Anda di halaman 1dari 62

OPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN

PEMESANAN ALAT KESEHATAN JENIS INFUS


MENGGUNAKAN METODE EOQ
(Studi Kasus: PT. Hexalab Sumatera Medan)

SKRIPSI

NUR AZNINA DAULAY


130803022

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN
PEMESANAN ALAT KESEHATAN JENIS INFUS
MENGGUNAKAN METODE EOQ
(Studi Kasus: PT. Hexalab Sumatera Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

NUR AZNINA DAULAY


130803022

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Optimalisasi Pengendalian Persediaan


Pemesanan Alat Kesehatan Jenis Infus
Menggunakan Metode EOQ (Studi Kasus: PT.
Hexalab Sumatera Medan)
Kategori : Skripsi
Nama : Nur Aznina Daulay
Nomor Induk Mahasiswa : 130803022
Program Studi : Matematika
Departemen : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, September 2017

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs. Agus Salim Harahap, M.Si Drs. Gim Tarigan, M.Si


NIP. 19540828 198103 1 004 NIP. 19550202 198601 1 001

Disetujui oleh:
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua,

Dr. Suyanto, M.Kom


NIP. 19590813 198601 1 002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

OPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PEMESANAN ALAT


KESEHATAN JENIS INFUS MENGGUNAKAN METODE EOQ
(Studi Kasus: PT. Hexalab Sumatera Medan)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2017

Nur Aznina Daulay


130803022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, dengan limpahan Anugerah dan Karunia-Nya skripsi ini
berhasil diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.
Demikian, penulis juga menyadari keterlibatan berbagai pihak yang telah
membantu demi terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu terima kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom selaku Ketua Departemen Matematika dan
Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Matematika.
3. Bapak Drs. Gim Tarigan, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.
Agus Salim Harahap, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Syahriol Sitorus, M.IT dan Ibu Asima Manurung, M.Si selaku
komisi penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan demi perbaikan
skripsi ini.
5. Seluruh dosen Departemen Matematika FMIPA USU serta seluruh Staf
Administrasi di Departemen Matematika FMIPA USU.
6. Ayahanda (Almarhum) dan Ibunda tercinta, yang sangat saya kasihi dan
sayangi atas doa dan dukungan moril maupun materil yang diberikan selama
ini, serta kepada adik saya Salsa dan Fariz yang selalu memberi bantuannya.
7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Matematika stambuk 2013, istemewa
untuk Pelaruga yang selalu memberi semangat dan motivasi selama ini
8. Sahabat-sahabat penulis yaitu Aya dan Tya serta Yanti yang telah
memberikan semangat serta motivasi dan bantuan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan


skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala bentuk bantuan
yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak pembaca.

Hormat Saya,
Penulis

Nur Aznina Daulay


130803022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PEMESANAN ALAT
KESEHATAN JENIS INFUS MENGGUNAKAN METODE EOQ
(Studi Kasus: PT. Hexalab Sumatera Medan)

ABSTRAK

Dalam kegiatan produksi maupun distribusi, persediaan dapat dikategorikan


sebagai modal yang berbentuk barang. Di satu sisi, persediaan dianggap sebagai
pemborosan, tetapi di sisi lain juga dianggap sebagai aset yang sangat diperlukan
untuk menjamin kelancaran pemenuhan permintaan. Persediaan yang terlalu
berlebih dapat menimbulkan resiko seperti kerusakan barang dan timbulnya biaya
perawatan persediaan. Untuk meminimalkan total biaya persediaan, perusahaan
dapat memperhatikan jumlah kebutuhan setiap barang yang akan dipesan. Untuk
itu, perlu dicari metode yang tepat yang dapat membantu menentukan jumlah
barang yang tepat dalam pemesanan. Tulisan ini menunjukkan pengaplikasian
Metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam mendapatkan jumlah pemesanan
alat kesehatan yang tepat pada PT. Hexalab Sumatera Medan dengan frekuensi
pemesanan yang optimal. Pada bagian akhir, didapat perbandingan hasil yang
menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan hasil yang
menggunakan metode perusahaan.

Kata Kunci: Ecomic Order Quantity (EOQ), Kuantitas Pemesanan, Persediaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


OPTIMIZATION OF INVENTORY CONTROL OF HEALTH
EQUIPMENT SUPPLIES INFUS TYPES USING EOQ METHOD
( Case Study: PT. Hexalab Sumatera Medan)

ABSTRACT

In production and distribution activities, inventory can be categorized as capital in


the form of goods. On the one hand, inventory is considered a waste, but on the
other hand is also considered an indispensable asset to ensure the smooth fulfillment
of demand. Excessive inventory may pose risks such as damage to goods and the
incidence of maintenance costs. To minimize the total cost of inventory, the
company can pay attention to the number of needs of each item to be ordered. For
that, it is necessary to find the right method that can help determine the exact
amount of goods in the order. This paper shows the application of Economic Order
Quantity (EOQ) Method in getting the right amount of medical equipment ordering
at PT. Hexalab Sumatera Medan with optimal ordering frequency. At the end, the
results obtained comparison using the Economic Order Quantity (EOQ) Method
with the results using company methods. In production and distribution activities,
inventory can be categorized as capital in the form of goods. On the one hand,
inventory is considered a waste, but on the other hand is also considered an
indispensable asset to ensure the smooth fulfillment of demand. Excessive
inventory may pose risks such as damage to goods and the incidence of maintenance
costs. To minimize the total cost of inventory, the company can pay attention to the
number of needs of each item to be ordered. For that, it is necessary to find the right
method that can help determine the exact amount of goods in the order. This paper
shows the application of Economic Order Quantity (EOQ) Method in getting the
right amount of medical equipment ordering at PT. Hexalab Sumatera Medan with
optimal ordering frequency. At the end, we get a comparison of results using
Economic Order Quantity (EOQ) Method with results using company method.

Key Words: Economic Order Quantity (EOQ), Order Quantity, Inventory

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Metodologi Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6


2.1 Persediaan 6
2.1.1 Pentingnya Persediaan 7
2.1.2 Jenis-Jenis Persediaan 8
2.2 Pengendalian Persediaan 9
2.3 Metode Economic Order Quantity (EOQ) 10
2.3.1 Pengertian Metode Economic Order Quantity 10
(EOQ)
2.3.2 Rumus Metode Economic Order Quantity (EOQ) 11
2.3.3 Biaya Penyimpanan (Carrying Cost/Holding 11
Cost)
Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
2.3.4 Biaya Pemesanan (Order Cost/Setup Cost) 13
2.3.5 Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost) 13
2.3.6 Menghitung 𝑄 (Persediaan) Optimal 15
2.4 Persediaan Pengaman (Safety Stock) 16
2.5 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) 18
2.6 Penelitian Terdahulu 19

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 23


3.1 Gambaran Umum Perusahaan 23
3.2 Pengumpulan Data 23
3.2.1 Data Kebutuhan dan Jenis Infus Tahun 2016 23
3.2.2 Biaya Pemesanan Alat Kesehatan Jenis Infus 24
3.2.3 Biaya Penyimpanan Alat Kesehatan 24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2.4 Data Lead Time Penerimaan Alat Kesehatan 27
Jenis Infus
3.3 Pengolahan Data 27
3.3.1 Penetuan Pemesanan Ekonomis dengan Metode 27
Ecomic Order Quantity (EOQ)
3.3.2 Penentuan Safety Stock (Persediaan Pengaman) 30
3.3.3 Reorder Point (ROP) 34
3.3.4 Total Biaya Persediaan 36
3.3.5 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan 37

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 41


4.1 Kesimpulan 41
4.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


3.1 Data Permintaan Alat Kesehatan Jenis Infus Tahun 2016 23
3.2 Biaya Pemesanan Alat kesehatan 23
3.3 Biaya Penyimpanan Alat Kesehatan 26
3.4 Jumlah Safety Stock 32
3.5 Jumlah reorder point tiap item alat kesehatan 34
3.6 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan 38
3.7 Perbandingan Total Biaya Persediaan 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


2.1 Penggunaan Persediaan 13
2.2 Model Biaya Persediaan 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus


diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah
persediaan ini adalah dengan suatu sistem pengendalian pada persediaan.
Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan muncul karena adanya
permasalahan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan seperti kelebihan atau
kekurangan persediaan. Jika perusahaan mengalami kelebihan persediaan maka
banyak resiko yang haris diatasi perusahaan seperti kerusakan barang, biaya
perawatan barang, serta tertanamnya modal. Sebaliknya apabila perusahaan
kekurangan persediaan maka akan menimbulkan kekecewaan bagi para
pelanggan dan menimbulkan rasa kurang percaya yang akhirnya akan
merugikan perusahaan itu sendiri (Pamungkas dan Sutanto, 2014).
Persediaan memiliki arti penting dalam operasional bisnis sebuah
perusahaan, khususnya pada perusahaan penyalur alat kesehatan. PT. Hexalab
Sumatera Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang disribusi alat-
alat kesehatan. Dalam pendistribusian alat-alat kesehatan, PT. Hexalab
Sumatera Medan memiliki rancangan jumlah alat kesehatan yang akan
didistribusikan untuk setiap periode.
Permasalahan pada PT. Hexalab Sumatera yaitu seringnya terjadi kelebihan
persediaan yang mengakibatkan penumpukan barang pada gudang. Kelebihan
persediaan ini mengakibatkan tertanamnya modal. Oleh karena itu,
diperlukannya suatu pengendalian untuk persediaan barang tersebut.
Pengendalian pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan
langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat
adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan
kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perusahaan menanggung risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi.
(Ristono, 2009). Salah satu metode di dalam pengendalian persediaan tersebut
adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode Economic Order
Quantity (EOQ) mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan
yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan.
Metode Economic Order Quantity merupakan salah satu metode
pengendalian persediaan yang bertujuan untuk menentukan jumlah pemesanan
barang atau bahan yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Metode ini dapat meningkatkan efisiensi biaya persediaan, sehingga perusahaan
dapat meminimumkan biaya tanpa mengurangi target atau keuntungan yang
ingin dicapai.
Eddy Herjanto (1999) mengemukakan apabila perusahaan hanya
melakukan satu kali pemesanan, mungkin biaya pemesanan akan cenderung
murah, namun dalam penyimpanan perusahaan akan menanggung biaya yang
tidak sedikit. Sebaliknya, apabila perusahaan melakukan beberapa kali
pemesanan dalam satu periode, biaya yang dikeluarkan akan sedikit mahal akan
tetapi biaya penyimpanan dan resiko akan lebih kecil. Karena hal di atas, maka
persediaan perlu untuk dioptimalkan dengan mengoptimalkan jumlah alat
kesehatan yang akan dipesan untuk periode berikutnya agar perusahaan dapat
mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya dalam penyimpanan
persediaan. Dalam hal ini, perlu untuk perusahaan menemukan model-model
matematika untuk menentukan metode pengendalian persediaan yang cocok
diterapkan di perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul “Optimalisasi
Pengendalian Persediaan Pemesanan Alat Kesehatan Jenis Infus Menggunakan
Metode EOQ (Studi Kasus: PT. Hexalab Sumatera Medan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian


ini adalah bagaimana mengoptimalkan pengendalian persediaan kuantitas
pemesanan alat kesehatan dengan menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ), agar dapat meminimumkan total biaya persediaan alat
kesehatan pada PT. Hexalab Sumatera Medan.

1.3. Batasan Masalah

Dari masalah yang dirumuskan diatas maka dilakukan pembatasan masalah,


agar lebih mengarahkan permasalahan tersebut kepada tujuannya sehingga
lebih jelas. Adapun pembatasan masalahnya sebagai berikut:
a. Metode yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity
b. Permasalahan yang dibahas adalah hanya untuk pengendalian alat kesehatan
jenis infus yang terdiri dari 6 item.
c. Data yang digunakan adalah periode Januari 2016 sampai dengan Desember
2016.
d. Parameter yang digunakan terdiri dari permintaan, biaya persediaan dan
tenggang waktu.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan pengendalian


persediaan penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) pada efisiensi
kuantitas pemesanan dan total biaya alat kesehatan pada PT. Hexalab Sumatera
Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui efisiensi penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ)


dalam meminimumkan biaya persediaan.
2. Dapat menjadi bahan masukan dan informasi untuk perusahaan dalam
upaya mengendalikan persediaan dalam proses pendistibusian alat
kesehatan ke seluruh instansi.
3. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah
di lapangan.

1.6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian studi kasus dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
Mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi berupa buku-buku
ataupun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan metode Economic Order
Quantity.
2. Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, penulis mewawancarai manager perusahaan
secara langsung dan mendapatkan data sekunder dari perusahaan. Adapun
data yang didapat dari perusahaan tersebut adalah:
a. Jumlah permintaan alat kesehatan jenis infus
b. Biaya pemesanan alat kesehatan jenis infus
c. Biaya penyimpanan alat kesehatan jenis infus
d. Biaya persediaan alat kesehatan jenis infus yang dikeluarkan
perusahaan.
3. Analisis dan Pengolahan Data
Data yang digunakan adalah data perusahaan pada periode Januari 2016-
Desember 2016. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Menghitung kuantitas pesanan ekonomis menggunakan metode
Economic Order Quantity.
b. Menghitung banyaknya persediaan pengaman (safety stock).
c. Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point).
d. Menghitung total biaya persediaan (total inventory cost) dengan metode
Economic Order Quantity dan membandingkan dengan total biaya
persediaan menurut perusahaan.

4. Membuat kesimpulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Persedian (Iventory) merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan


penting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan biasanya memiliki persediaan
untuk dapat melangsungkan kegiatan perusahaannya. Keberadaan persediaan
dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah
karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut
dibutuhkan. Sehingga untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu
adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Dengan kata lain,
persediaan digunakan untuk menghadapi ketidakpastian. Untuk memahami arti
persediaan, maka akan dijelaskan beberapa definisi persediaan sebagai berikut:

1. Sofjan Assauri (2004), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu
periode usaha yang normal”.

2. Freddy Rangkutti (1995), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Bahan-bahan


dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang
jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau
pelanggan setiap waktu”.

3. Sri Mulyono (2004), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Sumber daya yang
disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang”.

Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk


menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku
maupun barang jadi dalam suatu aktivitas perusahaan. Ciri khas dari model
persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan
dengan biaya serendah-rendahnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam sistem persediaan adalah
“berapa banyak” dan “kapan” melakukan pemesanan. Untuk menjawab kedua
pertanyaan tersebut sangat tergantung pada parameter seperti permintaan, biaya
persediaan dan tenggang waktu.

2.1.1 Pentingnya Persediaan


Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Adapun alasan diperlukannya
persediaan suatu perusahaan adalah:

a. Dibutuhkannya waktu untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke


tingkat proses lainnya.

b. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal
operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Rosnani Ginting (2007), memaparkan bahwa fungsi persediaan yaitu:

1. Transation Motive
Dalam hal ini persediaan menjamin kelancaran proses pemenuhan (secara
ekonomis) permintaan barang sesuai dengan kebutuhan pemakai.

2. Precatuianary Motive
Persediaan dapat meredam fluktuasi permintaan atau pasokan yang tidak
beraturan.

3. Speculation Motive
Persediaan merupakan alat spekulasi untuk mendapatkan keuntungan berlipat
dikemudian hari, atau dapt disebut persediaan dapat bersifat speculator.

2.1.2 Jenis – Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang
tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock) Persediaan dari barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi, yang mana barang dapat
diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan
yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts) Persediaan
barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang
dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses
produksi sebelumnya.

3. Persediaan barang-barang perlengkapan (supplies stock) Persediaan barang-


barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi atau yang
digunakan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau
yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi (work in process/progress stock) Persediaan


barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-
bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses
kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) Persediaan barang-barang yang


telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau
perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap
untuk dijual.

Disamping itu persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory


Dalam Batch Stock atau Lot Size Inventory, pembelian atau pembuatan yang
dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang
dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.

2. Fluctuation Stock
Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi
permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang
tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan
lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka
persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga
kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3. Anticipation Stock

Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi


permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat.

2.2 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan adalah kegiatan untuk mendapatkan laba yang


maksimum, serta adanya kontinuitas dan kelancaran dalam menjalankan usaha.
Baik perusahaan jasa, perdagangan, ataupun perusahaan manufaktur selalu
memerlukan persediaan. Persediaan merupakan salah satu aspek keputusan yang
sangat riskan dalam manajemen logistik. Terlalu besarnya persediaan akan
membebani perusahaan dengan biaya penyimpanan (carrying cost) yang tinggi.
Jika persediaan tidak diimbangi dengan permintaan, maka dapat menurunkan
kualitas barang yang disimpan karena terlalu lama. Sebaliknya, jika terlalu sedikit
persediaan akan memperbesar kemungkinan terjadinya kekurangan stok (stockout).
Hal ini akan menurunkan pelayanan terhadap konsumen, karena tidak dapat
memenuhi keinginan dari konsumen itu sendiri. Pengendalian persediaan barang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


juga dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu perusahaan untuk bertahan dan
bersaing, (Setiawan, 2014).

2.3 Metode Eqonomic Order Quantity (EOQ)

2.3.1 Pengertian Metode Eqonomic Order Quantity (EOQ)

Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu metode yang digunakan
untuk mengendalikan persediaan. Metode ini optimal untuk digunakan. (Render
dan Heizer, 2006).

Metode Economic Order Quantity (EOQ) disebut juga jumlah pemesanan


yang dapat meminimumkan total biaya persediaan. Dengan tingkat penggunaan
yang tepat, persediaan akan habis dalam waktu tertentu dan ketika persediaan hanya
tinggal sebanyak kebutuhan selama tenggang waktu, maka pemesanan kembali
harus dilakukan (Yamit, 1999).

Metode Economic Order Quantity (EOQ) berusaha mencapai tingkat


persediaan yang seminimal mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik.
Perencanaan dengan metode ini akan mampu meminimalisasi terjadinya out of
stock sehingga tidak mengganggu proses produksi perusahaan karena adanya
efisiensi persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang bersangkutan (Puspika
dan Anita, 2013).

Biaya persediaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity


(EOQ) untuk semua jenis material lebih rendah dibandingkan dengan metode yang
diterapkan oleh perusahaan tersebut dan juga metode ini sangat cocok diterapkan
di dalam perusahaan yang memiliki perbandingan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan yang besar (Suswardji et al., 2012).

Model Economic Order Quantity (EOQ) ini sangat direkomendasikan untuk


mengendalikan total biaya persediaan. Dengan peramalan yang telah dilakukan,
hasilnya menunjukkan bahwa biaya pemesanan perusahaan berbanding lurus
dengan frekuensi pemesanan. Jika perusahaan mengurangi banyaknya pemesanan
maka biaya pemesanan dapat dikurangi. Metode ini akan sangat menjanjikan
terhadap persediaan perusahaan, dimana dengan biaya persediaan yang ekonomis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


akan tetap menghasilkan produk yang berkualitas baik dan tentunya keuntungan
yang meningkat (Gonzalez dan Gonzalez, 2010).

Metode EOQ dapat digunakan apabila kebutuhan-kebutuhan permintaan


pada masa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan relatif memiliki
fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa
tenggang diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa jumlah permintaan dan masa
tenggang merupakan bilangan yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan
menganalisis total biaya (TC). Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah
dari biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu.

Dalam meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah


pemesanan yang paling ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan
yang paling ekonomis tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan
(ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang memiliki sifat
berbanding terbalik. Apabila barang yang dipesan dalam jumlah yang banyak, biaya
pemesanan sedikit namun akan terkendala pada biaya penyimpanan yang
cenderung besar. Namun apabila frekuensi pemesanan sering dilakukan, maka
biaya pemesanan akan tinggi walaupun bisa meminumkan biaya penyimpanan.
Untuk itu diperlukan keseimbangan antara kedua biaya. Dengan kata lain, jumlah
pemesanan yang paling ekonomis merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang
memiliki biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimum. Metode yang
dapat digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis
adalah dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).

2.3.2 Rumus Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam metode EOQ digunakan rumus sebagai berikut:

2𝐷𝑆
EOQ = √ (2.1)
𝐻

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di mana:

𝐷 = Banyaknya permintaan pesanan pada periode tertentu


𝐻 = Biaya penyimpanan per pesanan
𝑆 = Biaya pemesanan per pesanan
𝑄 ∗ = Kuantitas ekonomis barang setiap pemesanan (EOQ)

Selanjutnya, dengan menggunakan rumusan diatas dapat kita temukan


banyaknya pemesanan (P) selama periode tertentu yaitu dengan rumus (Render dan
Heizer, 2006):

𝐷
𝑃 = 𝑄∗ (2.2)

di mana:
𝑃 = Jumlah pemesanan per tahun
𝐷 = Banyaknya permintaan pada periode tertentu
𝑄 ∗ = Kuantitas ekonomis barang setiap pemesanan (EOQ)

2.3.3 Biaya Penyimpanan (Carrying Cost/Holding Cost)

Biaya penyimpanan (𝐻) biasanya dinyatakan dengan dasar per unit untuk beberapa
periode waktu (walaupun kadangkala dinyatakan dalam bentuk persentase rata-rata
persediaan). Secara tradisional, biaya penyimpanan dihubungkan dengan dasar
tahunan (per tahun), dapat dilihat Gambar 2.1 yang berhubungan dengan besarnya
penyimpanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.1 Penggunaan Persediaan

Walaupun demikian, biaya penyimpanan (𝐻) hanya menyajikan biaya per unit dan
total biaya penyimpanan tahunan. Total biaya penyimpanan ditentukan oleh jumlah
persediaan yang dimiliki selama tahun itu. Pada saat persediaan habis maka akan
dilakukan pemesanan ulang. Jumlah persediaan yang tersedia diilustrasikan dalam
Gambar 2.1.

Pada Gambar 2.1, 𝑄 melambangkan ukuran pemesanan yang diperlukan


untuk mengisi persediaan yang ditentukan. Garis yang menghubungkan 𝑄 dengan
waktu (𝑡) pada grafik, melambangkan tingkat persediaan dihabiskan berdasarkan
permintaan, selama periode waktu tertentu. Permintaan diasumsikan diketahui
dengan pasti dan konstan, yang ditunjukkan bahwa garis yang melambangkan
permintaan berupa garis lurus atau linier. Dapat juga dilihat bahwa persediaan tidak
pernah turun dibawah nol. Jika persediaan mencapai titik nol, maka diasumsikan
bahwa pesanan segera datang setelah beberapa waktu yang tidak lama.
Pada Gambar 2.1, dapat dilihat bahwa jumlah persediaan (𝑄), besarnya
pemesanan untuk sedikit periode waktu yang terbatas, karena persediaan selalu
dihabiskan oleh permintaan. Demikian pula halnya jumlah persediaan adalah nol
untuk sedikit periode waktu, karena satu-satunya saat di mana tidak ada persediaan
adalah pada waktu tertentu (𝑡). Maka jumlah persediaan yang tersedia adalah
diantara dua titik ekstrim ini. Deduksi yang logis adalah bahwa jumlah persediaan
yang tersedia adalah sebesar persediaan rata-rata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jika jumlah persediaan yang tersedia dalam dasar tahunan adalah sebesar
𝑄
persediaan rata-rata ( 2 ), maka dapat ditentukan total biaya penyimpanan tahunan

dengan mengalikan rata-rata jumlah dalam persediaan dengan biaya penyimpanan


per tahunnya (𝐻), maka total biaya penyimpanan per tahunnya (𝑇𝐻):

𝑇𝐻 = Persediaan Rata-rata × Biaya penyimpanan


𝑄
𝑇𝐻 = ×𝐻 (2.3)
2

2.3.4 Biaya Pemesanan (Order Cost/Setup Cost)

Biaya pemesanan (𝑆) dinyatakan dalam dasar per pemesanan, nilai ini hanya
menggambarkan biaya per pemesanan dan bukan total biaya pemesanan.
Pemesanan suatu barang tidak melebihi permintaan yang ada karena permintaan
diketahui secara pasti.

Total biaya pemesanan tahunan (𝑇𝑆) dapat dihitung sebagai jumlah


pemesanan per tahun dikalikan dengan biaya per pemesanan, yaitu:

𝑇𝑆 = Jumlah pemesanan × Biaya pemesanan


= 𝑃 ×𝑆
𝐷
𝑇𝑆 = 𝑄 × 𝑆 (2.4)

2.3.5 Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)

Total biaya persediaan tahunan (𝑇𝐼𝐶) dihitung dengan menjumlahkan total biaya
pemesanan (𝑇𝑆) dan total biaya penyimpanan (𝑇𝐻), adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑇𝐼𝐶 = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = 𝑄 𝑆 + 2 𝐻 (2.5)

Total biaya persediaan, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan digambarkan


oleh Gambar 2.2 Model Biaya Persediaan berikut:

Gambar 2.2 Model Biaya Persediaan

Gambar 2.2 dapat dijelaskan masing-masing dari ketiga kurva biaya yang
ditunjukkan. Pertama, dapat diamati kecenderungan menaik dari kurva total biaya
penyimpanan (𝑇𝐻). Sejalan dengan meningkatnya jumlah pemesanan (𝑄),
(ditunjukkan oleh sumbu horizontal), total biaya penyimpanan (ditunjukkan oleh
sumbu vertikal) juga meningkat, disebabkan karena pemesanan yang semakin
banyak akan mengakibatkan semakin banyaknya unit yang disimpan dalam
persediaan. Kemudian dengan meningkatnya jumlah pemesanan (𝑄), total biaya
pemesanan (𝑇𝑆) menurun, disebabkan karena kenaikan dalam jumlah pemesanan
akan mengakibatkan semakin sedikit pemesanan yang dilakukan setiap tahunnya.
Total biaya pada Gambar 2.2 Model Biaya Persediaan, kurva total biaya tahunan
pertama-tama menurun ketika 𝑄 meningkat kemudian kurva total biaya tahunan
mulai meningkat, ketika permintaan 𝑄 mulai menurun. Nilai 𝑄 yang paling baik
atau optimal, adalah nilai yang merupakan nilai minimum total biaya persediaan
tahunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.6 Menghitung 𝑄 (Persediaan) Optimal

Secara matematis nilai 𝑄 optimal (𝑄 ∗ ) atau jumlah pemesanan yang optimal dapat
dihitung sebagai berikut. Dari persamaan (2.5) akan diperoleh total biaya
persediaan (𝑇𝐼𝐶) minimum. Untuk membuktikannya akan dicari turunan pertama
dari persamaan (2.5).

𝐷 𝑄
Persamaan (2.5), 𝑇𝐼𝐶 = 𝑄 𝑆 + 2 𝐻, merupakan persamaan dari total biaya

persediaan tahunan (biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan).


𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = 𝑆+ 𝐻
𝑄 2
atau
𝐷𝑆 𝑄𝐻
𝑇𝐼𝐶 = +
𝑄 2
𝐷𝑆 𝑄𝐻
akan dicari turunan pertama dari persamaan 𝑇𝐼𝐶 = + , dan karena yang akan
𝑄 2
𝐷𝑆 𝑄𝐻
dicari adalah 𝑄 ∗ (nilai 𝑄 optimal), maka persamaan 𝑇𝐼𝐶 = + akan
𝑄 2

diturunkan terhadap 𝑄.

𝑑(𝑇𝐼𝐶) 𝑑 𝐷𝑆 𝑑 𝑄𝐻
= ( )+ ( )
𝑑𝑄 𝑑𝑄 𝑄 𝑑𝑄 2

𝑑(𝑇𝐼𝐶) 𝐷𝑆 𝐻
=− 2 +
𝑑𝑄 𝑄 2

Syarat minimum turunan, pertama sama dengan nol dapat ditulis:

𝑑(𝑇𝐼𝐶)
=0
𝑑𝑄
𝐷𝑆 𝐻
− + =0
𝑄2 2
𝐻 𝐷𝑆
=
2 𝑄2
𝑄2 × 𝐻 = 2 × 𝐷 × 𝑆

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2𝐷𝑆
𝑄2 =
𝐻
2𝐷𝑆
𝑄∗ = √ (2.6)
𝐻

di mana:
𝑄 ∗ = Nilai 𝑄 optimal
𝑆 = Biaya pemesanan (rupiah/pesanan)
𝐻 = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)
𝑄 ∗ menandakan bahwa nilai 𝑄 adalah optimal, dikenal sebagai metode Economic
Order Quantity (EOQ).

2.4 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan


untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
(stockout). Kemungkinan terjadinya stockout dapat disebabkan karena pemakaian
bahan yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan kedatangan bahan
yang dipesan (Sofjan Assauri, 2004). Rumus safety stock secara umum sebagai
berikut:

𝑆𝑆 = 𝑍𝜎 (2.7)

di mana:
𝑍 = Faktor pengaman yang digunakan perusahaan
𝑆𝑆 = Persediaan pengaman
𝜎 = Standar deviasi permintaan

Dalam hal ini, faktor pengaman yang dimaksudkan adalah besar


probabilitas yang digunakan perusahaan terhadap terjadinya stockout. Misalnya,
perusahaan menggunakan probabilitas sebesar 5% terjadinya stockout, maka
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi normal didapat nilai 𝑍0.05 = 1,65
(Render dan Heizer, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Titik pemesanan ulang (reorder point) adalah suatu tingkat tertentu di dalam
persediaan di mana pemesanan harus segera dilaksanakan pada saat titik tersebut
telah tercapai (Freddy Rangkuti, 1995).

Faktor yang mempengaruhi pemesanan ulang (reorder point):

a. Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang datang
di perusahaan (Lead Time)
b. Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya
c. Persediaan pengaman / safety stock (jumlah persediaan barang yang
minimum harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya
barang yang dibeli agar perushaaan tidak mengalami “stock out”/gangguan
kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan barang.

Titik pemesanan ulang dengan mengalikan tenggang waktu (𝐿), dengan


permintaan per hari. Dengan mengasumsikan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari,
𝐷
maka permintaan per hari adalah 365. Rumus reorder point, yaitu:

𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 = 365 (2.8)

di mana:
𝑅𝑂𝑃 = Titik pemesanan ulang
𝐷 = Banyaknya permintaan pada periode tertentu
𝐿 = Waktu tunggu

Jika jumlah pemesanan ulang (𝑅𝑂𝑃) lebih kecil dari jumlah pemesanan (𝑄)
atau 𝑅𝑂𝑃 < 𝑄, maka tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan. Jika jumlah
pemesanan ulang (𝑅𝑂𝑃) lebih besar dari jumlah pemesanan (𝑄) atau 𝑅𝑂𝑃 > 𝑄,
maka akan terjadi kekurangan persediaan dalam setiap pemesanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6 Penelitian Terdahulu

Sebagai pendukung pembahasan teori-teori dalam penelitian ini, penulis


menggunakan beberapa referensi jurnal, antara lain:

a. Eduina Guga dan Orjola Musa (2015) dalam jurnalnya yang berjudul
“Inventory Management Through EOQ Model ( A Case Study Of Shpresa
Ltd, Albania)” memaparkan tentang asal rumus EOQ yaitu Bill Roach
menjelaskan bagaimana asal mula EOQ dimulai dalam artikelnya “Origin
of the Economic Order Quantity formula: transcription or
transformation?”, diterbitkan pada tahun 2005. Roach menjelaskan bahwa
EOQ telah menjadi rumus yang terkenal untuk menghitung jumlah pesanan
yang optimal. Dia juga menyebutkan kontribusi penting yang telah
diberikan Ford Harris dalam rumus EOQ. Dia menulis rumus Economic
Order Quantity pada tahun 1915, saat ia masih mahasiswa sarjana. Rumus
Economic Order Quantity digunakan di bidang bisnis, juga dalam teknik.
Mahasiswa belajar teknik rumus EOQ dalam teknik ekonomi dan teknik
industri. Di sisi lain, disiplin bisnis dipelajari di mata kuliah EOQ sebagai
finansial dan pengolahan operasi persediaan. Jadi di kedua sisi EOQ
memiliki aplikasi praktis.
b. Cahya Karuniawan (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Optimalisasi
Sistem Persediaan Bahan Baku Kain Menggunakan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus pada: PT. New Makmurtex)”
memaparkan bahwa dengan adanya penerapan metode EOQ perusahaan
akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang, baik
untuk ruangan gudang dan ruangan kerja, menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul dari banyaknya persediaan yang menumpuk sehingga
mengurangi resiko yang dapat timbul karena persediaan yang ada digudang
seperti kain yang sangat rentan terhadap api. Analisis EOQ ini dapat
digunakan dengan mudah dan praktis untuk merencanakan berapa kali suatu
bahan dibeli dan dalam kuantitas berapa kali pembelian. Selain itu, Metode
EOQ berusaha mencapaitingkat persediaan yang seminimum mungkin,
biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Perencanaan metode EOQ dalam
suatu perusahaaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sehingga tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu
menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan karena
adanya efisisensi persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang
bersangkutan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
bahwa aplikasi sistem informasi pengadaan bahan baku memberikan
manfaat untuk PT. New Makmurtex. Berdasarkan aplikasi tersebut dapat
membantu PT. New Makmurtex dalam hal pengadaan bahan baku yang
optimal, sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh PT. New
Makmurtex. Melalui data yang diperoleh kemudian diterapkan dengan
Model Economic Order Quantity didapatkan hasil bahwa pemesanan bahan
baku yang optimal untuk PT. New Makmurtex sebanyak 43.195,372 m, dan
harus melakukan pemesana bahan baku kembali ketika stok bahan baku
mencapai kurang atau sama dengan 48.3409 meter. Dengan jumlah
pemesanan yang optimal menghasilkan total biaya (Total Cost ) sebanyak
Rp 5.829.413,053.
c. Jose L. Gonzalez dan Daniel Gonzalez (2010) dalam jurnalnya yang
berjudul “Analysis of an Economic Order Quantity and Reorder Point
Inventory Control Model for Company XYZ” mengatakan model Economic
Order Quantity (EOQ) ini sangat direkomendasikan untuk mengendalikan
total biaya persediaan. Dengan peramalan yang telah dilakukan, hasilnya
menunjukkan bahwa biaya pemesanan perusahaan berbanding lurus dengan
frekuensi pemesanan. Jika perusahaan mengurangi banyaknya pemesanan
maka biaya pemesanan dapat dikurangi. Metode ini akan sangat
menjanjikan terhadap persediaan perusahaan, dimana dengan biaya
persediaan yang ekonomis akan tetap menghasilkan produk yang
berkualitas baik dan tentunya keuntungan yang meningkat.
d. Dita Harry Murty, Jazuli dan Tita Talita (2015) dalam jurnalnya yang
berjudul “Optimasi pengendalian Persediaan Bahan Baku Di PT. Bromindo
Mekar Mitra” mengatakan bahwa berdasarkan dari hasil analisis dan
pembahasan yang dilakukan, perbandingan biaya total persediaan antara
perusahaan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk produk
fire alarm system sebelum menggunakan metode sebesar Rp. 5.573.272.965

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan setelah menggunakan metode EOQ sebesar Rp. 1.089.616.214
selisihnya sebesar Rp. 4.483.656.751 untuk produk sprinkle fire system
sebelum menggunakan metode EOQ sebesar Rp. 4.341.362.856 dan setelah
menggunakan metode EOQ sebesar Rp. 1.018.861.686 selisihnya sebesar
Rp. 3.322.501.170.
e. Fajar W.R. (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Aplikasi Metode
Matematika EOQ Multi Item Pada PT. Jaya Kertas Kertosono” menyatakan
bahwa teknik pengendalian persediaan akan memperkirakan berapa jumlah
optimal tingkat persediaan yang diharuskan dan berapa total biayanya,
semuanya bisa diperhitungkan dengan meggunakan metode matematika
salah satunya yaitu dengan metode EOQ multi item. Kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini yaitu jumlah persediaan yang paling ekonomis
untuk masing-masing item selama satu tahun yaitu Box Lokal adalah 119,18
ton dan Box PB 117,90 ton, klongsong 127,80 ton, OCC 215,13 ton, Mix
Waste 229,98 ton. Dengan jumlah keseluruhannya 1077,68 ton. Lalu,
perbandingan total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh Pt. Jaya Kertas
Kertosono dengan perhitungan yang di dapat dari perusahaan adalah Rp.
680.360.055,2 . Sedangkan dengan menggunakan metode EOQ adalah Rp.
405.320.361,1. Maka perusahaan dapat lebih hemat sebesar Rp.
275.039.694,2 .
f. Sri Wahyuni Pudjitami dan Sri Suryawati (1998) dalam jurnalnya yang
berjudul “Dampak Penerapan metode Economic Order Quantity (EOQ)
Terhadap Nilai Persediaan Obat Di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta” menyatakan bahwa metode EOQ yang diterapkan terhadap obat
klasifikasi pada analisis ABC dapat menurunkan total nilai persediaan obat.
Di samping itu, metode EOQ memudahkan pengaturan frekuensi pengadaan
obat, metode EOQ mengharuskan laporan di instalasi farmasi tepat waktu,
sehingga mengurangi beban administrasi stok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


g. Rakesh Kumar (2016) dalam jurnalnya yang berjudul “Economic Order
Quantity (EOQ) Model” menyatakan bahwa metode Economic Order
Quantity (EOQ) adalah metode yang tepat digunakan untuk menghitung
jumlah pemesanan yang optimal serta meminimalkan biaya persediaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Hexalab Sumatera Medan nerupakan perusahaan yang bergerak di bidang


distribusi alat-alat kesehatan. PT. Hexalab Sumatera terletak di Jl.Ring Road Simp.
Setiabudi No.5c Medan. PT. Hexalab Sumatera Medan mendistribusikan banyak
jenis alat kesehatan. Salah satunya alat kesehatan jenis infus. Dalam mengatur
persediaan, PT. Hexalab Sumatera Medan menggunakan metode FIFO (First In
First Out).

3.2. Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara pengamatan langsung dari perusahaan, diskusi maupun
wawancara dari pihak perusahaan serta mengutip informasi dan arsip yang sesuai
dengan data yang berhubungan dengan data pemecahan masalah. Data-data yang
diperoleh dari arsip PT. Hexalab Sumatera Medan adalah sebagai berikut:

3.2.1 Data Permintaan dan Jenis Infus Tahun 2016


Dari data alat kesehatan jenis infus yang diperoleh dari PT. Hexalab Sumatera
Medan, terdapat 6 jenis infus, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Table 3.1 Data Jumlah Permintaan Infus Tahun 2016
Jumlah permintaan
Jenis infus
(pcs)
Infusion set adult 58.700
Infusion set child 33.700
IV Cath NP no.18 17.450
IV Cath NP no.20 28.250
IV Cath NP no.22 35.050
IV Cath NP no.24 14.500
Sumber: PT. Hexalab Sumatera

3.2.2 Data Biaya Pemesanan Alat Kesehatan Jenis Infus


Besarnya biaya pemesanan diketahui dari rincian biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Biaya pemesanan obat pada PT.
Hexalab Sumatera adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Alat Kesehatan


Komponen Biaya Pesan Biaya (Rp)/ pesan
Biaya upah sumber daya manusia 70.000
Biaya Telekomunikasi 9.000
Biaya Alat Tulis Kantor 7.000
Jumlah 86.000
Sumber: PT. Hexalab Sumatera

3.2.3 Biaya Penyimpanan Alat Kesehatan Jenis Infus Tahun 2016

Biaya penyimpanan alat kesehatan pada perusahaan adalah rata-rata sebesar 6%


dari harga alat kesehatan per-itemnya/bulan. Dengan asumsi 1 tahun adalah 12
bulan maka perhitungan biaya penyimpanan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑆
𝐻= ×ℎ
12

Di mana:
𝐻 = Biaya penyimpanan
𝑆 = Harga infus per-item
ℎ = Persentase biaya penyimpanan per-item

a. Untuk biaya penyimpanan item infusion set adult

10.000
𝐻= × 0,06
12

𝐻 = 50

b. Untuk biaya penyimpanan item infusion set child

10.000
𝐻= × 0,06
12

𝐻 = 50

c. Untuk biaya penyimpanan item IV Cath NP No. 18

20.000
𝐻= × 0,06
12

𝐻 = 100

d. Untuk biaya penyimpanan item IV Cath NP No. 20

20.000
𝐻= × 0,06
12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝐻 = 100

e. Untuk biaya penyimpanan item IV Cath NP No. 22

20.000
𝐻= × 0,06
12

𝐻 = 100

f. Untuk biaya penyimpanan item IV Cath NP No. 24

20.000
𝐻= × 0,06
12

𝐻 = 100

Selanjutnya, untuk biaya penyimpanan masing-masing item alat kesehatan jenis


infus pada PT. Hexalab Sumatera dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 3.3 Biaya Penyimpanan Alat Kesehatan


Harga Presentase Biaya
No Jenis infus satuan biaya penyimpanan
(Rp) penyimpanan (Rp)
1 Infusion set adult 10.000 0,06 50
2 Infusion set child 10.000 0,06 50
3 IV Catch NP no.18 20.000 0,06 100
4 IV Catch NP no.20 20.000 0,06 100
5 IV Catch NP no.22 20.000 0,06 100
6 IV Catch NP no.24 20.000 0,06 100
Sumber: PT. Hexalab Sumatera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2.4 Data Lead Time (Waktu Tunggu) Penerimaan Alat Kesehatan Jenis
Infus
Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu sejak pesanan
dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk gudang. Lead time untuk
setiap masing-masing alat kesehatan yaitu 7 hari.

3.3. Pengolahan Data


Dalam mengolah data untuk mendapat solusi dari masalah ini, dilakukan beberapa
tahap. Setelah data-data yang dibutuhkan diperoleh, maka pengolahan data
dilakukan berdasarkan metodologi yang telah dipaparkan pada Bab 1.

3.3.1 Penentuan Jumlah Pemesanan Ekonomis Menggunakan Metode EOQ


Setelah total harga alat kesehatan jenis infus didapat, maka dilakukan penerapan
metode Eqonomic Order Quantity (EOQ). Metode ini digunakan untuk menentukan
jumlah setiap pemesanan (kuantitas pemesanan) persediaan yang meminimumkan
biaya pemesanan dan penyimpanan sehingga total biaya persediaan menjadi efisien.
Jumlah pemesanan ekonomis dengan metode EOQ dapat dihitung dengan rumus:

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

Di mana:
𝐷 = Jumlah permintaan
𝑆 = Biaya pemesanan setiap kali melakukan pemesanan
𝐻 = Biaya penyimpanan
𝐸𝑂𝑄 = Jumlah alat kesehatan setiap kali pemesanan

Siklus pemesanan ulang dapat dicari dengan Metode EOQ dalam 1 tahun yaitu
dengan rumus:
𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Maka,
a. Untuk item jenis infusion set adult

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2×58.700×86.000
= √ 50

= √201.928.000
= 14.210,13 pcs

Maka, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:


𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
58.700
𝑃 = 14.210,13 = 4,13 ≈ 4 kali dalam setahun

b. Untuk item jenis infusion set child

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2×33.700×86.000
=√ 50

= √115.928.000
= 10.766,98 pcs

Maka, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
33.700
𝑃 = 10.766,98 = 3,12 ≈ 3 kali dalam setahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Untuk item IV Cath NP No.18

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2×17.450×86.000
=√ 100

= √30.014.000
= 5.478,50 pcs

Maka, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
17.450
𝑃 = 5.478,50 = 3,18 ≈ 3 kali dalam setahun

d. Untuk item IV Cath NP No.20

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2×28.250×86.000
=√ 100

= √48.590.000
= 6.970,65 pcs

Maka, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
28.250
𝑃 = 6.970,65 = 4,05 ≈ 4 kali dalam setahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Untuk item IV Cath NP No.22

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2×35.050×86.000
=√ 100

= √60.286.000
= 7.764,40 pcs

Maka, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
35.050
𝑃 = 7.764,40 = 4,51 ≈ 4 kali dalam setahun

f. Untuk item IV Cath NP No.24

2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻

2×14.500×86.000
=√ 100

= √24.940.000
= 4.993,99 pcs

Maka, banyaknya pesanan yang harus dilakukan adalah:

𝐷
𝑃=
𝐸𝑂𝑄
14.500
𝑃 = 4.993,99 = 2.90 ≈ 3 kali dalam setahun

3.3.2 Penentuan Safety Stock (Persediaan Pengaman)


Masalah kekurangan persediaan alat kesehatan jenis infus, misalnya karena
permintaan alat kesehatan yang lebih besar dari perkiraan semula atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keterlambatan dalam penerimaan alat kesehatan yang dipesan pasti dialami oleh
setiap perusahaan. Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan Safety Stock. Dengan
adanya persediaan pengaman, perusahaan dapat mengatasi ketidakpastian
permintaan dengan segera.
Dalam hal ini PT. Hexalab Sumatera menggunakan batas toleransi (α)=5%
di bawah perkiraan. Dengan batas toleransi tersebut pada Tabel Standar Deviasi
Normal, maka nilai Standar Normal Deviasi (𝑍) yang digunakan adalah 1,65.
Dengan menentukan Standar Normal Deviasi, maka dapat dicari Safety Stock
dengan rumus:
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎

Di mana:
𝑆𝑆 = Jumlah Safety Stock
Z = Standar Normal Deviasi keseluruhan
𝜎 = Standar Normal Deviasi per-item

 Standar deviasi item infusion set adult

∑12 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋 )
𝑠=√
𝑛−1
994166.6668
=
11
= 300.63
Maka, Jumlah safety stock item infusion set adult
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
= 1,65 × 300,63
= 496,03 pcs

 Standar deviasi item infusion set child

∑12 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋 )
𝑠=√
𝑛−1
2949166.667
=
11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= 517.78
Maka, Jumlah safety stock item infusion set child
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
= 1,65 × 517,78
= 854,33 pcs

 Standar deviasi item IV Cath NP No. 18

∑12 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋 )
𝑠=√
𝑛−1
2027291.667
=
11
= 429.30
Maka, Jumlah safety stock item IV Cath NP No. 18
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
= 1,65 × 429,30
= 708,34 pcs

 Standar deviasi item IV Cath NP No. 20

∑12 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋 )
𝑠=√
𝑛−1
1298131.667
=
11
= 340.76
Maka, Jumlah safety stock item IV Cath NP No. 20
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
= 1,65 × 340,76
= 562,25 pcs

 Standar deviasi item IV Cath NP No. 22

∑12 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋 )
𝑠=√
𝑛−1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


935631.6668
=
11
= 278.35
Maka, Jumlah safety stock item IV Cath NP No. 22
𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
= 1,65 × 278,35
= 459,27 pcs

 Standar deviasi item IV Cath NP No. 24

∑12 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋 )
𝑠=√
𝑛−1
904166.6668
=
11
= 286.70

Maka, Jumlah safety stock item IV Cath NP No. 24


𝑆𝑆 = 𝑍 × 𝜎
= 1,65 × 286,70
= 473,05 pcs

Jumlah Safety Stock tiap item alat keesehatan jenis infus pada PT. Hexalab
Sumatera dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Jumlah Safety Stock


Standard Standard normal Safety stock
Jenis
deviasi deviasi (pcs)
Infusion set adult 1,65 300,63 496,03
Infusion set child 1,65 517,78 854,33
IV Cath NP No.18 1,65 429,30 708,34
IV Cath NP No.20 1,65 340,76 562,25
IV Cath NP No.22 1,65 278,35 459,27
IV Cath NP No.24 1,65 286,70 473,05

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.3 Reorder Point (ROP)
Reorder Point (ROP) adalah menunjukkan suatu tingkat persediaan dimana pada
saat itu harus dilakukan pemesanan. Titik pemesanan ulang terjadi apabila jumlah
persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus, oleh karena itu perusahaan
menentukan titik pemesanan ulang yang harus dilakukan perusahaan agar tidak
kehabisan stok (stockout) maupun kelebihan stok (over stock). Data yang diperoleh
dari perusahaaan menunjukkan bahwa data waktu tunggu (lead time) adalah 7 hari.

Untuk reorder point item infusion set adult


𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 =
365
58.700 × 7
=
365
𝑅𝑂𝑃 = 1.125,75 pcs

Untuk reorder point item infusion set child

𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 =
365
33.700 × 7
=
365
𝑅𝑂𝑃 = 646,30 pcs

Untuk reorder point item IV Cath NP No.18


𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 =
365
17.450 × 7
=
365
𝑅𝑂𝑃 = 334,65 pcs

Untuk reorder point item IV Cath NP No. 20


𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 =
365
28.250 × 7
=
365

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


𝑅𝑂𝑃 = 541,78 pcs

Untuk reorder point item IV Cath NP No. 22


𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 =
365
35.050 × 7
=
365
𝑅𝑂𝑃 = 672,19 pcs

Untuk reorder point item IV Cath NP No. 24


𝐷𝐿
𝑅𝑂𝑃 =
365
14.500 × 7
=
365
𝑅𝑂𝑃 = 278,08 pcs
Lalu, untuk jumlah reorder point tiap item alat kesehatan pada PT. Hexalab
Sumatera Medan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Jumlah reorder point tiap item alat kesehatan


No Jenis Reorder point
1 Infusion set adult 750,82
2 Infusion set child 646,30
3 IV Cath NP No.18 334,65
4 IV Cath NP No.20 541,78
5 IV Cath NP No.22 672,19
6 IV Cath NP No.24 278,08

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.4 Total Biaya Persediaan
a. Untuk item Infusion Set Adult
𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
58.700 14.210,13
= (14.210,13 × 86.000) + ( × 50)
2

= 355.253,61 + 355.253,25
= Rp 710.506,86

b. Untuk item Infusion Set Child


𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
33.700 10.766,98
= (10.766,98 × 86.000) + ( × 50)
2

= 269.174,82 + 269.174,5
= Rp 538.349,32
c. Untuk item IV Cath NP No.18
𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
17.450 5.478,50
= (5.478,50 × 86.000) + ( × 100)
2

= 273.925,34 + 273.925
= Rp 547.850,34

d. Untuk item IV Cath NP No.20


𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
28.250 6.970,65
= (6.970,65 × 86.000) + ( × 100)
2

= 348.532,77 + 348.532,5
= Rp 697.065,27

e. Untuk item IV Cath NP No.22


𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
35.050 7.764,40
= (7.764,40 × 86.000) + ( × 100)
2

= 388.220,59 + 388.220

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= Rp 776.440,59

f. Untuk item IV Cath NP No.24


𝐷 𝑄
𝑇𝐼𝐶 = (𝑄 × 𝑆) + ( 2 × 𝐻)
14.500 4.993,99
= (4.993,99 × 86.000) + ( × 100)
2

= 249.700,14 + 249.699,5
= Rp 499.399,64

Maka total biaya persediaan alat kesehatan jenis infus pada PT. Hexalab Sumatera
Medan adalah 𝑅𝑝. 3.769.612,02

3.3.5 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan


Perhitungan total biaya persediaan pada PT. Hexalab Sumatera Medan dengan
rumus sebagai berikut:
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan

̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷

Di mana:
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟= Biaya persediaan perusahaan
̅
𝐷 = Raata-rata permintaan per tahun
𝑆 = Biaya pemesanan
𝐻 = Biaya penyimpanan
𝑛 = Banyak bulan per tahun (12 bulan)

Dengan meggunakan rumusan diatas, maka dapat dihitung biaya persediaan alat
kesehatan jenis infus menurut perusahan adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Total biaya persediaan item infusion set adult
̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (4.891,67 × 50) + (12 × 86.000)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 1.276.583,5

Total biaya persediaan item infusion set child


̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (2.808,33 × 50) + (12 × 86.000)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 1.177.416,5

Total biaya persediaan item IV Cath NP No. 18


̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (1.454,16 × 100) + (12 × 86.000)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 1.177.416

Total biaya persediaan item IV Cath NP No. 20


̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (2.354,16 × 100) + (12 × 86.000)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 1.267.416

Total biaya persediaan item IV Cath NP No. 22


̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (2.929,83 × 100) + (12 × 86.000)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 1.324.083

Total biaya persediaan item IV Cath NP No. 24


̅ × 𝐻) + (𝑛 × 𝑆)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (𝐷
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = (1.208,33 × 100) + (12 × 86.000)
𝑇𝐼𝐶𝑝𝑒𝑟 = 1.152.833

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.6 Total Biaya Persediaan Menurut Perusahaan
Biaya Biaya Biaya
Rata-rata
Jenis Penyimpanan Pemesanan Persediaan
permintaan
(Rp) (Rp) (Rp)
Infusion set adult 4.891,67 50 86.000 1.276.583,5
Infusion set child 2.808,33 50 86.000 1.172416,5
IV Cath NP
1.454,16 100 86.000 1.177.416
No.18
IV Cath NP
2.354,16 100 86.000 1.267.416
No.20
IV Cath NP
2.920,83 100 86.000 1.324.083
No.22
IV Cath NP
1.208,33 100 86.000 1.152.833
No.24
Total 7.370.748

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun perbandingan Total Inventory Cost (TIC) persediaan menurut perusahaan
dengan Total Inventory Cost (TIC) berdasarkan metode EOQ dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 3.7 Perbandingan Total Biaya Persediaan


TIC Per TIC EOQ Selisih
Jenis
(Rp) (Rp) (Rp)
Infusion set adult 1.276.583,5 710.506,86 566.076,64
Indusion set child 1.1724.16,5 538.349,32 634.067,18
IV Cath NP No.18 1.177.416 547.850,34 629.565,66
IV Cath NP No.20 1.267.416 697.065,27 570.350,73
IV Cath NP No.22 1.324.083 776.440,59 547.642,41
IV Cath NP No.24 1.152.833 499.399,64 653.433,36
Total 7.370.748 3.769.612,02 3.601.135,98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data menurut metode EOQ (Economic Order Quantity)
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengolahan data,terdapat 3 item alat kesehatan dengan frekuensi


pemesanan 4 kali pertahun, yaitu item infusion set adult, item IV Cath Np
No.20 dan item IV Cath NP No.22. Lalu ,3 item dengan frekuensi
pemesanan 3 kali pertahun, yaitu item Infusion set child, item IV Cath NP
No.18 dan IV Cath NP No.24.

2. Dengan menggunakan metode EOQ terjadi penurunan biaya total


persediaan. Hal ini disebabkan karena frekuensi yang cenderung berkurang
dan bebeda-beda setiap itemnya. Total keseluruhan biaya persediaan alat
kesehatan menurut metode EOQ yaitu sebesar Rp. 3.769.612,02. Sedangkan
total biaya persediaan menurut perusahaan sebesar Rp. 7.370.748. Maka
perusahaan dapat menghemat biaya dengan total sebesar Rp. 3.601.135,98.

4.2 Saran

Penulis menyarankan agar penelitian lanjutan tentang Metode Economic Order


Quantity (EOQ) dapat mempertimbangkan aspek-aspek yang lain dan juga
variabel-variabel yang perlu diantisipasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi , Medan: Graha Ilmu.


Gonzalez, J.L dan Gonzalez, D. 2010. Analysis of an Economic Order Quantity and
Reorder Point Inventory Control Model for Company XYZ. Journal of
Industrial Engineering California Polytechnic State University. 1: 26-27.
Guga, E dan Musa, O. 2015. Inventory Management Through EOQ Model ( A Case
Study Of Shpresa Ltd, Albania). Journal of Economics,Commerce and
Management, United Kingdom. 3: 175.
Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Penerbit
Grasindo.

Karuniawan, C. 2015. Optimalisasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Kain Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus
pada: PT. New Makmurtex). Jurnal pada Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.

Kumar, R. 2016. Economic Order Quantity (EOQ) Model. Journal of Finance and
Economic Management Delhi University. 5:1.

Mulyono, Sri. 2004. Riset Operasi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,


Jakarta.

Murty, D.H., Jazuli dan Talitha, T. 2015. Optimasi Pengendalian Persediaan Bahan
Baku di PT. Bromindo Mekar Mitra. Jurnal pada Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.

Pamungkas, W.T dan Sutanto, A. 2012 . Analisis Pengendalian Bahan Baku


Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus Pada
PT. MISAJA MITRA CO.LTD). Jurnal Manajemen Bisnis (FOKUS). 1: 2.

Puspika, J. dan Anita, D. 2013. Inventory Control dan Perencanaan Persediaan


Bahan Baku Produksi Roti Pada Pabrik Roti BOBO Pekanbaru. Jurnal
Ekonomi STIE Pelita Indonesia. 21: 2.

Rangkuti, F. 1995. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Prasada.

Render, B. and Heizer, J. 2006. Principles Of Operation Management Eight


Edition. Pearson Education, Inc. United States.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ristono, A. 2009. Manajemen Persediaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Setiawan, A. 2014. Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order


Quantity dan Period Order Quantity dalam mengoptimalisasi Pengendalian
Persediaan Bahan Baku. Jurnal pada Universitas Pendidikan Indonesia.

Subagyo, P., Asri, M. dan Handoko, H. 2000. Dasar-dasar Operation Researchs.


BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Suswardji, E., Eman S. dan Ratnaningsih, R. 2012. Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Pada PT. NT Piston Ring Indonesia di Karawang.
Jurnal Manajemen Universitas Singaperbangsa Karawang. 10: 13-14.

Taylor III, Bernard W. 2004. Introduction to Management Science. 8th Edition. New
Jersey: Pearson Education.

Wahyuni.SP dan Sri, S. 1998. Dampak Penerapan Metode Eqonomic Order


Quantity (EOQ) Terhadap Nilai Persediaan Obat di Instalasi Farmasi RSUD
DR Moewardi Surakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 1: 25-
33.

W.R, Fajar. 2014. Aplikasi Metode Matematika EOQ Multi Item Pada PT. Jaya
Kertas Kertosono. Jurnal Matematika. 2:224-227.

Yamit, Z. 1999. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi


UII.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran
Tabel Distribusi Normal
z .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09
-3.4 .0003 .0003 .0003 .0003 .0003 .0003 .0003 .0003 .0003 .0002
-3.3 .0005 .0005 .0005 .0004 .0004 .0004 .0004 .0004 .0004 .0003
-3.2 .0007 .0007 .0006 .0006 .0006 .0006 .0006 .0005 .0005 .0005
-3.1 .0010 .0009 .0009 .0009 .0008 .0008 .0008 .0008 .0007 .0007
-3.0 .0013 .0013 .0013 .0012 .0012 .0011 .0011 .0011 .0010 .0010
-2.9 .0019 .0018 .0018 .0017 .0016 .0016 .0015 .0015 .0014 .0014
-2.8 .0026 .0025 .0024 .0023 .0023 .0022 .0021 .0021 .0020 .0019
-2.7 .0035 .0034 .0033 .0032 .0031 .0030 .0029 .0028 .0027 .0026
-2.6 .0047 .0045 .0044 .0043 .0041 .0040 .0039 .0038 .0037 .0036
-2.5 .0062 .0060 .0059 .0057 .0055 .0054 .0052 .0051 .0049 .0048
-2.4 .0082 .0080 .0078 .0075 .0073 .0071 .0069 .0068 .0066 .0064
-2.3 .0107 .0104 .0102 .0099 .0096 .0094 .0091 .0089 .0087 .0084
-2.2 .0139 .0136 .0132 .0129 .0125 .0122 .0119 .0116 .0113 .0110
-2.1 .0179 .0174 .0170 .0166 .0162 .0158 .0154 .0150 .0146 .0143
-2.0 .0228 .0222 .0217 .0212 .0207 .02202 .0197 .0192 .0188 .0183
-1.9 .0287 .0281 .0274 .0268 .0262 .0256 .0250 .0244 .0239 .0233
-1.8 .0359 .0351 .0344 .0336 .0329 .0322 .0314 .0307 .0301 .0294
-1.7 .0446 .0436 .0427 .0418 .0409 .0401 .0392 .0384 .0375 .0367
-1.6 .0548 .0537 .0526 .0516 .0505 .0495 .0485 .0475 .0465 .0455
-1.5 .0668 .0655 .0643 .0630 .0618 .0606 .0594 .0582 .0571 .0559
-1.4 .0808 .0793 .0778 .0764 .0749 .0735 .0721 .0708 .0694 .0681
-1.3 .0968 .0951 .0934 .0918 .0901 .0885 .0869 .0853 .0838 .0823
-1.2 .1151 .1131 .1112 .1093 .1075 .1056 .1038 .1020 .1003 .0985
-1.1 .1357 .1335 .1314 .1292 .1271 .1251 .1230 .1210 .1190 .1170
-1.0 .1587 .1562 .1539 .1515 .1492 .1469 .1446 .1423 .1401 .1379
-0.9 .1841 .1814 .1788 .1762 .1736 .1711 .1685 .1660 .1635 .1611
-0.8 .2119 .2090 .2061 .2033 .2005 .1977 .1949 .1922 .1894 .1867
-0.7 .2420 .2389 .2358 .2327 .2296 .2266 .2236 .2206 .2177 .2148
-0.6 .2743 .2709 .2676 .2643 .2611 .2578 .2546 .2514 .2483 .2451
-0.5 .3085 .3050 .3015 .2981 .2946 .2912 .2877 .2843 .2810 .2776
-0.4 .3446 .3409 .3372 .3336 .3300 .3264 .3228 .3192 .3156 .3121
-0.3 .3821 .3783 .3745 .3707 .3669 .3632 .3594 .3557 .3520 .3483
-0.2 .4207 .4168 .4129 .4090 .4052 .4013 .3974 .3936 .3897 .3859
-0.1 .4602 .4562 .4522 .4483 .4443 .4404 .4364 .4325 .4286 .4247
-0.0 .5000 .4960 .4920 .4880 .4840 .4801 .4761 .4721 .4681 .4641

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


z .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09
0.0 .5000 .5040 .5080 .5120 .5160 .5199 .5239 .5279 .5319 .5359
0.1 .5398 .5438 .5478 .5517 .5557 .5596 .5636 .5675 .5714 .5753
0.2 .5793 .5832 .5871 .5910 .5948 .5987 .6026 .6064 .6103 .6141
0.3 .6179 .6217 .6255 .6293 .6331 .6368 .6406 .6443 .6480 .6517
0.4 .6554 .6591 .6628 .6664 .6700 .6736 .6772 .6808 .6844 .6879
0.5 .6915 .6950 .6985 .7019 .7054 .7088 .7123 .7157 .7190 .7224
0.6 .7257 .7291 .7324 .7357 .7389 .7422 .7454 .7486 .7517 .7549
0.7 .7580 .7611 .7642 .7673 .7704 .7734 .7764 .7794 .7823 .7852
0.8 .7881 .7910 .7939 .7967 .7995 .8023 .8051 .8078 .8106 .8133
0.9 .8159 .8186 .8212 .8238 .8264 .8289 .8315 .8340 .8365 .8389
1.0 .8413 .8438 .8461 .8485 .8508 .8531 .8554 .8577 .8599 .8621
1.1 .8643 .8665 .8686 .8708 .8729 .8749 .8770 .8790 .8810 .8830
1.2 .8849 .8869 .8888 .8907 .8925 .8944 .8962 .8980 .8997 .9015
1.3 .9032 .9049 .9066 .9082 .9099 .9115 .9131 .9147 .9162 .9177
1.4 .9192 .9207 .9222 .9236 .9251 .9265 .9279 .9292 .9306 .9319
1.5 .9332 .9345 .9357 .9370 .9382 .9394 .9406 .9418 .9429 .9441
1.6 .9452 .9463 .9474 .9484 .9495 .9505 .9515 .9525 .9535 .9545
1.7 .9554 .9564 .9573 .9582 .9591 .9599 .9608 .9616 .9625 .9633
1.8 .9641 .9649 .9656 .9664 .9671 .9678 .9686 .9693 .9699 .9706
1.9 .9713 .9719 .9726 .9732 .9738 .9744 .9750 .9756 .9761 .9767
2.0 .9772 .9778 .9783 .9788 .9793 .9798 .9803 .9808 .9812 .9817
2.1 .9821 .9826 .9830 .9834 .9838 .9842 .9846 .9850 .9854 .9857
2.2 .9861 .9864 .9868 .9871 .9875 .9878 .9881 .9884 .9887 .9890
2.3 .9893 .9896 .9898 .9901 .9904 .9906 .9909 .9911 .9913 .9916
2.4 .9918 .9920 .9922 .9925 .9927 .9929 .9931 .9932 .9934 .9936
2.5 .9938 .9940 .9941 .9943 .9945 .9946 .9948 .9949 .9951 .9952
2.6 .9953 .9955 .9956 .9957 .9959 .9960 .9961 .9962 .9963 .9964
2.7 .9965 .9966 .9967 .9968 .9969 .9970 .9971 .9972 .9973 .9974
2.8 .9974 .9975 .9976 .9977 .9977 .9978 .9979 .9979 .9980 .9981
2.9 .9981 .9982 .9982 .9983 .9984 .9984 .9985 .9985 .9986 .9986
3.0 .9987 .9987 .9987 .9988 .9988 .9989 .9989 .9989 .9990 .9990
3.1 .9990 .9991 .9991 .9991 .9992 .9992 .9992 .9992 .9993 .9993
3.2 .9993 .9993 .9994 .9994 .9994 .9994 .9994 .9995 .9995 .9995
3.3 .9995 .9995 .9995 .9996 .9996 .9996 .9996 .9996 .9996 .9997
3.4 .9997 .9997 .9997 .9997 .9997 .9997 .9997 .9997 .9997 .9998

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Perhitungan Standar Deviasi item Infusion Set Adult

𝑛 𝑋𝑖 𝑋̅ 𝑋𝑖 − 𝑋̅ (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
1 5000 4891.67 108.33 11735.3889
2 5500 4891.67 608.33 370065.3889
3 4500 4891.67 -391.67 153405.3889
4 5000 4891.67 108.33 11735.3889
5 4500 4891.67 -391.67 153405.3889
6 5150 4891.67 258.33 66734.3889
7 4500 4891.67 -391.67 153405.3889
8 5000 4891.67 108.33 11735.3889
9 5000 4891.67 108.33 11735.3889
10 4700 4891.67 -191.67 36737.3889
11 4850 4891.67 -41.67 1736.3889
12 5000 4891.67 108.33 11735.3889
∑ 58700 994166.6668

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Perhitungan Standar Deviasi item Infusion Set Child

𝑛 𝑋𝑖 𝑋̅ 𝑋𝑖 − 𝑋̅ (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
1 2000 2808.33 -808.33 653397.3889
2 3500 2808.33 691.67 478407.3889
3 2500 2808.33 -308.33 95067.3889
4 3500 2808.33 691.67 478407.3889
5 3200 2808.33 391.67 153405.3889
6 3200 2808.33 391.67 153405.3889
7 2500 2808.33 -308.33 95067.3889
8 2000 2808.33 -808.33 653397.3889
9 3100 2808.33 291.67 85071.3889
10 2900 2808.33 91.67 8403.3889
11 2500 2808.33 -308.33 95067.3889
12 2800 2808.33 -8.33 69.3889
∑ 33700 2949166.667

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Perhitungan Standar Deviasi item IV Cath NP No. 18

𝑛 𝑋𝑖 𝑋̅ 𝑋𝑖 − 𝑋̅ (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
1 1000 1454.16 -454.16 206261.3056
2 1200 1454.16 -254.16 64597.3056
3 1300 1454.16 -154.16 23765.3056
4 2500 1454.16 1045.84 1093781.306
5 2000 1454.16 545.84 297941.3056
6 1050 1454.16 -404.16 163345.3056
7 1100 1454.16 -354.16 125429.3056
8 1400 1454.16 -54.16 2933.3056
9 1600 1454.16 145.84 21269.3056
10 1500 1454.16 45.84 2101.3056
11 1300 1454.16 -154.16 23765.3056
12 1500 1454.16 45.84 2101.3056
∑ 17450 2027291.667

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Perhitungan Standar Deviasi item IV Cath NP No. 20

𝑛 𝑋𝑖 𝑋̅ 𝑋𝑖 − 𝑋̅ (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
1 3000 2354.16 645.84 417109.3056
2 2050 2354.16 -304.16 92513.3056
3 2500 2354.16 145.84 21269.3056
4 2150 2354.16 -204.16 41681.3056
5 2500 2354.16 145.84 21269.3056
6 2050 2354.16 -304.16 92513.3056
7 3000 2354.16 645.84 417109.3056
8 2500 2354.16 145.84 21269.3056
9 2200 2354.16 -154.16 23765.3056
10 2000 2354.16 -354.16 125429.3056
11 2300 2354.16 -54.16 2933.3056
12 2500 2354.16 145.84 21269.3056
∑ 28250 1298131.667

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Perhitungan Standar Deviasi item IV Cath NP No. 22

𝑛 𝑋𝑖 𝑋̅ 𝑋𝑖 − 𝑋̅ (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
1 3000 2920.83 79.17 6267.8889
2 3000 2920.83 79.17 6267.8889
3 3000 2920.83 79.17 6267.8889
4 3000 2920.83 79.17 6267.8889
5 3500 2920.83 579.17 335437.8889
6 2550 2920.83 -370.83 137514.8889
7 3000 2920.83 79.17 6267.8889
8 2500 2920.83 -420.83 177097.8889
9 3100 2920.83 179.17 32101.8889
10 3300 2920.83 379.17 143769.8889
11 2900 2920.83 -20.83 433.8889
12 3200 2920.83 279.17 77935.8889
∑ 35050 935631.6668

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel Perhitungan Standar Deviasi item IV Cath NP No. 24

𝑛 𝑋𝑖 𝑋̅ 𝑋𝑖 − 𝑋̅ (𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
1 1700 1208.33 491.67 241739.3889
2 1500 1208.33 291.67 85071.3889
3 1400 1208.33 191.67 36737.3889
4 1000 1208.33 -208.33 43401.3889
5 1100 1208.33 -108.33 11735.3889
6 1000 1208.33 -208.33 43401.3889
7 1000 1208.33 -208.33 43401.3889
8 750 1208.33 -458.33 210066.3889
9 950 1208.33 -258.33 66734.3889
10 1500 1208.33 291.67 85071.3889
11 1200 1208.33 -8.33 69.3889
12 1400 1208.33 191.67 36737.3889
∑ 14500 904166.6668

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai