Anda di halaman 1dari 43

DEFLECTION OF CURVED BARS

APPARATUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan ilmu-ilmu dasar penunjang di bidang teknik mesin seperti Statika
Struktur, Mekanika Fluida, dan Getaran Mekanik pada saat ini berkembang sangat
pesat. Penerapan fenomena dasar mesin diberikan sedekat mungkin dengan
kenyataan yang ada di lapangan, sehingga mahasiswa dapat mengetahui, mengerti,
dan memahami fenomena-fenomena yang terjadi dengan peralatan-peralatan yang
sudah menjadi standar praktikum dan penelitian (Khairul, 2018).
Perkembangan cara berfikir manusia, disertai dengan sistem pendidikan yang
mapan, memungkinkan masyarakat untuk berpikir kritis, kreatif dan produktif.,
misalnya suatu perencanaan yang perlu mempertimbangkan segala pengaruh,
seluruh resiko harus diminimalkan. terutama dalam sistem. Pengaruh-pengaruh
tersebut dapat berasal dari luar ataupun dari sistem itu sendiri. Suatu sistem yang
baik memiliki banyak keunggulan dan sedikit resiko, salah satunya
memperhitungkan jenis material dari komponen (Noordyah, 2014)
Pemilihan material yang sesuai memberikan efek yang positif terhadap sistem.
Sebelumnya suatu material perlu diuji untuk mengetahui kekuatan material tersebut
dalam pengaruh gaya maupun beban, salah satunya defleksi, yang merupakan suatu
fenomena perubahan pada spesimen dalam arah vertical dan horizontal akibat
adanya pembebanan yang diberikan. Salah satu persoalan yang sangat penting
diperhatikan dalam perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada elemen-
elemen yaitu ketika spesimen mengalami suatu pembebanan. Hal tersebut sangat
penting terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness).
Defleksi selalu ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu seorang
engineer harus memperhitungkan defleksi yang terjadi. Jika tidak dihitung berapa
defleksi yang terjadi maka akan berakibat fatal bagi penggunanya, karena nilai
defleksi yang besar akan mengurangi faktor safety pada struktur tersebut, maka dari
itu, defleksi harus dianalisa dan dihitung secara akurat dan presisi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


1
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
1.2 Tujuan
1. Mengatahui fenomena defleksi (lendutan) pada suatu material.
2. Membandingkan nilai defleksi yang terjadi pada jenis material yang berbeda.
3. Mengetahui pengaruh besar penambahan pembeban terhadap material.
4. Membandingkan dan membuktikan hasil dari pengujian secara visual, matematis
(manual), dan komputasi.

1.3 Manfaat
1. Praktikum diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang fenomena-
fenomena yang terjadi pada defleksi.
2. Praktikum diharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat pada praktikum
defleksi ke dunia kerja nantinya apabila diperlukan.
3. Dapat menghitung dan membandingkan hasil dari 3 macam cara yang digunakan
dalam analisa defleksi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


2
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Defleksi adalah perubahan bentuk pada suatu spesimen dalam arah vertikal dan
horizontal akibat adanya pembebanan secara vertikal maupun horizontal yang
diberikan pada suatu spesimen (balok atau batang). Deformasi pada balok secara
mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi tersebut dari posisinya sebelum
mengalami suatu pembebanan. Suatu batang akan mengalami pembebanan
transversal baik itu beban terpusat maupun merata ketika beban tersebut diberikan
beban dan mengalami defleksi. Pembebanan bending memiliki aspek untuk
memperhitungkan kekakuan batang, semakin besar nilai kekakuan pada batang
menghasilkan defleksi semakain kecil (John, 1971).
Defleksi dapat diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan
netral dikenal sebagai kurva elastis pada balok. Persamaan dari defleksi dapat
dilihat pada kurva defleksi dari sebuah batang, dan menghasilkan suatu defleksi.
Sebuah konstruksi di teknik, bagian-bagian perlengkapan suatu bangunan
harus diberi ukuran-ukuran fisik tertentu yang diukur dengan tepat agar dapat
menahan gaya-gaya yang akan dibebankan. Kemampuan untuk menentukan beban
maksimum yang dapat diterima oleh suatu konstruksi merupakan hal penting.
Kemampuan tersebut harus disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan
pertimbangan teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffness), dan
kestabilan (stability). Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada
hal tersebut, pertimbangan tersebut sangat berpengaruh dalam menentukan umur
dari suatu kontruksi. Pemodelan struktur ideal merupakan proses penampilan
struktur aktual atau struktur yang sebenarnya dengan model yang lebih simpel dan
mudah untuk dianalisis (Ghali, 2017)

2.2 Jenis-jenis Defleksi


2.2.1 Defkesi Vertikal (Δw)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik dan
tekan) hingga membentuk sudut defleksi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


3
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Posisi dari batang yaitu vertikal dan setelah pembebanan dihilangkan batang akan
kembali ke posisi semula. Sebuah batang diberikan tumpuan fixed pada salah satu
ujung batang, peggunaan tumpuan fixed bertujuan untuk mencekam batang agar
tidak mengalami pergerakan atau pergeseran searah dengan sumbu horizontal,
vertikal dan rotasi.

(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Defleksi Vertikal Sebelum Pembebanan (b) Defleksi Vertikal
Setelah Pembebanan
Sumber: Vitor Dias (2005, 426)

2.2.2 Defleksi Horisontal (Δp)


Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal dengan posisi
batang horizontal. Pembebanan tersebut membentuk sudut defleksi, setelah
pembebanan dihilangakan batang kembali ke posisi semula. Pembebanan searah
dalam defleksi horizontal mengakibatkan banding. Banding merupakan lendutan
yang terjadi pada batang setelah mengalami pembebanan, dan kembali ke posisi
semula setelah pembebanan dihilangkan.

Gambar 2.2 Defleksi Horizontal


Sumber: Bansal (2007, 556)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


4
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
2.3 Faktor Penentu Defleksi
Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya suatu defleksi pada suatu batang
diantaranya sebagai berikut.
a. Kekakuan Batang
Kekakuan suatu batang bernilai besar, maka lendutan yang terjadi pada batang
akan semakin kecil. Asumsi kekakuan yang dimiliki suatu batang dinamakan rigid
body. Rigid body merupakan perpindahan titik pada sebuah body yang tidak
mengubah jarak antara titik-titik didalam body tersebut (Vitor Dias, 2005).
b. Besarnya Kecil Gaya yang Diberikan
Gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya defleksi
yang terjadi. Besarnya beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi juga
semakin besar dan sebaliknya. Gaya yang bekerja pada defleksi berupa gaya yang
searah dengan sumbu vertikal. Pembebanan yang diberikan pada suatu batang
merupakan cara dari penerapan gaya dalam defleksi.
c. Jenis Tumpuan yang Diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda dan besarnya
defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda tidaklah sama. Reaksi dari
tumpuan yang melawan gaya dari beban semakin banyak maka defleksi yang terjadi
pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi
pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
d. Jenis Beban yang Terjadi pada Batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Beban terdistribusi merata, slope yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Diakibatkan sepanjang
batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik
tertentu.

2.4 Jenis-jenis Tumpuan


2.4.1 Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan engsel mampu melawan gaya yang
bekerja dalam arah bidang horizontal maupun vertikal, tetapi mempunyai rotasi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


5
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Contoh pengaplikasian pada tumpuan engsel yaitu pada engsel pintu, kursi lipat dan
lain lain.

Gambar 2.3 Tumpuan Engsel


Sumber: Hibbeler (2010, 201)

2.4.2 Tumpuan Rol


Tumpuan rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi
vertikal. Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik. Satu garis spesifik merupakan salah satu arah terhadap sumbu horizontal
atau vertikal, tergantung dari bidang penempatan tumpuan tersebut. Contoh
penggunaan tumpuan rol yaitu pada trolli, arah rotasi pada tumpuan rol bernilai nol.

Gambar 2.4 Tumpuan Rol


Sumber: Hibbeler (2010, 201)

2.4.3 Tumpuan Jepit


Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal,
gaya reaksi horizontal, dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit
ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel
atau momen.

Gambar 2.5 Tumpuan Jepit


Sumber: Hibbeler (2010, 201)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


6
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
2.5 Jenis-jenis Pembebanan
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah
jenis beban yang diberikan kepadanya. Jenis pembebanan diantaranya:
2.5.1 Pembeban Terpusat
Pembebanan terpusat adalah beban yang memiliki titik singgung sangat kecil,
dalam batas tertentu luas bidang singgung tersebut dapat diabaikan. Beban terpusat
dapat diaplikasikan pada roda mobil atau motor, dan batu yang berada pada sebuah
papan.

Gambar 2.6 Pemberatan terpusat


Sumber: Bansal (2007, 236)

2.5.2 Pembebanan Merata


Beban merata adalah beban yang bekerja menyentuh bidang konstruksi cukup
luas dan tidak bisa diabaikan. Beban merata terdistribusi merata di sepanjang
batang dan dinyatakan dalam N/m.

Gambar 2.7 Pemberatan Terbagi Merata


Sumber: Sumber : Bansal (2007, 236)

2.5.3 Pembebanan Bervariasi Uniform


Beban bervariasi uniform juga disebut pembebanan tidak merata karena beban
sepanjang batang besarnya tidak merata. Beban tidak merata dapat berupa beban

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


7
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
berbentuk segitiga baik satu sisi maupun dua sisi. Satuan pembebanan tidak merata
dinyatakan dalam N/m.

Gambar 2.8 Pemberatan Bervariasi Uniform


Sumber: Bansal (2007, 236)

2.6 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Defleksi terjadi karena adanya pembebanan secara vertikal pada balok atau
batang. Deformasi tidak hanya terjadi karena pembebanan vertikal saja, tetapi
karena adanya berbagai macam perlakuan yang dialami balok atau batang. Defleksi
yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk (lendutan) pada balok tersebut, dan
deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran balok tersebut.

(a) (b)
Gambar 2.9 (a) Batang Sebelum Terdefleksi , (b) Batang Setelah Terdefleksi
Sumber: Bansal (2007, 511)

Gambar 2.10 Grafik Deformasi pada Sebuah Balok


Sumber: Nuses (2011)

2.7 Macam-macam Deformasi


Deformasi adalah variasi jarak antara dua titik di dalam solid body atau massa
cair (Dias, 2005). Deformasi timbul karena perubahan bentuk atau ukuran objek

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


8
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
yang diterapkan karena adanya gaya. Gaya ini dapat berasal dari kekuatan tarik,
kekuatan tekan, gaya geser dan torsi. Deformasi dibagi menjadi dua, yaitu:
2.7.1 Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang bekerja,
serta akan hilang bila beban ditiadakan. Deformasi elastis dapat dikatakan bila
beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Deformasi elastis berada dibawah tegangan yield yang ditunjukan dalam grafik
tegangan-reganagan,
2.7.2 Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun
bebannya dihilangkan. Berdasarkan tinjauan mikro, deformasi plastis
mengakibatkan putusnya ikatan atom dengan atom tetangganya dan membentuk
ikatan yang baru dengan atom lainya. Beban yang dilepaskan atom ini tidak kembali
ke ikatan awalnya. Deformasi plastis terjadi setelah mengalami daerah tegangan
yield, ditunjukan oleh grafik tegangan-regangan.

Gambar 2.11 Grafik Tegangan-Regangan


Sumber: Ferdinand (1995, 32)

2.8 Teori Castigliano


Teori Castigliano adalah metode untuk menentukan perpindahan dari sebuah
sistem linear-elastis berdasarkan pada turunan parsial dari prinsip persamaan
energi. Konsep dasar teori yaitu bahwa perubahan energi adalah gaya dikalikan

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


9
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
perpindahan yang dihasilkan. Gaya yang dirumuskan dengan perubahan energi
dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan.

Ada 2 teorema dalam teori Castigliano, yaitu:


1. Teori Pertama Castigliano
Teori ini digunakan untuk menghitung gaya yang bereaksi dalam struktur
elastis, yang menyatakan:
“Jika energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi
persamaan perpindahan qi , maka turunan parsial dari energi regangan terhadap
perpindahan memberikan persamaan gaya Qi” (Timoshenko, 1983).
Dirumuskan dengan,

U
Qi = (2.1)
Qi

Dimana, U = energi regangan

2. Teori Kedua Castigliano


Teori ini digunakan untuk menghitung perpindahan, yang menyatakan: “Jika
energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan
gaya Qi, maka turunan parsial dari energi regangan terhadap persamaan gaya
memberikan persamaan perpindahan qi, searah Qi” (Timoshenko, 1983).

U
qi = (2.2)
Qi

Contohnya pada beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di ujung, dan
perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua Castigliano:

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


10
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
U
= (2.3)
P
U L ML2  L PL2
= ∫ dL = ∫0 dL (2.4)
P 0 2EL P 2EI

Dimana, E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia penampang dan
M(L) = P × L adalah pernyataan untuk momen pada titik berjarak L dari ujung,
maka:
L PL2 PL3
 = ∫0 EI
dL = 3EI
(2.5)

2.9 Momen
Momen merupakan gaya yang diaplikasikan terhadap body dan menyebabkan
kecenderungan untuk merotasi body tersebut, sehingga memindahkan titik pada
gaya (Hibbeler, 2005). Penyebab terjadinya gerak translasi adalah gaya, sedangkan
pada gerak rotasi penyebab berputarnya benda dinamakan momen gaya (torsi).
Momen Gaya (F) adalah gaya dikali jarak/lengan. Arah gaya dan arah jarak harus
tegak lurus.
a. Benda panjang:  = Fl
b. Benda berjari jari:  = Fr
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa
dalam dinamika dasar, menentukan hubungan antara momentum sudut dan
kecepatan sudut, menuntukan momen gaya dan percepatan sudut, juga beberapa
besaran lain. Lambang I atau J digunakan untuk merujuk kepada momen inersia.
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari
sembarang objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi, ditunjukan oleh
persamaan:
I =  r2 dm (2.6)

Keterangan: m = Massa (kg)


r = Jarak (m)
d = Diameter (m)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


11
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Tabel 2.1 Momen Inersia Benda
No Bentuk Momen inersia
1. Segi empat
bh3
Ix =
12

bh3
Ix =
3

2. Segi tiga
bh3
Ix =
36

bh3
Ix =
12

3. Lingkaran
r 4
Ix =
4

r 4
J =
2

4. Setengah lingkaran
r 4
Ix = Iy =
8

Iy = 0.11r 4

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


12
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
5. Seperempat lingkaran
r 4
Ix = Iy =
16

Ix = Iy = 0.055r

6. Elips
ab3
Ix =
4

ba3
Iy =
4

Sumber: Ferdinand (1995, 593)


Defleksi ditentukan dari suatu struktur dapat digunakan metode luas momen.
Metode luas momen diperkenalkan oleh Saint–Venant dan dikembangkan oleh Mohr
dan Greene, beberapa teori luas momen diantaranya:

(a)

(b) (c)
Gambar 2.12 (a) Pembebanan pada Beam (b). Defleksi Setelah Pembebanan (c).
Diagram Pembebanan Arah Reaksi
Sumber: Vitor Dias (2005, 306)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


13
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
2.9.1 Teori Momen Luas Pertama
Perubahan sudut antara titik A dan B pada struktur melendut, atau kemiringan
sudut pada titik Bterhadap kemiringan sudut ada titik A. Dihasilkan dngan
menjumlahkan luas diagram M/EI dibawah kedua titik tersebut.

A Mdx
 = ∫B (2.7)
EI

Keterangan: θ = sudut kemiringan


M = momen lentur dengan jarak x dari titik B (N.m)
E = modulus elastisitas balok (Pa)
I = momen inersia (m4)
Teori Momen Luas Pertama ini dipergunakan untuk:
a. Menghitung lendutan.
b. Menghubungkan putaran sudut antara titik-titik yang dipilih sepanjang sumbu
balok.
2.9.2 Teori Momen Luas Kedua
Jarak vertikal B pada kurva defleksi dan tan A sama dengan momen dikali jarak
(centroid area) dibagi EI. Persamaan tersebut sama dengan teori momen luas
pertama. Diasumsi  = defleksi, teori momen luasan kedua berguna untuk
mendapatkan lendutan, karena memberikan posisi dari suatu titik pada balok
terhadap garis singgung disuatu titik lainnya.

2.10 Metode-Metode dalam Perhitungan Defleksi


Beberapa metode-metode yang digunakan dalam perhitungan defleksi
diantaranya:
2.10.1 Pengujian Visual
Pengujian dengan metode visual merupakan pengujian defleksi pada spesimen
yang dilakukan dalam laboratorium, hasil yang diperoleh yaitu dengan mengamati
deformasi pada spesimen ketika diberi beban yang bervariasi. Hasil yang diperoleh
berdasarkan indikator pada dial indicator.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


14
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 2.12 Pengujian Visual Defleksi Bar Apparatus


Sumber: Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

2.10.2 Analisis Matematis atau Manual


Perhitungan manual merupakan metode perhitungan defleksi dengan
menganalisis hasil metode menggunakan persamaan. analisis ini bertujuan untuk
mendapatkan defleksi vertikal dan defleksi horizontal, dengan persamaan yang
berbeda.

Gambar 2.13 Spesimen Aluminium Alloy


Sumber: Laporan FDM Teknik Mesin UM

Gambar 2.13 menunjukkan spesimen dengan ukuran a = 0 mm, b = 0 mm dan


R = 150 mm. Spesimen tersebut merupakan contoh dari spesimen yang digunakan
dalam menganalisa persamaan-persamaan yang ditentukan.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


15
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Diketahui regangan spesimen adalah

(rn −r)d
ε = (2.8)
r

sesuai sifat elastisitas karena beban

E(rA −r)d
 = E = (2.9)
r

gaya tangensial yang bekerja (normal terhadap benda)


Ft = 0
atau
E(rA −r)d Ed rA −r
∫ σdA = A r
dA = 
A r
dA
Ed rA
= (rA A − A da = 0 (2.10)
 r

luluh yang terjadi pada sumbu normal


A
𝑟𝐴 = dA (2.11)
A ( )
r

lokasi dari sumbu normal sudah ditentukan distribusi beban dengan


mempertimbangkan momen sumbu z.

M2 = A σdAy = A σdA(rA − r) = 0 (2.12)

dari persamaan 2.12 diperoleh

E(rA −r)2 d Ed (rA −r)2


A dA = A dA (2.13)
r  r

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


16
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
dari persamaan 2.13 diperoleh

Ed r
= (2.14)
 (rA −r)

dengan defleksi horizontal ke Persamaan 2.14 maka luluhnya diperoleh sebagai


berikut.
Sesuai Persamaan 2.14 dapat ditulis

π Pr3
δU 2 cos2 θ Pr30 
∆p = = ∫02 dθ = (2.15)
δP EI 4EI

untuk defleksi horizontal dipengaruhi oleh gaya H, Persamaan untuk momen


menjadi.

δM
M = Prc cos  + Hrc (1 − sin θ) dan = rc (1 − sin  ) (2.16)
δH

jika
δM
M δH = Pr03 (1 − sin )cos (2.17)

maka diperoleh

π
δU Pr32 (1−sin θ) cos θdθ Pr3
∆k = δH = ∫02 dθ = 2EIc (2.18)
EI

Wa2 Wr πa2 πR2 W


∆w = + [ + + 2aR] + [a2 b + 2ab2 + bR2 ] (2.19)
3EI EI 2 4 EI

dan

WaR2  R W ab2 b2 R
∆p = [a 2 − 1 + 2 ] + EI [abr + bR2 + + ] (2.20)
EI 2 2

Persamaan 2.8 - 2.20 memiliki arti sibol sebagai berikut.


r = jarak (m)
 = regangan (%)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


17
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
 = tegangan (N)
E = modulus elasitas (Pa)
 = sudut kemiringan
M = momen (N.m)
W = beban (N)
I = momen inersia (m4)
R = radius (mm)
∆𝑝 = defleksi horizontal (mm)
∆𝑊 = defleksi vertikal (mm)

2.10.3 Analisis Komputasi


Pengujian analisis komputasi menggunakan software ansys dilakukan di
laboratorium simulasi. Pada ansys defleksi bergantung pada gaya yang di masukan
dan memberikan jenis tumpuan fixed.

Gambar 2.16 Analisis Cantilever Beam dengan Ansys.


Sumber: Laboratorium Simulasi Teknik Mesin UM

Output dari software berupa penyebaran defleksi secara merata dan didapatkan
defleksi maksimal sesuai dengan beban yang diberikan. Penyebaran defleksi merata
dari minimum sampai ke maksimum. Perbedaan warna setiap region merupakan
indikator penyebaran tegangan yang timbul. Perlakuan yang sama dengan analisis
sebelumnya harus sesuai dengan input pada software.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


18
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Spesifikasi Alat
A. Deflection of Bars Curved Apparatus
Deflection of bars curved apparatus merupakan alat utama yang digunakan
dalam percobaan kali ini. Alat itu sendiri memiliki bentuk awal yakni sebuah
ragum/penjepit yang nantinya dipasangkan beberapa pelengkap agar mampu
menghitung beban defleksi dengan tepat.

Gambar 3.1 Deflection of Bars Curved Apparatus


Sumber : Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

B. Dial Indicator
Dial Indicator digunakan untuk menentukan besarnya pergerakan secara
vertikal pada material yang akan di ujikan, pada pengujian kali ini penggunaanalat
ini di tempatkan pada ujung spesimen. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah
maksimal mencapai 10 mm.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


19
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 3.2 Dial Indicator


Sumber : Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

C. Pemberat
Pemberat terdiri dari 10 bagian masing-masing memiliki berat sama yakni 50
gram dengan spesifikasi terbuat dari besi. Pemberat ini pun menjadi alat vital
karena menjadi beban utama yang digunakan pada pengujian defleksi.

Gambar 3.3 Pemberat


Sumber : Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


20
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
D. Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur Panjang benda yang akan diuji agar
mengetahui karakteristik sehingga memudahkan dalam proses perhitungan dan
pembuatan gambar pada perhitungan komputasional. Mistar yang digunakan
terbuat dari bahan baja dan memiliki ketelitian 1 mm.

Gambar 3.4 Mistar


Sumber: Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

E. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan dan diameter benda uji
defleksi. Alat tersebut memiliki fungsi yang sama dengan mistar, namun
penggunaan jangka sorong sendiri dinilai lebih memiliki tingkat ketelitian yang
tinggi sehingga lebih condong untuk pengukuran skala kecil. Ketelitian yang
dipakai yakni 0,5 mm.

Gambar 3.5 Jangka Sorong


Sumber: Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


21
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
3.1.2 Spesifikasi Bahan
A. Alumunium Alloy 1100
Lebar : 26 mm a : 0 mm
Tebal : 3 mm b : 0 mm
E : 69 GPa R : 150 mm
Beban tergantung : 500 Gram
Beban awal : 0 Gram
Penambahan beban : 50 Gram

Gambar 3.6 Jenis Bahan Uji Alumunium Alloy


Sumber : Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

B. Carbon and Low Alloy


Lebar : 26 mm a : 0 mm
Tebal : 3 mm b : 0 mm
E : 200 GPa R : 150 mm
Beban tergantung : 500 Gram
Beban Awal : 0 Gram
Penambahan beban : 50 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


22
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 3.7 Jenis Bahan Uji Carbon and Low Alloy


Sumber : Laboratorium FDM Teknik Mesin UM

3.2 Metode Penelitian

Gambar 3.8 Peralatan Siap Uji

Gambar 3.8 memiliki arti sebagai berikut.


1. Penahan / Penekan pada Ragum.
2. Bahan Uji.
3. Ragum.
4. Pemberat.
5. Dial Indicator (horizontal)
6. Dial Indicator (vertikal)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


23
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Langkah Kerja :
1. Pastikan semua peralatan uji bisa digunakan dengan baik dan berfungsi.
2. Kalibrasi dial indicator hingga mampu menghitung dengan presisi.
3. Siapkan material uji yakni 1 buah carbon and low steel dan alumunium alloy
dengan karakteristik tersebut diatas.
4. Tempatkan semua peralatan dan bahan uji pada sebuah meja, sehingga
memudahkan ketika pencarian.
5. Mulailah dengan memasang bahan uji pada deflection of bars curved
apparatus, pastikan pemasangan bahan uji tidak melenceng dan tepat antara
bagian kanan dan kiri dengan mengencangankan ragum.
6. kemudian memasang dial indicator pada deflection of bars curved apparatus
dengan memperhatikan ketinggian dengan bahan uji, hal ini dimaksudkan
agar metode visual bisa memberikan hasil uji yang mendekati kesempurnaan.
7. Selepas dial indicator dan bahan uji sudah di atur sedemikian rupa dan siap
dilakukan pengujian, tambahkan pemberat pertama sebesar 50 gram.
8. Catat hasil pertama dari pembebanan.
9. Lakukan penambahan dan ulangi hingga semua beban (sebesar 500 gram)
berhasil di tambahkan dan catat hasilnya.
10. Lakukan pengulangan yang sama pada material selanjutnya.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


24
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

3.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


A. Wearpack sebagai pelindung badan.
B. Sarung tangan kain sebagai pelindung dari logam yang tajam.
C. Sepatu safety untuk melindungi dari tertimpa peralatan maupun material uji.
D. Titik jepit : memberikan peringatan bahwa area yang memiliki titik jepit
merupakan area yang berbahaya.
E. Komunikasi 2 arah yang baik antar anggota tim.
F. Dilarang melakukan kegaduhan dalam area pengujian karena bisa merubah
hasil akhir dari pengujian.
G. Taruh kembali peralatan yang telah terpakai ke tempat semula.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


25
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
H. Bersihkan seluruh komponen pengujian sebelum di kembalikan pada tempat
semula.
I. Masker sebagai alat pelindung diri dari debu kotor serpihan besi yang
berterbangan.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


26
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Penelitian Visual

Bahan spesimen 1 : Carbon and Low Alloy Steel

E = 200 Gpa

a = 0 mm

b = 0 mm

R = 150 mm

Bahan spesimen 2 : Aluminium Alloy 1100

E = 69 Gpa

a=0

b=0

R = 150 mm

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Secara Visual


Jenis Spesimen
No. Beban
Steel Aluminium
1 50 0,15 0,265
2 100 0,175 0,52
3 150 0,5 0,98
4 200 0,83 1,36
5 250 0,985 1,715
6 300 1,165 2,125
7 350 1,45 2,655
8 400 1,62 3
9 450 1,77 3,425
10 500 1,95 3,9

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


27
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
4.2 Perhitungan Manual

Spesimen 1 (a = 0, b = 0, 1 1
R= 150 mm, E = 200 𝐼= 𝑏ℎ3 = 26 𝑚𝑚 ∙ (3𝑚𝑚)3 = 58,5𝑚𝑚4
12 12
GPa)
 Defleksi vertikal (∆w) ∆w = 0,5550650480 mm
W=m∙g
M = 300 gram
M = 50 gram πWR3
f. ∆w =
πWR3 4EI
a. ∆w = 4EI π ∙ 2,94 N ∙ (150 mm)3
∆w =
π ∙ 0,49 N ∙ (150 mm)3 4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
∆w =
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4 ∆w = 0,6660780576 mm
∆w = 0,1110130096 mm
M = 350 gram
M = 100 gram
πWR3
g. ∆w =
πWR3 4EI
b. ∆w = π ∙ 3,43 N ∙ (150 mm)3
4EI
∆w =
π ∙ 0,98 N ∙ (150 mm)3 4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
∆w =
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4 ∆w = 0,7770910672 mm
∆w = 0,2220260193 mm M = 400 gram
M = 150 gram πWR3
h. ∆w =
4EI
πWR3 π ∙ 3,92 N ∙ (150 mm)3
c. ∆w = ∆w =
4EI
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
π ∙ 1,47 N ∙ (150 mm)3
∆w = ∆w = 0,88810400768 mm
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
∆w = 0,3330390289 mm M = 450 gram
πWR3
M = 200 gram i. ∆w = 4EI
πWR3
d. ∆w = π ∙ 4,41 N ∙ (150 mm)3
4EI ∆w =
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
π ∙ 1,96 N ∙ (150 mm)3
∆w = ∆w = 0,9991170864 mm
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
∆w = 0,4440520384 mm M = 500 gram
πWR3
M = 250 gram j. ∆w = 4EI
πWR3
e. ∆w = π ∙ 4,90 N ∙ (150 mm)3
4EI ∆w =
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4
π ∙ 2,45 N ∙ (150 mm)3
∆w = ∆w = 1,110130096 mm
4 ∙ 200 GPa ∙ 58,5 mm4

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


28
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Spesimen 2 (a = 0, b = 0, 1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = 26 𝑚𝑚 ∙ (3𝑚𝑚)3 = 58,5𝑚𝑚4
R= 150 mm, E = 69 GPa) 12 12

 Defleksi vertikal (∆w) M = 300 gram


πWR3
W=m∙g f. ∆w = 4EI
π ∙ 2,94 N ∙ (150 mm)3
M = 50 gram ∆w =
πWR3 4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4
a. ∆w = 4EI
π ∙ 0,49 N ∙ (150 mm)3 ∆w = 1,930661037 mm
∆w =
4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4 M = 350 gram
πWR3
∆w = 0,3217768395 mm g. ∆w = 4EI
π ∙ 3,43 N ∙ (150 mm)3
M = 100 ∆w =
4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4
πWR3
b. ∆w = 4EI ∆w = 2,252437877 mm
π ∙ 0,98 N ∙ (150 mm)3 M = 400 gram
∆w =
4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4 πWR3
h. ∆w = 4EI
∆w = 0,6435536790 mm π ∙ 3,92 N ∙ (150 mm)3
∆w =
M = 150 gram 4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4
πWR3 ∆w = 2,574214716 mm
c. ∆w = 4EI M = 450 gram
πWR3
π ∙ 1,47 N ∙ (150 mm)3 i. ∆w =
∆w = 4EI
4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4 π ∙ 4,41 N ∙ (150 mm)3
∆w =
∆w = 0,9653305185 mm 4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4

M = 200 gram ∆w = 2,895991556 mm


πWR3
d. ∆w = M = 500 gram
4EI
3 πWR3
π ∙ 1,96 N ∙ (150 mm) j. ∆w =
∆w = 4EI
4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4
π ∙ 4,90 N ∙ (150 mm)3
∆w =
∆w = 1,287107358 mm 4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4
M = 250 gram ∆w = 3.217768395 mm
πWR3
e. ∆w = 4EI
π ∙ 2,45 N ∙ (150 mm)3
∆w =
4 ∙ 69 GPa ∙ 58,5 mm4

∆w = 1,608884198 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


29
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Secara Manual
Spesimen
No. Beban
Steel Aluminium
1 50 0,11101301 0,32177684
2 100 0,222026019 0,643553679
3 150 0,333039029 0,965330519
4 200 0,444052038 1,287107358
5 250 0,555065048 1,608884198
6 300 0,666078058 1,930661037
7 350 0,777091067 2,252437877
8 400 0,888104008 2,574214716
9 450 0,999117086 2,895991556
10 500 1,110130096 3,217768395

4.3 Hasil Komputasi


Pengujian defleksi secara komputasional pada spesimen 1 (Carbon And Low
Alloy Steel) dan spesimen 2 (Aluminium Alloy 1100) dilakukan menggunakan
sowftware ANSYS 18.1 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Spesimen 1 (a = 0, b = 0, R = 150, E = 200 GPa)

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 50 Gram

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 100 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


30
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 150 Gram

Gambar 4.4 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 200 Gram

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 250 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


31
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 300 Gram

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 350 Gram

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 400 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


32
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 4.9 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 450 Gram

Gambar 4.10 Hasil Pengujian Bahan Steel Dengan Beban 500 Gram

b. Spesimen 2

Gambar 4.11 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 50 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


33
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 4.12 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 100 Gram

Gambar 4.13 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 150 Gram

Gambar 4.14 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 200 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


34
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 4.15 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 250 Gram

Gambar 4.16 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 300 Gram

Gambar 4.17 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 350 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


35
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 4.18 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 400 Gram

Gambar 4.19 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 450 Gram

Gambar 4.20 Hasil Pengujian Bahan Aluminium Dengan Beban 500 Gram

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


36
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Secara Komputasi
Spesimen
No. Beban
Steel Aluminium
1 50 0,040255 0,11628
2 100 0,080511 0,23255
3 150 0,12077 0,34883
4 200 0,16102 0,46511
5 250 0,20128 0,58139
6 300 0,24153 0,69766
7 350 0,28261 0,81394
8 400 0,32204 0,93022
9 450 0,3623 1,0465
10 500 0,40255 1,1628

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


37
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan 2 Spesimen
Penelitian yang dilakukan menggunakan 3 (tiga) metode pengujian yang
berbeda, yaitu, secara langsung atau experimental (visual), perhitungan teoritis
(manual) dan komputasi software ANSYS 18.1 (komputasional).
4,5
4
3,5
defleksi (mm)

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 100 200 300 400 500 600
beban (gram)

steel aluminium

Gambar 5.1 Perbandingan Hasil Uji Visual Carbon and Low Alloy Steel dan
Aluminium Alloy 1100

Berdasarkan Gambar 5.1 bisa dilihat bahwa secara visual defleksi yang terjadi
pada kedua spesimen terus meningkat seiring bertambahnya beban yang
diaplikasikan. Perbedaan defleksi yang terjadi antara dua spesimen terlihat cukup
jauh, hal tersebut disebabkan oleh nilai modulus elastisitas yang berbeda tiap
bahan spesimen.
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada Gambar 5.2 dimana defleksi yang
terjadi juga meningkat seiring bertambahnya beban. Pertambahan nilai defleksi
pada pengujian secara teoritis juga dipengaruhi oleh nilai modulus elastisitas
bahan spesimen yang berbeda.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


38
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
3,5

2,5

defleksi (mm)
2

1,5

0,5

0
0 100 200 300 400 500 600
beban (gram)

steel aluminium

Gambar 5.2 Perbandingan Hasil Uji Manual Carbon and Low Alloy Steel dan
Aluminium Alloy 1100
Berdasarkan Gambar 5.3 yaitu pengujian secara komputasi menggunakan
software ANSYS 18.1 defleksi pada kedua spesimen juga mengalami
pertambahan berbanding lurus dengan bertambahnya beban yang diaplikasikan.
Pertambahan yang terjadi terlihat lebih rapi seperti pada grafik, hal tersebut
dikarenakan pengujian komputasi merupakan pengujian dengan hasil yang paling
akurat.

1,4

1,2

1
defleksi (mm)

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 100 200 300 400 500 600
beban (gram)

Steel aluminium

Gambar 5.3 Perbandingan Hasil Uji Komputasional Carbon and Low Alloy
Steel dan Aluminium Alloy 1100

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


39
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
Peningkatan defleksi yang terjadi pada spesimen 2 (aluminium alloy 1100)
lebih besar dari pada spesimen 1 (carbon and low alloy steel) berdasarkan ketiga
metode pengujian (visual, manual dan komputasional). Hal tersebut dipengaruhi
nilai modulus young yang berbeda. Pada spesimen 1 memiliki nilai modulus young
yang lebih besar dari spesimen 2 sehingga defleksi yang terjadi lebih kecil.
Setiap bahan mempunyai modulus elastisitas yang merupakan perbandingan
antara tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan pada bahan
yang bersangkutan. Selama masih dalam batas proporsional (batas elastisitas
bahan) tegangan memanjang menimbulkan regangan yang besarnya sama dimana
modulus young dirumuskan dengan:
δ F⁄ F x 10
Y= . Δl A = (5.1)
ε ⁄10 Δl .A

Keterangan:
𝜀 = Regangan

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya defleksi adalah dimensi dan inersia.
Spesimen 1 dan spesimen 2 pada penelitian ini memiliki dimensi yang sama (a = 0,
b = 0 dan R = 150). Inersia kedua spesimen juga sama, karena luas penampang
kedua spesimen adalah persegi panjang maka inersia dapat diperoleh menggunakan
persamaan pada tabel 2.1.

5.2 Perbandingan 3 Pengujian

visual manual komputasional

2,5

2
DEFLEKSI (MM)

1,5

0,5

0
0 100 200 300 400 500 600
BEBAN (GRAM)

Gambar 5.4 Hasil Perbandingan Uji Visual, Manual dan Komputasional


pada Spesimen 1

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


40
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS

Gambar 5.4 meunjukkan bahwa hasil pengujian spesimen 1 secara


komputasional memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan hasil dari pengujian
secara manual, dan nilai tertinggi pada prngujian visual. Pengujian pada spesimen
2 juga menunjukkan hasil yang sama (gambar 5.5).
Perbedaan hasil pengujian tiap metode disebabkan oleh beberapa kesalahan
kesalahan dalam perhitungan. Kesalahan yang terjadi seperti dalam pengujian
visual salah satunya adalah pengambilan data yang dilakukan hanya sekali, lalu
ruangan yang kurang kondusif ketika pengambilan data.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai yang berbeda antara hasil uji visual
dengan manual dan komputasional adalah pada uji visual benda kerja yang
digunakan mungkin telah mengalami beberapa perlakuan sebelumnya, sehingga
menyebabkan perbedaan dimensi maupun modulus elasitasnya. Sedangkan pada uji
manual dan komputasional nilai modulus elastisitas dan dimensinya selalu tetap.

visual manual komputasional

4,5
4
3,5
DEFLEKSI (MM)

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 100 200 300 400 500 600
BEBAN (GRAM)

Gambar 5.5 Hasil Perbandingan Uji Visual, Manual dan Komputasional


pada Spesimen 2

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


41
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Defleksi merupakan fenomena perubahan pada spesimen dalam arah vertical
dan horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan, defleksi maksimum
terjadi pada titik pembebanan, semakin besar pembebanan maka akan semakin
besar defleksi yang terjadi. Besar defleksi dapat kita diketahui dengan pengujian
pembebanan pada spesimen melalui metode visual dengan pembacaan dial
indicator, perhitungan manual, maupun komputasi melalui software.
Pengujian yang telah dilakukan menggunakan tumpuan jepit dan pembebanan
terpusat, berdasarkan hasil uji, defleksi pada spesimen 2 (Aluminium Alloy) lebih
besar dibanding spesimen 1 (Carbon & Alloy Steel ) dengan penelitian visual,
perhitungan manual maupun komputasi, hal ini disebabkan oleh modulus young
material yang berbeda, meskipun dengan dimensi yang sama, sehingga
kemampuan spesimen 1 (Carbon & Alloy Steel) menahan fenomena defleksi lebih
besar.
Faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah jenis beban
yang diberikan kepada spesimen, jenis pembebanan diantaranya beban terpusat,
dengan satu titik atau area yang sempit, pembebanan merata, karena terdistribusi
sepanjang batang dengan besar yang sama, dan beban uniform yaitu pembebanan
dimana distribusinya merata ke sepanjang batang namun besarnya berbeda
Terdapat perbedaan hasil pengujian tiap metode yang disebabkan oleh beberapa
kesalahan serta penyimpangan perhitungan. Kesalahan dan penyimpangan yang
terjadi dalam pengujian visual salah satunya karena pengambilan data yang
dilakukan hanya sekali, posisi alat uji atau specimen, juga ruangan yang kurang
kondusif ketika dilakukan pengambilan data uji.

6.2 Saran
Pengujian sebaiknya dilakukan sesuai prosedur yang disarankan
dengan memperhatikan keselamatan kerja, akan lebih baik jika pengujian
dilakukan dengan material/spesimen yang lebih beragam dari jenis
maupun bentuknya, sehingga penelitian lebih bervariasi dan mendalam.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


42
UM
DEFLECTION OF CURVED BARS
APPARATUS
. Penempatan peralatan uji dan posisi spesimen harus diperhatikan,
untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan. Pengambilan dan
pengolahan data juga harus cermat agar diperoleh data yang lebih akurat,
dan sebaiknya menggunakan spesimen baru yang belum pernah dilakukan
pembebanan sebelumnya, karena menyebabkan perbedaan dimensi
maupun modulus elasitas dari spesimen uji.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


43
UM

Anda mungkin juga menyukai