Anda di halaman 1dari 88

KLASIFIKASI ABC DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN

OBAT PATEN
(Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)

SKRIPSI

ARIS HANDIYOKO SIBUEA


130803050

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KLASIFIKASI ABC DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
OBAT PATEN
(Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

ARIS HANDIYOKO SIBUEA


130803050

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Klasifikasi ABC dalam Pengendalian Persediaan


Obat Paten. (Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)

Kategori : Skripsi
Nama : Aris Handiyoko Sibuea
Nomorindukmahasiswa : 130803050
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika
Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, November 2017

Komisi Pembimbing :

Pembimbing

Drs. Ujian Sinulingga,M.Si


NIP. 19560303 198403 1 004

Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua,

Dr. Suyanto, M.Kom


NIP. 19590813 198601 1 002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

KLASIFIKASI ABC DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT


PATEN
(Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2017

ARIS HANDIYOKO SIBUEA


130803050

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
AnugerahNya sehingga skripsi dengan judul “Klasifikasi ABC dalam
Pengendalian Persediaan Obat Paten.(Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)” dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut
mendukung dalam penulisan skripsi ini:
1. Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Drs. Pengarapen Bangun, M.Si dan Ibu Dr. Elly Rosmaini, M.Si
sebagai Dosen Pembanding yang banyak memberikan saran dan masukkan
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom sebagai Ketua Departemen Matematika dan
Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Matematika
FMIPA USU.
4. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.Si sebagai Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Semua Dosen di Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu dan
bimbingan selama di perkuliahan dan juga staf/pegawai FMIPA USU.
6. Ibu Pemilik Apotik Yakin Medan yang telah membantu penulis memberikan
data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak Tarnama Sibuea, SE, Ibu
Rumiris Normawati Siregar,dan adik-adik saya Ariyanto Sibuea, Johannes
Alesandro Sibuea serta keluarga penulis atas doa, nasehat, bimbingan, dan
dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber motivasi bagi penulis
untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa matematika stambuk 2013 (terkhusus Lambature
dan R. Karmen Pane), kakak senior, dan adik-adik stambuk 2014, 2015 dan
2016 yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. MG yang senantiasa memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
Tuhan senantiasa menyertai kita.
Medan, November 2017
Penulis

Aris Handiyoko Sibuea

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KLASIFIKASI ABC DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT
PATEN
(Studi Kasus : Apotik Yakini Medan)

ABSTRAK

Pengendalian Persediaan adalah teknik yang paling umum digunakan untuk


mengelola persediaan secara efisien. Pengendalian persediaan apotik sangatlah
penting, karena begitu besar jumlah obat yang diinvestasikan dalam persediaan.
Dalam hal tersebut, maka diperlukan pengendalian persediaan yang tepat agar
apotik dapat mengendalikan persediaannya lebih efisien. Metode Analisis Always
Better Control (ABC) adalah salah satu teknik klasifikasi dalam persediaan yang
bertujuan untuk mengklasifikasikan obat menurut nilai investasinya, yang mana
obat dengan nilai investasi tertinggi yang harus di perhatikan dalam
persediaannya. Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode untuk
menentukan pemesanan yang optimal agar obat yg nilai investasi tinggi dapat
ditekan biaya persediaanya. Tulisan ini menunjukkan penerapan klasifikasi abc
dalam pengendalian persediaan untuk menentukan obat paten yang diprioritaskan
dan jumlah pemesanan yang optimal pada Apotik Yakini Medan. Dimana didapat
ada 24 jenis obat paten yang harus diprioritaskan dalam pengendalian
persediaannya.
Kata Kunci: Always Better Control (ABC), Economic Order Quantity (EOQ),
Klasifikasi, Obat, Persediaan.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABC CLASSIFICATION FOR INVENTORY CONTROL OF PATENT
DRUG

Abstract

Inventory control is the most commonly used technique for managing inventory
efficiently. Pharmacy stock control is crucial, because so much of the is invested
in inventory. In such cases, approriate inventory controls are required to enable
pharmacies to control their inventory more efficiently. Always Better Control
(ABC) Analysis Method is one of the classification tehcniques in inventory that
aims to classify the drug according to its investment value, which is the drug with
the highest investment value that must be considered in its inventory. The
Economic Order Quantity (EOQ) method is a method to determine the optimal
order for drugs that high investment value can be pressed cost of its inventory.
This paper demonstrates the application of abc classification in inventory control
to determine prioritized patent drugs and optimal order quantities at Apotik Yakini
Medan. Where obtained there are 24 types of patent drugs that must be prioritzed
in controlling the inventory.
Keyword: Always Better Control (POQ), Economic Order Quantity (EOQ),
Classification, drugs, Inventory.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x

BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 4
1.6. Metodologi Penelitian 4
1.7. Tinjauan Pustaka 5
BAB 2. Landasan Teori
2.1 Persediaan 7
2.1.1 Pengertian Persediaan 7
2.1.2 Pentingnya Persediaan 8
2.1.3 Jenis-jenis Persediaan 8
2.1.4 Biaya-biaya dalam Persediaan 10
2.2 Metode Analisis Always Better Control (ABC) 12
2.3 Pengendalian Persediaan 13
2.4 Metode Economic Order Quantity (EOQ) 14
2.4.1 Rumus Metode Economic Order Quantity 15
2.4.2 Biaya Penyimpanan 16
2.4.3 Biaya Pemesanan 19
2.4.4 Total Biaya Persediaan 20
2.4.5 Menghitung 𝑄(Persediaan) Optimal 21
2.5 Persediaan Pengaman (Safety Stock) 22
2.6 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) 23
2.7 Total Biaya Perusahaan 24
2.8 Uji Normalitas 25
BAB 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengumpulan Data 27
3.1.1 Data Jenis dan Kebutuhan Obat Paten Apotik 27
Yakini Tahun 2016
3.1.2 Data Biaya Pemesanan Persediaan Obat Paten 33
3.1.3 Biaya Penyimpanan Obat Paten 33

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.1.4 Data Lead Time (Waktu Tunggu) Penerimaan 39
Obat Paten
3.2 Pengolahan Data 40
3.2.1 Analisis ABC terhadap obat paten 40
3.2.2 Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis 43
Menggunakan Metode EOQ
3.2.3 Penentuan Safety Stock (Persediaan 46
Pengaman)
3.2.4 Reorder Point (ROP) 48
3.2.5 Total Biaya Persediaan 50
3.2.6 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan 52
BAB 4 Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan 55
4.2. Saran 55
Daftar Pustaka 56
Daftar Lampiran 58

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
3.1. Data Daftar Nama Obat, Jumlah Penjualan, dan Harga 27
3.2. Biaya Pemesanan Obat Apotik Yakini Medan (PKO) 33
3.3. Biaya Penyimpanan Obat Paten 34
3.4. Hasil Pengelompokkan Obat Paten Berdasarkan 40
Klasifikasi ABC
3.5. Daftar Obat Paten Kelompok A 42
3.6. Pemesanan Ekonomis EOQ pada obat paten kelompok A 45
3.7. Jumlah Safety Stock untuk masing-masing obat 47
3.8. Jumlah Reorder Point untuk masing-masing obat 49
3.9. Total biaya persediaan untuk masing-masing obat paten 51
pada kelompok A
3.10. Total biaya persediaan obat paten menurut perusahaan 53

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1. Grafik Analisis ABC menurut Heizer dan Render 13
2.2. Grafik Penggunaan Persediaan 16
2.3. Grafik Persediaan 19
2.4. Grafik Total Biaya Persediaan(Ristono, Agus 2009) 20
3.2. Diagram Analisis ABC Presentase Nilai Investasi dan 41
Persediaan Jumlah Obat Paten

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lamp
1. Surat Selesai Mengambil Data 58
2. Daftar Nama,Harga dan Penjualan Obat Paten Tahun 59
2016
3. Tabel Klasifikasi ABC pada obat paten 63
4. Perhitungan Standar Deviasi (𝜎) Obat Paten Apotik 70
Yakini Medan Tahun 2016

5. Tabel Nilai Luas Kurva Normal Untuk Nilai z 72


6. Kolmogorov Smirnov Tabel 74
7. Perhitungan Distribusi Normal Obat Paten Kelompok A 75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekarang ini sarana pelayanan masyarakat yang bergerak dalam bidang kesehatan
sudah semakin luas salah satunya diperlihatkan dengan banyak berdirinya apotik
sebagai sarana penyedia obat-obatan. Ketersediaan dan kualitas obat harus selalu
terjaga sebagai salah satu jaminan terhadap kualitas layanan kesehatan yang
diberikan. Untuk menjaga ketersediaan dan kualitas obat di apotik maka
perencanaan dan pengadaan harus dikelola dengan baik.

Setiap tempat usaha termasuk apotik selalu memerlukan persediaan.


Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotik besar maupun kecil.
Persediaan obat merupakan harta paling besar dari sebuah apotek. Karena begitu
besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat
yang tepat memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan
kembali atas investasi apotik.

Selama ini apotek pada umumnya melakukan perencanaan dan


pengendalian persediaan tidak berdasarkan metode-metode yang sudah baku,
tetapi hanya berdasarkan pada pengalaman sebelumnya. Sehingga terkadang
apotik sering mengalami kekurangan persediaan atau terkada kelebihan
persediaan, hal tersebut disebabkan karena jumlah kebutuhan yang selalu
berfluktuasi tergantung permintaan.

Apotik Yakini merupakan salah satu ritel farmasi yang ada di Kota Medan.
Apotik Yakini memiliki ketersediaan obat–obatan yang lengkap, dan berada
dikawasan padat penduduk menjadikan ritel farmasi di daerah ini selalu ramai
dikunjungi konsumen. Obat –obatan di apotik Yakini terdiri dari obat paten dan
obat generik.Obat Paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama pembuat atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya. Jenis obat paten pada apotik ini sangat banyak dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

permintaan konsumen juga sangat tinggi. Sehingga membuat Apotik Yakini


menghadapi masalah untuk mengendalikan persediaan barang dagangannya
dikarenakan belum dilakukan perhitungan yang efektif dan efisien dalam
menentukan jumlah dan waktu persediaan obat paten yang akan dibeli dan
disimpan.

Menurut John dan Harding (2001) untuk memastikan bahwa pengendalian


persediaan efektif, maka tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah apa
yang harus dikendalikan, berapa banyak yang hendak dipesan dan kapan
memesan kembali. Oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah perhitungan untuk
menjawab tiga pertanyaan dasar tersebut. Metode yang tepat digunakan untuk
menjawab pertanyaan tersebut adalah metode analisis Always Better Control
(ABC) untuk mengetahui obat yang menjadi prioritas untuk dikendalikan, metode
Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui berapa banyak obat yang
harus dipesan, dan menggunakan metode Reorder Point (ROP) serta buffer stock
untuk mengetahui kapan seharusnya dilakukan pemesanan kembali.

Menurut Seto(2001) sebuah apotik biasa menjual beribu-ribu barang.


Akan sangat membingungkan dan tidak praktis untuk menghitung angka
pemesanan ulang dan EOQ untuk tiap barang. Analisa ABC merupakan suatu
jalan untuk menentukan item mana yang pantas dihitung EOQ dan angka
pemesanan ulangnya dan mana yang memerlukan metoede pengendalian yang
kurang intensif.

Metode analisis ABC merupakan metode pembuatan grup atau


penggolongan berdasarkan peringkat dari nilai tertinggi hingga terendah dan
dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A (nilai investasi
tinggi), B (nilai investasi sedang), C (nilai investasi rendah). Metode ini sangat
berguna di dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis
barang yang paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan (Heizer dan
Reider, 2010).

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu metode


pengendalian persediaan yang bertujuan untuk menentukan jumlah pemesanan
barang atau bahan yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Reorder Point (ROP) adalah metode untuk memutuskan kapan mengajukan


pemesanan kembali agar terciptanya keseimbangan antara persediaan dengan
permintaan sedangkan buffer stock adalah persediaan tambahan yang diadakan
untuk melindungi dan menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (John
dan Harding, 2001)

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka penulis mengajukan


penelitian tugas akhir dengan judul “Klasifikasi ABC dalam Pengendalian
Persediaan Obat Paten (Studi Kasus : Apotik Yakini Medan) ”

1.2. Perumusan Masalah


Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas pada penilitian ini adalah :
1. Obat paten apa yang harus di prioritaskan pada Apotik Yakini?
2. Berapa kuantitas pemesanan ekonomis untuk persediaan obat paten yang
diprioritaskan pada Apotik Yakini?

1.3. Batasan Masalah


Permasalahan pada tulisan ini dibatasi dengan batasan-batasan sebagai
berikut:
a. Metode yang digunakan adalah metode Analisis ABC dan metode EOQ
b. Permasalahan yang dibahas adalah hanya untuk pengendalian obat paten
Apotik Yakini.
c. Data obat paten yang digunakan berupa data sekunder mulai dari Januari
2016 – Desember 2016 yang diambil dari Apotik Yakini Medan.

d. Tidak ada diskon kuantitas

e. Periode datangnya pemesanan (lead time) adalah tetap.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menentukan obat paten yang diprioritaskan
dengan metode ABC, dan menentukan pemesanan ekonomis yang optimal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

pada obat paten yang diprioritaskan dengan EOQ, sehingga dapat


meminimumkan biaya persediaan obat paten.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dan informasi bagi perusahaan dalam usaha mengendalikan persediaan yang
optimal sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan obat pada apotik.
2. Bagi Penulis
Bagi penulis penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan menambah
pengetahuan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh selama masa
kuliah.
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan
sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan
Mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi berupa buku-buku
ataupun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan metode Analisis Always
Better Control dan metode Economic Order Quantity.
2. Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, penulis mewawancarai manager perusahaan
secara langsung dan mendapatkan data sekunder dari perusahaan. Adapun
data yang didapat dari perusahaan tersebut adalah:

a. Daftar nama obat paten pada apotek Yakini


b. Jumlah penjualan obat paten apotek Yakini
c. Harga obat paten pada apotik Yakini
d. Biaya pemesanan obat paten pada apotik Yakini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

e. Biaya penyimpanan obat paten pada apotik Yakini

3. Analisis dan Pengolahan Data

Data yang digunakan adalah data perusahaan pada periode Januari 2016-
Desember 2016. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data mengenai daftar jenis obat patem, jumlah


penjualan dan harga obat paten.
b. Menganalisa daftar jenis obat dengan metode Always Better Control
untuk mengelompokkan jenis obat berdasarkan nilai investasinya.
c. Menghitung kuantitas pesanan ekonomis obat paten pada
Kelompok/Kelas A menggunakan metode Economic Order Quantity.
d. Menghitung banyaknya persediaan pengaman obat paten
Kelompok/Kelas A (Safety Stock).
e. Menentukan titik pemesanan kembali obat paten (Reorder Point).
f. Menghitung total biaya persediaan obat paten Kelompok/Kelas A

4. Membuat kesimpulan.

1.7.Tinjauan Pustaka
Sebagai pendukung pembahasan teori-teori dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa referensi jurnal, antara lain ;
1. Shabanova L.B. et al. (2015) dalam penelitiannya mereka membahas
bahwa setiap usaha dagang memiliki banyak macam barang dagang, dan
setiap barang dagang memiliki keuntungan yang berbeda-beda tergantung
jumlah barang dan harganya. Untuk itu Analisis ABC sangat dibutuhkan
dalam mengklasifikasikan tingkat investasi barang, agar perusahaan dapat
lebih memprioritas persediaan terhadap barang yang tingkat investasinya
tinggi.
2. Cahya Kurniawan (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Optimlisasi
Sistem Persediaan Bahan Baku Kain Menggunakan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus : PT. New Makmurtex)” memaparkan
bahwa dengan adanya penerapan metode EOQ perusahaan akan mampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, baik untuk ruangan


gudang dan kerja, menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
banyaknya persediaan yang menumpuk sehingga mengurangi resiko yang
dapat timbul karena persediaan yang ada digudang seperti kain yang rentan
terhadap api. Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis
untuk merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas
berapa kali pembelian.
3. Jose L. Gonzalez dan Daniel Gonzalez (2010) dalam jurnalnya yang
berjudul “Analysis of an Economic Order Quantity and Reorder Point
Inventory Control Model for Company XYZ” mengatakan model
Economic Order Quantity (EOQ) ini sangat direkomendasikan untuk
mengendalikan total biaya persediaan. Dengan peramalan yang telah
dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa biaya pemesanan perusahaan
berbanding lurus dengan frekuensi pemesanan. Jika perusahaan
mengurangi banyaknya pemesanan maka biaya pemesanan dapat
dikurangi. Metode ini akan sangat menjanjikan terhadap persediaan
perusahaan, dimana dengan biaya persediaan yang ekonomis akan tetap
menghasilkan produk yang berkualitas baik dan tentunya keuntungan yang
meningkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Persediaan

2.1.1. Pengertian Persediaan

Persedian (inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan
untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki
berbagai bentuk persediaan. Keberadaan persediaan dalam suatu sistem mempunyai
suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa
didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga untuk menjamin
tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan
ketika dibutuhkan. Dengan kata lain, persediaan digunakan untuk menghadapi
ketidakpastian. Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa
definisi persediaan sebagai berikut:

1. Sofjan Assauri (2004), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal”.

2. Freddy Rangkutti (1995), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Bahan-bahan


dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang
jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau
pelanggan setiap waktu”.

3. Sri Mulyono (2004), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Sumber daya yang
disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang”.

4. Agus Ristono (2013), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Barang-barang yang


disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.1.2 Pentingnya Persediaan

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses


produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Funsi lain persediaan sebagai
stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan.

Menurut Render Barry dan Jay Haizer (2001), persediaan dapat memiliki
berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan,
yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi


permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian
dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang tidak tepat.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan
menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya.

2.1.3 Jenis – Jenis Persediaan


Menurut Handoko (2012), setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus
tersendiri dari cara pengelolaannya yang berbeda. Menurut Jenisnya, persediaan
dapat dibedakan atas :
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock) yaitu persediaan barang-barang
berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan
dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari para supplier atau
dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksinya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components) yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan
lain, yang dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock) yaitu persediaan


barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process/progress stock) yaitu
persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih diproses lebih
lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada
pelanggan atau perusahaan lain.

Disamping itu, menurut Rangkuti (1995) persediaan dapat dikelompokkan


berdasarkan fungsinya, yaitu:
1. Fungsi Decoupling (Fluctuation Stock)
Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan
konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan
atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi
apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini
(fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik
turunnya permintaan tersebut.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Dalam Batch Stock atau Lot Size Inventory, pembelian atau pembuatan yang
dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam
jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan
lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.
3. Fungsi Antisipasi (Anticipation Stock)
Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2.1.4 Biaya-Biaya dalam Persediaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah


meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran
atau kerugian yang timbul akibat persediaan. Berikut akan diuraikan komponen
biaya dalam persediaan:

1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal
dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut
berasal dari internal perusahaan.

2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)


Ginting, Rosnani (2007) dalam bukunya mengelompokkan biaya pengadaan
menjadi 2 jenis biaya berdasarkan asal-usul barang, yaitu:
a. Biaya Pemesanan (Order Cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari pihak lain (supplier). Biaya ini pada umumnya
meliputi:
1. Pemrosesan pesanan
2. Biaya Ekspedisi
3. Biaya Telepon
4. Pengeluaran surat-menyurat dan perlengkapan administrasi lainnya
5. Biaya pengepakan dan penimbangan
6. Biaya pemeriksaan penerimaan
7. Biaya pengiriman ke gudang

Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah per item barangyang dipesan tiap
kali pemesanan. Biaya pemesanan dipengaruhi frekuensi pemesanan per-periode
kegiatan. Semakin sering dilakukan pemesanan, maka semakin besar pula total
biaya pemesanannya.

b. Biaya Pembuatan (Setup Cost)


Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk
persiapan memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

yang meliputi ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda


kerja, dan sebagainya.
3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost or Carring Cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan oleh


penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode waktu tertentu.

Jika barang yang disimpan merupakan barang jadi yang diterima dari pihak lain,
maka biaya penyimpanannya meliputi:

a. Biaya Sumber Daya Manusia (SDM)


b. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan
c. Biaya Modal
d. Biaya resiko kerusakan, kecurian
e. Biaya Keusangan
f. Biaya asuransi persediaan
g. Biaya pajak persediaan
h. Biaya pengolaan/administrasi penyimpanan

Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai presentase
dari nilai rata-rata persediaan per-periode dan dalam bentuk rupiah per periode per
unit barang. Pada perusahaan yang memiliki produk yang lebih dari satu (multi-item),
terdapat biaya penyimpanan untuk setiap item selain dari biaya penyimpanan untuk
gudang.

4. Biaya Kekurangan Persediaan(shortage cost)


Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak
tersediaanya barang pada waktu yang diperlukan. Biaya kekurangan persediaan pada
dasarnya bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan.
Termasuk dalam biaya ini, antara lain :
a. Biaya administrasi tambahan
b. Biaya tertundanya penerimaan keuntungan
c. Biaya kehilangan pelanggan
d. Terganggunya proses produksi atau distribusi
e. Tambahan pengeluaran dan sebagainya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2.2 Metode Analisis Always Better Control (ABC)

Metode ini adalah suatu analisa yang digunakan semata-mata untuk mengurutkan
jumlah pemakaian, kemudian mengelompokkan jenis barang dalam suatu upaya
mengetahui jenis pergerakan obat yang meliputi berbagai jenis, banyak jumlah serta
pola kebutuhan yang berbeda-beda(Assauri ,2004).
Menurut Heizer dan Render (2010) Metode Analisis ABC ini sangat berguna
di dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang
paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan. Tidaklah realistis jika
memantau barang yang tidak mahal dengan intensitas yang sama dengan barang yang
sangat mahal. Hasil analisis ABC harus diikuti kebijaksanaan dalam manajemen
persediaan, antara lain :
1. Perencanaan kelompok A harus mendapat perhatian lebih besar
daripada yang lain.
2. Kelompok A harus dilakukan kontrol fisik yang lebih ketat
dibandingkan dengan kelompok B dan C, pencatatan harus lebih
akurat serta frekuensi pemeriksaan lebih sering.
3. Pemasok juga harus memperhatikan kelompok A agar jangan terjadi
keterlambatan pengiriman.
4. Cycle Counting, merupakan verifikasi melalui internal audit terhadap
record yang ada, dilaksanakan lebih sering untuk kelompok A, yaitu
1 bulan 1 kali, untuk kelompok B tiap 4 bulan, sedangkan kelompok
C tiap 6 bulan.

Menurut Agus Ristono (2009) Metode Analisis ABC atau sediaan Pareto memiliki
klasifikasi sebagai berikut :

1. Kelas A : persediaan yang berjumlah hanya sekitar 15% dari


jumlah total persediaan, tetapi menghabiskan sekitar 70% - 80% dari
total biaya persediaan dalam setahun.
2. Kelas B : persediaan dengan jumlah sekitar 30% dari total
persediaan tetapi , tetapi menghabiskan dana sekitar 15% - 25% dari
total biaya persediaan per tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

3. Kelas C : persediaan dengan jumlah sekitar 55% dari total


persediaan dan hanya menghabiskan dana sekitar 5% - 10% saja dari
total biaya persediaan per tahun.

Gambar 2.1 Grafik Analysis ABC menurut Heizer and Render

2.3 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam


antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa banyak yang dipesan secara optimal
untuk dapat memenuhi permintaan, atau dengan kata lain, pengendalian persediaan
adalah suatu usaha atau kegiatan untuk menentukan tingkat optimal pemesanan
dengan biaya persediaan yang minimum sehingga permintaaan terpenuhi.

Menurut John dan Harding (2001) untuk memastikan bahwa pengendalian


persediaan efektif, maka tiga pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah apa yang
harus dikendalikan, berapa banyak yang hendak dipesan dan kapan memesan
kembali. Oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah perhitungan untuk menjawab tiga
pertanyaan dasar tersebut. Metode yang tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan
tersebut adalah metode analisis ABC untuk mengetahui obat yang menjadi prioritas
untuk dikendalikan, metode EOQ untuk mengetahui berapa banyak obat yang harus
dipesan dan menggunakan metode ROP serta buffer stock untuk mengetahui kapan
seharusnya dilakukan pemesanan kembali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.4 Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Metode EOQ adalah sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu
periode untuk bertujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang tersebut.
Menurut Heizer dan Render (2010), model EOQ adalah salah satu teknik
kontrol persediaan tertua dan paling dikenalf/teknik ini relatif mudah digunakan,
tetapi berdasarkan asumsi, yaitu :
1. Jumlah permintaan diketahui,konstan dan independen
2. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.
Dengan kata lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam
satu kelompok pada suatu waktu.
3. Tidak tersedia diskon kuantitas.
4. Biaya variabel hanya biaya untuk penyetelan/pemesanan dan
biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
5. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.

Model EOQ ini sangat direkomendasikan untuk mengendalikan total biaya


persediaan. Dengan peramalan yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa
biaya pemesanan perusahaan berbanding lurus dengan frekuensi pemesanan. Jika
perusahaan mengurangi banyaknya pemesanan maka biaya pemesanan dapat
dikurangi. Metode ini akan sangat menjanjikan terhadap persediaan perusahaan,
dimana dengan biaya persediaan yang ekonomis akan tetap menghasilkan produk
yang berkualitas baik dan tentunya keuntungan yang meningkat (Gonzalez dan
Gonzalez, 2010).

Metode EOQ dapat digunakan apabila kebutuhan-kebutuhan permintaan pada


masa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki fluktuasi
perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa tenggang
diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa jumlah permintaan dan masa tenggang
merupakan bilangan yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis
total biaya (TC). Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah dari biaya
pemesanan ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Dalam meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah


pemesanan yang paling ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan
yang paling ekonomis tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan
(ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang memiliki sifat
berbanding terbalik. Apabila barang yang dipesan dalam jumlah yang banyak, biaya
pemesanan sedikit namun akan terkendala pada biaya penyimpanan yang cenderung
besar. Namun apabila frekuensi pemesanan sering dilakukan, maka biaya pemesanan
akan tinggi walaupun bisa meminumkan biaya penyimpanan. Untuk itu diperlukan
keseimbangan antara kedua biaya. Dengan kata lain, jumlah pemesanan yang paling
ekonomis merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki biaya pemesanan
dan biaya penyimpanan yang minimum. Metode yang dapat digunakan untuk
menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis adalah dengan menggunakan
metode Economic Order Quantity (EOQ).

2.4.1 Rumus Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam metode EOQ digunakan rumus sebagai berikut:

2𝐷𝑆
𝑄∗ = √ (1)
𝐻

Di mana:

𝐷 = Banyaknya permintaan pesanan pada periode tertentu

𝐻 = Biaya penyimpanan per pesanan

𝑆 = Biaya pemesanan per pesanan

𝑄 ∗ = Kuantitas ekonomis barang setiap pemesanan (EOQ)

Selanjutnya, dengan menggunakan rumusan diatas dapat kita temukan


banyaknya pemesanan (P) selama periode tertentu yaitu dengan rumus (Heizer dan
Render, 2006):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

𝐷
𝑃 = 𝑄∗ (2)

di mana:

𝑃 = Jumlah pemesanan per tahun

𝐷 = Banyaknya permintaan pada periode tertentu

𝑄 ∗ = Kuantitas ekonomis barang setiap pemesanan (EOQ)

2.4.2 Biaya Penyimpanan (Carrying Cost/Holding Cost)

Biaya penyimpanan (𝐻) biasanya dinyatakan dengan dasar per unit untuk beberapa
periode waktu (walaupun kadangkala dinyatakan dalam bentuk persentase rata-rata
persediaan). Secara tradisional, biaya penyimpanan dihubungkan dengan dasar
tahunan (per tahun), dapat dilihat Gambar 2.1 yang berhubungan dengan besarnya
penyimpanan.

Gambar 2.2 Grafik Penggunaan Persediaan

Walaupun demikian, biaya penyimpanan (𝐻) hanya menyajikan biaya per unit dan
total biaya penyimpanan tahunan. Total biaya penyimpanan ditentukan oleh jumlah
persediaan yang dimiliki selama tahun itu. Pada saat persediaan habis maka akan
dilakukan pemesanan ulang. Jumlah persediaan yang tersedia diilustrasikan dalam
Gambar 2.2.

Pada Gambar 2.2, 𝑄 melambangkan ukuran pemesanan yang diperlukan


untuk mengisi persediaan yang ditentukan. Garis yang menghubungkan 𝑄 dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

waktu (𝑡) pada grafik, melambangkan tingkat persediaan dihabiskan berdasarkan


permintaan, selama periode waktu tertentu. Permintaan diasumsikan diketahui
dengan pasti dan konstan, yang ditunjukkan bahwa garis yang melambangkan
permintaan berupa garis lurus atau linier. Dapat juga dilihat bahwa persediaan tidak
pernah turun dibawah nol. Jika persediaan mencapai titik nol, maka diasumsikan
bahwa pesanan segera datang setelah beberapa waktu yang tidak lama.

Pada Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa jumlah persediaan (𝑄), besarnya
pemesanan untuk sedikit periode waktu yang terbatas, karena persediaan selalu
dihabiskan oleh permintaan. Demikian pula halnya jumlah persediaan adalah nol
untuk sedikit periode waktu, karena satu-satunya saat di mana tidak ada persediaan
adalah pada waktu tertentu (𝑡). Maka jumlah persediaan yang tersedia adalah
diantara dua titik ekstrim ini. Deduksi yang logis adalah bahwa jumlah persediaan
yang tersedia adalah sebesar persediaan rata-rata tingkat persediaan, yang
didefinisikan sebagai berikut :
𝑄
Persediaan Rata – rata = (3)
2

𝑄
Dari persamaan diatas akan dihasilkan persediaan rata-rata = 2 . Untuk

membuktikannya akan dicari dengan barisan aritmetika, bahwa persediaan awal


adalah 𝑄, kemudian berkurang secara konstan persatuan waktu misalkan sebanyak 𝑏,
sehingga data penurunan persediaan adalah:

𝑄, (𝑄 − 𝑏), (𝑄 − 2𝑏), … , (𝑄 − 𝑘𝑏), … , (𝑄 − (𝑛 − 1)𝑏), 0

Untuk mencari rata-rata persediaan tersebut adalah dengan menjumlahkan suku-suku


pada barisan diatas kemudian dibagi dengan banyaknya data. Karena data tersebut
menurun secara konstan persatuan waktu maka untuk mencari jumlah datanya
menggunakan pendekatan deret hitung.

Untuk memperoleh persediaan rata-rata akan dihitung

𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏

0 = 𝑄 + (𝑛 − 1)𝑏

0 = 𝑄 + 𝑏𝑛 − 𝑏

𝑏 =𝑏−𝑄

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

𝑏−𝑄
𝑛 = (4)
𝑏

Kemudian untuk memperoleh jumlah suku ke-𝑛 (𝑆𝑛 ) akan dihitung


𝑛
𝑆𝑛 = 2 (𝑎 + 𝑈𝑛 )

𝑏−𝑄
𝑏
𝑆𝑛 = 𝑥(𝑄 + 0)
2

𝑏−𝑄
𝑆𝑛 = (𝑄) (5)
2𝑏

Maka diperoleh persediaan rata-rata (𝑈𝑡 ) dari data tersebut substitusi persamaan (4)
dan (5) kerumus sebagai berikut:
𝑆𝑛
𝑈𝑡 = 𝑛

𝑏−𝑄
(𝑄)
2𝑏
𝑈𝑡 = 𝑏−𝑄
𝑏

(𝑏−𝑄) 𝑏
𝑈𝑡 = (𝑄) x
2𝑏 𝑏−𝑄

𝑄
𝑈𝑡 = (6)
2

Keterangan :

Banyak data =𝑛

Suku awal(a) =𝑄

Beda(b) =𝑏

Suku terakhir(𝑈𝑛 ) =0

Jumlah suku ke-n = 𝑆𝑛


𝑆𝑛
Rata-rata persediaan(𝑈𝑡 ) = 𝑛

Hubungan untuk persediaan rata-rata ini dipertahankan tanpa melihat besarnya


pemesanan 𝑄, atau frekuensi pemesanan (periode waktu, t). Oleh karena itu,
𝑄
persediaan rata-rata dalam dasar tahunan juga sebesar 2 , seperti ditunjukkan Gambar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

𝑄
2

Gambar 2.3 Grafik Persediaan

Jika jumlah persediaan yang tersedia dalam dasar tahunan adalah sebesar
𝑄
persediaan rata-rata ( 2 ), maka dapat ditentukan total biaya penyimpanan tahunan

dengan mengalikan rata-rata jumlah dalam persediaan dengan biaya penyimpanan


per tahunnya (𝐻), maka total biaya penyimpanan per tahunnya (𝑇𝐻):

𝑇𝐻 = Persediaan Rata-rata × Biaya penyimpanan


𝑄
𝑇𝐻 = ×𝐻 (7)
2

2.4.3 Biaya Pemesanan (Order Cost/Setup Cost)

Biaya pemesanan (𝑆) dinyatakan dalam dasar per pemesanan, nilai ini hanya
menggambarkan biaya per pemesanan dan bukan total biaya pemesanan. Pemesanan
suatu barang tidak melebihi permintaan yang ada karena permintaan diketahui secara
pasti.

Total biaya pemesanan tahunan (𝑇𝑆) dapat dihitung sebagai jumlah


pemesanan per tahun dikalikan dengan biaya per pemesanan, yaitu:

𝑇𝑆 = Jumlah pemesanan × Biaya pemesanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

= 𝑃 ×𝑆
𝐷
𝑇𝑆 = 𝑄 × 𝑆 (8)

2.4.4 Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Total biaya persediaan tahunan (𝑇𝐼𝐶) dihitung dengan menjumlahkan total biaya
pemesanan (𝑇𝑆) dan total biaya penyimpanan (𝑇𝐻), adalah:

𝑇𝐼𝐶 = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan


𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = 𝑄 𝑆 + 2 𝐻 (9)

Total biaya persediaan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan digambarkan oleh
Gambar 2.2 Model Biaya Persediaan berikut:

Gambar 2.4 Grafik Total Biaya Persediaan (Ristono, Agus 2009)

Gambar 2.4 dapat dijelaskan masing-masing dari ketiga kurva biaya yang
ditunjukkan. Pertama, dapat diamati kecenderungan menaik dari kurva total biaya
penyimpanan (𝑇𝐻). Sejalan dengan meningkatnya jumlah pemesanan (𝑄),
(ditunjukkan oleh sumbu horizontal), total biaya penyimpanan (ditunjukkan oleh
sumbu vertikal) juga meningkat, disebabkan karena pemesanan yang semakin
banyak akan mengakibatkan semakin banyaknya unit yang disimpan dalam
persediaan. Kemudian dengan meningkatnya jumlah pemesanan (𝑄), total biaya
pemesanan (𝑇𝑆) menurun, disebabkan karena kenaikan dalam jumlah pemesanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

akan mengakibatkan semakin sedikit pemesanan yang dilakukan setiap tahunnya.


Total biaya pada Gambar 2.4 Model Biaya Persediaan, kurva total biaya tahunan
pertama-tama menurun ketika 𝑄 meningkat kemudian kurva total biaya tahunan
mulai meningkat, ketika permintaan 𝑄 mulai menurun. Nilai 𝑄 yang paling baik atau
optimal, adalah nilai yang merupakan nilai minimum total biaya persediaan tahunan.

2.4.5 Menghitung 𝑄 (Persediaan) Optimal

Secara matematis nilai 𝑄 optimal (𝑄 ∗ ) atau jumlah pemesanan yang optimal dapat
dihitung sebagai berikut. Dari persamaan (9) akan diperoleh total biaya persediaan
(𝑇𝐼𝐶) minimum. Untuk membuktikannya akan dicari turunan pertama dari
persamaan (9).
𝐷 𝑄
Persamaan (9), 𝑇𝐼𝐶 = 𝑄 𝑆 + 2 𝐻, merupakan persamaan dari total biaya

persediaan tahunan (biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan).

𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = 𝑆+ 𝐻
𝑄 2

atau

𝐷𝑆 𝑄𝐻
𝑇𝐼𝐶 = +
𝑄 2
𝐷𝑆 𝑄𝐻
akan dicari turunan pertama dari persamaan 𝑇𝐼𝐶 = + , dan karena yang akan
𝑄 2
𝐷𝑆 𝑄𝐻
dicari adalah 𝑄 ∗ (nilai 𝑄 optimal), maka persamaan 𝑇𝐼𝐶 = + akan diturunkan
𝑄 2

terhadap 𝑄.

𝑑(𝑇𝐼𝐶) 𝑑 𝐷𝑆 𝑑 𝑄𝐻
= ( )+ ( )
𝑑𝑄 𝑑𝑄 𝑄 𝑑𝑄 2

𝑑(𝑇𝐼𝐶) 𝐷𝑆 𝐻
=− 2 +
𝑑𝑄 𝑄 2

Syarat minimum turunan pertama sama dengan nol dapat ditulis:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

𝑑(𝑇𝐼𝐶)
=0
𝑑𝑄

𝐷𝑆 𝐻
− + =0
𝑄2 2

𝐻 𝐷𝑆
=
2 𝑄2

𝑄2 × 𝐻 = 2 × 𝐷 × 𝑆

2𝐷𝑆
𝑄2 =
𝐻

2𝐷𝑆
𝑄∗ = √ (10)
𝐻

di mana:

𝑄∗ : Nilai 𝑄 optimal

𝑆 : Biaya pemesanan (rupiah/pesanan)

𝐻 : Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)

𝑄 ∗ menandakan bahwa nilai 𝑄 adalah optimal, dikenal sebagai metode Economic


Order Quantity (EOQ).

2.5 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan


untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
(stockout). Kemungkinan terjadinya stockout dapat disebabkan karena pemakaian
bahan yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan kedatangan bahan
yang dipesan (Sofjan Assauri, 2004). Rumus safety stock secara umum sebagai
berikut:

𝑆𝑆 = 𝑍 𝑥 𝜎 (11)

Di mana:

𝑍 : Faktor pengaman yang digunakan perusahaan


𝑆𝑆 : Persediaan pengaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

𝜎 : Standar deviasi permintaan

Dalam hal ini, faktor pengaman yang dimaksudkan adalah besar probabilitas
yang digunakan perusahaan terhadap terjadinya stockout. Misalnya, perusahaan
menggunakan probabilitas sebesar 5% terjadinya stockout, maka dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi normal didapat nilai 𝑍0.05 = 1,65 (Render
dan Heizer, 2006).

2.6 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Titik pemesanan ulang (reorder point) adalah suatu titik atau batas dari jumlah
persediaan yang ada pada suatu saat di mana pemesanan harus diadakan kembali,
(Sofjan Assauri, 2004).

Menurut Fredi Rangkuti (2004), reorder point terjadi apabila


jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian
kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus
dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang
diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang. Selain itu dapat
pula ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas
atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.

Faktor yang mempengaruhi pemesanan ulang (reorder point):

a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang datang di
perusahaan (Lead Time)
b. Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya
c. Persediaan besi/safety stock (jumlah persediaan barang yang minimum
harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang yang
dibeli agar perushaaan tidak mengalami “stock out”/gangguan kelancaran
kegiatan produksi karena kehabisan barang.

Dengan mempertimbangkan safety stock maka perhitungan titik pemesanan


kembali menurut Bernard (2005) adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿) + 𝑆𝑆 (12)

Dimana
ROP : Reorder Point
d : permintaan harian
L : lead time (waktu tunggu)
SS : persediaan pengaman (safety stock/buffer stock)

Jika jumlah pemesanan ulang (𝑅𝑂𝑃) lebih kecil dari jumlah pemesanan (𝑄)
atau 𝑅𝑂𝑃 < 𝑄, maka tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan. Jika jumlah
pemesanan ulang (𝑅𝑂𝑃) lebih besar dari jumlah pemesanan (𝑄) atau 𝑅𝑂𝑃 > 𝑄,
maka akan terjadi kekurangan persediaan dalam setiap pemesanan.

2.7 Total Biaya Perusahaan

Perhitungan total biaya persediaan atau Total Inventory Cost (TIC ) pada Perusahaan
dengan rumus sebagai berikut:

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

̅ 𝑥 𝐻) + (𝑛 𝑥 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷 (13)

Dimana:

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 : Biaya Persediaan perusahaan

̅
𝐷 : Rata-rata penggunaan bahan baku per tahun

𝑆 : Biaya Pemesanan

𝐻 : Biaya Penyimpanan

𝑛 : Banyak pemesanan per tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

2.8 Uji Normalitas

Uji sampel kolmogorov-Smirnov digunakan untuk menetahui apakah distribusi


nilai-nilai sampel yang teramati sesuai dengan distribusi teoritis tertentu (normal,
uniform, poisson, eksponensial). Uji Kolmogorov-Smirnov beranggapan bahwa
distribusi variabel yang sedang diuji bersifat kontinu dan pengambilan sampel secara
acak sederhana. Dengan demikian uji ini hanya dapat digunakan, bila variabel diukur
paling sedikit dalam skala ordinal.

Uji keselarasan Kolmogorov–Smirnov dapat diterapkan pada dua keadaan:

1. Menguji apakah suatu sampel mengikuti suatu bentuk distribusi populasi


teoritis

2. Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi yang identik.

Prinsip dari uji Kolomogorov-Smirnov adalah menghitung selisih absolut antara


fungsi distribusi frekuensi kumulatif sampel [𝑆(𝑥)] dan fungsi distribusi frekuensi
kumulatif teoritis [𝐹𝑜(𝑥)] pada masing-masing invterval kelas.

Hipotesis yang diuji dinyatakan sebagai berikut (dua sisi):

𝐻𝑜 : 𝐹(𝑥) = 𝐹𝑜(𝑥) untuk semua 𝑥 dari - ~ sampai + ~

𝐻𝑎 : 𝐹(𝑥) ≠ 𝐹𝑜(𝑥) untuk paling sedikit sebuah x

Dengan 𝐹(𝑥) ialah fungsi distribusi frekuensi kumulatif populasi pengamatan

Statistik uji Kolmogorov-Smirnov merupakan selisih absolut terbesar antara 𝑆(𝑥)


dan 𝐹𝑜(𝑥), yang disebut deviasi maksimum 𝐷.

D = |S(x) – Fo(x)| maks 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 (14)

Nilai D kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada tabel distribusi pencuplikan
(tabel 𝐷), pada ukuran sampel 𝑛 dan 𝑎. 𝐻𝑜 ditolak bila nilai teramati maksimum 𝐷
lebih besar atau sama dengan nilai kritis 𝐷 maksimum. Dengan penolakan 𝐻𝑜 berarti
distribusi teramati dan distribusi teoritis berbeda secara bermakna. Sebaliknya
dengan tidak menolak 𝐻𝑜 berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara distribusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

teramati dan distribusi teoritis. Perbedanaan – perbedaan yang tampak hanya


disebabkan variasi pencuplikan (sampling variation).

Langkah-langkah prinsip uji Kolmogorov-Smirnov ialah sebagai berikut:

1. Susun frekuensi-frekuensi dari tiap nilai teramati, berurutan dari nilai terkecil
sampai nilai terbesar. Kemudian susun frekuensi kumulatif dari nilai-nilai
teramati itu.

2. Konversikan frekuensi kumulatif itu ke dalam probabilitas, yaitu ke dalam


fungsi distribusi frekuensi kumulatif [S(𝑥)]. Sekali lagi ingat bahwa,
distribusi frekuensi teramati harus merupakan hasil pengukuran variabel
paling sedikit dalam skala ordinal (tidak isa dalam skala nominal).

3. Hitung nilai z untuk masing-masing nilai teramati di atas dengan rumus


(𝑥𝑖 –𝑥)
z= . dengan mengacu kepada tabel distribusi normal baku, carilah
𝑠

probabilitas (luas area) kumulatif untuk setiap nilai teramati. Hasilnya ialah
sebagai Fo(𝑥𝑖 ).

4. Susun 𝐹𝑠(𝑥) berdampingan dengan 𝐹𝑜(𝑥). hitung selisih absolut antara S(x)
dan 𝐹𝑜(𝑥) pada masing-masing nilai teramati.

5. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov ialah selisih absolut terbesar 𝐹𝑠(𝑥𝑖 ) dan


𝐹𝑡(𝑥𝑖 ) yang juga disebut deviasi maksimum 𝐷

6. Dengan mengacu pada distribusi pencuplikan kita bisa mengetahui apakah


perbedaan sebesar itu (yaitu nilai 𝐷 maksimum teramati) terjadi hanya karena
kebetulan. Dengan mengacu pada tabel 𝐷, kita lihat berapa probabilitas (dua
sisi) kejadian untuk menemukan nilai-nilai teramati sebesar 𝐷, bila Ho benar.
Jika probabilitas itu sama atau lebih kecil dari 𝑎, maka Ho ditolak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dari pihak apotik serta mengutip
informasi dan arsip yang sesuai dengan data yang berhubungan dengan data
pemecahan masalah. Data-data yang diperoleh dari arsip Apotik Yakini Medan
adalah sebagai berikut:

3.1.1 Jenis dan Kebutuhan Obat Paten Apotik Yakini Tahun 2016
Dari data jenis obat yang diperoleh dari Apotik Yakin Medan, terdapat 123 jenis obat
paten yang. Berikut data jenis obat paten :

Tabel 3.1 Data Daftar Nama Obat, Jumlah Penjualan, Dan Harga.

Total Penjualan
No Nama Harga Obat(Rp)
(Tablet/Kapsul)

(1) (2) (3) (4)

1 Ezygard 1388 6.578

2 Primolut-N 158 5.129

3 Ferofort 219 1.961

4 Provital plus 104 2.842

5 Fg Troches 2176 1.162

6 Quidex 272 14.491

7 Flagyl 393 7.201

8 Radin 651 2.503

9 Fluimucyl 378 5.744

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

(1) (2) (3) (4)

10 Vitamam 1 256 1.898

11 Dextamin 1724 2.320

12 Plavix 924 33.676

13 Dexyclav 2198 15.134

14 Reotal 339 10.677

15 Dopamet 1138 2.288

16 Proris 486 1.258

17 Duvaldilan 954 6.578

18 Retivit plus 48 4.023

19 Eazycall 754 3.795

20 Vitamam 2 428 2.259

21 Abilify 972 67.915

22 Livercare 407 6.915

23 Adalat 10 mg 152 3.183

24 Lycoxy 2207 5.440

25 Adalat oros 30 71 9.498

26 Mefinter 500 1085 4.490

27 Amaryl 2 1846 6.304

28 Methycobal 250 mg 783 3.385

29 Amobiotik 1420 3.575

30 Volequin 1172 37.150

31 Folamil 1416 1.202

32 Rimactazid Paed 820 2.846

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

(1) (2) (3) (4)

33 Folamil Genio 380 3.922

34 Rimcure 3 FDC 54 6.846

35 Gcm forte 1808 16.002

36 Rimcure Paed 81 3.432

37 Glucophage 500 1040 1.526

38 Rimstar 4 FDC 281 8.033

39 Glucophage XR 717 3.089

40 Voltadex 25 mg 1958 393

41 Anvomer B6 705 2.789

42 Methycobal 500 mg 852 3.796

43 Arcoxia 120 mg 106 17.303

44 Metrison 1660 2.932

45 Arcoxia 60 mg 82 12.296

46 Moloco B12 756 3.961

47 Argesid 1360 1.645

48 Mucosta 742 5.691

49 Ascardia 1578 1.073

50 Voltadex 50 mg 1383 644

51 Gluvas 1 mg 642 2.932

52 Ritez 598 4.648

53 Gluvas 2mg 338 5.577

54 Simarc 2 mg 1054 1.859

55 Gluvas 3mg 136 7.293

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

(1) (2) (3) (4)

56 Sporacid 66 28.171

57 Gluvas 4mg 44 8.509

58 Starcef 100 mg 1152 25.025

59 Harnal D 392 13.571

60 Vometa 1411 3.575

61 Aspar-K 1012 2.922

62 Narfoz 4 1403 19.633

63 Azomax 2080 40.755

64 Narfoz 8 946 31.460

65 Berry Vision 235 3.257

66 Natavit 1837 3.479

67 Betaserc 24 294 10.078

68 Nislev 956 44.350

69 Buscopan 119 2.979

70 Wlaflox 987 16.455

71 Harnal Ocas 528 16.848

72 Starcef 200 mg 860 37.180

73 Hi-Bone 614 3.542

74 Stimuno 237 2.593

75 Hp-Pro 404 4.667

76 Stomacer 20 mg 256 10.487

77 Ilos 1110 11.404

78 Tensivask 10 mg 92 13.585

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

(1) (2) (3) (4)

79 Imboost forte 442 3.163

80 Zaldiar 966 10.797

81 Buscopan plus 160 4.117

82 Nomesis 718 4.719

83 Cal-95 1252 4.224

84 Omz 168 15.730

85 Cataflam 25 422 3.081

86 Ossoral 200 273 1.430

87 Cataflam 50 188 5.880

88 Ossoral 800 53 5.577

89 Catapres 136 4.660

90 Zemyc 50 mg 254 28.600

91 Imodium 598 1.455

92 Tensivask 5 mg 158 7.007

93 Imunos 1026 6.325

94 Thiamycin 500 mg 752 4.290

95 Inbion 1118 1.392

96 Thromboaspilet 2019 872

97 Inhipraz 15 192 11.440

98 Tramal 186 7.150

99 Inhipraz 30 188 17.545

100 Zeufor 500 mg 214 14.515

101 Cedocard 5 142 1.478

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

(1) (2) (3) (4)

102 Ozen 197 6.197

103 Celestamin 113 5.045

104 Pantocer 20 mg 250 13.900

105 Cobazim 1000 49 3.153

106 Pantozol 40 mg 1210 24.514

107 Curcuma 2418 835

108 Pharflox 200 mg 42 11.869

109 Depakote Er 250 342 8.173

110 Zolter 400 mg 170 10.725

111 KSR 252 3.484

112 Transamin 250 mg 564 1.973

113 Lanfix 100 2436 750

114 Urdafalk 118 12.951

115 Lasix 40 210 4.860

116 Urinter 98 4.397

117 Lesichol 175 mg 634 5.364

118 Vectrin 1932 5.506

119 Lifezar 222 8.756

120 Zolter 200 mg 202 6.149

121 Dexacef 382 10.725

122 Pharflox 400 mg 36 19.663

123 Dexaflox 836 35.750

Sumber : Apotik Yakin Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

3.1.2 Data Biaya Pemesanan Persediaan Obat Paten 2016


Besarnya biaya pemesanan diketahui dari rincian biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Biaya pemesanan obat paten pada
Apotik Yakin Medan adalah sebagai berikut:

Biaya pengeluaran apotik Yakini dalam pembelian obat untuk pemesanannya


adalah Rp 800.000
Obat yang dijual oleh apotik Yakini ada 2 jenis yaitu Obat Paten dan Obat
Generik, sehingga biaya pesan untuk obat paten adalah

Rp 800.000 : 2 = Rp 400.000

Akibatnya, biaya pesan per-item obat paten adalah biaya pesan pesan keseluruhan
obat paten dibagi dengan jumlah obat paten, sehingga didapat :
Biaya Pesan per-item obat paten = Rp 400.000 : 123
= Rp 3.252

Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Obat Paten Apotik Yakini

Komponen Biaya Pesan Biaya (Rp)/ pesan

Biaya Telekomunikasi 3.252

Sumber: Apotik Yakin Medan

3.1.3 Biaya Penyimpanan Obat Paten Tahun 2016


Biaya penyimpanan obat paten pada apotik adalah rata-rata sebesar 5% dari harga
obat paten per-itemnya/bulan. Dengan asumsi 1 tahun adalah 12 bulan maka
perhitungan biaya penyimpanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑆
𝐻= ×ℎ
12

Di mana:
𝐻 = Biaya penyimpanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

𝑆 = Harga obat per-item


ℎ = Persentase biaya penyimpanan per-item

Misalnya untuk biaya penyimpanan item obat paten yang berjenis Ezygard

Dimana :
S = Rp 6.578
h = 5% = 5%
6.578
𝐻= × 5%
12

𝐻 = 27,40833

Selanjutnya, untuk biaya penyimpanan masing-masing obat paten Apotik Yakin


dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 3.3 Biaya Penyimpanan Obat Paten

Presentase Biaya
Biaya Simpan per-
No Nama Obat Harga Obat (Rp) Penyimpanan
obat/bulan(Rp)
(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Ezygard 6.578 5 27,40833333

2 Primolut-N 5.129 5 21,37083333

3 Ferofort 1.961 5 8,170833333

4 Provital plus 2.842 5 11,84166667

5 Fg Troches 1.162 5 4,841666667

6 Quidex 14.491 5 60,37916667

7 Flagyl 7.201 5 30,00416667

8 Radin 2.503 5 10,42916667

9 Fluimucyl 5.744 5 23,93333333

10 Vitamam 1 1.898 5 7,908333333

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

(1) (2) (3) (4) (5)

11 Dextamin 2.320 5 9,666666667

12 Plavix 33.676 5 140,3166667

13 Dexyclav 15.134 5 63,05833333

14 Reotal 10.677 5 44,4875

15 Dopamet 2.288 5 9,533333333

16 Proris 1.258 5 5,241666667

17 Duvaldilan 6.578 5 27,40833333

18 Retivit plus 4.023 5 16,7625

19 Eazycall 3.795 5 15,8125

20 Vitamam 2 2.259 5 9,4125

21 Abilify 67.915 5 282,9791667

22 Livercare 6.915 5 28,8125

23 Adalat 10 mg 3.183 5 13,2625

24 Lycoxy 5.440 5 22,66666667

25 Adalat oros 30 9.498 5 39,575

26 Mefinter 500 4.490 5 18,70833333

27 Amaryl 2 6.304 5 26,26666667

28 Methycobal 250 mg 3.385 5 14,10416667

29 Amobiotik 3.575 5 14,89583333

30 Volequin 37.150 5 154,7916667

31 Folamil 1.202 5 5,008333333

32 Rimactazid Paed 2.846 5 11,85833333

33 Folamil Genio 3.922 5 16,34166667

34 Rimcure 3 FDC 6.846 5 28,525

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

(1) (2) (3) (4) (5)

35 Gcm forte 16.002 5 66,675

36 Rimcure Paed 3.432 5 14,3

37 Glucophage 500 1.526 5 6,358333333

38 Rimstar 4 FDC 8.033 5 33,47083333

39 Glucophage XR 3.089 5 12,87083333

40 Voltadex 25 mg 393 5 1,6375

41 Anvomer B6 2.789 5 11,62083333

42 Methycobal 500 mg 3.796 5 15,81666667

43 Arcoxia 120 mg 17.303 5 72,09583333

44 Metrison 2.932 5 12,21666667

45 Arcoxia 60 mg 12.296 5 51,23333333

46 Moloco B12 3.961 5 16,50416667

47 Argesid 1.645 5 6,854166667

48 Mucosta 5.691 5 23,7125

49 Ascardia 1.073 5 4,470833333

50 Voltadex 50 mg 644 5 2,683333333

51 Gluvas 1 mg 2.932 5 12,21666667

52 Ritez 4.648 5 19,36666667

53 Gluvas 2mg 5.577 5 23,2375

54 Simarc 2 mg 1.859 5 7,745833333

55 Gluvas 3mg 7.293 5 30,3875

56 Sporacid 28.171 5 117,3791667

57 Gluvas 4mg 8.509 5 35,45416667

58 Starcef 100 mg 25.025 5 104,2708333

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

(1) (2) (3) (4) (5)

59 Harnal D 13.571 5 56,54583333

60 Vometa 3.575 5 14,89583333

61 Aspar-K 2.922 5 12,175

62 Narfoz 4 19.633 5 81,80416667

63 Azomax 40.755 5 169,8125

64 Narfoz 8 31.460 5 131,0833333

65 Berry Vision 3.257 5 13,57083333

66 Natavit 3.479 5 14,49583333

67 Betaserc 24 10.078 5 41,99166667

68 Nislev 44.350 5 184,7916667

69 Buscopan 2.979 5 12,4125

70 Wlaflox 16.455 5 68,5625

71 Harnal Ocas 16.848 5 70,2

72 Starcef 200 mg 37.180 5 154,9166667

73 Hi-Bone 3.542 5 14,75833333

74 Stimuno 2.593 5 10,80416667

75 Hp-Pro 4.667 5 19,44583333

76 Stomacer 20 mg 10.487 5 43,69583333

77 Ilos 11.404 5 47,51666667

78 Tensivask 10 mg 13.585 5 56,60416667

79 Imboost forte 3.163 5 13,17916667

80 Zaldiar 10.797 5 44,9875

81 Buscopan plus 4.117 5 17,15416667

82 Nomesis 4.719 5 19,6625

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

(1) (2) (3) (4) (5)

83 Cal-95 4.224 5 17,6

84 Omz 15.730 5 65,54166667

85 Cataflam 25 3.081 5 12,8375

86 Ossoral 200 1.430 5 5,958333333

87 Cataflam 50 5.880 5 24,5

88 Ossoral 800 5.577 5 23,2375

89 Catapres 4.660 5 19,41666667

90 Zemyc 50 mg 28.600 5 119,1666667

91 Imodium 1.455 5 6,0625

92 Tensivask 5 mg 7.007 5 29,19583333

93 Imunos 6.325 5 26,35416667

94 Thiamycin 500 mg 4.290 5 17,875

95 Inbion 1.392 5 5,8

96 Thromboaspilet 872 5 3,633333333

97 Inhipraz 15 11.440 5 47,66666667

98 Tramal 7.150 5 29,79166667

99 Inhipraz 30 17.545 5 73,10416667

100 Zeufor 500 mg 14.515 5 60,47916667

101 Cedocard 5 1.478 5 6,158333333

102 Ozen 6.197 5 25,82083333

103 Celestamin 5.045 5 21,02083333

104 Pantocer 20 mg 13.900 5 57,91666667

105 Cobazim 1000 3.153 5 13,1375

106 Pantozol 40 mg 24.514 5 102,1416667

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

(1) (2) (3) (4) (5)

107 Curcuma 835 5 3,479166667

108 Pharflox 200 mg 11.869 5 49,45416667

109 Depakote Er 250 8.173 5 34,05416667

110 Zolter 400 mg 10.725 5 44,6875

111 KSR 3.484 5 14,51666667

112 Transamin 250 mg 1.973 5 8,220833333

113 Lanfix 100 750 5 3,125

114 Urdafalk 12.951 5 53,9625

115 Lasix 40 4.860 5 20,25

116 Urinter 4.397 5 18,32083333

117 Lesichol 175 mg 5.364 5 22,35

118 Vectrin 5.506 5 22,94166667

119 Lifezar 8.756 5 36,48333333

120 Zolter 200 mg 6.149 5 25,62083333

121 Dexacef 10.725 5 44,6875

122 Pharflox 400 mg 19.663 5 81,92916667

123 Dexaflox 35.750 5 148,9583333

Sumber: Apotik Yakin Medan

3.1.4 Data Lead Time (Waktu Tunggu) Penerimaan Obat Paten


Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan
dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut sampai ke apotik. Lead time untuk
setiap masing-masing obat adalah 1 hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3.2. Pengolahan Data

Dalam mengolah data untuk mendapat solusi dari masalah ini, dilakukan beberapa
tahap. Setelah data-data yang dibutuhkan diperoleh, maka pengolahan data dilakukan
berdasarkan metodologi yang telah dipaparkan pada Bab 1.

3.2.1 Analisis ABC Terhadap Obat Paten

Pengelompokan terhadap 123 obat paten dengan menggunakan analisis ABC


dilakukan dengan cara sebagai berikut :

i. Menghitung nilai investasi masing-masing obat paten selama tahun 2016


ii. Menghitung total investasi seluruh persediaan obat generik selama tahun 2016
iii. Menghitung presentase nilai investasi dari masing-masing obat paten
iv. Mengurutkan obat paten berdasarkan presentase nilai investasinya, mulai dari
yang terbesar hingga yang terkecil
v. Menghitung akumulasi dari persentase nilai investasi obat paten
vi. Obat paten kelompok A adalah obat dengan nilai investasinya 70%-80% dari
keseluruhan investasi obat, obat paten kelompok B adalah obat dengan nilai
investasi 20%-30% dari keseluruhan nilai investasi obat, sedangkan obat paten
kelompok C adalah obat dengan nilai investasi 10% dari keseluruhan nilai
investasi obat. Hasil dari pengelompokkan dengan metode Analisis ABC ini
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Hasil Pengelompokkan Oba t Paten Berdasarkan Klasifikasi ABC

Nilai Investasi Presentase Nilai Presentase Jumlah


Kelompok Jenis Obat
(Rp) Investasi (%) Jenis Obat (%)
A 24 619.474.815 76,1 19,5
B 36 124.900.693 15,3 29,3
C 63 70.127.208 8,6 51,2
Total 123 814.502.716 100,0 100

Dari tabel di atas, didapat hasil analisis bahwa kelompok A merupakan kelompok
dengan investasi paling tinggi, yaitu Rp 619.474.815 atau sebesar 76,1% dari total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

nilai investasi obat paten dengan 24 jenis obat atau 19,5 dari total persediaan obat,
kelompok B merupakan kelompok dengan investasi sedang, yaitu Rp 124.900.693
atau sebesar 15,3% dari total nilai investasi obat paten dengan 36 jenis obat atau
29,3% dari total persediaan obat, sedangkan kelompok C merupakan kelompok
dengan investasi paling terendah, yaitu Rp 70.502.716 atau sebesar 8,6% dari total
nilai investasi obat paten dengan 63 jenis obat atau 8,6% dari total persediaan obat.
Sehingga obat paten kelompok A merupakan kelompok obat yang perlu dilakukan
pengendalian persediaan yang ketat dikarenakan nilai investasinya yang sangat
tinggi.

Gambar 3.2 Diagram Analisis ABC Presentase Nilai Investasi dan Persediaan
Jumlah Obat Paten

Dalam tulisan ini, obat paten yang dibahas adalah obat paten pada kelompok A yang
terdiri dari 24 jenis obat paten yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Tabel 3.5 Daftar Obat Paten Kelompok A

Penjualan Harga
No Nama
(Tablet/Kapsul) Obat (Rp)

(1) (2) (3) (4)

1 Azomax 2.080 40.755

2 Abilify 972 67.915

3 Volequin 1.172 37.150

4 Nislev 956 44.350

5 Dexyclav 2.198 15.134

6 Starcef 200 mg 860 37.180

7 Plavix 924 33.676

8 Dexaflox 836 35.750

9 Narfoz 8 946 31.460

10 Pantozol 40 mg 1.210 24.514

11 Gcm forte 1.808 16.002

12 Starcef 100 mg 1.152 25.025

13 Narfoz 4 1.403 19.633

14 Wlaflox 987 16.455

15 Ilos 1.110 11.404

16 Lycoxy 2.207 5.440

17 Amaryl 2 1.846 6.304

18 Vectrin 1.932 5.506

19 Zaldiar 966 10.797

20 Ezygard 1.388 6.578

21 Harnal Ocas 528 16.848

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

(1) (2) (4) (5)

22 Zemyc 50 mg 254 28.600

23 Imunos 1.026 6.325

24 Natavit 1.837 3.479

3.2.2 Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis Menggunakan Metode EOQ

Setelah obat paten kelompok A didapat, maka dilakukan penerapan metode


Eqonomic Order Quantity (EOQ). Metode ini digunakan untuk menentukan jumlah
setiap pemesanan (kuantitas pemesanan) persediaan yang meminimumkan biaya
pemesanan dan penyimpanan sehingga total biaya persediaan menjadi efisien.

Jumlah pemesanan ekonomis dengan metode EOQ dapat dihitung dengan rumus:

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

Di mana:

𝐷 = Jumlah permintaan

𝑆 = Biaya pemesanan setiap kali melakukan pemesanan

𝐻 = Biaya penyimpanan

𝐸𝑂𝑄 = Jumlah jenis obat paten setiap kali pemesanan

Siklus pemesanan ulang dapat dicari dengan Metode EOQ dalam 1 tahun yaitu
dengan rumus:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Misalnya untuk obat paten Azomax :

Dimana :

𝐷 = 2.080

𝑆 = Rp 3.252

𝐻 = 169,8125

Maka,

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2 × 2.080 × 3.252
𝐸𝑂𝑄 = √
169,8125

13.528.455
𝐸𝑂𝑄 = √
169,8125

𝐸𝑂𝑄 = 282,25 Tablet Azomax ≈ 282 Tablet Azomax

Jadi, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
2.080
𝑃= = 7,37 kali dalam setahun
282,25

Selanjutnya untuk pemesanan ekonomis EOQ dan banyaknya pesanan untuk obat
paten kelompok A dapat kita lihat pada tabel berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Tabel 3.6 pemesanan ekonomis EOQ pada obat paten kelompok A

Jumlah
Biaya Biaya EOQ
Penjualan
No. Nama Obat Pemesanan Penyimpanan (Tablet/ P
Obat(Table
Obat (Rp) Per-Obat (Rp) Kapsul)
t/Kapsul)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Azomax 2080 3.252 169,81 282,25 7,37

2 Abilify 972 3.252 282,98 149,47 6,50

3 Volequin 1172 3.252 154,79 221,91 5,28

4 Nislev 956 3.252 184,79 183,43 5,21

5 Dexyclav 2198 3.252 63,06 476,14 4,62

6 Starcef 200 mg 860 3.252 154,92 190,02 4,53

7 Plavix 924 3.252 140,32 206,95 4,46

8 Dexaflox 836 3.252 148,96 191,06 4,38

9 Narfoz 8 946 3.252 131,08 216,65 4,37

10 Pantozol 40 mg 1210 3.252 102,14 277,58 4,36

11 Gcm forte 1808 3.252 66,68 419,96 4,31

12 Starcef 100 mg 1152 3.252 104,27 268,06 4,30

13 Narfoz 4 1403 3.252 81,80 333,99 4,20

14 Wlaflox 987 3.252 68,56 305,99 3,23

15 Ilos 1110 3.252 47,52 389,79 2,85

16 Lycoxy 2207 3.252 22,67 795,79 2,77

17 Amaryl 2 1846 3.252 26,27 676,09 2,73

18 Vectrin 1.932 3.252 22,94 740,08 2,61

19 Zaldiar 966 3.252 44,99 373,71 2,58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

20 Ezygard 1.388 3.252 27,41 573,91 2,42

21 Harnal Ocas 528 3.252 70,20 221,18 2,39

22 Zemyc 50 mg 254 3.252 119,17 117,74 2,16

23 Imunos 1.026 3.252 26,35 503,20 2,04

24 Natavit 1.837 3.252 14,50 907,87 2,02

3.2.3 Penentuan Safety Stock (Persediaan Pengaman)

Persediaan pengaman adalah persediaan minimal yang harus ada atau harus
diperhatikan dalam perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kehabisan
persediaan bahan baku yang disebabkan oleh ketidakpastian tingkat pemakaian dan
ketidakpastian waktu kedatangan persediaan agar kelangsungan proses produksi
dalam perushaan selalu terjamin.

Dalam hal ini Apotik Yakin Medan mengharapakan terjadinya stouck out
hanya 5. Dengan batas toleransi tersebut pada Tabel Standar Deviasi Normal, maka
nilai Standar Normal Deviasi (𝑍) yang digunakan adalah 1,65. Dengan menetukan
Standar Normal Deviasi, maka dapat dicari Safety Stock dengan rumus:

𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎

Dimana:

𝑆𝑆 = Jumlah Safety Stock

Z = Standar Normal Deviasi keseluruhan

𝜎 = Standar Normal Deviasi per-item

Misalnya untuk obat paten Azomax :

Dimana :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

𝑍 = 1,65

𝜎 = 65,90

Maka,

𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎

𝑆𝑆 = 1,65 × 65,90

𝑆𝑆 = 108,73 Tablet Azomax

Jumlah Safety Stock tiap obat paten pada Apotik Yakin Medan dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 3.7 Jumlah Safety Stock untuk masing-masing obat paten kelompok A

SS
No. Nama Obat Standard Deviasi Z=1,65
(Tablet/Kapsul)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Azomax 65,90 1,65 108,73

2 Abilify 35,25 1,65 58,16

3 Volequin 40,66 1,65 67,08

4 Nislev 29,27 1,65 48,29

5 Dexyclav 78,00 1,65 128,70

6 Starcef 200 mg 39,51 1,65 65,19

7 Plavix 25,06 1,65 41,35

8 Dexaflox 34,61 1,65 57,10

9 Narfoz 8 36,37 1,65 60,00

10 Pantozol 40 mg 44,79 1,65 73,91

11 Gcm forte 68,91 1,65 113,70

12 Starcef 100 mg 27,17 1,65 44,83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

(1) (2) (3) (4) (5)

13 Narfoz 4 37,57 1,65 61,99

14 Wlaflox 31,44 1,65 51,87

15 Ilos 41,37 1,65 68,25

16 Lycoxy 77,62 1,65 128,07

17 Amaryl 2 77,18 1,65 127,34

18 Vectrin 68,61 1,65 113,21

19 Zaldiar 33,72 1,65 55,64

20 Ezygard 52,46 1,65 86,56

21 Harnal Ocas 26,79 1,65 44,21

22 Zemyc 50 mg 11,84 1,65 19,53

23 Imunos 52,87 1,65 87,24

24 Natavit 57,99 1,65 95,68

3.2.4 Reorder Point (ROP)

Reorder Point (ROP) adalah menunjukkan suatu tingkat persediaan dimana pada saat
itu harus dilakukan pemesanan. Titik pemesanan ulang terjadi apabila jumlah
persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus, oleh karena itu perusahaan
menentukan titik pemesanan ulang yang harus dilakukan perusahaan agar tidak
kehabisan stok (stockout) maupun kelebihan stok (over stock). Data yang diperoleh
dari apotik bahwa apotik memiliki waktu kerja 357 hari setiap tahunnya dan dalam
penerimaan barang apotik memiliki waktu tunggu (lead time) adalah 1 hari.

Misal reorder point item Azomax :

Dimana :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

𝑑 = 2080/357 = 5,82

𝐿 = 1 hari

𝑆𝑆 = 108,73

Maka,

𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿) + 𝑆𝑆

𝑅𝑂𝑃 = (5,82 𝑥 1) + 108,73

𝑅𝑂𝑃 = 5,82 + 108,73

𝑅𝑂𝑃 = 114,56 Tablet Azomax

Jumlah Reorder Point tiap obat paten Apotik Yakin Medan dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3.8 Jumlah Roerder Point untuk masing-masing obat.

Jumlah Lead
SS ROP
No. Nama Obat Penjualan Obat Time
(Tablet/Kapsul) (Tablet/Kapsul)
(Tablet/Kapsul) (Hari)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Azomax 2080 1 108,73 114,56

2 Abilify 972 1 58,16 60,88

3 Volequin 1172 1 67,08 70,37

4 Nislev 956 1 48,29 50,97

5 Dexyclav 2198 1 128,70 134,86

6 Starcef 200 mg 860 1 65,19 67,60

7 Plavix 924 1 41,35 43,94

8 Dexaflox 836 1 57,10 59,44

9 Narfoz 8 946 1 60,00 62,65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10 Pantozol 40 mg 1210 1 73,91 77,30

11 Gcm forte 1808 1 113,70 118,77

12 Starcef 100 mg 1152 1 44,83 48,06

13 Narfoz 4 1403 1 61,99 65,92

14 Wlaflox 987 1 51,87 54,64

15 Ilos 1110 1 68,25 71,36

16 Lycoxy 2207 1 128,07 134,26

17 Amaryl 2 1846 1 127,34 132,51

18 Vectrin 1932 1 113,21 118,62

19 Zaldiar 966 1 55,64 58,34

20 Ezygard 1388 1 86,56 90,45

21 Harnal Ocas 528 1 44,21 45,69

22 Zemyc 50 mg 254 1 19,53 20,25

23 Imunos 1026 1 87,24 90,12

24 Natavit 1837 1 95,68 100,82

3.2.5 Total Biaya Persediaan

Total Biaya Persediaan adalah total dari biaya total pemesanan dan biaya total
penyimpanan.

Misalnya Total Biaya Persediaan Obat Paten Azomax :

Dimana :

𝐷 = 2.080

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

𝑄 = 414,11

𝑆 = Rp 7.000

𝐻 = 169,81

Maka,

𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)

2.080 414,11
= (414,11 × 7.000) + ( × 169,81)
2

= 35.160,13 + 35.160,13

= 70.320,84

Berikut Total biaya persediaan masing – masing obat paten pada kelompok A dan
Jumlah Total biayanya.

Tabel 3.9. Total biaya persediaan masing-masing obat paten kelompok A

Jumlah Biaya
Biaya EOQ
Kebutuhan Penyimpana
No Nama Obat Pemesanan (Tablet/ TC (Rp)
Obat(Tabl n Per-Obat
Obat (Rp) Kapsul)
et/Kapsul) (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Azomax 2.080 3.252 169,81 282,25 47.929,93

2 Abilify 972 3.252 282,98 149,47 42.296,13

3 Volequin 1.172 3.252 154,79 221,91 34.350,09

4 Nislev 956 3.252 184,79 183,43 33.896,93

5 Dexyclav 2.198 3.252 63,06 476,14 30.024,47

6 Starcef 200 mg 860 3.252 154,92 190,02 29.436,66

7 Plavix 924 3.252 140,32 206,95 29.038,95

8 Dexaflox 836 3.252 148,96 191,06 28.459,40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

9 Narfoz 8 946 3.252 131,08 216,65 28.399,43

10 Pantozol 40 mg 1.210 3.252 102,14 277,58 28.352,05

11 Gcm forte 1.808 3.252 66,68 419,96 28.000,84

12 Starcef 100 mg 1.152 3.252 104,27 268,06 27.951,04

13 Narfoz 4 1.403 3.252 81,80 333,99 27.321,64

14 Wlaflox 987 3.252 68,56 305,99 20.979,36

15 Ilos 1.110 3.252 47,52 389,79 18.521,44

16 Lycoxy 2.207 3.252 22,67 795,79 18.037,87

17 Amaryl 2 1.846 3.252 26,27 676,09 17.758,59

18 Vectrin 1932 3252 22,94 740,08 16.978,77

19 Zaldiar 966 3.252 44,99 373,71 16.812,21

20 Ezygard 1.388 3.252 27,41 573,91 15.729,91

21 Harnal Ocas 528 3.252 70,20 221,18 15.526,58

22 Zemyc 50 mg 254 3.252 119,17 117,74 14.030,87

23 Imunos 1.026 3.252 26,35 503,20 13.261,38

24 Natavit 1.837 3.252 14,50 907,87 13.160,32

Total Biaya Persediaan 24 Obat Paten 596.254,85

3.2.6 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan

Misalnya Total Biaya Persediaan Obat Paten Menurut Perusahaan

Di mana:

̅ (Rata-rata kebutuhan obat per tahun)


𝐷 = 173,33

𝑆 (Biaya pemesanan) = Rp 3.252

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

𝐻 (Biaya penyimpanan) = Rp 169,81

𝑛 (Banyak pesanan per-tahun) = 12

Maka,

̅ 𝑥 𝐻) + (𝑛 𝑥 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (173,33 𝑥 169,81) + (12 𝑥 3.252)

𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 113.434.17

Tabel 3.10. Tabel Biaya Persediaan Obat Paten menurut Perusahaan.

No Nama Obat ̅𝑖 (Tablet/Kapsul) 𝑆(Rp)


𝐷 𝐻𝑖 (Rp) 𝑛 𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 (Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Azomax 173,33 3.252 169,81 12 68.458,17

2 Abilify 81,00 3.252 282,98 12 61.945,31

3 Volequin 97,67 3.252 154,79 12 54.141,99

4 Nislev 79,67 3.252 184,79 12 53.745,74

5 Dexyclav 183,17 3.252 63,06 12 50.574,18

6 Starcef 200 mg 71,67 3.252 154,92 12 50.126,36

7 Plavix 77,00 3.252 140,32 12 49.828,38

8 Dexaflox 69,67 3.252 148,96 12 49.401,43

9 Narfoz 8 78,83 3.252 131,08 12 49.357,74

10 Pantozol 40 mg 100,83 3.252 102,14 12 49.323,28

11 Gcm forte 150,67 3.252 66,68 12 49.069,70

12 Starcef 100 mg 96,00 3.252 104,27 12 49.034,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

13 Narfoz 4 116,92 3.252 81,80 12 48.588,27

14 Wlaflox 82,25 3.252 68,56 12 44.663,27

15 Ilos 92,50 3.252 47,52 12 43.419,29

16 Lycoxy 183,92 3.252 22,67 12 43.192,78

17 Amaryl 2 153,83 3.252 26,27 12 43.064,69

18 Vectrin 161,00 3.252 22,94 12 42.717,61

19 Zaldiar 80,50 3.252 44,99 12 42.645,49

20 Ezygard 115,67 3.252 27,41 12 42.194,23

21 Harnal Ocas 44,00 3.252 70,20 12 42.112,80

22 Zemyc 50 mg 21,17 3.252 119,17 12 41.546,36

23 Imunos 85,50 3.252 26,35 12 41.277,28

24 Natavit 153,08 3.252 14,50 12 41.243,07

Total biaya persediaan menurut perusahaan 1.151.671,42

Adapun perbandingan Total Inventory Cost (TIC) persediaan menurut perusahaan


dengan Total Inventory Cost (TIC) berdasarkan metode EOQ dapat dilihat pada tabel
berikut:

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇𝐼𝐶

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = 𝑅𝑝 1.151.671,42 − 𝑅𝑝 596.254,85

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = 𝑅𝑝 555.416,57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data persediaan obat paten Apotik Yakin dapat disimpulkan
bahwa :

1. Dengan menggunakan metode ABC dapat diketahui bahwa obat paten yang
harus diprioritaskan adalah 24 jenis obat yang mana obat tersebut memiliki
nilai investasi yang sangat tinggi, sehingga diperlukan pengawasan yang ketat
dalam pengendalian persediaannya.

2. Dalam perhitungan EOQ pada persediaan obat paten kelompok A, dapat


diketahui bahwa semakin tinggi nilai investasi obat paten, maka jumlah atau
frekuensi pemesanan obat juga semakin bertambah.

3. Dengan menggunakan metode EOQ pemesanan obat paten lebih optimal,


yang mana hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah pemesanan obat di
minimumkan untuk mengurangi biaya persediaan yang berlebihan. Dimana
diketahui bahwa biaya persediaan menurut EOQ adalah Rp 596.254,85
sedangkan biaya persediaan menurut apotik Yakin adalah Rp 1.151.671,42.
Dalam hal ini dapat dilakukan penghematan biaya persediaan sebesar Rp
555.416,57 atau sebesar 48,2% .

4.2 Saran

Dari hasil penilitian penulis menyarankan agar Apotik Yakin mempertimbangkan


untuk menggunakan metode analisis ABC untuk menentukan obat paten yang
diprioritaskan dan metode EOQ untuk melakukan kebijakan pemesanan yang
minimum pada obat yang diprioritaskan, sebagai upaya untuk mengurangi biaya
persediaan yang berlebihan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi , Medan: Graha Ilmu.


Gonzalez, J.L dan Gonzalez, D. 2010. Analysis of an Economic Order Quantity
and Reorder Point Inventory Control Model for Company XYZ. Journal of
Industrial Engineering California Polytechnic State University. 1: 26-27.
Guga, E dan Musa, O. 2015. Inventory Management Through EOQ Model ( A
Case Study Of Shpresa Ltd, Albania). Journal of Economics,Commerce
and Management, United Kingdom. 3: 175.
Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Penerbit
Grasindo.

Karuniawan, C. 2015. Optimalisasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Kain Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi
Kasus pada: PT. New Makmurtex). Jurnal pada Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.

Kumar, R. 2016. Economic Order Quantity (EOQ) Model. Journal of Finance


and Economic Management Delhi University. 5:1.

Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,


Jakarta.

Murty, D.H., Jazuli dan Talitha, T. 2015. Optimasi Pengendalian Persediaan


Bahan Baku di PT. Bromindo Mekar Mitra. Jurnal pada Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.

Pamungkas, W.T dan Sutanto, A. 2012 . Analisis Pengendalian Bahan Baku


Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus
Pada PT. MISAJA MITRA CO.LTD). Jurnal Manajemen Bisnis
(FOKUS). 1: 2.

Puspika, J. dan Anita, D. 2013. Inventory Control dan Perencanaan Persediaan


Bahan Baku Produksi Roti Pada Pabrik Roti BOBO Pekanbaru. Jurnal
Ekonomi STIE Pelita Indonesia. 21: 2.

Rangkuti, F. 1995. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Prasada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Render, B. and Heizer, J. 2006. Principles Of Operation Management Eight
Edition. Pearson Education, Inc. United States.

Ristono, A. 2009. Manajemen Persediaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Setiawan, A. 2014. Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order


Quantity dan Period Order Quantity dalam mengoptimalisasi Pengendalian
Persediaan Bahan Baku. Jurnal pada Universitas Pendidikan Indonesia.

Subagyo, P., Asri, M. dan Handoko, H. 2000. Dasar-dasar Operation Researchs.


BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Seto, S. 2004. Manajemen Farmasi. Airlangga University Press.

Suswardji, E., Eman S. dan Ratnaningsih, R. 2012. Analisis Pengendalian


Persediaan Bahan Baku Pada PT. NT Piston Ring Indonesia di Karawang.
Jurnal Manajemen Universitas Singaperbangsa Karawang. 10: 13-14.

Taylor III, Bernard W. 2004. Introduction to Management Science. 8th Edition.


New Jersey: Pearson Education.

Wahyuni.SP dan Sri, S. 1998. Dampak Penerapan Metode Eqonomic Order


Quantity (EOQ) Terhadap Nilai Persediaan Obat di Instalasi Farmasi
RSUD DR Moewardi Surakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan. 1: 25-33.

W.R, Fajar. 2014. Aplikasi Metode Matematika EOQ Multi Item Pada PT. Jaya
Kertas Kertosono. Jurnal Matematika. 2:224-227.

Yamit, Z. 1999. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi


UII.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3

Tabel Klasifikasi ABC pada Obat Paten

Total Nilai
Presentase Nilai
No Nama Satuan Kebutuhan Harga Obat Investasi Klasifikasi
Investasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Azomax tablet 2.080 40.755 10,4% 10,4% A
2 Abilify tablet 972 67.915 8,1% 18,5% A
3 Volequin tablet 1.172 37.150 5,3% 23,9% A
4 Nislev tablet 956 44.350 5,2% 29,1% A
5 Dexyclav tablet 2.198 15.134 4,1% 33,1% A
6 Starcef 200 mg tablet 860 37.180 3,9% 37,1% A
7 Plavix tablet 924 33.676 3,8% 40,9% A
8 Dexaflox tablet 836 35.750 3,7% 44,6% A
9 Narfoz 8 tablet 946 31.460 3,7% 48,2% A
10 Pantozol 40 mg tablet 1.210 24.514 3,6% 51,9% A
11 Gcm forte tablet 1.808 16.002 3,6% 55,4% A
12 Starcef 100 mg tablet 1.152 25.025 3,5% 58,9% A
13 Narfoz 4 tablet 1.403 19.633 3,4% 62,3% A
14 Wlaflox tablet 987 16.455 2,0% 64,3% A
15 Ilos tablet 1.110 11.404 1,6% 65,9% A
16 Lycoxy tablet 2.207 5.440 1,5% 67,4% A
17 Amaryl 2 tablet 1.846 6.304 1,4% 68,8% A
18 Vectrin tablet 1.932 5.506 1,3% 70,1% A
19 Zaldiar tablet 966 10.797 1,3% 71,4% A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
20 Ezygard tablet 1.388 6.578 1,1% 72,5% A
21 Harnal Ocas tablet 528 16.848 1,1% 73,6% A
22 Zemyc 50 mg tablet 254 28.600 0,9% 74,5% A
23 Imunos tablet 1.026 6.325 0,8% 75,3% A
24 Natavit kapsul 1.837 3.479 0,8% 76,1% A
25 Duvaldilan tablet 954 6.578 0,8% 76,8% B
26 Harnal D tablet 392 13.571 0,7% 77,5% B
27 Cal-95 tablet 1.252 4.224 0,6% 78,1% B
28 Amobiotik tablet 1.420 3.575 0,6% 78,8% B
29 Vometa tablet 1.411 3.575 0,6% 79,4% B
30 Mefinter 500 tablet 1.085 4.490 0,6% 80,0% B
31 Metrison tablet 1.660 2.932 0,6% 80,6% B
32 Mucosta tablet 742 5.691 0,5% 81,1% B
33 Dexacef tablet 382 10.725 0,5% 81,6% B
34 Dextamin tablet 1.724 2.320 0,5% 82,1% B
35 Quidex tablet 272 14.491 0,5% 82,6% B
36 Reotal tablet 339 10.677 0,4% 83,0% B
37 Pantocer 20 mg tablet 250 13.900 0,4% 83,4% B
38 Lesichol 175 mg tablet 634 5.364 0,4% 83,9% B
39 Nomesis tablet 718 4.719 0,4% 84,3% B
40 Inhipraz 30 tablet 188 17.545 0,4% 84,7% B
41 Methycobal 500 mg tablet 852 3.796 0,4% 85,1% B
42 Thiamycin 500 mg tablet 752 4.290 0,4% 85,5% B
43 Zeufor 500 mg tablet 214 14.515 0,4% 85,8% B
44 Moloco B12 kapsul 756 3.961 0,4% 86,2% B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
45 Betaserc 24 tablet 294 10.078 0,4% 86,6% B
46 Aspar-K tablet 1.012 2.922 0,4% 86,9% B
47 Eazycall tablet 754 3.795 0,4% 87,3% B
48 Flagyl tablet 393 7.201 0,3% 87,6% B
49 Livercare tablet 407 6.915 0,3% 88,0% B
50 Depakote Er 250 tablet 342 8.173 0,3% 88,3% B
51 Ritez tablet 598 4.648 0,3% 88,7% B
52 Stomacer 20 mg tablet 256 10.487 0,3% 89,0% B
53 Methycobal 250 mg tablet 783 3.385 0,3% 89,3% B
54 Omz tablet 168 15.730 0,3% 89,6% B
55 Dopamet tablet 1.138 2.288 0,3% 90,0% B
56 Fg Troches tablet 2.176 1.162 0,3% 90,3% B
57 Rimactazid Paed tablet 820 2.846 0,3% 90,6% B
58 Rimstar 4 FDC tablet 281 8.033 0,3% 90,8% B
59 Argesid tablet 1.360 1.645 0,3% 91,1% B
60 Glucophage XR tablet 717 3.089 0,3% 91,4% B
61 Inhipraz 15 tablet 192 11.440 0,3% 91,7% C
62 Hi-Bone tablet 614 3.542 0,3% 91,9% C
63 Fluimucyl kapsul 378 5.744 0,3% 92,2% C
64 Curcuma tablet 2.418 835 0,2% 92,4% C
65 Anvomer B6 tablet 705 2.789 0,2% 92,7% C
66 Simarc 2 mg tablet 1.054 1.859 0,2% 92,9% C
67 Lifezar tablet 222 8.756 0,2% 93,2% C
68 Hp-Pro tablet 404 4.667 0,2% 93,4% C
69 Gluvas 2mg tablet 338 5.577 0,2% 93,6% C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
70 Gluvas 1 mg tablet 642 2.932 0,2% 93,9% C
71 Sporacid kapsul 66 28.171 0,2% 94,1% C
72 Arcoxia 120 mg tablet 106 17.303 0,2% 94,3% C
73 Lanfix 100 kapsul 2.436 750 0,2% 94,5% C
74 Zolter 400 mg tablet 170 10.725 0,2% 94,8% C
75 Thromboaspilet tablet 2.019 872 0,2% 95,0% C
76 Folamil tablet 1.416 1.202 0,2% 95,2% C
77 Ascardia tablet 1.578 1.073 0,2% 95,4% C
78 Radin tablet 651 2.503 0,2% 95,6% C
79 Glucophage 500 tablet 1.040 1.526 0,2% 95,8% C
80 Inbion kapsul 1.118 1.392 0,2% 96,0% C
81 Urdafalk tablet 118 12.951 0,2% 96,2% C
82 Folamil Genio tablet 380 3.922 0,2% 96,3% C
83 Imboost forte tablet 442 3.163 0,2% 96,5% C
84 Tramal tablet 186 7.150 0,2% 96,7% C
85 Cataflam 25 tablet 422 3.081 0,2% 96,8% C
86 Tensivask 10 mg tablet 92 13.585 0,2% 97,0% C
87 Zolter 200 mg tablet 202 6.149 0,2% 97,1% C
88 Ozen tablet 197 6.197 0,1% 97,3% C
89 Transamin 250 mg tablet 564 1.973 0,1% 97,4% C
90 Tensivask 5 mg tablet 158 7.007 0,1% 97,6% C
91 Cataflam 50 tablet 188 5.880 0,1% 97,7% C
92 Lasix 40 tablet 210 4.860 0,1% 97,8% C
93 Arcoxia 60 mg tablet 82 12.296 0,1% 98,0% C
94 Gluvas 3mg tablet 136 7.293 0,1% 98,1% C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
95 Vitamam 2 tablet 428 2.259 0,1% 98,2% C
96 Voltadex 50 mg tablet 1.383 644 0,1% 98,3% C
97 KSR tablet 252 3.484 0,1% 98,4% C
98 Imodium tablet 598 1.455 0,1% 98,5% C
99 Primolut-N tablet 158 5.129 0,1% 98,6% C
100 Voltadex 25 mg tablet 1.958 393 0,1% 98,7% C
101 Berry Vision tablet 235 3.257 0,1% 98,8% C
102 Pharflox 400 mg tablet 36 19.663 0,1% 98,9% C
103 Adalat oros 30 tablet 71 9.498 0,1% 99,0% C
104 Buscopan plus tablet 160 4.117 0,1% 99,1% C
105 Catapres tablet 136 4.660 0,1% 99,1% C
106 Stimuno tablet 237 2.593 0,1% 99,2% C
107 Proris tablet 486 1.258 0,1% 99,3% C
108 Celestamin tablet 113 5.045 0,1% 99,4% C
109 Pharflox 200 mg tablet 42 11.869 0,1% 99,4% C
110 Vitamam 1 tablet 256 1.898 0,1% 99,5% C
111 Adalat 10 mg tablet 152 3.183 0,1% 99,5% C
112 Urinter kapsul 98 4.397 0,1% 99,6% C
113 Ferofort tablet 219 1.961 0,1% 99,6% C
114 Ossoral 200 tablet 273 1.430 0,0% 99,7% C
115 Gluvas 4mg tablet 44 8.509 0,0% 99,7% C
116 Rimcure 3 FDC tablet 54 6.846 0,0% 99,8% C
117 Buscopan tablet 119 2.979 0,0% 99,8% C
118 Ossoral 800 tablet 53 5.577 0,0% 99,9% C
119 Provital plus tablet 104 2.842 0,0% 99,9% C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
120 Rimcure Paed tablet 81 3.432 0,0% 99,9% C
121 Cedocard 5 tablet 142 1.478 0,0% 100,0% C
122 Retivit plus tablet 48 4.023 0,0% 100,0% C
123 Cobazim 1000 tablet 49 3.153 0,0% 100,0% C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Perhitungan Standar Deviasi (𝝈) Obat Paten Apotik Yakini Medan Tahun
2016

Standar Deviasi Obat Paten Azomax


2
Bulan 𝑋 𝑋 𝑋−𝑋 (𝑋 − 𝑋)
Januari 75 173,33 -98,33 9668,789
Februari 168 173,33 -5,33 28,4089
Maret 153 173,33 -20,33 413,3089
April 279 173,33 105,67 11166,15
Mei 148 173,33 -25,33 641,6089
Juni 107 173,33 -66,33 4399,669
Juli 256 173,33 82,67 6834,329
Agustus 168 173,33 -5,33 28,4089
September 94 173,33 -79,33 6293,249
Oktober 262 173,33 88,67 7862,369
November 176 173,33 2,67 7,1289
Desember 194 173,33 20,67 427,2489
Jumlah 2080 47770,67

2
∑12 (𝑋 − 𝑋)
𝜎=𝑆 = √ 𝑖=1
𝑛−1

47.770,67
=√ 11

= √434.278,82

= 65,90

Berikut data standar deviasi obat paten kelompok A

12 2
No Nama Obat (𝑋 − 𝑋̅)2 ∑ (𝑋−𝑋)
𝜎 = √ 𝑖=1 𝑛−1
(1) (2) (3) (4)
1 Azomax 47.770,67 65,90
2 Abilify 13.668,00 35,25
3 Volequin 18.182,67 40,66
4 Nislev 9.422,67 29,27
5 Dexyclav 66.925,67 78,00
6 Starcef 200 mg 17.168,67 39,51
7 Plavix 6.908,00 25,06
8 Dexaflox 13.174,67 34,61
9 Narfoz 8 14.547,67 36,37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4)
10 Pantozol 40 mg 22.069,67 44,79
11 Gcm forte 52.234,67 68,91
12 Starcef 100 mg 8.120,00 27,17
13 Narfoz 4 15.526,92 37,57
14 Wlaflox 10.872,25 31,44
15 Ilos 18.823,00 41,37
16 Lycoxy 66.274,92 77,62
17 Amaryl 2 65.517,67 77,18
18 Vectrin 51.786,00 68,61
19 Zaldiar 12.507,00 33,72
20 Ezygard 30.274,67 52,46
21 Harnal Ocas 7.896,00 26,79
22 Zemyc 50 mg 1.541,67 11,84
23 Imunos 30.753,00 52,87
24 Natavit 36.986,92 57,99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Tabel Nilai Luas Kurva Normal Untuk Nilai z

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6

Tabel Kolmogorov Smirnov

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7

Uji Distribusi Normalitas Obat Paten Kelompok A

Uji Distribusi Normal Obat Paten Dengan Menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov

Misal Uji Normalitas Obat Paten Azomax

Uji Distribusi Normal Obat Paten Azomax


Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference
Statistik Var I
75 1 1 0,083333 -1,49216 0,067828 0,015505
94 1 2 0,166667 -1,20385 0,114324 0,052342 N Sampel 12
107 1 3 0,25 -1,00658 0,157069 0,092931 Mean 173,3333
148 1 4 0,333333 -0,38442 0,350333 0,017 Simpangan Baku 65,89983
153 1 5 0,416667 -0,30855 0,378832 0,037834
Dn = 0,150528
168 1 6 0,5 -0,08093 0,467748 0,032252
168 1 7 0,583333 -0,08093 0,467748 0,115585 KS Tabel 0,37543
176 1 8 0,666667 0,040465 0,516139 0,150528 Normal
194 1 9 0,75 0,313607 0,62309 0,12691
256 1 10 0,833333 1,254429 0,895157 0,061824
262 1 11 0,916667 1,345476 0,910764 0,005902
279 1 12 1 1,603444 0,945582 0,054418

Berikut Tabel Uji Normalitas Obat Paten Kelompok A

KS
No Jenis Obat Dn Uji
Tabel
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Azomax 0,150528 0,37543 Normal
2 Abilify 0,121727 0,37543 Normal
3 Volequin 0,197817 0,37543 Normal
4 Nislev 0,114972 0,37543 Normal
5 Dexyclav 0,104874 0,37543 Normal
6 Starcef 200 mg 0,136722 0,37543 Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) (2) (3) (4) (5)
7 Plavix 0,135299 0,37543 Normal
8 Dexaflox 0,215962 0,37543 Normal
9 Narfoz 8 0,110178 0,37543 Normal
10 Pantozol 40 mg 0,159606 0,37543 Normal
11 Gcm forte 0,134858 0,37543 Normal
12 Starcef 100 mg 0,184992 0,37543 Normal
13 Narfoz 4 0,17374 0,37543 Normal
14 Wlaflox 0,091636 0,37543 Normal
15 Ilos 0,139831 0,37543 Normal
16 Lycoxy 0,141716 0,37543 Normal
17 Amaryl 2 0,132899 0,37543 Normal
18 Vectrin 0,286888 0,37543 Normal
19 Zaldiar 0,114782 0,37543 Normal
20 Ezygard 0,092288 0,37543 Normal
21 Harnal Ocas 0,14815 0,37543 Normal
22 Zemyc 50 mg 0,122585 0,37543 Normal
23 Imunos 0,223065 0,37543 Normal
24 Natavit 0,104291 0,37543 Normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai