OBAT PATEN
(Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)
SKRIPSI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Kategori : Skripsi
Nama : Aris Handiyoko Sibuea
Nomorindukmahasiswa : 130803050
Program Studi : Sarjana (S1) Matematika
Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, November 2017
Komisi Pembimbing :
Pembimbing
Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua,
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
AnugerahNya sehingga skripsi dengan judul “Klasifikasi ABC dalam
Pengendalian Persediaan Obat Paten.(Studi Kasus: Apotik Yakini Medan)” dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut
mendukung dalam penulisan skripsi ini:
1. Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, nasehat, dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Drs. Pengarapen Bangun, M.Si dan Ibu Dr. Elly Rosmaini, M.Si
sebagai Dosen Pembanding yang banyak memberikan saran dan masukkan
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom sebagai Ketua Departemen Matematika dan
Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Matematika
FMIPA USU.
4. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.Si sebagai Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
5. Semua Dosen di Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu dan
bimbingan selama di perkuliahan dan juga staf/pegawai FMIPA USU.
6. Ibu Pemilik Apotik Yakin Medan yang telah membantu penulis memberikan
data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak Tarnama Sibuea, SE, Ibu
Rumiris Normawati Siregar,dan adik-adik saya Ariyanto Sibuea, Johannes
Alesandro Sibuea serta keluarga penulis atas doa, nasehat, bimbingan, dan
dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber motivasi bagi penulis
untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa matematika stambuk 2013 (terkhusus Lambature
dan R. Karmen Pane), kakak senior, dan adik-adik stambuk 2014, 2015 dan
2016 yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. MG yang senantiasa memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
Tuhan senantiasa menyertai kita.
Medan, November 2017
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
Abstract
Inventory control is the most commonly used technique for managing inventory
efficiently. Pharmacy stock control is crucial, because so much of the is invested
in inventory. In such cases, approriate inventory controls are required to enable
pharmacies to control their inventory more efficiently. Always Better Control
(ABC) Analysis Method is one of the classification tehcniques in inventory that
aims to classify the drug according to its investment value, which is the drug with
the highest investment value that must be considered in its inventory. The
Economic Order Quantity (EOQ) method is a method to determine the optimal
order for drugs that high investment value can be pressed cost of its inventory.
This paper demonstrates the application of abc classification in inventory control
to determine prioritized patent drugs and optimal order quantities at Apotik Yakini
Medan. Where obtained there are 24 types of patent drugs that must be prioritzed
in controlling the inventory.
Keyword: Always Better Control (POQ), Economic Order Quantity (EOQ),
Classification, drugs, Inventory.
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 4
1.6. Metodologi Penelitian 4
1.7. Tinjauan Pustaka 5
BAB 2. Landasan Teori
2.1 Persediaan 7
2.1.1 Pengertian Persediaan 7
2.1.2 Pentingnya Persediaan 8
2.1.3 Jenis-jenis Persediaan 8
2.1.4 Biaya-biaya dalam Persediaan 10
2.2 Metode Analisis Always Better Control (ABC) 12
2.3 Pengendalian Persediaan 13
2.4 Metode Economic Order Quantity (EOQ) 14
2.4.1 Rumus Metode Economic Order Quantity 15
2.4.2 Biaya Penyimpanan 16
2.4.3 Biaya Pemesanan 19
2.4.4 Total Biaya Persediaan 20
2.4.5 Menghitung 𝑄(Persediaan) Optimal 21
2.5 Persediaan Pengaman (Safety Stock) 22
2.6 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) 23
2.7 Total Biaya Perusahaan 24
2.8 Uji Normalitas 25
BAB 3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Pengumpulan Data 27
3.1.1 Data Jenis dan Kebutuhan Obat Paten Apotik 27
Yakini Tahun 2016
3.1.2 Data Biaya Pemesanan Persediaan Obat Paten 33
3.1.3 Biaya Penyimpanan Obat Paten 33
vi
vii
viii
ix
PENDAHULUAN
Sekarang ini sarana pelayanan masyarakat yang bergerak dalam bidang kesehatan
sudah semakin luas salah satunya diperlihatkan dengan banyak berdirinya apotik
sebagai sarana penyedia obat-obatan. Ketersediaan dan kualitas obat harus selalu
terjaga sebagai salah satu jaminan terhadap kualitas layanan kesehatan yang
diberikan. Untuk menjaga ketersediaan dan kualitas obat di apotik maka
perencanaan dan pengadaan harus dikelola dengan baik.
Apotik Yakini merupakan salah satu ritel farmasi yang ada di Kota Medan.
Apotik Yakini memiliki ketersediaan obat–obatan yang lengkap, dan berada
dikawasan padat penduduk menjadikan ritel farmasi di daerah ini selalu ramai
dikunjungi konsumen. Obat –obatan di apotik Yakini terdiri dari obat paten dan
obat generik.Obat Paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas
nama pembuat atau yang dikuasakannya, dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya. Jenis obat paten pada apotik ini sangat banyak dan
Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
Mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi berupa buku-buku
ataupun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan metode Analisis Always
Better Control dan metode Economic Order Quantity.
2. Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, penulis mewawancarai manager perusahaan
secara langsung dan mendapatkan data sekunder dari perusahaan. Adapun
data yang didapat dari perusahaan tersebut adalah:
Data yang digunakan adalah data perusahaan pada periode Januari 2016-
Desember 2016. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut:
4. Membuat kesimpulan.
1.7.Tinjauan Pustaka
Sebagai pendukung pembahasan teori-teori dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa referensi jurnal, antara lain ;
1. Shabanova L.B. et al. (2015) dalam penelitiannya mereka membahas
bahwa setiap usaha dagang memiliki banyak macam barang dagang, dan
setiap barang dagang memiliki keuntungan yang berbeda-beda tergantung
jumlah barang dan harganya. Untuk itu Analisis ABC sangat dibutuhkan
dalam mengklasifikasikan tingkat investasi barang, agar perusahaan dapat
lebih memprioritas persediaan terhadap barang yang tingkat investasinya
tinggi.
2. Cahya Kurniawan (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Optimlisasi
Sistem Persediaan Bahan Baku Kain Menggunakan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus : PT. New Makmurtex)” memaparkan
bahwa dengan adanya penerapan metode EOQ perusahaan akan mampu
LANDASAN TEORI
2.1 Persediaan
Persedian (inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan
untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki
berbagai bentuk persediaan. Keberadaan persediaan dalam suatu sistem mempunyai
suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa
didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga untuk menjamin
tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan
ketika dibutuhkan. Dengan kata lain, persediaan digunakan untuk menghadapi
ketidakpastian. Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa
definisi persediaan sebagai berikut:
1. Sofjan Assauri (2004), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal”.
3. Sri Mulyono (2004), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Sumber daya yang
disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang”.
Menurut Render Barry dan Jay Haizer (2001), persediaan dapat memiliki
berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan,
yaitu:
Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal
dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut
berasal dari internal perusahaan.
Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah per item barangyang dipesan tiap
kali pemesanan. Biaya pemesanan dipengaruhi frekuensi pemesanan per-periode
kegiatan. Semakin sering dilakukan pemesanan, maka semakin besar pula total
biaya pemesanannya.
Jika barang yang disimpan merupakan barang jadi yang diterima dari pihak lain,
maka biaya penyimpanannya meliputi:
Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai presentase
dari nilai rata-rata persediaan per-periode dan dalam bentuk rupiah per periode per
unit barang. Pada perusahaan yang memiliki produk yang lebih dari satu (multi-item),
terdapat biaya penyimpanan untuk setiap item selain dari biaya penyimpanan untuk
gudang.
Metode ini adalah suatu analisa yang digunakan semata-mata untuk mengurutkan
jumlah pemakaian, kemudian mengelompokkan jenis barang dalam suatu upaya
mengetahui jenis pergerakan obat yang meliputi berbagai jenis, banyak jumlah serta
pola kebutuhan yang berbeda-beda(Assauri ,2004).
Menurut Heizer dan Render (2010) Metode Analisis ABC ini sangat berguna
di dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang
paling penting dan perlu diprioritaskan dalam persediaan. Tidaklah realistis jika
memantau barang yang tidak mahal dengan intensitas yang sama dengan barang yang
sangat mahal. Hasil analisis ABC harus diikuti kebijaksanaan dalam manajemen
persediaan, antara lain :
1. Perencanaan kelompok A harus mendapat perhatian lebih besar
daripada yang lain.
2. Kelompok A harus dilakukan kontrol fisik yang lebih ketat
dibandingkan dengan kelompok B dan C, pencatatan harus lebih
akurat serta frekuensi pemeriksaan lebih sering.
3. Pemasok juga harus memperhatikan kelompok A agar jangan terjadi
keterlambatan pengiriman.
4. Cycle Counting, merupakan verifikasi melalui internal audit terhadap
record yang ada, dilaksanakan lebih sering untuk kelompok A, yaitu
1 bulan 1 kali, untuk kelompok B tiap 4 bulan, sedangkan kelompok
C tiap 6 bulan.
Menurut Agus Ristono (2009) Metode Analisis ABC atau sediaan Pareto memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Metode EOQ adalah sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu
periode untuk bertujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang tersebut.
Menurut Heizer dan Render (2010), model EOQ adalah salah satu teknik
kontrol persediaan tertua dan paling dikenalf/teknik ini relatif mudah digunakan,
tetapi berdasarkan asumsi, yaitu :
1. Jumlah permintaan diketahui,konstan dan independen
2. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya.
Dengan kata lain persediaan dari sebuah pesanan datang dalam
satu kelompok pada suatu waktu.
3. Tidak tersedia diskon kuantitas.
4. Biaya variabel hanya biaya untuk penyetelan/pemesanan dan
biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.
5. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
2𝐷𝑆
𝑄∗ = √ (1)
𝐻
Di mana:
𝐷
𝑃 = 𝑄∗ (2)
di mana:
Biaya penyimpanan (𝐻) biasanya dinyatakan dengan dasar per unit untuk beberapa
periode waktu (walaupun kadangkala dinyatakan dalam bentuk persentase rata-rata
persediaan). Secara tradisional, biaya penyimpanan dihubungkan dengan dasar
tahunan (per tahun), dapat dilihat Gambar 2.1 yang berhubungan dengan besarnya
penyimpanan.
Walaupun demikian, biaya penyimpanan (𝐻) hanya menyajikan biaya per unit dan
total biaya penyimpanan tahunan. Total biaya penyimpanan ditentukan oleh jumlah
persediaan yang dimiliki selama tahun itu. Pada saat persediaan habis maka akan
dilakukan pemesanan ulang. Jumlah persediaan yang tersedia diilustrasikan dalam
Gambar 2.2.
Pada Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa jumlah persediaan (𝑄), besarnya
pemesanan untuk sedikit periode waktu yang terbatas, karena persediaan selalu
dihabiskan oleh permintaan. Demikian pula halnya jumlah persediaan adalah nol
untuk sedikit periode waktu, karena satu-satunya saat di mana tidak ada persediaan
adalah pada waktu tertentu (𝑡). Maka jumlah persediaan yang tersedia adalah
diantara dua titik ekstrim ini. Deduksi yang logis adalah bahwa jumlah persediaan
yang tersedia adalah sebesar persediaan rata-rata tingkat persediaan, yang
didefinisikan sebagai berikut :
𝑄
Persediaan Rata – rata = (3)
2
𝑄
Dari persamaan diatas akan dihasilkan persediaan rata-rata = 2 . Untuk
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
0 = 𝑄 + (𝑛 − 1)𝑏
0 = 𝑄 + 𝑏𝑛 − 𝑏
𝑏 =𝑏−𝑄
𝑏−𝑄
𝑛 = (4)
𝑏
𝑏−𝑄
𝑏
𝑆𝑛 = 𝑥(𝑄 + 0)
2
𝑏−𝑄
𝑆𝑛 = (𝑄) (5)
2𝑏
Maka diperoleh persediaan rata-rata (𝑈𝑡 ) dari data tersebut substitusi persamaan (4)
dan (5) kerumus sebagai berikut:
𝑆𝑛
𝑈𝑡 = 𝑛
𝑏−𝑄
(𝑄)
2𝑏
𝑈𝑡 = 𝑏−𝑄
𝑏
(𝑏−𝑄) 𝑏
𝑈𝑡 = (𝑄) x
2𝑏 𝑏−𝑄
𝑄
𝑈𝑡 = (6)
2
Keterangan :
Banyak data =𝑛
Suku awal(a) =𝑄
Beda(b) =𝑏
Suku terakhir(𝑈𝑛 ) =0
𝑄
2
Jika jumlah persediaan yang tersedia dalam dasar tahunan adalah sebesar
𝑄
persediaan rata-rata ( 2 ), maka dapat ditentukan total biaya penyimpanan tahunan
Biaya pemesanan (𝑆) dinyatakan dalam dasar per pemesanan, nilai ini hanya
menggambarkan biaya per pemesanan dan bukan total biaya pemesanan. Pemesanan
suatu barang tidak melebihi permintaan yang ada karena permintaan diketahui secara
pasti.
