Anda di halaman 1dari 59

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Matematika Skripsi Sarjana

2017

Penerapan Metode Period Order


Quantity (POQ) dalam Pengendalian
Persediaan Palm Kernel Oil (PKO) dan
Crude Palm Oil (CPO). (Studi Kasus: PT
Perkebunan Nusantara III Medan)

Simatupang, Rico Sarjono

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3501
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENERAPAN METODE PERIOD ORDER QUANTITY (POQ)
DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PALM KERNEL OIL
(PKO) DAN CRUDE PALM OIL (CPO)
(Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

SKRIPSI

RICO SARJONO SIMATUPANG


130803015

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENERAPAN METODE PERIOD ORDER QUANTITY (POQ)
DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PALM KERNEL OIL
(PKO) DAN CRUDE PALM OIL (CPO)
(Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat


mencapai gelar
Sarjana Sains

RICO SARJONO SIMATUPANG


130803015

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Penerapan Metode Period Order Quantity (POQ)


dalam Pengendalian Persediaan Palm Kernel Oil
(PKO) dan Crude Palm Oil (CPO). (Studi Kasus:
PT Perkebunan Nusantara III Medan)

Kategori : Skripsi
Nama : Rico Sarjono Simatupang
Nomorindukmahasiswa : 130803015
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika
Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Juli 2017

Komisi Pembimbing :

Pembimbing

Dr. Esther Sorta M.Nababan,M.Sc


NIP. 196103181987112001

Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua,

Dr. Suyanto, M.Kom


NIP. 19590813 198601 1 00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PENERAPAN METODE PERIOD ORDER QUANTITY(POQ) DALAM


PENGENDALIAN PERSEDIAAN PALM KERNEL OIL(PKO) DAN CRUDE
PALM OIL(CPO)
(STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2017

RICO SARJONO SIMATUPANG


130803015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
AnugerahNya sehingga skripsi dengan judul “Penerapan Metode Period Order
Quantity (POQ) dalam Pengendalian Persediaan Palm Kernel Oil (PKO) dan Crude
Palm Oil (CPO).(Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Medan)” dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut
mendukung dalam penulisan skripsi ini:
1. Ibu Dr. Ester Sorta M Nababan, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si dan Ibu Asima Manurung, S.Si, M.Si sebagai
Dosen Pembanding yang banyak memberikan saran dan masukkan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom sebagai Ketua Departemen Matematika dan Bapak
Drs. Rosman Siregar, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Matematika FMIPA
USU.
4. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.Si sebagai Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Semua Dosen di Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu dan
bimbingan selama di perkuliahan dan juga staf/pegawai FMIPA USU.
6. Bapak Pimpinan PT. Perkebunan Nusantara III Medan yang telah membantu
penulis memberikan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak St. Erikson Simatupang dan
Ibu Tirasmauli Samosir, kakak Ertikasari Simatupang, Johannes Simatupang,
Sanfrisco Simatupang, Rut Simatupang, dan Erjosar Simatupang serta keluarga
penulis atas doa, nasehat, bimbingan, dan dukungan moril dan materil, yang
menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan
dan penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa matematika stambuk 2013 (terkhusus Boy band Ecek-
ecek cc Ade Clinton, Defen Pratama, dan Raja Karmen), kakak senior, dan adik-
adik stambuk 2014, 2015 dan 2016 yang telah memberi dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Abang dan kakak kos Tarigan no.11 (Bg Cintaku, kak Chapryn, kak Dewi, kak
Renta) yang senantiasa memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
Tuhan senantiasa menyertai kita.
Medan, Juli 2017
Penulis

Rico Sarjono Simatupang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENERAPAN METODE PERIOD ORDER QUANTITY(POQ) DALAM
PENGENDALIAN PERSEDIAAN PALM KERNEL OIL(PKO) DAN CRUDE
PALM OIL(CPO)

ABSTRAK

Metode Period Order Quantity (POQ) digunakan karena merupakan salah satu
metode dalam pengendalian persediaan yang bertujuan menghemat total biaya
persediaan (Total Inventory Cost) dengan menekankan pada efektifitas frekuensi
pemesanan agar lebih terpola. Metode POQ merupakan pengembangan dari metode
Economic Order Quantity (EOQ), yaitu dengan mentranformasi kuantitas
pemesanan menjadi frekuensi pemesanan yang optimal. Tulisan ini menunjukkan
perencanaan pengendalian persediaan untuk mendapatkan jumlah pemesanan dan
periode yang optimal pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan tahun 2016
dengan menggunakan model Period Order Quantity (POQ). Dimana selisih antara
biaya total persediaan sebelum dan sesudah menggunakan model POQ mencapai
Rp 3.618.782.539,305

Kata Kunci: Period Order Quantity (POQ), Economic Order Quantity (EOQ),
PKO, CPO, Persediaan, Periode Pemesanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


APPLICATION OF PERIOD ORDER QUANTITY (POQ) FOR
INVENTORY CONTROL OF PALM KERNEL OIL(PKO) AND CRUDE
PALM OIL(CPO)

Abstract

Period Order Quantity(POQ) method is used because the method is one of the
inventory control which has purpose to minimize the total of inventory costs by
emphasizing the frequency of effectiveness of order quantity so it can be more
patterned. The POQ Method is the development of The Economic Order Quantity
(EOQ) by the transformation the order quantity become the frequention of the
optimal order. This paper demonstrates planning of material inventory to calculate
the sum of order quantity and the optimal period of ordering in PT Perkebunan
Nusantara III Medan in 2016 by using the POQ method. With the comparison
between the total costs of inventory before and after using the POQ method
achieves Rp 3.618.782.539,305.

Keyword: Period Order Quantity (POQ), Economic Order Quantity (EOQ), PKO,
CPO, Inventory, Ordering Period.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x

BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Kontribusi Penelitian 4
1.6. Metodologi Penelitian 4
1.7. Tinjauan Pustaka 5

BAB 2. Landasan Teori


2.1 Persediaan (Inventory) 8
2.1.1 Jenis – Jenis Persediaan 9
2.1.2 Biaya-Biaya dalam Persediaan 10
2.2 Perencanaan Pengendalian Persediaan 14
2.3 Model Pengendalian Persediaan 15
2.4 Economic Order Quantity(EOQ) 16
2.5. Period Order Quantity 20
2.6 Safety Stock 21
2.7 Reorder Point(ROP) 22
2.8. Persediaan Maksimum(Maximum Inventory) 23
2.9. Total Cost (Biaya Total) Persediaan 24
BAB 3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara III 25
Medan
3.2 Pengumpulan Data 26
3.2.1. Biaya Persediaan Palm Kernel Oil (PKO) 29
Oleh Perusahaan
3.2.2. Biaya Persediaan Crude Palm Oil (CPO) 30
Oleh Perusahaan
3.3. Pengolahan Data
3.3.1. Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis 31
Dengan Menggunakan Model POQ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.2. Penentuan Safety Stock (Persediaan- 33
Pengaman)
3.3.3. Reorder Point (ROP) 34
3.3.4 Biaya Total (Total Cost) Persediaan PKO dan 35
CPO tahun 2016 Dengan Model POQ
BAB 4 Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan 38
4.2. Saran 38
Daftar Pustaka 39
Daftar Lampiran 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
3.1. Data Jumlah Kebutuhan PKO dan CPO 26
3.2. Data Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Palm Kernel Oil 27
(PKO) dan Crude Palm Oil(CPO) selama tahun 2016
3.3. Biaya Pemesanan Palm Kernel Oil (PKO) 28
3.4. Biaya Pemesanan Crude Palm Oil (CPO) 28
3.5. Biaya Penyimpanan PKO dan CPO 29
3.6. Waktu Tunggu (Lead Time) 30
3,7. Perbandingan TC Perusahaan dengan TC model POQ 36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1. Grafik Total Biaya Persediaan (Siswanto, 2007) 13
2.2. Grafik Model Persediaan EOQ (Ristono, Agus. 2009) 17
2.3. Distribusi Normal 21
2.4. Hubungan EOQ, Safety Stock, dan ROP 23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lamp
1. Surat Izin Pengambilan Data 40
2. Surat Selesai Riset 41
3. Perhitungan Standar Deviasi (σ) dari Palm Kernel 42
Oil(PKO) di PTPN III Medan Tahun 2016
4. Perhitungan Standar Deviasi (σ) dari Crude Palm 43
Oil(CPO) di PT Perkebunan Nusantara III Medan
Tahun 2016
5. Kurva dan Tabel Standar Deviasi Distribusi Normal 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah perusahan memiliki tujuan utama yaitu memperoleh laba. Dalam proses
pencapaian tujuan tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor
itu ialah kelancaran produksi. Pencapaian tujuan perusahaan akan menghadapi
kendala tertentu sehingga perusahaan harus memiliki manajemen yang baik. Pada
dasarnya manajemen yang baik memiliki fungsi yang sangat penting dalam
perusahaan guna melakukan pemilihan keputusan serta sebagai kontrol dalam
kegiatan perusahaan supaya berjalan secara efektif dan perusahaan mampu
memperoleh laba yang optimal. Salah satu cara agar perusahaan mampu
memperoleh laba yang optimal adalah menerapkan suatu kebijakan manajemen
dengan memperhitungkan persediaan yang optimal. Dengan persediaan yang
optimal perusahaan mampu menentukan seberapa besar persediaan bahan baku
yang sesuai, sehingga tidak menimbulkan pemborosan biaya karena mampu
menyeimbangkan kebutuhan bahan baku yang tidak terlau banyak maupun
persediaan yang tidak terlalu sedikit. Persediaan optimal mampu mengefisiensikan
biaya pengeluaran perusahaan seperti pemesanan dan biaya penyimpanan bahan
baku. Sehingga kebijakan manajemen tentang persediaan akan membantu
perusahaan.
Dalam prosesnya perusahaan akan menghadapi situasi untuk membuat
keputusan mengenai persediaan. Persediaan sesuai yang diutarakan Assauri
(1999:169) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal,atau persediaan
barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses jadi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu dalam proses produksi.
Persediaan yang optimal berdasarkan Slamet (2007:51) akan dapat dicapai apabila
mampu menyeimbangkan beberapa faktor mengenai kuantitas produk, daya tahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


