terjadi jika resultan gaya
yang mempengaruhi benda tidak sama dengan nol. Jika resultan gaya adalah nol
maka benda mungkin akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Untuk
mengubah kecepatan dibutuhkan gaya. Hal ini sesuai dengan Hukum II Newton.
Peristiwa yang sama juga berlaku pada gerak rotasi jika benda tersebut diberi
momen gaya. Dengan adanya momen gaya maka benda akan mengalami
perubahan kecepatan sudut. Momen gaya merupakan besaran vektor dan secara
matematis dituliskan :

Keterangan :

2. Momen Kopel

Momen kopel dinotasikan dg M, satuannya Nm. Kopel adalah pasangan dua


buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar. Besarnya kopel
dinyatakan dengan momen kopel (M). Momen kopel seperti yang ditunjukkan
pada gambar di bawah merupakan besaran vektor dengan satuan Nm. Pengaruh
kopel terhadap benda yaitu dapat menyebabkan banda berotasi. Formula: M = F x d
Gambar 2.14 Momen Kopel

3. Momen Inersia

Momen inersia merupakan ukuran kelebaman suatu benda untuk berotasi


terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen
inersia berperan dalam rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, menentukan
hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut,serta momen gaya dan
percepatan sudut, daftar dari momen inersia dari berbagai benda dapat dilihat pada
gamba rdi bawah.

I = k. m. r2

Keterangan:

I = Momen Inersia (Kgm2)

k = konstanta inersiam = massa (kg)

r = jari-jari objek dari pusat massa (m)


Tabel 2.1 Momen Inersia Benda

4. Momen Bending

Momen bending adalah jumlah dari semua komponen momen gaya luar yang
bekerja pada segmen yang terisolasi, yaitu beban luar yang bekerja tegak lurus
sepanjang sumbu axis. Sebagai contoh momen bending adalah terjadi pada
rangka atap rumah.

Keterangan:
2.2 Modulus Elastisitas

Modulus elastitas merupakan perbandingan unsure tegangan normal dan regangan


normal. Adapun persamaan dinyatakan sebagai berikut

E = a/s

Keterangan :

E = modulus elastisitas bahan (N/m²)

Σ = tegangan normal (N/m²)

Ε = regangan normal

Sifat elastic suatu bahan material ditentukan oleh modulus elastitas berikut adalah
nilai modulus elastitas untuk beberap material.

Table 2.2 Nilai modulus elastisitas bahan

No Material E (N/m²)

1 Baja Karbon Struktural 0,5 %-0,25 200-207

2 Baja Nikel (3-3,5%) 200

3 Duralinium 69

4 Tembaga (Copper),Cold Rolled 110-120

5 Gelas 69

6 Dine (Cemara) dengan grafin 10,34

7 Beban dalam tekanan 27,6


8 Brass 90

9 Aluminium 70

2.1.6 Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengetahui defleksi batang lentur

1. Strain gauge

Strain gauge yang digunakan berfungsi sebagai sensor aktif yang mendeteksi
tegangan yang terjadi pada load cell. Pada alat uji defleksi terdapat dua strain gauge
yaitu strain gauge pada tumpuan jepit dan stain gauge pada tumpuan roll.

Gambar 2.15 Strain gauge

2. Mur Setting pada tumpuan Rol

Mur setting pada tumpuan rol ini bertujuan untuk menyeting kembali bahwa angka
Strain gauges pada tumpuan rol harus dalam posisi menunjukan angka NOL tanpa
beban.

Gambar 2.16 Mur Setting pada tumpuan Rol


3. Mur setting pada tumpuan jepit

Mur penyetting pada tumpuan jepit ini pun sama bertujuan untuk menyeting kembali
bahwa angka strain gages pada tumpuan jepit harus dalam posisi menunjukan angka
NOL tanpa beban

Gambar 2.17 Mur setting pada tumpuan jepit

4. Dial indicator

Dial indikator adalah salah satu alat ukur yang dapat mengukur kerataan benda kerja
yang ketelitiannya 0,01mm. Gambar 2.7. Dial indicator Fungsi dial indikator adalah :
a) Memeriksa kerataan dari permukaan benda b) Memeriksa penyimpangan yang
kecil pada bidang datar, benda bulat, benda permukaan lengkung c) Memeriksa
penyimpangan eksentris d) Memeriksa kesejajaran permukaan benda

Gambar 2.18 Dial indicator


2.4 Aplikasi Lendutan Batang

Aplikasi dari analisa lendutan batang dalam bidang keteknikan sangat


luas,mulai dari perancangan poros transmisi sebuah kendaraan bermotor
ini,menujukkan bahwa pentingnya analisa lendutan batang ini dalam perancangan.
Sebuah konstruksi teknik,berikut adalah beberapa aplikasi dari lendutan batang :

1. Jembatan

Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat


penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau kendaraan
diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang bergerak diatasnya.
Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan batang atau defleksi pada
batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi yang terjadi secara berlebihan
tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada jembatang tersebut dan hal yang tidak
diinginkan dalam membuat jembatan

2. Poros Transmisi

Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk


mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial. Ini
yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi yang
terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan sumbu poros
akan menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi.
Selain itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.

3. Rangka (chasis) kendaraan

Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar,memiliki


kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun konstruksinya.

4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang

Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat


tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang tinggi
namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,diperlukan analisa lendutan
batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material atau batang-batang
penyusun pesawat tersebut,untuk mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan
yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-menerus

5. Mesin Pengangkut Material

Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap dijepit
pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat material kemungkinan
untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya
bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan
maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut (James M.Gere 1978).
Bab III

Metode Perhitungan

3.1 Metode Dasar

Ketika suatu gaya diberikan pada benda elastis, kerja yang dilakukan pada benda itu
akan berubah bentuk. Energi kerja yang disimpan dalam benda elastis disebut energi
regangan. Objek elastis akan kembali ke bentuk aslinya ketika gaya dilepaskan. Energi
regangan dapat disebabkan oleh tekanan, tegangan, tekukan, puntir, gaya geser, dll.
Teorema Castigliano menyatakan bahwa defleksi yang disebabkan oleh beban eksternal
sama dengan diferensial parsial dari energi regangan sehubungan dengan beban eksternal
itu. Di setiap titik aksi kekuatan ini ada defleksi.
Gambar 3.1 menunjukkan objek elastis yang ditindak lanjuti oleh kekuatan W1, W2, W3, ....,
Wn. Di setiap titik aksi kekuatan ini ada defleksi. Menurut Teorema Castigliano, defleksi
pada titik-titik ini adalah:

Dengan
U = energi regangan total
W = beban pada titik
X = defleksi pada W masing-masing

Lendutan titik A ke arah gaya sama dengan diferensial parsial energi regangan total U untuk
sistem terhadap W1 (gaya yang bekerja pada titik A).
Gambar 3.1 Objek Defleksi

A. Quarter Circle Bar


Untuk konservasi energi, total energi regangan yang disebabkan oleh momen lentur M
adalah

Momen lentur untuk seperempat lingkaran bar, di bagian mana pun dθ adalah

Jadi, energi regangan yang disimpan karena memuat Pv adalah

Kemudian, defleksi vertikal

Lendutan horizontal dapat dihitung dengan menerapkan gaya imajiner PH dalam arah
horizontal. Dari Teorema Castigliano, garis horizontal diberikan oleh,

Dengan
R = jari-jari seperempat lingkaran bar
E = modulus elastis dari material batang
I = momen kedua dari luas penampang I = bh3 / 12
b = lebar penampang
d = ketebalan penampang

Gambar 3.2 Quarter circle bar Gambar 3.3 Circular bar

B. Circular Bar
Lendutan yang disebabkan oleh gaya PV adalah,

dengan nilai R, E dan I seperti di atas. Potongan melintang bilah adalah 25 x 3 mm.

Contoh Perhitungan :
R = 150 mm
E = 200G N/m2
I = bh3 / 12
b = 25mm
d = 3mm

a) Quarter Circle Bar


i. Momen kedua luas penampang
ii. Lendutan vertikal (teori) 0,2 kg

iii. Momen kedua luas penampang

iv. Lendutan horizontal (teori) 0,2 kg

b) Circular bar
i. Momen kedua luas penampang
ii. Lendutan (teori) 0.5kg,

3.2 Berikut contoh spesimen uji defleksi curved bar :

Gambar 3.5 Spesimen Uji

Bahan : Baja 25,4 x 3,2 mm; E = 2 x 107gr/mm

Spesimen 1 : a = 75 mm; R = 75 mm;b = 75 mm

Spesimen 2 : a = 0 mm; R = 150 mm;b = 0 mm

Spesimen 3 : a = 0 mm; R = 75 mm;b = 75 mm

Beban tergantung = 0,16 kg

3.3 Prosedur Pengujian Dan Pengambilan Data


Gambar 3.6 Sketsa Curved Bar Apparatus

Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:

1. Spesimen (2) dipasang pada klem (1).

2. Blok (3) dikendorkan dan ditempatkan ulang jika perlu untuk menempatkan
spesimen. Kunci pada posisi yang tersedia.

3. Beban (4) dipasang pada spesimen. Dial indicator (5) dan (6) ditempatkan
berhubungan dengan beban (4).

4. Indikator di set terlebih dahulu sehingga menunjukkan angka nol. Pembebanan


dilakukan dengan memberikan beban pada beban tergantung (4).

5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat


perubahan yang terjadi.

3.4 Contoh Tabel Pengambilan Data

1) Tabel Spesimen 1
2) Tabel Spesimen 2

3) Tabel Spesimen 3

3.5 Contoh Perhitungan


DAFTAR PUSTAKA

Fahruddin, A rasy & Iswanto. 2016. MODUL PRAKTIKUM FENOMENA DASAR


MESIN. Sidoarjo. UMSIDA PRESS.

Artikel pdfslide.net. 2015. LAPORAN FENOMENA DEFLEKSI. Diakses dari situs


https://pdfslide.net/documents/laporan-fenomena-defleksi.html. Pada
tanggal 11 mei 2020

Artikel Mexico Documents. 2015. Deflection of Curved Bars. Diakses dari situs
https://vdocuments.mx/deflection-of-curved-bars.html. Pada tanggal 6 juni
2020

Zacoeb,Achfas. 2014. DEFORMASI BALOK SEDERHANA. Diakses dari situs


http://zacoeb.lecture.ub.ac.id/files/2014/10/9-Deformasi-Balok-
Sederhana.pdf. Pada tanggal 4 juni 2020

Anda mungkin juga menyukai