= 𝑃 ×𝑆
𝐷
𝑇𝑆 = 𝑄 × 𝑆 (8)
Total biaya persediaan tahunan (𝑇𝐼𝐶) dihitung dengan menjumlahkan total biaya
pemesanan (𝑇𝑆) dan total biaya penyimpanan (𝑇𝐻), adalah:
Total biaya persediaan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan digambarkan oleh
Gambar 2.2 Model Biaya Persediaan berikut:
Gambar 2.4 dapat dijelaskan masing-masing dari ketiga kurva biaya yang
ditunjukkan. Pertama, dapat diamati kecenderungan menaik dari kurva total biaya
penyimpanan (𝑇𝐻). Sejalan dengan meningkatnya jumlah pemesanan (𝑄),
(ditunjukkan oleh sumbu horizontal), total biaya penyimpanan (ditunjukkan oleh
sumbu vertikal) juga meningkat, disebabkan karena pemesanan yang semakin
banyak akan mengakibatkan semakin banyaknya unit yang disimpan dalam
persediaan. Kemudian dengan meningkatnya jumlah pemesanan (𝑄), total biaya
pemesanan (𝑇𝑆) menurun, disebabkan karena kenaikan dalam jumlah pemesanan
Secara matematis nilai 𝑄 optimal (𝑄 ∗ ) atau jumlah pemesanan yang optimal dapat
dihitung sebagai berikut. Dari persamaan (9) akan diperoleh total biaya persediaan
(𝑇𝐼𝐶) minimum. Untuk membuktikannya akan dicari turunan pertama dari
persamaan (9).
𝐷 𝑄
Persamaan (9), 𝑇𝐼𝐶 = 𝑄 𝑆 + 2 𝐻, merupakan persamaan dari total biaya
𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = 𝑆+ 𝐻
𝑄 2
atau
𝐷𝑆 𝑄𝐻
𝑇𝐼𝐶 = +
𝑄 2
𝐷𝑆 𝑄𝐻
akan dicari turunan pertama dari persamaan 𝑇𝐼𝐶 = + , dan karena yang akan
𝑄 2
𝐷𝑆 𝑄𝐻
dicari adalah 𝑄 ∗ (nilai 𝑄 optimal), maka persamaan 𝑇𝐼𝐶 = + akan diturunkan
𝑄 2
terhadap 𝑄.
𝑑(𝑇𝐼𝐶) 𝑑 𝐷𝑆 𝑑 𝑄𝐻
= ( )+ ( )
𝑑𝑄 𝑑𝑄 𝑄 𝑑𝑄 2
𝑑(𝑇𝐼𝐶) 𝐷𝑆 𝐻
=− 2 +
𝑑𝑄 𝑄 2
𝑑(𝑇𝐼𝐶)
=0
𝑑𝑄
𝐷𝑆 𝐻
− + =0
𝑄2 2
𝐻 𝐷𝑆
=
2 𝑄2
𝑄2 × 𝐻 = 2 × 𝐷 × 𝑆
2𝐷𝑆
𝑄2 =
𝐻
2𝐷𝑆
𝑄∗ = √ (10)
𝐻
di mana:
𝑄∗ : Nilai 𝑄 optimal
𝑆𝑆 = 𝑍 𝑥 𝜎 (11)
Di mana:
Dalam hal ini, faktor pengaman yang dimaksudkan adalah besar probabilitas
yang digunakan perusahaan terhadap terjadinya stockout. Misalnya, perusahaan
menggunakan probabilitas sebesar 5% terjadinya stockout, maka dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi normal didapat nilai 𝑍0.05 = 1,65 (Render
dan Heizer, 2006).
Titik pemesanan ulang (reorder point) adalah suatu titik atau batas dari jumlah
persediaan yang ada pada suatu saat di mana pemesanan harus diadakan kembali,
(Sofjan Assauri, 2004).
a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang datang di
perusahaan (Lead Time)
b. Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya
c. Persediaan besi/safety stock (jumlah persediaan barang yang minimum
harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang yang
dibeli agar perushaaan tidak mengalami “stock out”/gangguan kelancaran
kegiatan produksi karena kehabisan barang.
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿) + 𝑆𝑆 (12)
Dimana
ROP : Reorder Point
d : permintaan harian
L : lead time (waktu tunggu)
SS : persediaan pengaman (safety stock/buffer stock)
Jika jumlah pemesanan ulang (𝑅𝑂𝑃) lebih kecil dari jumlah pemesanan (𝑄)
atau 𝑅𝑂𝑃 < 𝑄, maka tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan. Jika jumlah
pemesanan ulang (𝑅𝑂𝑃) lebih besar dari jumlah pemesanan (𝑄) atau 𝑅𝑂𝑃 > 𝑄,
maka akan terjadi kekurangan persediaan dalam setiap pemesanan.
Perhitungan total biaya persediaan atau Total Inventory Cost (TIC ) pada Perusahaan
dengan rumus sebagai berikut:
̅ 𝑥 𝐻) + (𝑛 𝑥 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷 (13)
Dimana:
̅
𝐷 : Rata-rata penggunaan bahan baku per tahun
𝑆 : Biaya Pemesanan
𝐻 : Biaya Penyimpanan
2. Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi yang identik.
Nilai D kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada tabel distribusi pencuplikan
(tabel 𝐷), pada ukuran sampel 𝑛 dan 𝑎. 𝐻𝑜 ditolak bila nilai teramati maksimum 𝐷
lebih besar atau sama dengan nilai kritis 𝐷 maksimum. Dengan penolakan 𝐻𝑜 berarti
distribusi teramati dan distribusi teoritis berbeda secara bermakna. Sebaliknya
dengan tidak menolak 𝐻𝑜 berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara distribusi
1. Susun frekuensi-frekuensi dari tiap nilai teramati, berurutan dari nilai terkecil
sampai nilai terbesar. Kemudian susun frekuensi kumulatif dari nilai-nilai
teramati itu.
probabilitas (luas area) kumulatif untuk setiap nilai teramati. Hasilnya ialah
sebagai Fo(𝑥𝑖 ).
4. Susun 𝐹𝑠(𝑥) berdampingan dengan 𝐹𝑜(𝑥). hitung selisih absolut antara S(x)
dan 𝐹𝑜(𝑥) pada masing-masing nilai teramati.
Data diperoleh dengan cara wawancara langsung dari pihak apotik serta mengutip
informasi dan arsip yang sesuai dengan data yang berhubungan dengan data
pemecahan masalah. Data-data yang diperoleh dari arsip Apotik Yakini Medan
adalah sebagai berikut:
3.1.1 Jenis dan Kebutuhan Obat Paten Apotik Yakini Tahun 2016
Dari data jenis obat yang diperoleh dari Apotik Yakin Medan, terdapat 123 jenis obat
paten yang. Berikut data jenis obat paten :
Tabel 3.1 Data Daftar Nama Obat, Jumlah Penjualan, Dan Harga.
Total Penjualan
No Nama Harga Obat(Rp)
(Tablet/Kapsul)
45 Arcoxia 60 mg 82 12.296
56 Sporacid 66 28.171
78 Tensivask 10 mg 92 13.585
Rp 800.000 : 2 = Rp 400.000
Akibatnya, biaya pesan per-item obat paten adalah biaya pesan pesan keseluruhan
obat paten dibagi dengan jumlah obat paten, sehingga didapat :
Biaya Pesan per-item obat paten = Rp 400.000 : 123
= Rp 3.252
𝑆
𝐻= ×ℎ
12
Di mana:
𝐻 = Biaya penyimpanan
Misalnya untuk biaya penyimpanan item obat paten yang berjenis Ezygard
Dimana :
S = Rp 6.578
h = 5% = 5%
6.578
𝐻= × 5%
12
𝐻 = 27,40833
Presentase Biaya
Biaya Simpan per-
No Nama Obat Harga Obat (Rp) Penyimpanan
obat/bulan(Rp)
(%)
Dalam mengolah data untuk mendapat solusi dari masalah ini, dilakukan beberapa
tahap. Setelah data-data yang dibutuhkan diperoleh, maka pengolahan data dilakukan
berdasarkan metodologi yang telah dipaparkan pada Bab 1.
Dari tabel di atas, didapat hasil analisis bahwa kelompok A merupakan kelompok
dengan investasi paling tinggi, yaitu Rp 619.474.815 atau sebesar 76,1% dari total
nilai investasi obat paten dengan 24 jenis obat atau 19,5 dari total persediaan obat,
kelompok B merupakan kelompok dengan investasi sedang, yaitu Rp 124.900.693
atau sebesar 15,3% dari total nilai investasi obat paten dengan 36 jenis obat atau
29,3% dari total persediaan obat, sedangkan kelompok C merupakan kelompok
dengan investasi paling terendah, yaitu Rp 70.502.716 atau sebesar 8,6% dari total
nilai investasi obat paten dengan 63 jenis obat atau 8,6% dari total persediaan obat.
Sehingga obat paten kelompok A merupakan kelompok obat yang perlu dilakukan
pengendalian persediaan yang ketat dikarenakan nilai investasinya yang sangat
tinggi.
Gambar 3.2 Diagram Analisis ABC Presentase Nilai Investasi dan Persediaan
Jumlah Obat Paten
Dalam tulisan ini, obat paten yang dibahas adalah obat paten pada kelompok A yang
terdiri dari 24 jenis obat paten yaitu :
Penjualan Harga
No Nama
(Tablet/Kapsul) Obat (Rp)
Jumlah pemesanan ekonomis dengan metode EOQ dapat dihitung dengan rumus:
2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻
Di mana:
𝐷 = Jumlah permintaan
𝐻 = Biaya penyimpanan
Siklus pemesanan ulang dapat dicari dengan Metode EOQ dalam 1 tahun yaitu
dengan rumus:
𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
Dimana :
𝐷 = 2.080
𝑆 = Rp 3.252
𝐻 = 169,8125
Maka,
2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻
2 × 2.080 × 3.252
𝐸𝑂𝑄 = √
169,8125
13.528.455
𝐸𝑂𝑄 = √
169,8125
𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
2.080
𝑃= = 7,37 kali dalam setahun
282,25
Selanjutnya untuk pemesanan ekonomis EOQ dan banyaknya pesanan untuk obat
paten kelompok A dapat kita lihat pada tabel berikut.
Jumlah
Biaya Biaya EOQ
Penjualan
No. Nama Obat Pemesanan Penyimpanan (Tablet/ P
Obat(Table
Obat (Rp) Per-Obat (Rp) Kapsul)
t/Kapsul)
Persediaan pengaman adalah persediaan minimal yang harus ada atau harus
diperhatikan dalam perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kehabisan
persediaan bahan baku yang disebabkan oleh ketidakpastian tingkat pemakaian dan
ketidakpastian waktu kedatangan persediaan agar kelangsungan proses produksi
dalam perushaan selalu terjamin.
Dalam hal ini Apotik Yakin Medan mengharapakan terjadinya stouck out
hanya 5. Dengan batas toleransi tersebut pada Tabel Standar Deviasi Normal, maka
nilai Standar Normal Deviasi (𝑍) yang digunakan adalah 1,65. Dengan menetukan
Standar Normal Deviasi, maka dapat dicari Safety Stock dengan rumus:
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
Dimana:
Dimana :
𝑍 = 1,65
𝜎 = 65,90
Maka,
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
𝑆𝑆 = 1,65 × 65,90
Jumlah Safety Stock tiap obat paten pada Apotik Yakin Medan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.7 Jumlah Safety Stock untuk masing-masing obat paten kelompok A
SS
No. Nama Obat Standard Deviasi Z=1,65
(Tablet/Kapsul)
Reorder Point (ROP) adalah menunjukkan suatu tingkat persediaan dimana pada saat
itu harus dilakukan pemesanan. Titik pemesanan ulang terjadi apabila jumlah
persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus, oleh karena itu perusahaan
menentukan titik pemesanan ulang yang harus dilakukan perusahaan agar tidak
kehabisan stok (stockout) maupun kelebihan stok (over stock). Data yang diperoleh
dari apotik bahwa apotik memiliki waktu kerja 357 hari setiap tahunnya dan dalam
penerimaan barang apotik memiliki waktu tunggu (lead time) adalah 1 hari.
Dimana :
𝑑 = 2080/357 = 5,82
𝐿 = 1 hari
𝑆𝑆 = 108,73
Maka,
𝑅𝑂𝑃 = (𝑑 𝑥 𝐿) + 𝑆𝑆
Jumlah Reorder Point tiap obat paten Apotik Yakin Medan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Jumlah Lead
SS ROP
No. Nama Obat Penjualan Obat Time
(Tablet/Kapsul) (Tablet/Kapsul)
(Tablet/Kapsul) (Hari)
Total Biaya Persediaan adalah total dari biaya total pemesanan dan biaya total
penyimpanan.
Dimana :
𝐷 = 2.080
𝑄 = 414,11
𝑆 = Rp 7.000
𝐻 = 169,81
Maka,
𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
2.080 414,11
= (414,11 × 7.000) + ( × 169,81)
2
= 35.160,13 + 35.160,13
= 70.320,84
Berikut Total biaya persediaan masing – masing obat paten pada kelompok A dan
Jumlah Total biayanya.
Jumlah Biaya
Biaya EOQ
Kebutuhan Penyimpana
No Nama Obat Pemesanan (Tablet/ TC (Rp)
Obat(Tabl n Per-Obat
Obat (Rp) Kapsul)
et/Kapsul) (Rp)
Di mana:
Maka,
̅ 𝑥 𝐻) + (𝑛 𝑥 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 113.434.17
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ = 𝑅𝑝 555.416,57
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data persediaan obat paten Apotik Yakin dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dengan menggunakan metode ABC dapat diketahui bahwa obat paten yang
harus diprioritaskan adalah 24 jenis obat yang mana obat tersebut memiliki
nilai investasi yang sangat tinggi, sehingga diperlukan pengawasan yang ketat
dalam pengendalian persediaannya.
4.2 Saran
W.R, Fajar. 2014. Aplikasi Metode Matematika EOQ Multi Item Pada PT. Jaya
Kertas Kertosono. Jurnal Matematika. 2:224-227.
Total Nilai
Presentase Nilai
No Nama Satuan Kebutuhan Harga Obat Investasi Klasifikasi
Investasi
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Azomax tablet 2.080 40.755 10,4% 10,4% A
2 Abilify tablet 972 67.915 8,1% 18,5% A
3 Volequin tablet 1.172 37.150 5,3% 23,9% A
4 Nislev tablet 956 44.350 5,2% 29,1% A
5 Dexyclav tablet 2.198 15.134 4,1% 33,1% A
6 Starcef 200 mg tablet 860 37.180 3,9% 37,1% A
7 Plavix tablet 924 33.676 3,8% 40,9% A
8 Dexaflox tablet 836 35.750 3,7% 44,6% A
9 Narfoz 8 tablet 946 31.460 3,7% 48,2% A
10 Pantozol 40 mg tablet 1.210 24.514 3,6% 51,9% A
11 Gcm forte tablet 1.808 16.002 3,6% 55,4% A
12 Starcef 100 mg tablet 1.152 25.025 3,5% 58,9% A
13 Narfoz 4 tablet 1.403 19.633 3,4% 62,3% A
14 Wlaflox tablet 987 16.455 2,0% 64,3% A
15 Ilos tablet 1.110 11.404 1,6% 65,9% A
16 Lycoxy tablet 2.207 5.440 1,5% 67,4% A
17 Amaryl 2 tablet 1.846 6.304 1,4% 68,8% A
18 Vectrin tablet 1.932 5.506 1,3% 70,1% A
19 Zaldiar tablet 966 10.797 1,3% 71,4% A
2
∑12 (𝑋 − 𝑋)
𝜎=𝑆 = √ 𝑖=1
𝑛−1
47.770,67
=√ 11
= √434.278,82
= 65,90
12 2
No Nama Obat (𝑋 − 𝑋̅)2 ∑ (𝑋−𝑋)
𝜎 = √ 𝑖=1 𝑛−1
(1) (2) (3) (4)
1 Azomax 47.770,67 65,90
2 Abilify 13.668,00 35,25
3 Volequin 18.182,67 40,66
4 Nislev 9.422,67 29,27
5 Dexyclav 66.925,67 78,00
6 Starcef 200 mg 17.168,67 39,51
7 Plavix 6.908,00 25,06
8 Dexaflox 13.174,67 34,61
9 Narfoz 8 14.547,67 36,37
Uji Distribusi Normal Obat Paten Dengan Menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov
KS
No Jenis Obat Dn Uji
Tabel
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Azomax 0,150528 0,37543 Normal
2 Abilify 0,121727 0,37543 Normal
3 Volequin 0,197817 0,37543 Normal
4 Nislev 0,114972 0,37543 Normal
5 Dexyclav 0,104874 0,37543 Normal
6 Starcef 200 mg 0,136722 0,37543 Normal