produk, panjangnya periode produksi, fasilitas penyimpanan dan biaya
penyimpanan persedian, kecukupan modal, kebutuhan waktu distribusi,
perlindungan mengenai kekurangan tenaga kerja, perlindungan mengenai
kekurangan harga bahan, dan perlengkapan serta resiko yang ada dalam persediaan.
Setiap perusahaan harus dapat mengambil keputusan tentang kegiatan
pengadaan persediaan barang pada perusahaan yang akan menimbulkan berbagai
macam biaya, seperti biaya pembelian, biaya pemesanan,dan biaya penyimpanan.
Dengan adanya biaya-biaya tersebut diperlukan adanya pengendalian persediaan
yang memiliki fungsi untuk menyediakan persediaan yang sesuai dengan biaya
yang minimal.
Pengawasan persediaan merupakan masalah yang sangat penting, karena jumlah
persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran proses produksi serta
keefektifan efisiensi perusahaan tersebut. Jumlah atau tingkat persediaan yang
dibutuhkan oleh setiap perusahaan berbeda-beda untuk setiap perusahaan, pabrik,
tergantung darivolume produksinya, jenis pabrik dan prosesnya ( Assuri,1999:177).
Pada dasarnya setiap perusahaan mengadakan periode perencanaan dan
pengendalian bahan baku dengan tujuan pokok meminimumkan biaya untuk
mmemaksimumkan laba dalam waktu tertentu. Dalam perencanaan dan
pengendalian bahan baku masalah utama yang terjadi adalah menyelenggarakan
periode persediaan bahan baku yang paling tepat agar kegiatan produksi tidak
terganggu dan dana yang ditanam dalam persediaan bahan tidak berlebihan.
Masalah tersebut berpengaruh terhadap penentuan faktor-faktor sebagai berikut:
 Berapa jumlah permintaan bahan baku pada peride tertentu.
 Berapa biaya pemesanan bahan baku pada peride waktu tertentu.
 Berapa biaya penyimpanan bahan baku pada peride tertentu.
 Berapa biaya persediaan bahan bahan baku yang ditetapkan oleh
perusahaan (Safety Stock) agar perusahaan terhindar dari
kemaceatan proses produksi.
Dengan adanya kebijakan persediaan bahan baku yang diterapkan dalam
perusahaan, biaya persediaan, tersebut dapat digunakan penerapan metode “Period
Order Quantity” (POQ). POQ adalah salah satu metode untuk menentukan jumlah
periode permintaan. POQ menggunakan logika yang sama dengan EOQ, dimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


EOQ digunakan untuk Jumlah Pemesanan dalam meminimumkan total biaya
persediaan, tetapi POQ mengubah jumlah pemesanan menjadi peride jumlah
pemesanan. Hasilnya adalah interval pemesanan tetap atau jumlah interval
pemesanan tetap dengan bilangan bulat (integer). Untuk menentukan jumlah
pemesanan sistem POQ cukup dengan memproyeksikan jumlah kebutuhan setiap
peride, sehingga dalam penelitian ini kedua metode di atas akan digunakan untuk
menentukan jumlah periode pemesanan.
Dalam perhitungan POQ dapat ditentukan jumlah periode permintaan yang
akan menetapkan titik maksimum dan minimum persediaan bahan baku Palm
Kernel Oil (PKO) dan Crude Palm Oil (CPO). Sehingga akan tercapai efisiensi
persediaan bahan baku di perusahaan. Untuk mendukung tercapainya ketetapan
tersebut maka PT.Perkebunan Nusantara III harus menghitung besarnya safety
stock yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik
dalam skripsi mengenai pengendalian bahan baku di perusahaan tersebut dengan
judul “ PENERAPAN METODE PERIOD ORDER QUANTITY (POQ) DALAM
PENGENDALIAN PERSEDIAAN PALM KERNEL OIL (PKO) DAN CRUDE
PALM OIL(CPO) PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN”.

1.2 Perumusan Masalah


Terjadinya ketidakseimbangan antara persediaan terhadap permintaan konsumen
merupakan salah satu faktor yang membuat perusahaan sulit untuk menentukan
waktu dan jumlah pemesanan untuk kebutuhan.
Akibatnya perusahaan sering kekurangan atau kelebihan persediaan yang bias
menimbulkan inefisiensi dalam pejadwalan persediaan. Permasalahan yang akan di
bahas adalah bagaimana mengoptimalkan pengendalian persediaan Palm Kernel
Oil (PKO) dan Crude Palm Oil (CPO) pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan
dengan menerapkan metode Period Order Quantity (POQ).

