Anda di halaman 1dari 49

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BATANG SERNAI

(Wedelia biflora) SECARA TOPIKAL PADA EKOR


MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI
INDUKSI LUKA MEMAR

SKRIPSI

DIO WAHYU ANANDIKA


NPM. 1402101010142

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BATANG SERNAI
(Wedelia biflora) SECARA TOPIKAL PADA EKOR
MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI
INDUKSI LUKA MEMAR

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi
sebahagian persyaratan mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

DIO WAHYU ANANDIKA


NPM. 1402101010142

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
HALAMAN PENGESAHAN

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BATANG SERNAI


(Wedelia biflora) SECARA TOPIKAL PADA EKOR
MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI
INDUKSI LUKA MEMAR

DIO WAHYU ANANDIKA


NPM. 1402101010142

Dinyatakan lulus Sarjana Kedokteran Hewan pada tanggal


29 Januari 2018

Dr. drh. Rinidar, M.Kes. Dr. drh. Amalia Sutriana, M. Sc.


Pembimbing Utama Penguji

drh. M. Isa, M.Si. drh. Abdullah Hamzah, M.Si.


Pembimbing Pendamping Penguji

Dr. drh. Ummu Balqis, M.Si.


Penguji

Mengetahui,

Dekan Fakultas, Ketua Program Studi,

Dr. drh. Muhammad Hambal Dr. drh. Ummu Balqis, M.Si.


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala pemilik seluruh alam semesta,

karena hanya berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan lancar dan sesuai dengan

waktu yang direncanakan. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad Shalallahu „Alaihi Wassalam beserta keluarga yang telah membawa

umatNya dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Ekstrak Etanol Batang Sernai (Wedelia

biflora) Secara Topikal Pada Ekor Mencit (Mus musculus) yang Diberi Induksi

Luka Memar” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

(S.KH) dalam program studi Pendidikan Dokter Hewan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima

kasih yang tidak terhingga kepada Dr. drh. Rinidar, M.Kes. dan drh. M.Isa, M.Si.

selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dari

awal penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada Dr. drh. Ummu Balqis, M.Si. selaku dosen

wali yang telah memberi saran dan motivasi dalam perkuliahan, juga kepada

dosen penguji Dr. drh. Amalia Sutriana, M.Sc. dan drh. Abdullah Hamzah, M.Si.

atas masukan, arahan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima

kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala yaitu

iv
v

Dr. drh. Muhammad Hambal dan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Dr. drh. Ummu

Balqis, M.Si.

Skripsi ini penulis persembahkan teristimewa untuk keluarga tercinta

kepada Ayahanda Drs. Masri dan Ibunda Yulmahensih S.PKP., serta adik-adik

saya Shella Dilvia, Tri Rizki Wulandari, Raisul Annadhif serta keluarga besar

yang saya sayangi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

baik secara dukungan materi, moral, dan spritual, sehingga penulis mampu

menyelesaikan studi.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada sahabat seperjuangan dan

teman-teman keluarga veteriner 2014 (GRAVITY) dan teman-teman yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu, penulis sangat bersyukur atas kesempatan untuk

waktu dan dukungan yang diberikan kepada satu sama lain dalam proses

pembuatan skripsi. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada

laboran farmakologi Rahmad Bachtiar, S. Si dan drh. Wahyu Fernanda yang telah

membantu saya dalam penelitian.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Semoga Allah

SWT selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal‟alamin.

Banda Aceh, 29 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

ABSTRAK xi

ABSTRACT xii

BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4


Tumbuhan Sernai 4
Klasifikasi dan Morfologi 4
Zat Aktif Tanaman Sernai 5
Manfaat Tumbuhan Sernai 7
Luka Memar 7
Mekanisme Luka Memar 8
Derajat Luka Memar 9
Penentuan Umur Luka Memar 9
Proses Penyembuhan Luka 10

vi
vii

BAB III MATERIAL DAN METODE PENELITIAN 12


Tempat dan Waktu Penelitian 12
Alat dan Bahan Penelitian 12
Metode Penelitian 12
Prosedur Penelitian 13
Parameter Penelitian 14
Analisis Data 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 21


Kesimpulan 21
Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 25

BIODATA 37
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Rata-rata (±SD) luas luka memar berdasarkan waktu pengamatan 16

2. Pengecilan ukuran luka memar hari pertama (mm) 25

3. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-dua (mm) 25

4. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-tiga (mm) 25

5. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-empat (mm) 26

6. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-lima (mm) 26

7. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-enam (mm) 26

8. Analisis data 27

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Wedelia biflora 4

2. Grafik fluktuasi pengurangan luas luka memar setelah pemberian

ekstrak batang sernai 18

3. Dokumentasi kegiatan penelitian 35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Waktu pengamatan penyembuhan luka memar (selama 6 hari) 25

2. Analisis data 27

3. Dokumentasi kegiatan penelitian 35

x
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BATANG SERNAI
(Wedelia biflora) SECARA TOPIKAL PADA EKOR
MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI
INDUKSI LUKA MEMAR

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak etanol batang sernai
(Wedelia biflora) (EEBS) sebagai obat luka memar. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL), dibagi atas 5 kelompok perlakuan, kontrol negatif
(KN), kontrol positif (KP) yang diberi piroksikam 0,5%, kelompok perlakuan
(K1, K2, dan K3) yang berturut-turut diberi ekstrak dengan konsentrasi 10%, 20%
dan 40%, setiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit (Mus musculus). Luka memar
diamati selama 6 hari hingga mengecilnya luas luka memar (panjang x lebar).
Data dianalisis menggunakan uji ANOVA 2 arah pola faktorial. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa ekstrak batang sernai dengan berbagai konsentrasi
berbeda sangat nyata (P<0,01). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak batang
sernai mampu mempercepat proses penyembuhan luka memar.

xi
The Effect of Topical Aplication of Etanol Extract of Sernai Stems
(Wedelia biflora) on Induced Bruise on Mice (Mus musculus)

ABSTRACT
The purpose of this study was to find out potency of etanol extract of
Wedelia biflora stems (EEBS) as bruised medicine. Completely randomized
design (CDR), divided into 5 groups of treatments which are negative
control(NC), positif control (PC) by using 0.5% piroxycam, treatment group
(K1,K2, and K3) were extracted with 10% and 40%, each groups consisted of 3
mice (Mus musculus). The bruising wounds was observed for 6 days until the
bruised wounds seized (long x wide). The data were analyzed by the used of
ANOVA two way pattern factorial test. The result of the treatments showed that
the extracted of the stems with different concentration was very significant
(P<0.01). It was concluded that the administration of the extract of the stems
could accelerate the healing process of bruising.

xii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luka merupakan proses rusak atau hilangnya sebagian dari komponen

jaringan tubuh (Lindyanasari, 2016). Luka dpat disebabkan oleh faktor mekanik,

fisik dan kimia. Berdasarkan mekanisme terjadinya, luka terbagi menjadi luka

memar, luka insisi, luka tusuk, luka gores, luka tembus, luka bakar dan luka lecet

(Nugroho dan Yulianti, 2016). Luka memar merupakan respon inflamasi yang

ditandai dengan keluarnya darah ke jaringan sekitarnya dan menyebabkan rasa

nyeri akibat dari trauma benda tumpul dan merupakan salah satu kasus yang

sering ditangani oleh dokter dengan tujuan untuk penyembuhan maupun untuk

kepentingan medikolegal (Langlois dkk., 2015 disitasi oleh Faisal, 2016).

Rasa nyeri timbul akibat adanya rangsangan mekanis ataupun kimiawi

(Afrianti dkk., 2014) yang diterima oleh reseptor nyeri yang terdapat di seluruh

jaringan dan organ tubuh, kecuali sistem saraf pusat (SSP) (Tjay dkk., 2008).

Munculnya rasa nyeri ini merupakan suatu respon fisiologis sebagai mekanisme

perlindungan dan pertahanan tubuh (Irianty dkk., 2014).

Penyembuhan rasa nyeri yang diakibatkan oleh luka memar dengan obat-

obat kimia dapat menimbulkan efek samping yang menyebabkan masalah baru

sehingga mendorong berkembangnya pengobatan tradisional (Lasarus dkk.,

2013), seperti penggunaan tumbuhan berkhasiat obat yang dapat dijadikan sebagai

pilihan utama untuk pengobatan herbal (Irianty dkk., 2014).

1
2

Tumbuhan sernai (Wedelia biflora) merupakan spesies dari famili

Asteraceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat herbal. Khasiat

tumbuhan Wedelia biflora diantaranya mampu mencegah reaksi alergi pada

mencit yang diinduksi ovalbumin (Rinidar dkk., 2005). Sedangkan perasan dari

batangnya yang masih muda untuk mengobati luka dan bisul (Afnidar, 2014).

Ekstrak metanol Wedelia biflora mengandung triterpenoid (Isa, 2014) dan

senyawa flavonoid yang dapat membantu proses penyembuhan luka (Uli dkk.,

2012). Flavonoid bertindak sebagai antiinflamasi dan antimikroorganisme

(Lindyanasari, 2016). Rahmatia (2015) melaporkan bahwa ekstrak metanol batang

sernai mempunyai potensi analgesik.

Penelitian tentang efek pemberian ekstrak etanol batang sernai (Wedelia

biflora) (EEBS) secara topikal pada mencit (Mus musculus) yang diberi induksi

nyeri memar pada ekor belum pernah dilakukan oleh sebab itu penelitian ini

menarik untuk diteliti.

Rumusan Masalah

Bagaimana efek pemberian ekstrak batang sernai (Wedelia biflora) (EEBS)

secara topikal pada mencit (Mus musculus) yang diberi induksi luka memar pada

ekor?
3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol

batang sernai (Wedelia biflora) (EEBS) secara topikal pada mencit (Mus

musculus) yang diberi induksi luka memar pada ekor.

Hipotesis Penelitian

Pemberian ekstrak etanol batang sernai (Wedelia biflora) (EEBS) secara

topikal pada mencit (Mus musculus) memiliki kemampuan dalam mempercepat

penyembuhan luka memar pada ekor mencit.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol

batang sernai (EEBS) yang diberikan secara topikal terhadap penyembuhan luka

memar pada mencit dan sebagai alternatif pengobatan luka memar berbahan

tumbuhan herbal, serta sebagai bahan referensi untuk penelitian - penelitian

selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Sernai

Sernai (Wedelia biflora) merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili

Asteraceae. Tumbuhan ini dapat di temukan di Afrika tropis ke arah timur India

dan Indo-China hingga Jepang dan ke bagian selatan dari Malaysia ke Australia

dan Polinesia bagian barat. Di Indonesia, terdapat 4 jenis jenis tamanan Wedelia,

antara lain (Wedelia triobata, Wedelia montana, Wedelia chinensis (oosbek) dan

Wedelia biflora (Tjitrosoepomo, 2007).

Gambar 1. Wedelia biflora

Klasifikasi dan Morfologi

Wedelia biflora memiliki tinggi 20-40 cm, batangnya sedikit merunduk,

berbentuk bulat dengan banyak percabangan, berwarna hijau dan membentuk

stolon. Daunnya merupakan daun tunggal dengan duduk daun bersilang

4
5

berhadapan, panjangnya 6-8 cm dengan tepian beringgit. Bunganya muncul dari

ketiak daun, kadang muncul di ujung batang, kelopak berbentuk cawan, mahkota

berlepasan berwarna kuning terang. Buahnya adalah buah buni, berbentuk bulat

telur dan berwarna hitam. Bijinya juga berbentuk bulat telur dan berwarna hitam

(Hidayat dkk., 2008).

Sernai (Wedelia biflora) sinonim dari seruni (Jawa), kesaksak (Bali),

chinga-chinga (Ternate), songga (Ambon) termasuk dalam Regnum Plantae,

Divisi Spermatophyta, Kelas Magnoliopsida, Subkelas Asteridae, Ordo Asterales,

Famili Asteraceae, Genus Wedelia, dan Spesies Wedelia biflora (Tjitrosoepomo,

2007).

Zat Aktif Tanaman Sernai

Obat tradisional dalam bahan kimia alam mengandung senyawa metabolit

sekunder yang terbentuk dalam tanaman seperti alkaloid, flavonoid, steroid,

terpenoid, saponin, tanin, dan minyak atsiri. Senyawa metabolit sekunder adalah

senyawa kimia yang mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai

pelindung tumbuhan (Aksara, 2013). Tanin salah satu komponen yang banyak

terdapat dalam ekstrak tanaman yang bersifat antioksidan dan berperan dalam

perbaikan jaringan karena secara signifikan mencegah kerusakan jaringan yang

merangsang proses penyembuhan luka (Barku dkk., 2013).

Analisis fitokimia ekstrak metanol kalus daun W. biflora mengandung

senyawa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid serta asam lemak palmitat 35,31%.

Ekstrak metanol kalus batang W. biflora megandung senyawa alkaloid, terpenoid,


6

dan asam lemak palmitat 35,31% yang diuji dengan Kromatografi Gas-

Spektrofotometri Massa (KG-SM) (Afnidar, 2014). Hasballah dkk (2006)

melaporkan bahwa batang sernai mengandung steroid. Terpenoid dikenal untuk

mempercepat proses penyembuhan luka terutama karena memiliki aktivitas

antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan

peningkatan laju epitelisasi (Barku dkk., 2013).

Ekstrak alkaloid pada umumnya digunakan sebagai bahan utama bahan

baku atau bahan tambahan dalam industri farmasi dan makanan maupun minuman

herbal (Thabarani, 2012). Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan diantaranya

sebagai pemacu sistem saraf, menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi

mikrobia (Widi dan Indriati, 2007).

Asam lemak adalah bahan baku dasar untuk berbagai aplikasi yang

digunakan sebagai bahan baku untuk produksi alkohol lemak, amin lemak dan

ester lemak. Asam lemak juga digunakan dalam penyusunan berbagai macam

produk, seperti sabun, deterjen, surfaktan, pelumas, plasticizers, cat, coating, obat-

obatan, makanan, produk perawatan pertanian, industri dan pribadi (Satyarthi

dkk., 2011). Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang

memiliki titik cair (meelting point) yang tinggi yaitu 64°C. Kandungan asam

palmitat yang tinggi ini membuat tumbuhan lebih tahan terhadap oksidasi

(ketengikan) dibanding jenis minyak lain, Steroid merupakan golongan

triterpenoid memiliki sifat antibiotik dan anti fungi (Mwine dan Damme, 2011).
7

Manfaat Tumbuhan Sernai

Tumbuhan sernai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional.

Perasan dari batang yang masih muda digunakan untuk mengobati luka dan bisul.

Air rebusan batang dan daunnya digunakan sebagai obat gatal–gatal, penurun

panas, diuretik (Heyne, 1987), antimikroba (Biwas dkk., 2013), antelmintik

(Yoganandam dkk., 2009), antidermatitis akibat reaksi alergi (Rinidar dkk., 2005),

antipiretik (Rinidar dkk., 2014), antinyeri (Ali dkk., 2016), antiplasmodium (Isa

dkk., 2012), dan antitripanosoma (Eliawardani, 2015).

Luka Memar

Luka memar merupakan cedera pada jaringan di bawah kulit yang dapat

berubah dan mengalami kerusakan (Suriadi, 2015; Prawestiningtyas, 2013).

Kondisi tersebut dapat merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam

jaringan subkutan sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya (Herlambang,

2008). Kerusakan pembuluh darah pada luka memar mengakibatkan perubahan

warna kulit (Suriadi, 2015). Kata memar juga sering digunakan dengan istilah

hematoma dan ecchymosis (ecchymoma), selain itu kontusi juga merupakan istilah

lain yang sering digunakan, terutama yang berhubungan dengan trauma internal

(Vanezis, 2001).

Memar terjadi saat bagian tubuh terbentur atau terkena trauma yang

menyebabkan serabut otot dan jaringan ikat di bawahnya hancur tapi kulit tidak

pecah (Robin dkk., 2015). Beberapa penyakit bisa menyebabkan memar walaupun
8

hanya mendapatkan tekanan atau pukulan ringan, misalnya penyakit leukimia,

hemofilia, dan skorbut (defisiensi vitamin C) (Chadha, 1995).

Memar paling mudah terjadi pada daerah yang berkulit tipis dan memiliki

banyak lemak (Vanezis, 2001). Pada bagian tubuh yang jaringannya longgar,

cedera ringan bisa menyebabkan memar yang luas. Pada jaringan tubuh lainnya

cedera berat mungkin hanya menghasilkan memar yang kecil. Letak memar

mungkin tidak sesuai dengan lokasi cederanya, karena darah cenderung bergerak

sesuai dengan gaya gravitasi (Chadha, 1995).

Mekanisme Luka Memar

Luka memar timbul bila trauma mengenai permukaan kulit tubuh sehingga

menimbulkan pecahnya pembuluh darah di bawah kulit dan mengakibatkan darah

merembes ke jaringan yang berada bawahnya (Prawestiningtyas, 2013), sehingga

membentuk bekas berwarna merah atau keunguan dan lembut bila disentuh

(Robin dkk., 2015).

Dalam beberapa jam setelah trauma, muncul peradangan yang

menyebabkan edema. Hal itu terlibat dalam perubahan warna kulit (Molenda dkk.,

2010). Pigmen hemoglobin merah menjadi biru karena kehilangan oksigen yang

kemudian dipecah menjadi pigmen empedu hijau dan kuning. Darah pada area

yang terkena menjadi stagnan dan menciptakan lingkungan yang ideal bagi

bakteri untuk berkembang biak. Bila luka memar pecah sedikit saja dipermukaan

kulit, dapat mengakibatkan infeksi. Memar juga dapat terjadi disertai cedera

lainnya (Suriadi, 2015). Memar bisa memakan waktu berhari-hari atau


9

berminggu-minggu untuk dipecahkan dan bisa menjadi bentuk kerusakan

sementara (Robin dkk., 2015).

Derajat Luka Memar

Kerusakan yang diakibatkan karena luka memar bervariasi. Luka memar

derajat pertama disebabkan oleh robekan kapiler jaringan bawah kulit yang di

sertai dengan pembentukan ekhimosis. Derajat kedua disebabkan oleh pecahnya

buluh darah yang lebih besar dengan pembentukan hematom. Luka memar derajat

ketiga ditandai dengan rusaknya jaringan seperti patah tulang, sampai timbulnya

shock atau gangren (Ibrahim, 2000).

Penentuan Umur Luka Memar

Sebenarnya tidak ada petunjuk pasti yang bisa menentukan usia memar

karena perubahan warna yang terjadi juga sangat tergantung kepada beberapa

faktor, misalnya ukuran memar, dalamnya, dan letak memar tersebut (Chadha,

1995). Perkiraan umur dapat dilakukan atas dasar sifat-sifat yang terdapat pada

luka yang diperiksa pada dasarnya adalah reaksi intra vital jaringan tubuh yang

luka (Idries dan Tjiptomarnoto, 2011).

Perkiraan umur luka memar tergantung dari beberapa faktor, diantaranya

ukuran serta dalamnya luka. Memar yang dalam dan luas dapat tetap merah atau

merah-gelap dalam beberapa hari atau bebarapa minggu (Idries dan

Tjiptomarnoto, 2011). Pada umumnya memar yang letaknya superfisial akan

berwarna merah, merah-gelap atau hitam jika memar tersebut tidak lebih dari 24
10

jam. Pada akhir minggu pertama warna kehijauan timbul hingga minggu kedua,

dan diikuti dengan timbulnya warna kuning. Memar yang tidak besar akan hilang

pada akhir minggu keempat (Idries dan Tjiptomarnoto, 2011).

Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk

memperbaiki kerusakan yang terjadi pada tubuh yang ditandai dengan 5 panca

radang: warna kemerahan (rubor), nyeri (dolor), suhu (color), bengkak (tumor)

dan kerusakan fungsi (fungsiolesa). Komponen utama dalam proses penyembuhan

luka adalah kolagen yang disentesis oleh fibroblast di samping sel epitel

(Maryunani, 2015).

Proses penyembuhan luka meliputi beberapa tahapan diantaranya :

a. Fase hemostasis dan inflamasi

Fase hemostasis terjadi beberapa saat setelah terjadinya luka,

vasokontriksi pembuluh darah, pembentukan bekuan darah (clot) oleh

trombosit dan tromboplastin. Selanjutnya diikuti oleh fase inflamasi yang

terjadi selama 1 jam setelah luka sampai hari ke 2-5, melibatkan makrofag

untuk membersihkan bakteri dan debris, tampak kemerahan, bengkak, nyeri,

dan bila teraba terasa lebih hangat.

b. Fase proliferasi

Terjadi hari ke 2 atau ke 3 setelah luka yang terdiri dari angiogenesis,

deposisi kolagen, pembentukan granulasi, epitelisasi, dan kontraksi.

Angiogenesis: pembentukan pembuluh darah baru dengan bantuan sel


11

epitelial dan fibroblast. Deposisi kolagen : pembentukan jaringan kolagen

sebagai pembentuk jaringan ikat pada luka, berlangsung sampai minggu 2-4.

Pembentukan granulasi: Terjadi pada hari 2–5 setelah luka, dibentuk

oleh fibroblast disintesis kolagen, selanjutnya mengisi defek dan terbentuk

kapiler baru. Epitelisasi: Jaringan granulasi memudahkan terjadinya re-

epitelisasi, terjadi setelah hari ke 5, dan epitel bermigrasi ke tepi luka.

Kontraksi: Bagian yang penting pada penyembuhan luka, tarikan tepi luka

yang akan mengurangi defek, terjadi setelah hari ke 7, dan melibatkan

myofibroblast.

c. Fase remodeling/maturasi

Lamanya tergantung ukuran luka dan kondisi luka. Fase pemulihan

jaringan ikat luka dan pembentukan otot. Jika tidak terbentuk maka luka

akan menjadi luka kronis (faktor pembuluh darah).


MATERIAL DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas

Kodokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai Januari 2018.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit,

kertas label, stopwatch, bejana maserasi, kawat penutup, timbangan digital,

mortir, lumpang, spatula, blander, batang pengaduk, vacum rotary evaporator,

arteri klem, jangka sorong, gelas ukur, kertas saring, kamera, dan sarung

tangan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

berjenis kelamin jantan berjumlah 15 ekor berumur 3 bulan dengan berat badan

25 – 30 gr, batang sernai, obat piroksikam 0,5%, etanol, akuades, anestesi

lokal Eutectic Mixture of Local Anasthetics (EMLA), Carboxy Methyl

Cellulose 0,5% (CMC), pakan standar (Alvid) , dan air minum.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 5 kelompok perlakuan masing-masing 3 kali

12
13

pengulangan. Kelompok kontrol negatif (KN) tidak diberikan perlakuan, Kontrol

positif (KP) diberi piroksikam 0,5%, kelompok perlakuan (K1, K2, dan K3) yang

berturut-turut diberi ekstrak dengan konsentrasi 10%, 20% dan 40% diberikan

dengan dosis 40 mg/kg berat badan kepada kelompok hewan uji selama 6 hari

pengamatan.

Prosedur Penelitian

Persiapan hewan coba

Sebelum dilakukannya penelitan hewan coba dalam hal ini mencit

dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu. Mencit jantan sebanyak 15 ekor

dilakukan randomisasi kemudian ditempatkan di dalam kandang yang di alasi

sekam. Pada tiap-tiap kandang diisi oleh 3 ekor mencit jantan, selama proses

aklimatisasi mencit diberi pakan(Alvid) dan minum secara ad libitum.

Pembuatan ekstrak batang sernai

Pengambilan sampel batang sernai di ambil di Desa Lamteuba Mon Ara

Kecamatan Kuta Baro. Batang sernai dipisahkan dengan daun lalu batang

dikeringkan dan dihindarkan dari cahaya matahari langsung. Batang sernai

yang sudah kering diblender kemudian dimaserasi dengan etanol 96% selama

lima hari.

Larutan hasil maserasi batang sernai disaring menggunakan kertas

saring kemudian di uapkan dengan vacum rotary evaporator dengan suhu 64-

65oC hingga diperoleh endapan kental. Ekstrak etanol batang sernai


14

disuspensikan dengan CMC 0,5% kemudian dibuat seri kadar ekstrak dengan

dosis 40 mg/kg berat badan dan persentase berat per volume (% b/v) yaitu

10%, 20%, dan 40%.

Pembuatan dan pengujian efektifitas ekstrak terhadap luka memar

Luka memar dibuat pada bagian ekor mencit. Terlebih dahulu ekor

diolesi dengan anestesi lokal EMLA dan ditunggu selama ±2 menit. Luka

memar dibuat dengan menggunakan arteri klem (Faisal, 2016), kemudian

dijepitkan selama 30 detik pada ekor hingga ditandai dengan berwarna

kepucatan.

Pengujian efektifitas ekstrak batang sernai sebanyak 0,108 mg ekstrak

yang didapat dari hasil formulasi rata-rata berat badan (27 g) dikalikan dosis

(40 mg) dan dibagi dengan konsentrasi (10%) dan dioleskan pada ekor mencit

secara merata. Sebelum pengolesan di hari selanjutnya sisa ekstrak

dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%.

Parameter Penelitian

Pengamatan pada luas luka memar dilakukan sesudah pemberian

perlakuan sampai menunjukkan tanda–tanda kesembuhan dengan cara mengukur

luas memar (panjang x lebar) luka memar diukur dengan mengunakan jangka

sorong.
15

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan uji ANOVA

2 arah pola faktorial dengan bantuan program Statistical Package for the Social

Sciences (SPSS). Jika ada perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji

Duncan melihat perlakuan mana yang memberikan efek yang berbeda.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penyembuhan luka memar yang

telah dilakukan pada mencit (Mus musculus) jantan kelompok kontrol negatif,

kontrol positif dan kelompok yang diberi ekstrak etanol batang sernai (EEBS) di

sajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata (mm±SD) luas luka memar setelah diberi ekstrak etanol batang
sernai pada ekor mencit berdasarkan waktu pengamatan
Waktu Perlakuan
(Hari) KN KP K1 K2 K3 Rata-rata
(Waktu)
H1 20,28±0,71hi 17,58±2,18gh 19,88±2,11hi 19,40±1,78hi 17,83±2,31gh 19,00±1,97A
H2 14,64±2,07ef 13,57±2,13e 15,27±1,37ef 16,17±0,57fg 14,86±1,68ef 14,90±1,66B
H3 10,00±1,64d 10,91±0,68d 10,39±1,02d 9,63±0,49d 9,87±1,55d 10,16±1,09C
H4 7,18±0,83c 0,00±0,00a 8,64±0,97d 4,82±0,56b 0,00±0,00a 4,28±3,70D
H5 4,67±0,46b 0,00±0,00a 3,77±1,28b 0,00±0,00a 0,00±0,00a 1,58±2,19E
Rata-rata 11,36±5,87A 8,41±7,54C 11,59±5,86A 10,00±7,41B 8,51±7,76C
(Dosis)
Tigkat Perbedaan
Konsentrasi Waktu(Hari) Interaksi
** ** **
** ABCDE
P<0,01. Superskrip yang berbeda dibaris yang sama dari rata-rata dosis
dan kolom dari rata-rata waktu mengindikasikan perbedaan yang nyata (P<0,05).
abcdefghi
Superskrip yang berbeda didalam dosis yang dikombinasikan dan waktu
pemberian dari ekstrak batang sernai menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Tabel 1. menunjukan terdapat variasi rata-rata luas luka memar pada ekor

mencit. Hasil ANOVA dua arah terhadap luas luka memar menunjukkan

perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara setiap kelompok perlakuan (KN,

KP, K1, K2, dan K3) serta memiliki interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara

16
17

hari dan perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol batang

sernai dalam berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap penyembuhan luka

memar pada mencit.

Hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan hasil rata-rata luas luka memar

pada semua kelompok perlakuan sangat berbeda nyata (P<0,01). Pada hari

pertama (H1) pengecilan luas luka memar pada kelompok KP dan K3 berbeda

nyata (P<0,05) dibandingkan dengan luas luka memar pada kelompok KN,

sedangkan pada kelompok K1 dan K2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan KN.

Pada hari ke dua (H2) kelompok KP dan K2 berbeda nyata (P<0,05) dengan

kelompok KN, tetapi kelompok K1 dan K3 tidak berbeda nyata(P>0,05) dengan

kelompok KN. Hal ini membuktikan bahwa mulai pada hari ke dua (H2) telah

terjadi onset kerja obat baik pada kontrol positif yang diberi piroksikam 0,5%

(KP) ataupun pada kelompok ekstrak etanol batang sernai (K1, K2 dan K3).

Pengamatan hari ketiga (H3), pengecilan luas luka memar pada kelompok

KP, K1, K2 dan K3 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kelompok KN.

Pengecilan luas luka memar pada hari ke 4 (H4) pada kelompok KP dan K3

dinyatakan sembuh dengan indikator ukuran luas luka memar 0,00 mm dan

berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok KN, Sedangkan

kelompok K1 berbeda nyata (P<0,05) dengan kelompok K2 dan berbeda nyata

(P<0,05) dengan kelompok KN. Terlihat bahwa di hari keempat pada kelompok

yang diberi EEBS 40% (K3) dan piroksikam 0,5% (KP) mempunyai kemampuan

memperkecil luas luka memar yang lebih baik dibandingkan dengan K1 dan K2

yang diberi EEBS 10% dan 20%.


18

Luas luka memar pada hari kelima (H5) diikuti dengan sembuhnya

kelompok yang diberi EEBS 20% (K2) dan menunjukan perberbedaan yang nyata

(P<0,05) antara kelompok KP, K2 dan K3 dengan kelompok KN, dan pada

kelompok K1 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan KN. Pada hari keenam (H6)

luka memar pada setiap perlakuan pada kelompok KP, KN, K1, K2, dan K3

dinyatakan sembuh dengan indikator ukuran luas luka memar 0,00 mm. Hal ini

juga mengindikasikan bahwasanya pemberian EEBS konsentrasi 10% tidak

memberikan efek dalam penyembuhan luka memar, ini terlihat pada

penyembuhan luka memar yang sama dengan kontrol negatif yang sembuh pada

hari keenam (H6). Gambaran fluktuasi pengurangan luas luka memar dapat dilihat

pada Gambar 2.

25
Luas Luka (mm)

20
KN
15
KP
10
K1
5
K2
0
H1 H2 H3 H4 H5 H6 K3
Waktu Pengamatan (Hari)

Gambar 2. Grafik pengurangan luas luka memar setelah pemberian


ekstrak batang sernai.

Pada grafik di atas memperlihatkan bahwa ekstrak batang sernai mampu

mempercepat pengecilan luas luka yang terlihat dari intensitas warna kemerahan
19

yang berkurang. Hal ini mengindikasikan bahwa mengecilnya luas luka

menunjukkan terjadi proses penyembuhan pada luka. Luka memar yang

disebabkan oleh trauma dapat membuat jaringan menjadi rusak, bengkak dan

pembuluh darah di dalam jaringan pecah (Ratnaike dkk., 2011). Sehingga aliran

darah menjadi lambat dan meningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan dapat

menimbulkan udem (Setiawan, 2011).

Pada penelitian ini memperlihatkan kemampuan ekstrak batang sernai

dalam mempercepat penyembuhan luka memar, ini tidak terlepas dari adanya

kandungan senyawa aktif yang terkandung pada batang sernai. Komponen kimia

tumbuhan Wedelia yang telah diidentifikasi mempunyai 125 komponen struktur

temasuk sesquiterpenoid, diterpenoid, triterpenoid, triterpen saponin, flavonoid,

dll (Verma dan Khosa, 2014). Menurut Winarti (2010), pada kulit flavonoid dapat

menghentikan pendarahan dari luka dan meningkatkan aktivitas flavonoid sebagai

antioksidan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parampasi dan Soemarno (2013)

bahwasanya senyawa flavonoid berfungsi sebagai vasodilator sehingga

memperlancar aliran darah dan mempercepat penyembuhan dengan mengurangi

intensitas warna kemerahan pada luka.

Selain itu kandungan alkaloid juga bertindak sebagai antibakteri yang

dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder pada luka. Demikian juga senyawa

saponin bekerja dengan membentuk kolagen (Winarti 2010). Menurut Parampasi

dan Soemarno (2013), saponin mempunyai sifat antiseptik dan juga memberikan

pengaruh positif terhadap keseimbangan kandungan kolagen pada luka yang

memiliki peran menguntungkan pada proses penyembuhan luka. Kolagen pada


20

luka memiliki kemampuan dalam menjaga haemostasis dan meningkatkan faktor

pertumbuhan dan mendorong proses fibroplasia dan terkadang pada poliferasi

epidermis (Novriansyah, 2008).

Fernandes dkk (2011) mengatakan bahwasanya salah satu proses

regenerasi jaringan otot akibat memar adalah vaskularisasi yang merupakan tanda

awal regenerasi dan ini merupakan prasyarat untuk pemulihan morfologis dan

fungsional otot. Bila aliran darah sudah kembali normal akan memasuki tahap

resolusi dimana cairan yang berada pada jaringan tadi akan kembali melalui

pembuluh darah vena dan lympe. Sedangkan cairan yang tetap tinggal dalam

jaringan akan menjadi jaringan fibrous (Setiawan, 2011).

Balqis dkk (2016) melaporkan Luka memar diawali dengan terjadinya

permeabilitas membran sel sehingga munculnya warna kemerahan dan udema

yang merupakan bentuk dari fase inflamasi. Pada proses ini terjadi peningkatan

aliran darah arteri ke jaringan yang rusak yang bertujuan untuk menarik protein

plasma dan sel-sel fagosit ke permukaan luka untuk dapat menghindari infeksi

sekunder yang masuk, serta memacu sel radang terutama sel makrofag

mengeluarkan zat-zat yang dapat memicu timbulnya angioblas dan fibroblas

(Vegad, 1995).

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa ekstrak batang sernai sebagai

obat luka memar mampu mempercepat proses penyembuhan luka yang dapat

dilihat dari pengecilan luas luka memar. Proses kecepatan penyembuhan luka

menggunakan ekstrak batang sernai cenderung tergantung pada konsentrasi

ekstrak yang diberikan.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ekstrak batang sernai (Wedelia biflora) secara topikal memiliki

kemampuan dalam mempercepat proses penyembuhan luka memar pada mencit

(Mus musculus). Ekstrak etanol batang sernai dengan konsentrasi 40% memiliki

kemampuan yang sebanding dengan piroksikam 0,5%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengamatan secara

mikroskopis untuk melihat proses penyembuhan luka memar dan membuat

sediaan salap dari ekstrak batang sernai pada luka memar pada mencit (Mus

musculus).

21
DAFTAR PUSTAKA

Afnidar. 2014. Fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ekstrak kalus tumbuhan
sernai (Wedelia biflora (L)Dc.). Jurnal Jesbio. 3(4):9-16.
Afrianti, R., R. Yenti, dan D. Meustika. 2014. Uji aktifitas analgetik ekstrak
etanol daun pepaya (Carica papaya L.) pada mencit putih jantan yang di
induksi asam asetat 1%. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 1(1):54-60.
Aksara, R., W.J.A. Musa dan L. Alio. 2013. Identifikasi senyawa alkaloid dari
ekstrak metanol kulit batang mangga (Mangifera indica L). Jurnal
Entropi. 8(1):515-519.
Ali, A.H.A., Rinidar, T. Armansyah, Rosmaidar, A. Harris dan Dasrul. 2016.
Potensi ekstrak air daun sernai (Wedelia biflora) sebagai antinyeri pada
mencit (Mus musculus). Jurnal Medika Veterinaria. 10(2):137-140.
Balqis, U., Frengky, N. Azzahrawani, Hamdani, D. Aliza, dan T. Armansyah.
2016. Efikasi mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap percepatan
penyembuhan luka bakar (Vulnus combustion) derajat iib pada tikus putih
(Rattus norvegicus). Jurnal Medika Veterinaria. 10(2):90-93.
Barku, V.Y.A., A. Boye, dan S. Ayaba. 2013. Phytochemical screening and
assessment of wound healing activity of the leaves of anogeissus
leiocarpus. European Journal of Experimenta Biology. 3(4):18-25.
Biswas, D., G. P. Yoganandam, A. Dey, and L. Deb. 2013. Evaluation of
antimicrobial and wound healing potentials of ethanol extract of Wedelia
biflora Linn D.C. leaves. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences.
75(2):156-161.
Chadha, P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik Dan Toksikologi. Widya
Medika, Jakarta.
Eliawardani. 2015. Uji aktivitas ekstrak daun sernai (Wedelia biflora) sebagai
Antitripanosoma pada tikus putih (Rattus norvegicus). Jurnal Medika
Veterinaria. 9(1):30-32.
Faisal, S.F. 2016. Hubungan jumlah neutrofil dengan umur luka memar pada
mencit (Mus musculus) strain Balb-C. Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Fernandes, T.L., A. Pedrinelli., dan A.J. Hernandez. 2011. Muscle injury-
physiopathology, diagnosis, treatment and clinical presentation. Revista
Brasileira de Ortopedia. 46(3):247-55.
Hasballah, K., Murniana, dan A. Azhar. 2006. Aktivitas antibakteri dan antifungi
dari tumbuhan Wedelia biflora. Jurnal Kedokteran Yarsi. 14(I):38-45.
Herlambang, P.M. 2008. Mekanisme biomolekuler luka memar. Referat.
Kepaniteraan Klinik Forensik Dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna indonesia. Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hidayat, S., S. Wahyuni. dan S. Andalusia. 2008. Seri Tumbuhan Obat Berpotensi
Hias. Gramedia, Jakarta.

22
23

Ibrahim, R. 2000. Pengantar ilmu bedah umum veteriner. Syiah Kuala University
Press, Darussalam, Banda Aceh.
Idries, A.M. dan A.L. Tjiptomarnoto. 2011. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
Dalam Proses Penyidikan. Sagung Seto, Jakarta.
Irianty, C.R., J. Posangi, dan P.M. Wowor. 2014. Uji efek analgesik ekstrak
etanol kelopak bunga matahari (Helianthus annuus Linn.) pada mencit
swiss (Mus musculus). Jurnal e-Biomedik. 2(2).
Isa, M. 2014. Identifikasi kandungan senyawa kimia pada Wedelia biflora dan uji
bioaktivitasnya sebagai antiplasmodium Berghei. Jurnal Medika
Veterinaria. 8(1): 51-55.
Isa, M., Rinidar, dan Sugito. 2012. Aktivitas antiplasmodium daun sernai
(Wedelia biflora) berdasarkan evaluasi fungsi ginjal dan hati pada mencit
yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei. Jurnal Veteriner. 13(2):167-
175.
Lasarus, A., J.A. Najoan, dan J. Wuisan. 2013. Uji efek analgesik ekstrak daun
pepaya (Carica pepaya (L.)) pada mencit (Mus musculus). Jurnal e-
Biomedik (eBM). 1(1):790-795.
Lindiyanasari, A. 2016. Pengaruh pemberian ekstrak daun alpukat (Persea
americana mill.) terhadap penyembuhan luka gores mencit (Mus musculus
L.) jantan Balb-C dan pemanfaatanya sebagai leaflet sumber belajar
masyarakat. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jember, Jember.
Molenda, M.A., N. Sroa, S.M. Campbell, M.A. Bechtel, dan E.M. Opremcak.
2010. Peroxide as a novel treatment for ecchymoses. The Journal Of
Clinical Aesthetic Dermatology. 3(11):36–38.
Mulyata, S. 2002. Analisis imunohistokimia TGF ß indikasi hambatan
kesembuhan luka operasi episiotomi pada tikus Sprague Dawley. 1st
Indonesian Symposium on Obstetric Anaesthesia, Bandung.
Mwine, J.T. dan P.V. Damme. 2011. Why do euphorbiaceae tick as medicinal
plants a review of euphorbiaceae family and its medicinal features.
Journal of Medicinal Plants Research. 5(5):652-662.
Novriansyah, R. 2008. Perbedaan kepadatan kolagen disekitar luka incisi tikus
wistar yang dibalut kasa konvensional dan penutup oklusif hidrokoloid
selama dua dan 14 hari. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro, Semarang
Nugroho, A.A., dan K. Yulianti. 2016. Karakteristik luka pada korban kecelakaan
lalu lintas di instalasi kedokteran forensik RSUP Sanglah Denpasar Bali
2012. E-jurnal Medika. 5(3):1-5.
Parampasi. N dan T. Soemarno. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya
dalam Etanol 70% pada Proses Penyembuhan Luka Insisi. Majalah
Patologi. 22(1):31-36.
Prawestiningtyas, E. 2013. Pedoman Diagnosa Dan Tindakan Pemeriksaan Kasus
Forensik. UB Press, Malang.
Rahmatia, A.R. 2015. Potensi ekstrak metanol batang sernai (Wedelia biflora)
sebagai analgesik pada mencit (Mus musculus). Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
24

Ratnaike, T.E., H. Hastie, B. Gregson, dan P. Mitchell. 2011. The geometry of


brain contusion: relationship between site of contusion and direction of
injury. British Journal of Neurosurgery. 25(3):410-413.
Rinidar, M. Isa, dan Sugito. 2005. Pengaruh pemberian infusa daun sernai
terhadap peradangan reaksi alergi. Laporan Penelitian. Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Rinidar., T. Armansyah dan T. A. Putri. 2014. Potensi ekstrak air daun sernai
(Wedelia biflora) sebagai antipiretik pada mencit (Mus musculus)
dibandingkan para amino fenol dan asam salisilat. Jurnal Medika
Veterinaria. 8(2):147-151.
Robin, S., C.C. Masuyer, H. Tauzin, S. Harbon, M.C. Bonneville, B. Cadars, E.
Jourdan, S. Trompezinski, dan P. Humbert. 2015. Use of a model of a
blood-induced bruise for the evaluation of formulations on bruising.
Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and Applications. 5:7-14.
Satyarthi, J.K., D. Srinivas, dan P. Ratnasamy. 2011. Hydrolysis of vegetable oils
and fats to fatty Acids over solid acid catalysts. Applied Catalysis A:
General. 391:427–435.
Setiawan, A. 2011. Faktor Timbulnya Cedera Olahraga. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia. 1(1):94-98.
Suriadi. 2015. Pengkajian Luka Dan Penanganannya. Sagung Seto, Jakarta.
Thabarani, E.C.A. 2012. Ekstraksi alkaloid dalam daun tapak dara. Laporan
Penelitian. Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran”, Jawa Timur
Tjay, T.H., dan Rahardja K. 2008. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Samping, Edisi 6. Gramedia, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM-Press,
Yogyakarta.
Uli, A.D.S., K. Nurtjahja, dan C.F. Zuhra. 2012. Penghambatan pertumbuhan
aspergillus flavus dan fusarium Moniliforme oleh ekstrak seruni (Wedelia
biflora) dan kembang Bulan (Tithonia diversifolia). Jurnal Saintia
Biologi.
Vanezis, P. 2001. Interpreting bruises at necropsy. Journal Of Clinical Pathology.
54(2):348-355.
Vegad, J.L. 1995. A Textbook of Veterinary General Pathology: Healing and
Repair. Vikas Publishing House Put, New Delhi.
Wardani, L.P. 2009. Efek penyembuhan luka insisi ekstrak etanol daun sirih
(Piper betle linn) pada kulit punggung mencit. Skripsi. Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Widi, R.K. dan T. Indriati. 2007. Penjaringan dan identifikasi senyawa alkaloid
dalam batang kayu kuning (Arcangelisia flava merr). Jurnal Ilmu Dasar.
8(1):24-29.
Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Yoganandam, G.P., R. Gowri dan D. Biswas. 2009. Evaluation of Wedelia biflora
(Linn) D.C for anthelmintic and antimicrobial activity. Journal of
Pharmacy Research. 2(3):375-377.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data hasil pemeriksaan rata-rata pengamatan penyembuhan luka


memar pada ekor mencit selama 6 hari
Tabel 2. Pengecilan ukuran luka memar hari pertama (mm)
Perlakuan
Ulangan
KN KP K1 K2 K3
1 20.9 16.3 21.25 17.35 16.5
2 20.45 20.1 17.45 20.5 20.5
3 19.5 16.35 20.95 20.35 16.5
Jumlah 60.85 52.75 59.65 58.2 53.5
Rata-
rata 20.28 17.58 19.88 19.40 17.83
Sd 0.71 2.18 2.11 1.78 2.31

Tabel 3. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-dua (mm)


Perlakuan
Ulangan
KN KP K1 K2 K3
1 16.65 15.8 15.5 15.52 13.45
2 12.52 11.55 16.5 16.4 16.72
3 14.75 13.35 13.8 16.6 14.4
Jumlah 43.92 40.7 45.8 48.52 44.57
Rata-
rata 14.64 13.57 15.27 16.17 14.86
Sd 2.07 2.13 1.37 0.57 1.68

Tabel 4. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-tiga (mm)


Perlakuan
Ulangan
KN KP K1 K2 K3
1 11.8 10.7 10.35 9.3 11.45
2 8.6 10.37 11.43 9.4 9.8
3 9.6 11.67 9.4 10.2 8.35
Jumlah 30 32.74 31.18 28.9 29.6
Rata-
rata 10 10.91 10.39 9.63 9.87
Sd 1.64 0.68 1.02 0.49 1.55

25
26

Tabel 5. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-empat (mm)


Perlakuan
Ulangan
KN KP K1 K2 K3
1 7.95 0 9.42 4.4 0
2 7.3 0 7.55 4.6 0
3 6.3 0 8.94 5.45 0
Jumlah 21.55 25.91 14.45
Rata-
rata 7.18 8.64 4.82
Sd 0.83 0.97 0.56

Tabel 6. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-lima (mm)


Perlakuan
Ulangan KN KP K1 K2 K3
1 4.37 0 4.35 0 0
2 5.2 0 4.65 0 0
3 4.45 0 2.3 0 0
Jumlah 14.02 11.3
Rata-
rata 4.67 3.77
Sd 0.46 1.28

Tabel 7. Pengecilan ukuran luka memar hari ke-enam (mm)


Perlakuan
Ulangan KN KP K1 K2 K3
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
Jumlah
Rata-
rata
Sd
27

Lampiran 2. Analisis Data

Waktu

Descriptives

Time Statistic Std. Error

wound hari1 Mean 18.9967 .50849

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 17.9061

Upper Bound 20.0873

5% Trimmed Mean 19.0213

Median 20.1000

Variance 3.878

Std. Deviation 1.96936

Minimum 16.30

Maximum 21.25

Range 4.95

Interquartile Range 4.00

Skewness -.408 .580

Kurtosis -1.828 1.121

hari2 Mean 14.9007 .42819

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 13.9823

Upper Bound 15.8191

5% Trimmed Mean 14.9857

Median 15.5000

Variance 2.750

Std. Deviation 1.65839

Minimum 11.55

Maximum 16.72

Range 5.17

Interquartile Range 3.05

Skewness -.622 .580

Kurtosis -.702 1.121

hari3 Mean 10.1613 .28173

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 9.5571

Upper Bound 10.7656

5% Trimmed Mean 10.1709


28

Median 10.2000

Variance 1.191

Std. Deviation 1.09113

Minimum 8.35

Maximum 11.80

Range 3.45

Interquartile Range 2.03

Skewness .044 .580

Kurtosis -.988 1.121

hari4 Mean 4.4221 .98976

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.2839

Upper Bound 6.5604

5% Trimmed Mean 4.3902

Median 5.0250

Variance 13.715

Std. Deviation 3.70335

Minimum .00

Maximum 9.42

Range 9.42

Interquartile Range 7.65

Skewness -.193 .597

Kurtosis -1.703 1.154

hari5 Mean 1.5825 .54660

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .4174

Upper Bound 2.7476

5% Trimmed Mean 1.4694

Median .0000

Variance 4.780

Std. Deviation 2.18640

Minimum .00

Maximum 5.20

Range 5.20

Interquartile Range 4.37

Skewness .754 .564

Kurtosis -1.488 1.091


29

Konsentrasi

Descriptives

Dose Statistic Std. Error

wound KN Mean 11.3560 1.51170

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 8.1137

Upper Bound 14.5983

5% Trimmed Mean 11.2139

Median 9.6000

Variance 34.278

Std. Deviation 5.85478

Minimum 4.37
Maximum 20.90

Range 16.53

Interquartile Range 10.35

Skewness .487 .580

Kurtosis -1.181 1.121

KP Mean 8.4127 1.94558

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.2398

Upper Bound 12.5855

5% Trimmed Mean 8.2307

Median 10.7000
Variance 56.779

Std. Deviation 7.53520

Minimum .00

Maximum 20.10

Range 20.10

Interquartile Range 15.80

Skewness -.073 .580

Kurtosis -1.711 1.121

K1 Mean 11.5893 1.51318

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 8.3439

Upper Bound 14.8348

5% Trimmed Mean 11.5687

Median 10.3500

Variance 34.346
30

Std. Deviation 5.86054

Minimum 2.30

Maximum 21.25

Range 18.95

Interquartile Range 8.95

Skewness .201 .580

Kurtosis -.855 1.121

K2 Mean 10.0047 1.91299

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 5.9017

Upper Bound 14.1076

5% Trimmed Mean 9.9774

Median 9.4000

Variance 54.893

Std. Deviation 7.40896

Minimum .00

Maximum 20.50

Range 20.50

Interquartile Range 12.20

Skewness -.012 .580

Kurtosis -1.460 1.121

k3 Mean 8.5113 2.00332

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.2146

Upper Bound 12.8080

5% Trimmed Mean 8.3181

Median 9.8000

Variance 60.200

Std. Deviation 7.75884

Minimum .00

Maximum 20.50

Range 20.50

Interquartile Range 16.50

Skewness -.009 .580

Kurtosis -1.746 1.121


31

Univariate Analysis of Variance


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: wound

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 3418.060 24 142.419 83.441 .000
Intercept 7388.364 1 7388.364 4328.693 .000
Time 3135.914 4 783.979 459.317 .000
Dose 134.915 4 33.729 19.761 .000
Time * Dose 145.315 16 9.082 5.321 .000
Error 85.342 50 1.707
Total 10965.649 75
Corrected Total 3503.402 74

Estimated Marginal Means


1. Grand Mean
Dependent Variable: wound

95% Confidence Interval

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

9.975 .152 9.670 10.279

2. Time
Dependent Variable: wound

95% Confidence Interval

Time Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

hari1 18.997 .337 18.319 19.674


hari2 14.901 .337 14.223 15.578
hari3 10.161 .337 9.484 10.839
hari4 4.127 .354 3.417 4.838
hari5 1.688 .329 1.028 2.348
32

3. Dose
Dependent Variable: wound

95% Confidence Interval

Dose Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

KN 11.356 .337 10.678 12.034


KP 8.413 .337 7.735 9.090
K1 11.589 .337 10.912 12.267
K2 10.005 .337 9.327 10.682
k3 8.511 .346 7.817 9.206

4. Time * Dose
Dependent Variable: wound
95% Confidence Interval

Time Dose Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

hari1 KN 20.283 .754 18.768 21.798

KP 17.583 .754 16.068 19.098

K1 19.883 .754 18.368 21.398

K2 19.400 .754 17.885 20.915

k3 17.833 .754 16.318 19.348


hari2 KN 14.640 .754 13.125 16.155
KP 13.567 .754 12.052 15.082
K1 15.267 .754 13.752 16.782
K2 16.173 .754 14.658 17.688
k3 14.857 .754 13.342 16.372
hari3 KN 10.000 .754 8.485 11.515
KP 10.913 .754 9.398 12.428
K1 10.393 .754 8.878 11.908
K2 9.633 .754 8.118 11.148
k3 9.867 .754 8.352 11.382
hari4 KN 7.183 .754 5.668 8.698
KP 1.399E-15 .754 -1.515 1.515
K1 8.637 .754 7.122 10.152
K2 4.817 .754 3.302 6.332
k3 -2.837E-15 .924 -1.856 1.856
hari5 KN 4.673 .754 3.158 6.188

KP -3.442E-15 .754 -1.515 1.515


33

K1 3.767 .754 2.252 5.282

K2 -9.158E-15 .754 -1.515 1.515

k3 1.195E-14 .653 -1.312 1.312

Post Hoc Tests


Time
Wound
a,b,c
Duncan

Subset

Time N 1 2 3 4 5

hari5 16 1.5825
hari4 14 4.4221
hari3 15 10.1613
hari2 15 14.9007
hari1 15 18.9967
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Dose
wound
a,b
Duncan

Subset

Dose N 1 2 3

KP 15 8.4127
k3 15 8.5113
K2 15 10.0047
KN 15 11.3560
K1 15 11.5893
Sig. .837 1.000 .627
34

Wound
a
Duncan

interaks Subset for alpha = 0.05

i N 1 2 3 4 5 6 7

42.00 3 .0000
45.00 3 .0000
52.00 3 .0000
54.00 3 .0000
55.00 3 .0000
53.00 3 3.7667
51.00 3 4.6733
44.00 3 4.8167
41.00 3 7.1833
43.00 3 8.6367 8.6367
34.00 3 9.6333
35.00 3 9.8667
31.00 3 10.0000
33.00 3 10.3933
32.00 3 10.9133
22.00 3 13.5667
21.00 3 14.6400 14.6400
25.00 3 14.8567 14.8567
23.00 3 15.2667 15.2667
24.00 3 16.1733 16.1733
12.00 3 17.5833
15.00 3 17.8333
14.00 3
13.00 3
11.00 3
Sig. 1.000 .360 .179 .065 .153 .197 .148
35

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

a. Masa adaptasi mencit (Mus musculus) b. Proses pembuatan ekstrak batang


sernai yang diblender

c. Proses dimaserasi d. Proses Rotary evaporator.

e. Proses penyaringan f. pembuatan luka memar pada ekor


36

g. Proses pembuatan konsentrasi h. Proses pembuatan konsentrasi

i. Pemberian ekstrak j. Pembersihan ekstrakdengan alkohol

k. Pengukuran panjang luka memar l. Pengukuran lebar luka memar


BIODATA

Nama : Dio Wahyu Anandika


Tempat / Tanggal Lahir : Labuhan Haji, 02 Februari 1997
Nomor Pokok Mahasiswa : 1402101010142
Agama : Islam
Alamat / No.Telp : Kompleks Asoka Piramid No.5, Simpang 7
Ulee Kareng, Kecamatan Ulee Kareng, Kota
Banda Aceh, Provinsi Aceh / 0821 6564 7871
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. Masri
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Ibu : Yulmahensih S.PKP
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat Orang Tua : Jalan Nasional Banda Aceh-Medan, Simpang

Pelabuhan, Desa Padang Bakau, Kecamatan

Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi

Aceh.

Pendidikan yang Ditempuh : 1. TK Darma Wanita tamat tahun 2002

2. SD Negeri 03 Labuhan Haji tamat tahun 2008

3. MTs.S AL-Munjiya Boarding School Labuhan

Haji tamat tahun 2011

4. SMA Negeri Unggul Harapan Persada Boarding

School ABDYA tamat tahun 2014

5. FKH Unsyiah Banda Aceh sejak tahun 2014.

37

Anda mungkin juga menyukai