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a) Data atau informasi yang diperoleh adalah dari PT Perkebunan
Nusantara III Medan.
1. Metode yang digunakan adalah metode Period Order Quantity
(POQ).
2. Permasalahan yang dibahas adalah hanya untuk pengendalian
persediaan Palm Kerner Oil (PKO) dan Crude Palm Oil (CPO).
3. Data Palm Kerner Oil (PKO) dan CrudePalm Oil (CPO) yang
digunakan adalah data pada bulan Januari 2016 sampai bulan
Desember 2016.
4. Periode pemesanan (Lead Time) pemesanan adalah tetap.
b) Hal – hal yang berhubungan dengan masalah pengadaan produksi
dianggap selalu tersedia dan pembelian dilakukan oleh bagian
departemen pengadaan.
c) Biaya persediaan yaitu biaya pemesanan, biaya pembelian dianggap
tidak berubah (tetap) selama periode perencanaan dan tidak dipengaruhi
kebijakan kenaikan (inflasi) dan penurunan (deflasi) harga.
d) Tidak dipertimbangkan adanya faktor acak seperti bencana alam,
perang dan lain sebagainya.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagair berikut:
a) Menerapkan penggunaan model Period Order Quantity (POQ) untuk
menganalisis pengendalian persediaan, dalam efisiensi kuantitas pemesanan
di PT Perkebunan Nusantara III Medan.
b) Menunjukkan efisiensi dari model Economic Order Quantity (EOQ) dalam
sistem biaya persediaan pada PT Perkenunan Nusantara III Medan.
1.5 Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi PT.
Perkebunan Nusantara III Medan dalam mengendalikan persediaan Palm Kernel
Oil (PKO) dan Crude Palm Oil (CPO).
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Studi Pendahuluan
Mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi berupa buku-buku
ataupun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan metode Period order
Quantity.
2. Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, penulis mewawancarai manager perusahaan
secara langsung dan mendapatkan data sekunder dari perusahaan. Adapun
data yangdidapat dari perusahaan tersebut adalah:
a. Jumlah permintaan Palm Kerner Oil (PKO) dan Crude Palm Oil(CPO).
b. Biaya pemesanan Palm Kerner Oil(PKO) dan Crude Palm Oil(CPO).
c. Biaya penyimpanan Palm Kerner Oil(PKO) dan Crude Palm Oi(CPO).
d. Biaya persediaan Palm Kerner Oil(PKO) dan Crude Palm Oil(CPO)
yang dikeluarkan perusahaan.
3. Pengolahan Data
Data yang digunakan adalah data perusahaan pada periode Januari 2016-
Desember 2016. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan total harga setiap Palm Kernel Oil (PKO) dan Crude Palm
Oil (CPO).
b. Menentukan jumlah pemesanan ekonomis menurut model Economic
Order Quantity dan Period Order Quantity.
c. Menentukan persediaan pengaman (safety stock).
d. Menentukan reorder point (ROP) bahan baku.
e. Menentukan persediaan maksimal (maximum inventory) bahan baku.
f. Menentukan total biaya persediaan (total cost) dengan menggunakan
model Period Order Quantity.
4. Menarik kesimpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan
1.7 Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang diteliti tentang “ Penerapan Metode Period Order
Quantity (POQ) Dalam Pengendalian Persediaan Palm Kernel Oil (PKO) Dan
Crude Palm Oil (CPO) Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Arif Putra Ardi (2007) dalam jurnalnya yang berjudul “Penerapan Metode Period
Order Quantity (POQ) Pada Aplikasi Pendukung Optimalisasi Persediaan Bahan
Baku Bahan baku Di Ud.Dwidaku Jaya” memaparkan bahwa Strategi pemasaran
yang baik merupakan hal yang mendasar dalam mengikuti persaingan pasar, dengan
didukung pengendalian persediaan bahan baku. Strategi pemasaran dan
pengendalian persediaan bahan baku yang baik akan mempermudah menembus
persaingan pasar yang begitu ketatnya pada saat sekarang ini. Kurangnya
persediaan bahan baku yang ada dapat menyebabkan kekecewaan pelanggan yang
akan memesan sehingga pelanggan akan berpindah ke perusahaan lain. Namun
perusahaan harus dapat menjalankan strategi pemasaran dan pengendalian
persedian bahan baku dengan baik dan seimbang. Sebab strategi pemasaran yang
kurang baik juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan perusahaan yang
berakibat pada jumlah pesanan sehingga mempengaruhi proses produksi yang
dilakukan oleh perusahaan. UD. Dwidaku Jaya merupakan perusahaan yang
mengolah bahan baku menjadi produk pakaian. Agar dapat memenuhi permintaan
konsumen yang tinggi maka kegiatan produksi harus dilakukan secara optimal.
Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah pelaksanaan pengendalian persediaan
bahan baku. Pengendalian persediaaan bahan baku pada perusahaan tersebut masih
dilakukan secara manual dengan melakukan pencatatan pada sebuah buku besar
yang di dalamnya dituliskan data-data mengenai pemesanan, penjualan, dan
pembelian persediaan bahan baku. Oleh sebab itu, seringkali perusahaan
mengalami kesulitan dalam mengendalikan persediaan bahan baku. Pemesanan
bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan UD. Dwidaku Jaya selama ini
mengikuti jumlah pesanan yang ada. Perusahaan hanya akan memesan atau
membeli bahan baku untuk produksi jika ada pesanan yang masuk, sehingga
perusahaan akan melakukan pembelian bahan baku lebih dari 4 (empat) kali dalam
satu bulan. Jumlah pembelian yang dilakukan perusahaan UD.Dwidaku Jaya
selama ini sangat tidak optimal, karena dapat membebani keuangan perusahaan
dalam segi pengeluaran biaya pemesanan atau pembelian bahan baku. Metode
period order quantity (POQ) merupakan metode yang dapat membantu proses
pengendalian persediaan bahan baku bahan baku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode ini menggunakan pendekatan pada konsep jumlah pemesanan ekonomis
yang dipakai pada setiap periode yang bersifat permintaan diskrit atau beragam.
Perhitungan metode Period Order Quantity (POQ) menggunakan dasar pemesanan
ekonomis yang nantinya akan digunakan sebagai data pendukung untuk
menghitung interval pemesanan yang optimal. Sehingga perusahaan dapat
mengurangi beban biaya yang dikeluarkan dalam melakukan pemesanan sebab
dengan menggunakan metode tersebut pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan
tidak akan lebih dari 4 (empat) kali dalam satu bulan. Aplikasi optimalisasi
persediaan bahan baku bahan baku ini merupakan solusi yang tepat untuk
menerapkan metode Period Order Quantity sehingga dapat memudahkan
manajemen UD. Dwidaku Jaya dalam mengendalikan persediaan bahan baku bahan
baku.
Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam satu periode usaha tertentu, atau persediaan
barang-barang yang masih dalam proses produksi, ataupun persediaan bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan
merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-
bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta
barang-barang jadi atau produk yang disediaakan untuk memenuhi permintaan dari
konsumen atau langganan setiap waktu (Freddy Rangkuti, 1995).
Masalah persediaan adalah masalah yang dihadapi oleh suatu perusahaan yang
harus memutuskan berapa banyak harus dipesan setiap kali memesan dan kapan
melakukan pemesanan untuk dapat memenuhi kebutuhan untuk produk-produknya.
Untuk memastikan bahwa barang yang dibutuhkan tetap tersedia meskipun
menghadapi ketidakpastian itu biasanya diadakan persediaan cadangan (safety
stock).
Metode POQ dilandasi oleh oleh metode Economic Order Quantity. Dengan
mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh
besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval pemesananya dalam
satu peride.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Persediaan (Inventory)

Persediaan (Inventory) merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam
operasional perusahaan, tanpa adanya persediaan yang baik perusahaan akan
dihadapkan pada kesulitan dalam mememnuhi permintaan konsumen. Hal ini
mengakibatkan kontinuitas perusahaan yang sangat besar kemungkinannya akan
terganggu. Bila hal ini terjadi maka akan merugikan perusahaan karena laba
perusahaan akan menurun.

Secara umum persediaan meliputi barang atau bahan yang diperlukan


perusahaan dalam proses produksi dan proses distribusi barang. Produksi tidak akan
berjalan lancar bila persediaan bahan baku kurang, demikian juga dengan penjualan
tidak akan berhasil jika persediaan kurang. Mengingat hal itu ada kecenderungan
bahwa perusahaan akan lebih suka untuk mempunyai persediaan yang besar karena
perusahaan akan mempunyai fleksibilitas dalam melakukan produksi dan
penjualan. Namun hal itu juga mempunyai dampak pada biaya penyimpanan, biaya
keamanan dan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu manager perusahaan harus
menentukan jumlah yang seimbang antara perolehan laba dan resiko.

Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa definisi


persediaan sebagai berikut:

1. Menurut Eddy Herjanto (1999;219): mengatakan bahwa: “ Persediaan


adalah bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, misalnya
untuk proses produksi atau perakitan untuk dijual kembali”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Sofjan Assauri (1993), menjelaskan bahwa: “ Persediaan adalah suatu
aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud
untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal”.
3. Sri Mulyono (2002), menjelaskan bahwa: “ Persediaan adalah sumber daya
yang disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material


yang berupa bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang disimpan
dalam suatu tempat atau gudang dimana barang-barang tersebut menunggu
untuk diproses atau diproduksi lebih lanjut.

2.1.1 Jenis – Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi


barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock)


Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, yang mana barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam
ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku
bagi perusahaan ataupun pabrik yang menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (Purchased Parts)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari barang-barang yang diterima
dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung digabungkan dengan
barang-barang lain yang ada dalam perusahaan, tanpa melalui proses
produksi sebelumnya.
3. Persediaan barang-barang perlengkapan (Supplies Stock)
Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses
produksi atau yang digunakan dalam proses produksi untuk membantu
berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya suatu
perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi (Work in Process/ Progress Stock)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu
pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih
perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (Finished Goods Stock)
Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap
untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini
merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.

Di samping itu persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory


Dalam Batch Stock atau Lot Size Inventory, pembelian atau pembuatan yang
dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran
dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang
yang dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.
2. Fluctuation Stock
Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi
permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan
yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat
diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang
sangat besar, maka persediaan ini (Fluctuation Stock) dibutuhkan sangat
besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
3. Anticipation Stock
Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman
yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
penjualan permintaan yang meningkat.

2.1.2 Biaya-Biaya dalam Persediaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah


meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan adalah semua
pengeluaran atau kerugian yang timbul akibat persediaan. Berikut akan
diuraikan komponen biaya dalam persediaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)
Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut
berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item
tersebut berasal dari internal perusahaan.
Biaya pembelian item-item selama satu periode pengendalian persediaan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐶𝑃 = 𝐶. 𝑄 (1)

Di mana:
𝐶𝑃 = Biaya pembelian selama satu periode
𝐶 = Biaya pembelian per unit
𝑄 = Jumlah pemesanan
b. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Ginting, Rosnani (2007) dalam bukunya mengelompokkan biaya pengadaan
menjadi 2 jenis biaya berdasarkan asal-usul barang, yaitu:
1. Biaya Pemesanan (Order Cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari pihak lain (supplier). Biaya ini pada
umumnya meliputi:
a. Pemrosesan pesanan
b. Biaya ekspedisi
c. Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya
d. Pengeluaran surat-menyurat dan perlengkapan administrasi lainnya
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan pengiriman
g. Biaya pengiriman ke gudang

Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah per item barang yang
dipesan tiap kali pemesanan. Biaya pemesanan dipengaruhi frekuensi
pemesanan per-periode kegiatan. Semakin sering dilakukan pemesanan,
maka semakin besar pula total biaya pemesanannya.

Total biaya pemesanan selama satu periode dirumuskan sebagai berikut:

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑛 𝐷𝑖
𝑇𝐶𝑂 = 𝑆. ∑
𝑖=1 𝑄𝑖

Di mana :

𝑇𝐶𝑂 = Total biaya pemesanan selama satu periode

𝑆 = Biaya setiap kali pesan

𝑄𝑖 =Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal)

𝐷𝑖 =Permintaan barang ke-i

2. Biaya Pembuatan (Setup Cost)


Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk
persiapan memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam
pabrik, yang meliputi ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan
gambar benda kerja, dan sebagainya.
c. Biaya Penyimpanan (Holding Cost or Carring Cost)
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan oleh
penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode waktu tertentu.
Jika barang yang disimpan merupakan barang jadi yang diterima dari pihak
lain, maka biaya penyimpanannya meliputi:
1. Biaya Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan
3. Biaya Modal
4. Biaya resiko kerusakan, kecurian
5. Biaya Keusangan
6. Biaya asuransi persediaan
7. Biaya pajak persediaan
8. Biaya pengolahan/administrasi penyimpanan

Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai


persentase dari nilai rata-rata persediaan per-periode dan dalam bentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rupiah per periode per unit barang. Pada perusahaan yang memiliki produk
yang lebih dari satu (multi item), terdapat biaya penyimpanan untuk setiap
item selain dari biaya penyimpanan untuk gudang.

Biaya penyimpanan persediaan selama satu periode dirumuskan sebagai


berikut:

𝑛 𝑄𝑖 . 𝐶𝑖
𝑇𝐶𝐻 = 𝐻. ∑ (3)
𝑖=1 2

Di mana:

𝑇𝐶𝐻 =Total biaya penyimpanan selama satu periode

𝐻 = Biaya penyimpanan dalam % dari nilai rata-rata persediaan

𝑄𝑖 = Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal)

𝐶𝑖 =Harga item i per-unit

d. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)


Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak
tersedianya barang pada waktu yang diperlukan. Biaya kekurangan
persediaan pada dasarnya bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya
kehilangan kesempatan.
Termasuk dalam biaya ini, antara lain:
1. Biaya administrasi tambahan
2. Biaya tertundanya penerimaan keuntungan
3. Biaya kehilangan pelanggan
4. Terganggunya proses produksi atau distribusi
5. Tambahan pengeluaran dan sebagainya

Dari komponen biaya di atas, terdapat hubungan antara biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan (total biaya persediaan) dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.1 Grafik Total Biaya Persediaan (Siswanto, 2007)

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah barang yang
dipesan (order quantity), maka biaya penyimpanan semakin bertambah tinggi
sedangkan biaya pemesanan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil jumlah
barang yang dipesan, maka biaya pemesanan semakin besar sehingga biaya
penyimpanan semakin kecil. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah
pemesanan optimum dan kapan dilakukan pemesanan haruslah dicari
keseimbangan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.

2.2 Perencanaan Pengendalian Persediaan

Perencanaan dan pengendalian produksi dan persediaan (PPIC) merupakan bagian


yang berpartisipasi dalam peramalan permintaan, perencanaan kapasitas
keseluruhan organisasi, penentuan berapa banyak persediaan bahan dan
komponen-komponen yang harus ada dan kapan mendapatkannya, dan bila
komponen tersebut diproduksi sendiri, bertanggung jawab atas kapan dibuat dan
pada mesin-mesin mana sehingga master production schedules atau jadwal
perakitan akhir dipenuhi untuk memuaskan permintaan organisasi (Handoko,
1993).

PPIC pada industri apa pun pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Fungsi
atau aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh Departemen PPIC secara umum
adalah sebagai berikut:

1. Mengelola pesanan dari pelanggan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Meramalkan permintaan masa depan agar skenario pruduksi dapat
mengantisipasi fluktuasi permintaan.
3. Mengelola persediaan berupa tindakan transaksi persediaan, kebijakan
persediaan pengaman, kebijakan kuantitas pesanan, kebijakan frekuensi dan
periode pemesanan, dan mengoptimalkan biaya yang terkait di dalamnya.
4. Menyusun rencana agregat, penyesuaian permintaan dengan kapasitas.
5. Membuat Jadwal Induk Produksi (JIP) mengenai apa dan berapa unit yang
harus diproduksi pada suatu periode tertentu.
6. Merencanakan kebutuhan seperti komponen, sub assembly, dan bahan
penunjang untuk penyelesaian produk
7. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas.

Fungsi - fungsi tersebut berlaku secara umum, namun terkadang suatu perusahaan
hanya memiliki beberapa fungsi saja, tergantung sistem perencanaan dan
pengendalian produksi dan persediaan yang digunakan perusahaan.

2.3 Model Pengendalian Persediaan

Menurut Pontas M Pardede (2005), di dalam pengendalian persediaan terdapat


berbagai jenis model yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengawasan.

Untuk membangun atau membentuk model persediaan yang sesuai bagi suatu
perusahaan, sebaiknya manajer persediaan mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Mempelajari keadaan yang berlaku yang berkaitan dengan persediaan dan


kemudian merumuskan sifat-sifat atau ciri-ciri keadaan tersebut.
b. Merumuskan asumsi-asumsi yang dibutuhkan.
c. Membuat rumus atau persamaan biaya persediaan.
d. Menggunakan rumus atau persamaan tersebut untuk menentukan titik atau
waktu pemesanan serta jumlah pemesanan.

Melalui model persediaan, penyederhanaan masalah persediaan akan menjawab


dua hal penting, yaitu berapa banyak harus dipesan dan kapan (berapa kali)
memesan sehingga persediaan dapat diminimumkan.

Secara Umum, model persediaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Model Deterministik
Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode
kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya.
b. Model Probabilistik
Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode
kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya,
sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas.

Pada dasarnya, model persediaan probabilistik dan model deterministik memiliki


tujuan yang sama, yaitu untuk mengendalikan persediaan dengan cara menentukan
jumlah optimum pemesanan dan titik pemesanan kembali. Selain itu, kedua model
ini juga sama dalam hal fungsi persediaan dan komponen biaya persediaan.

2.4 Economy Order Quantity (EOQ)

Dalam meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah


pemesananyang paling ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan
yang paling ekonomis tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan
(Ordering Cost) dan biaya penyimpanan (Carrying Cost) yang memiliki sifat
berbanding terbalik. Apabila barang yang dipesan dalam jumlah yang banyak, biaya
pemesanan sedikit namun akan terkendala pada biaya penyimpanan yang
cenderung besar. Namun apabila frekuensi pemesanan sering dilakukan, maka
biaya pemesanan akan tinggi walaupun bisa meminumkan biaya penyimpanan.
Untuk itu diperlukan keseimbangan antara kedua biaya. Dengan kata lain, jumlah
pemesanan yang paling ekonomis merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang
memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimum. Metode yang
dapat digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis
adalah dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ). Metode
EOQ dapat digunakan apabila kebutuhan-kebutuhan permintaan pada masa yang
akan datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki fluktuasi perubahan
yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa tenggang diketahui, maka
dapat diasumsikan bahwa jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan
bilangan yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


biaya (TC). Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah dari biaya pemesanan
ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu.

Sukanto (2003) menyatakan bahwa kebijakan persediaan dapat menentukan


jumlah pesanan ekonomis yang bertalian dengan penentuan berapa banyak dipesan
dan titik pemesanan kembali yang bertalian dengan kapan mengadakan pesanan.

Model persediaan EOQ memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Hanya satu barang yang diperhitungkan.


b. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus
menerus.
c. Barang yang dipesan langsung dapat tersedia atau berlimpah.
d. Waktu tenggang (Lead time) bersifat konstan.
e. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat
digunakan.
f. Tidak ada pesanan ulang (Back Order) karena kehabisan persediaan.
g. Tidak ada Quantity Discount.

Secara grafik, model persediaan EOQ dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Grafik Model Persediaan EOQ (Ristono, Agus. 2009)

Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut:

𝐷𝑖 =Jumlah kebutuhan barang ke-i (unit/tahun)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑆 = Biaya pemesanan (rupiah/pesan)

ℎ = Biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)

𝐶𝑖 = Harga barang ke-i (rupiah/unit)

𝐻𝑖 = ℎ 𝑥 𝐶 = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/periode)

𝑄𝑖 =Jumlah pemesanan barang ke-i (unit/pesanan)

𝑇 =Jarak waktu antar pesan (tahun,hari,bulan)

𝐹𝑖 =Frekuensi pemesanan barang ke-i

𝑇𝐶 =Biaya total persediaan (rupiah/tahun)

Merujuk pada Herjanto, Eddy (1999), cara untuk memperoleh EOQ adalah
sebagai berikut:

Biaya pemesanan per-tahun = Frekuensi pesanan 𝑋 Biaya pesan

𝑛 𝐷𝑖
𝑆𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛 = ∑ 𝑥𝑆 (4)
𝑖=1 𝑄𝑖

Biaya penyimpanan = Persediaan rata-rata 𝑋 Biaya penyimpanan

𝑛 𝑄𝑖
ℎ= ∑ 𝑥 𝐻𝑖 (5)
𝑖=1 2

Biaya Total per Tahun = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

𝑛 𝐷𝑖 𝑄𝑖
𝑇𝐶 = ∑ {( 𝑥 𝑆) + ( 𝑥𝐻𝑖 )} (6)
𝑖=1 𝑄𝑖 2

Biaya total persediaan akan naik jika semakin banyak unit (Q) yang dipesan
maupun unit (Q) yang disimpan. Kondisi minimum pada biaya total persediaan
akan tercapai apabila biaya pesan sama dengan biaya simpan, Konsep dasar EOQ
Multi Item berasal dari konsep EOQ dasar, begitu pula dengan analisis biaya
terhadap jumlah pemesanan ekonomis.

Secara matematik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑇𝐶𝑂 = 𝑇𝐶𝐻

𝐷 𝑄
𝑥𝑆 = 𝑥𝐻
𝑄 2

𝐷𝑆 𝑄. 𝐻
=
𝑄 2

2. 𝐷. 𝑆
𝑄2 =
𝐻

2. 𝐷. 𝑆
𝑄=√ = 𝐸𝑂𝑄
𝐻

Untuk kasus multi-item

2. 𝐷𝑖 . 𝑆 (8)
𝑄𝑖 = √ 𝐸𝑂𝑄𝑖 𝑖 = 1,2,3, …
𝐻𝑖

atau

𝐷 𝑄
𝑇𝐶 = ( 𝑥 𝑆) + ( 𝑥 𝐻)
𝑄 2

𝐷. 𝑆 𝑄. 𝐻
𝑇𝐶 = +
𝑄 2

𝑑(𝑇𝐶) 𝑑 𝐷. 𝑆 𝑑 𝑄. 𝐻
= ( )+ ( )
𝑑(𝑄) 𝑑(𝑄) 𝑄 𝑑(𝑄) 2

𝑑(𝑇𝐶) −𝐷𝑆 𝐻
= 2 +
𝑑(𝑄) 𝑄 2

Syarat minimum,

𝑑(𝑇𝐶)
=0
𝑑(𝑞)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maka

−𝐷. 𝑆 𝐻
+ =0
𝑄2 2

𝐻 𝐷𝑆
=
2 𝑄2

𝑄 2 𝐻 = 2𝐷

2. 𝐷. 𝑆
𝑄=√ = 𝐸𝑂𝑄
𝐻

Dari uraian secara matematik di atas, jelas bahwa kondisi minimum Biaya total
persediaan dapat tercapai dengan pemesanan unit dengan metode EOQ.

2.5 Period Order Quantity (POQ)

Metode Period Order Quantity (POQ) digunakan karena merupakan salah satu
metode dalam pengendalian persediaan yang bertujuan menghemat total biaya
persediaan (Total Inventory Cost) dengan menekankan pada efektifitas frekuensi
pemesanan agar lebih terpola. Metode POQ merupakan pengembangan dari metode
EOQ, yaitu dengan mentransformasi kuantitas pemesanan menjadi frekuensi
pemesanan yang optimal (Divianto, 2011).

1 2𝑃𝐷 (9)
𝑃𝑂𝑄 = √
̅
𝐷 𝑆

Keterangan:

POQ = frekuensi pemesanan

P = biaya pemesanan untuk setiap kali pesan

̅ = permintaan rata-rata perhorizon waktu perencanaan


𝐷

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D = permintaan rata-rata per produksi

S = biaya simpan bahan baku

2.6 Safety Stock ( Persediaan Pengaman)

Masalah kekurangan persediaan Kernel, misalnya karena permintaan Kernel yang


lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan kernel yang
dipesan pasti dialami oleh setiap perusahaan. Untuk mengatasi hal ini maka
dibutuhkan Safety Stock. Dengan adanya persediaan pengaman, perusahaan dapat
mengatasi ketidakpastian permintaan dengan segera. Untuk mengetahui berapa
banyak Safety Stock (SS) harus disediakan berdasarkan data penyimpangan-
penyimpangan masa lalu, dapat digunakan alat bantu yaitu Kurva Normal. Di dalam
statistika, dikenal berbagai distribusi data. Salah satunya yang terkenal dan luas
penggunaannya adalah Distribusi Normal. Karakteristik Distribusi Normal dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3 Distribusi Normal

Gambar 2.3 menjelaskan cakupan luas area pada Kurva Normal di mana
penyimpangan atau deviasi x terhadap rata-rata 𝑥̅ adalah (𝑥 − 𝑥̅ ) dan dinyatakan
dalam standar deviasi σ. Pada dasarnya, σ menandai cakupan suatu luas area
tertentu pada kurva normal. Pada kasus persediaan pengaman ini, penyimpangan-
penyimpangan 𝑥𝑖 terhadap 𝑥̅ dinyatakan dalam

∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 (10)
𝜎=√
𝑛

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selanjutnya, σ digunakan untuk menemukan luas area dalam kurva normal melalui

𝑥 − 𝑥̅
𝑧=
𝜎 (11)

Nilai z pada berkaitan dengan 4 digit bilangan di belakang koma yang menjelaskan
berapa bagian atau persen luas area yang dicakup pada σ . Karena luas seluruh area
dalam kurva normal itu terdiri atas dua bagian yang simetrik sempurna, yaitu di
sebelah kiri 𝑥̅ dan di sebelah kanan 𝑥̅ dan table itu hanya mewakili salah satu sisi
tabel saja, maka setiap bagian atau area 50% atau 0,5.

Dalam hal ini, PT. Perkebunan Nusantara III Medan menggunakan batas toleransi
α = 5% di atas perkiraan dan 5% di bawah perkiraan. Dengan batas toleransi
tersebut pada Tabel Standar Deviasi Normal, maka nilai standar normal deviasi (Z)
yang digunakan adalah 1,65. Rumus menghitung nilai Safety Stock (SS):

𝑆𝑆 = 𝑍 X α (12)

Di mana:

SS = Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Z = Standar normal deviasi

α = Standar deviasi

n = Banyak data

2.7 Reoder Point (ROP)

Reorder Point (ROP) atau biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan
kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa
tenggang, misalnya suatu tambahan/ekstra stok.

Menurut Fredi Rangkuti (2004), Reorder Point terjadi apabila jumlah


persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian kita
harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus
dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang. Selain itu dapat pula
ditambahkan dengan Safety Stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau
kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.

Faktor yang mempengaruhi pemesanan ulang (reorder point):

a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang dating
dari perusahaan (Lead Time).
b. Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya.
c. Persediaan Safety Stock ( Jumlah persediaan barang yang minimum harus
ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang yang
dibeli agar perushaaan tidak mengalami “Stock Out” atau gangguan
kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan barang.

Rumus:

𝑅𝑂𝑃 = 𝑑̅ X LT + SS (13)

Dimana:

ROP = Reorder Point (Titik Pemesanan Ulang)

𝑑̅ = Rata-rata jumlah kebutuhan (unit/bulan)

LT = Lead Time/ Waktu tunggu (bulan)

SS = Safety Stock (Persediaan pengaman)

Secara grafik, hubungan EOQ, safety stock dan ROP dapat dilihat pada gambar
berikut:
Unit persediaan
Unit
ROP
C

Safety Stock

O E F Waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.4 Hubungan EOQ, Safety Stock, dan ROP

2.8 Persediaan Maksimal (Maximum Inventory)

Maximum Inventory (MI) diperlukan untuk menghindari jumlah persediaan yang


berlebihan di gudang, sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk
penyimpanan persediaan tersebut. Besarnya persediaan maksimal yang ada di
gudang dapat dihitung dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut EOQ
dengan jumlah persediaan pengaman ( Safety Stock).

Rumus menghitung Maxiumum Inventory (persediaan maksimum) adalah

𝑀𝐼 = 𝑆𝑆 + 𝐸𝑂𝑄 (14)

dimana

MI = Maximum Inventory

SS = Safetry stock / persediaan pengaman

EOQ = Economic order quantity (jumlah pemesanan ekonomis)

2.9 Total Cost (Biaya Total) Persediaan

Total cost adalah total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya
penyimpanan dapat menjadi lebih efisien jika perusahaan dapat mengetahui berapa
jumlah barang yang tepat untuk dipesan kepada supplier, sehingga persediaan yang
dipesan tidak kurang dan tidak melebihi yang dibutuhkan untuk proses produksi
atau distribusi. Jika perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang yang tepat
untuk dipesan, hal ini juga dapat mengefisiensikan biaya pemesanan. Biaya yang
tadinya dikeluarkan akibat pemesanan barang yang berlebih dapat diefisiensikan
dengan memesan barang yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah barang yang harus
dipesan dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan EOQ.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Biaya total persediaan dapat dicari dengan rumus:

Total Cost(TC) = Biaya Pemesanan + Biaya penyimpanan

𝑛 𝐷𝑖 𝐸𝑂𝑄𝑖
𝑇𝐶 = ∑ {( 𝑥 𝑆) + ( 𝑥 𝐻𝑖 )} (15)
𝑖=1 𝐸𝑂𝑄𝑖 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Singkat PT Perkebunan Nusantara III Medan

PT Perkebunan Nusantara III atau disingkat PTPN III(Persero), merupakan salah


satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha
Perkebunan meliputi kegiatan pemesanan, pengolahan, dan pemasaran hasil
perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup budidaya dan pengolahan
tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah minyak sawit
(CPO) dan inti sawit (PKO) dan produk hilir Karet.

Dalam penulisan ini, penulis khusus membahas produksi kelapa sawit dari PT
Perkebunan Nusantara III sendiri.

Sejarah perseroan diawali dengan proses pengambilan perusahaan-


perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia pada
tahun 1958 yang dikenal dengan proses Nasionalisme Perusahaan Perkebunan
Asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968 PPN
direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP)
yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya menjadi PT.Perkebunan
(Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha perusahaan


BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN menjadi beberapa sub sektor
perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah
eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Diwali dengan langkah
penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang
terdiri dari PT.Perkebunan III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero), PT.
Perkeunan V (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen
PT.Perkebunan Nusantara III (Persero).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.8 Tahun 1996 tanggal
14 Februari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama
PT.Perkebunan Nusantara III Persero yang berkedudukan di Medan, Sumatera
Utara.

PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris


Harun Kamil, SH, No.36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia.

3.2 Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara pengamatan langsung dari perusahaan, diskusi maupun
wawancara dengan pihak perusahaan serta mengutip informasi dan arsip yang
sesuai dengan data yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Data-data yang
diperoleh dari PT.Perkebunan Nusantara III Medan.

1. Data kebutuhan Palm Kernel Oil (PKO) dan Crude Palm Oil (CPO) tahun
2016.
Tabel 3.1 Data Jumlah Kebutuhan PKO dan CPO
Bulan Palm Kernel Oil (PKO) Crude Palm Oil (CPO)
(kg) (kg)

Januari 3.798.395 33.869.050


Februari 2.801.856 39.722.820
Maret 3.885.655 42.439.620
April 3.283.974 41.914.640
Mei 2.892.412 36.733.580
Juni 3.365.854 42.539.970
Juli 3.029.234 40.523.881
Agustus 3.857.629 55.110.380
September 4.051.092 46.397.629
Oktober 4.777.133 64.061.202
Nopember 4.506.905 51.446.219
Desember 4.172512 52.518.310
Jumlah 44.361.108 547.277.301

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sumber: PT Perkebunan Nusantara III Medan

2. Tabel 3.2 Data Penyaluran Palm Kernel Oil (PKO) dan Crude Palm Oil
(CPO) tahun 2016.
Bulan Palm Kernel Oil (PKO) Crude Palm Oil (CPO)
(kg) (kg)
Januari 2.500.000 32.804.719
Februari 3.000.000 42.203.177
Maret 5.690.640 42.615.024
April 3.309.360 42.343.065
Mei 2.581.890 36.564.912
Juni 3.410.520 42.135.806
Juli 3.007.590 44.723.458
Agustus 3.000.000 54.103.904
September 3.000,.000 55.455.602
Oktober 4.500.000 55.754.675
Nopember 5.500.000 51.255.136
Desember 5.500.000 52.635.929
Jumlah 34.000.000 552.595.407
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III Medan

3. Data Biaya Pemesanan Persediaan PKO dan CPO Tahun 2016


Besarnya biaya pemesanan diketahui dari rincian biaya yang dikeluarkan
untuk melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Pemesanan Palm
Kernel Oil (PKO) dan Crude Palm Oil (CPO) pada PTPN III Medan adalah
sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.3 Biaya Pemesanan Palm Kernel Oil (PKO)
No Komponen Biaya Pemesanan Biaya Pemesanan
(Rp)
1 Biaya administrasi 10.000
2 Biaya telekomunikasi 10.000
3 Biaya Angkut 500.000
Total Biaya Satu kali Pemesanan 520.000

Tabel 3.4 Biaya Pemesanan Crude Palm Oil (CPO)


No Komponen Biaya Pemesanan Biaya Pemesanan
(Rp)
1 Biaya administrasi 10.000
2 Biaya telekomunikasi 10.000
3 Biaya Angkut 850.000
Total Biaya Satu kali Pemesanan 870.000

4. Data biaya Penyimpanan Bahan Baku

Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) adalah semua pengeluaran
atau biaya yang timbul akibat penyimpanan barang maupun bahan baku.
Besarnya biaya penyimpanan tergantung pada jumlah barang yang disimpan di
gudang. Jika bahan baku yang disimpan semakin lama semakin besar, tetapi
biaya pemesanan semakin kecil. Besarnya biaya penyimpanan biasa
disesuaikan dengan suku bunga di Bank yaitu 6,5% per tahun dari harga bahan
baku per unit. Untuk biaya penyusutan atau kerusakan material selama
penyimpanan diasumsikan 0,5% dari harga bahan baku per kilogram.

Jadi persentase biaya penyimpanan (h) adalah 7%. Dengan asumsi 1 tahun
ada 12 bulan maka perhitungan biaya penyimpanan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑆
𝐻= 𝑋ℎ
12

Di mana: H = Biaya Penyimpanan

S = Harga per kilogram

h = Persentase biaya penyimpanan

Tabel 3.5 Biaya Penyimpanan PKO dan CPO

Biaya Biaya Penyimpanan/kg


Penyimpanan
No Harga per kg (Rp) (Rp)

1 Palm Kernel Oil 10.100 589,00

2 Crude Palm Oil 7.805 495,00

5. Data Lead Time (Waktu tunggu) Penerimaan Bahan Baku

Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan
dilakukan sampai dengan saat pemesanan tersebut masuk gudang. Lead Time baik
untuk PKO maupun CPO adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6 Waktu Tunggu (Lead Time)

No Persediaan Waktu Tunggu(Lead Time)


1 Palm Kernel Oil (PKO) 1
2 Crude Palm Oil (CPO) 1

3.2.1 Biaya Persediaan Palm Kernel Oil (PKO) Oleh Perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perhitungan total biaya persediaan pada PT Perkebunan Nusantara III Medan
dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷

di mana:
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Biaya persediaan perusahaan
̅
𝐷 = Rata-rata penggunaan bahan baku per tahun
𝑆 = Biaya pemesanan bahan baku
𝐻 = Biaya penyimpanan bahan baku
𝑛 = Banyak bulan per tahun (12 bulan)

Dengan menggunakan rumus di atas maka dapat dihitung total biaya persediaan
perusahaan sebagai berikut:
̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷

= (3.696.759 × 𝑅𝑝 589) + (12 × 𝑅𝑝 520.000)

= Rp 2.177.391,051 + Rp 6.240.000

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Rp 2.183.631.051

Total biaya persediaan Palm Kernel Oil (PKO) pada tahun 2016 adalah
Rp 2.183.631.051
3.2.2 Biaya Persediaan Crude Palm Oil (CPO) Oleh Perusahaan

Perhitungan total biaya persediaan pada PT Perkebunan Nusantara III Medan


dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

̅ 𝑋 𝐻) + (𝑛 𝑋 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


di mana:

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Biaya persediaan perusahaan


̅
𝐷 = Rata-rata penggunaan bahan baku per tahun
𝑆 = Biaya pemesanan bahan baku
𝐻 = Biaya penyimpanan bahan baku
𝑛 = Banyak bulan per tahun (12 bulan)

Dengan menggunakan rumus di atas maka dapat dihitung total biaya persediaan
perusahaan sebagai berikut:
̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (4.560.644,175 𝑥 𝑅𝑝 495 ) + (12 𝑥 𝑅𝑝 870.000)

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 𝑅𝑝 2.279.456.053,875 + Rp 10.440.000

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 =Rp 2.289.896.053,87

Total biaya persediaan Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2016 adalah Rp
2.289.896.053,87

3.3 Pengolahan Data

Pengolahan data pada pemecahan masalah dalam penulisan ini dilakukan melalui
beberapa tahap. Setelah data-data diperoleh maka pengolahan data yang dilakukan
berdasarkan metodologi yang telah dikemukakan pada BAB sebelumnya.

3.3.1 Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis Menggunakan Model POQ

Pemecahan masalah dalam penulisan ini adalah dengan menggunkan model Period
Order Quantity (POQ). Berikut perhitungan baiaya persediaan Palm Kernel Oil
(PKO) PTPN III Medan:

Data yang dibutuhkan adalah:

1. Jumlah Kebutuhan Palm Kernel Oil dalam satu tahun (D = 3.696.759)


2. Biaya Pemesanan Palm Kernel Oil (S = 520.000)
3. Biaya penyimpanan Palm Kernel Oil (H = 589)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Harga Palm Kernel Oil per kilogram (C = 10.100)

Jumlah pemesanan ekonomis bahan baku Palm Kernel Oil untuk setiap kali
pesan dapat diselesaikan dengan:

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

(2)(44361108)(520000)
𝐸𝑂𝑄 = √
589

𝐸𝑂𝑄 = √78.328.611.748,72

𝐸𝑂𝑄 = 279.872,49 kg/pesan

Sehingga siklus pemesanan dengan sistem POQ adalah sebagai berikut:

𝐷
𝑃𝑂𝑄 =
𝐸𝑂𝑄

4.4361.108
𝑃𝑂𝑄 =
279.872,49

𝑃𝑂𝑄 = 79,2 = 80 kali/tahun

Pemecahan masalah dalam penulisan ini adalah dengan menggunkan model


Period Order Quantity (POQ). Berikut perhitungan baiaya persediaan Crude
Palm Oil (CPO) PTPN III Medan:

Data yang dibutuhkan adalah:

1. Jumlah kebutuhan Crude Palm Oil (CPO) dalam satu tahun


2. Biaya pemesanan Crude Palm Oil (CPO) yaitu S=Rp 870.000
3. Biaya penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) yaitu H=Rp 495
4. Harga Crude Palm Oil (CPO) per kilogram yaitu C= Rp 7.800

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Jumlah pemesanan ekonomis bahan baku Crude Palm Oil untuk setiap
kali pesan dapat diselesaikan dengan:

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

(2)(547277301)(870000)
𝐸𝑂𝑄 = √
495

952262503740000
𝐸𝑂𝑄 = √
495

𝐸𝑂𝑄 = √1923762633828,1818

𝐸𝑂𝑄 = 13.869.977,7 kg/pesan

Sehingga siklus pemesanan dengan metode POQ diperoleh sebagai berikut:

𝐷
𝑃𝑂𝑄 =
𝐸𝑂𝑄

45.606.441,75
𝑃𝑂𝑄 =
1.386.997,7

𝑃𝑂𝑄 = 32,85 atau 33 kali pemesanan / tahun.

3.3.2 Penentuan Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Perhitungan persediaan pengaman dilakukan untuk menjaga terjadinya masalah


kekurangan persediaan sekaligus untuk mengatasi masalah kekurangan
persediaan bahan. Misalnya masalah yang diakibatkan oleh penggunaan bahan
baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan barang yang
dipesan.

Dalam hal ini, PTPN III Medan menggunakan batas toleransi (α) = 5% di
bawah perkiraan. Dengan batas toleransi tersebut pada Tabel Standar Deviasi
Normal, maka nilai Standar Deviasi Normal Deviasi (Z) yang digunakan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1,65. Dengan menentukan Standar Normal Deviasi setiap bahan baku, maka
dapat dicari Safety Stock dengan rumus:

𝑆𝑆 = 𝑍 𝑥 𝜎

Di mana:

SS = Jumlah Safety Stock per bahan baku Palm Kernel Oil

Z = Standar Normal Deviasi keseluruhan

σ = Standar Normal Deviasi per-bahan baku

a) Safety Stock dari persediaan Palm Kernel Oil (PKO) tahun 2016
Berdasarkan tabel deviasi bahan Palm Kernel Oil (PKO) (lampiran 1)
maka diperoleh besarnya Safety Stock dari Palm Kernel Oil (PKO)
adalah sebagai berikut:
𝑆𝑆 = 𝑍 𝑥 𝜎

𝑆𝑆 = 1,65 𝑥 606.948,15

𝑆𝑆 = 1.001.464,45 kg

b) Safety Stock dari persediaan Crude Palm Oil (CPO) tahun 2017
Berdasarkan table deviasi dari Crude Palm Oil (CPO) (lampiran 2)
maka diperoleh besarnya Safety Stock (SS) dari Crude Palm Oil (CPO)
adalah sebagai berikut:
𝑆𝑆 = 𝑍 𝑥 𝜎
𝑆𝑆 = 1,65 𝑥 8283572,07

𝑆𝑆 = 1.366.789.391,55 𝑘𝑔

3.3.3 Reorder Point (ROP)

Reorder Point (ROP) adalah menunjukkan satu tingkat persediaan dimana pada saat
itu harus dilakukan pemesanan. PTPN III Medan memiliki waktu kerja 52 minggu
setiap tahun nya. Perhitungan Reorder Point bahan baku adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑅𝑂𝑃 = 𝑑̅ 𝑥 𝐿𝑇 + 𝑆𝑆

Di mana:

ROP = Reorder Point (ROP) untuk bahan baku palm kernel oil

SS = Jumlah Safety Stock (Persediaan Pengaman) Palm Kernel Oil (PKO)

𝑑̅ = Kebutuhan rata-rata Palm Kernel Oil (PKO) per bulan

LT = Lead Time (Waktu Tunggu)

a) Maka Reorder Point Palm Kernel Oil untuk tahun 2017 adalah sebagai
berikut:

44.361.108
𝑑̅ = = 3.696.759kg/bulan
12

12
LT = 1 minggu = 1𝑥 52 = 0,237 bulan

SS = 1.001.464,45

Maka:

ROP = 𝑑̅ 𝑥 𝐿𝑇 + 𝑆𝑆

ROP = 3.696.759 𝑥 0,237 + 1.001.464,45

ROP =1.877.596,333 kg

b) Reorder Point (ROP) dari Crude Palm Oil (CPO) untuk tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
547.277.301
𝑑̅ = = 45.606.441,75kg/bulan
12

LT=1 minggu

12
= 1𝑋 = 0,237 bulan
52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SS=1.366.789.391,55

Maka:

𝑅𝑂𝑃 = 𝑑̅ 𝑥 𝐿𝑇 + 𝑆𝑆

𝑅𝑂𝑃 = 45.606.441,75 𝑥 0,237 + 1.366.789.391,55

ROP =1.377.598.118,24 kg

3.3.4 Biaya Total (Total Cost) Persediaan PKO dan CPO tahun 2016 Dengan
Model POQ

Berdasarkan metode Period Order Quantity, maka total biaya persediaan PKO dan
CPO di PT Perkebunan Nusantara III Medan adalah sebagai berikut:

a) Total Cost (TC) untuk persediaan Palm Kernel Oil (PKO) tahun 2016
𝐷 𝐸𝑂𝑄
𝑇𝐶 = 𝑥𝑆+ 𝑥𝐻
𝐸𝑂𝑄 2
44.361.108 279.872,49
𝑇𝐶 = 𝑥𝑅𝑝 520.000 + 𝑥 𝑅𝑝 589
279.872,49 2
𝑇𝐶 = 82.422.449,45 + 82.422.448,305
TC = Rp 164.844.897,755
b) Total Cost (TC) untuk persediaan Crude Palm Oil (CPO) tahun 2016
𝐷 𝐸𝑂𝑄
𝑇𝐶 = 𝑥𝑆+ 𝑥𝐻
𝐸𝑂𝑄 2
552.595.407 1.386.997,7
𝑇𝐶 = 𝑥 𝑅𝑝 870.000 + 𝑥 𝑅𝑝 495
1.386.997,7 2
𝑇𝐶 = 𝑅𝑝 346.617.737,06 + 𝑅𝑝 343.281.930,75
TC = Rp 689.899.667,81

Adapun perbandingan antara Total Cost (TC) Perusahaan dengan model POQ dapat
dilihat pada table berikut:

Tabel 3.7 Perbandingan TC Perusahaan dengan TC model POQ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


No Bahan Baku TC Perusahaan TC POQ Selisish

1 Palm Kernel 2.183.631.051 164.844.897,755 2.018.786.153,245


Oil (PKO)

2 Crude Palm 2.289.896.053,87 689.899.667,81 1.599.996.386,06


Oil (CPO)

Total 4.473.527.104,87 854.744.565,565 3.618.782.539,305

Dari tabel 3.7 di atas diperoleh selisih biaya persediaan menurut rumusan yang
digunakan perusahaan dengan metode Period Order Quantity (POQ) sebesar Rp
3.618.782.539,305. Dari data dia atas diperoleh perbandingan yang cukup
signifikan antara TC yang dikeluarkan perusahaan dengan TC menurut metode
POQ.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data persediaan PKO dan CPO pada PT Perkebunan
Nusantara III Medan menurut model Period Order Quantity diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:

1. Pengendalian persediaan dengan menggunakan model POQ dapat


menentukan jumlah pemesanan yang lebih ekonomis untuk tahun 2016
yaitu untuk PKO dengan siklus pemesanan sebanyak 80 kali dan untuk CPO
dengan siklus pemesanan sebanyak 33 kali dalam setahun.
2. Pemesanan ulang (Reorder Point) untuk tahun 2016 dengan menggunakan
metode POQ untuk PKO dilakukan saat persediaan mencapai
1.877.596,333 dan untuk CPO sebanyak 1.377.598.118,24.
3. Dengan menggunakan metode POQ diperoleh total selisih biaya persediaan
sebesar Rp 3.618.782.539,305.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran kepada
perusahaan bahwa perlu untuk mempertimbangkan kebijakan perencanaan
persediaan kebutuhan PKO dan CPO dengan menggunakan metode Period Order
Quantity (POQ).

Dari perhitungan yang diperoleh, model POQ tersebut dapat menentukan kapan
pemesanan ulang sebaiknya dilakukan sehingga dapat menghasilkan penghematan
biaya yang signifikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Jakarta:


BPFE.
Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi keempat. Jakarta:
LPFE UI.
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia
Jakarta.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yokyakarta : Graha Ilmu.
Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta.
Rahmah, Widiana. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Impor
dengan Simulasi Monte Carlo di PT Goodyear Indonesia TBK-Bogor.Delta
Jakarta.
Rakian, Atdri. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu
Menggunakan Metode EOQ pada Pabrik Mie Musbar Pekanbaru. Jurnal
pada Univeristas Riau.
(http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/view/7947)

Rangkuti, F. 1995. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta:


PT.Raja Grafindo Prasara.

Render, Barry dan Jay Heizer. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakar;ta: Graha Ilmu.
Siswanto. 2007. Operation Research. Jilid 2. Yogyakarta: Erlangga.
Suharyanti, Yosephine, 1999. Pengendalian Persediaan Deterministik Multi Item
dengan Potongan Harga Berdasarkan Jumlah Pesanan dan Biaya Pesan
Gabungan. Jurnal Teknologi Industri VOL. III, No. 2 halaman 87-94.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Yamit Z. 1999. Manajemen Persediaan. Cetakan Pertama. EKONISIA Fakultas
Ekonomi UII.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Perhitungan Standar Deviasi (σ) dari Palm Kernel Oil (PKO) di
PTPN III Medan Tahun 2016

Bulan (n) X ̅
𝑿 ̅)
(X−𝑿 ̅ )𝟐
(𝑿 − 𝑿
Januari 3,798,395 3,696,759 101,636 10329876496
Februari 2,801,856 3,696,759 -894,903 800851379409
Maret 3,885,655 3,696,759 188,896 35681698816
April 3,283,974 3,696,759 -412,785 170391456225
Mei 2,892,412 3,696,759 -804,347 646974096409
Juni 3,365,854 3,696,759 -330,905 109498119025
Juli 3,029,234 3,696,759 -667,525 445589625625
Agustus 3,857,629 3,696,759 160,870 25879156900
September 4,051,092 3,696,759 354,333 125551874889
Oktober 4,777,133 3,696,759 1,080,374 1167207979876
Nopember 4,506,905 3,696,759 810,146 656336541316
Desember 4,172,512 3,696,759 475,753 226340917009
Jumlah 44.361.108 4420632721995

Standar Deviasi(σ):

∑12
𝑖 (𝑋𝑖 − 𝑋)
2
𝜎=√
𝑛

4420632721995
𝜎=√
12

𝜎 = 606.948,15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Perhitungan Standar Deviasi (σ) dari Crude Palm Oil (CPO) di
PT Perkebunan Nusantara III Medan Tahun 2016

Bulan (n) X ̅
𝑿 ̅)
(𝑿 − 𝑿 ̅ )𝟐
(𝑿 − 𝑿
Januari 33.869.050 45.606.441 -11737391 137766347486881
Februari 39.722.820 45.606.441 -5883621 34616996071641
Maret 42.439.620 45.606.441 -3166821 10028755246041
April 41.914.640 45.606.441 -3691801 13629394623601
Mei 36.733.580 45.606.441 -8872861 78727662325321
Juni 42.539.970 45.606.441 -3066471 9403244393841
Juli 40.523.881 45.606.441 -5082560 25832416153600
Agustus 55.110.380 45.606.441 9503939 90324856515721
September 46.397.629 45.606.441 791188 625978451344
Oktober 64.061.202 45.606.441 18454761 340578203567121
Nopember 51.446.219 45.606.441 5839778 34103007089284
Desember 52.518.310 45.606.441 6911869 47773933073161
Jumlah 547.277.301 823410794997557

Standar Deviasi (σ):

∑12(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝜎=√ 𝑖
𝑛

823410794997557
𝜎=√
12

𝜎 = 8283572,07

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Kurva dan Tabel Standar Deviasi Distribusi Normal

Cumulative from mean (0 to Z)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai