2 Selasa, 15/11/2023
3 Senin, 20/11/2023
4 Selasa, 28/11/2023
Gowa, 2023
Asisten
PENDAHULUAN
TEORI DASAR
Deformation of curved axis beams adalah suatu alat untuk menguji kekuatan
tekuk atau kekuatan beban yang dapat ditampung oleh balok yang berbentuk
melengkung ketika deformasi elastis terjadi. Alat ini banyak digunakan untuk
pengaplikasian pada benda-benda atau balok yang berbentuk melengkung.
Misalnya saja, pembuatan jembatan, penyangga pada bangunan, pembuatan dan
penyangga terowongan, pembuatan pipi gas dan banyak lagi.
Dalam teknik konstruksi, perbedaan dibuat antara balok dan lengkungan.
Sebuah lengkungan adalah struktur yang didukung statis tidak tentu dengan
sumbu melengkung dan dua pendukung tetap atau penjepit-penjepit. Dukungan
lengkungan (seperti lengkungan artikulasi ganda) menyerap gaya secara vertikal
dan horizontal. Ujung lengkungan dipendukung tidak bergerak. Ini menghasilkan
efek lengkung statis dari sistem. Dalam teknik mesin, kait deret dan kaitan rantai
adalah contoh khas dari balok yang melengkung.
2.2. Deformasi
Gaya (Force) didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan yang bekerja
pada sebuah benda yang dapat mengakibatkan perubahan gerak. Biasanya,
gaya mengakibatkan dua pengaruh, pertama menyebabkan sebuah benda
bergerak, dan kedua menyebabkan terjadinya deformasi pada benda.
Pengaruh pertama disebut juga pengaruh luar (external effect) dan yang kedua
disebut pengaruh dalam (internal effect). Pengertian deformasi pada logam.
Prinsip dasar pembentukan logam, metal forming adalah melakukan
perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya luar
sehingga terjadi deformasi plastik. Dengan gaya luar ini akan terjadi
perubahan bentuk benda kerja secara permanen.
Pembentukan umumnya bertujuan untuk mendapatkan suatu produk
logam yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Selain itu pembentukan
memungkinkan diperoleh sifat-sifat mekanik tertentu sesuai dengan yang
dibutuhkan atau yang dipersyaratkan.
Pembentukan logam selalu menggunakan perkakas yang berfungsi
sebagai pemberi gaya luar dan pengarah bentuk yang diinginkan. Perubahan
bentuk pada bahan/logam dapat dibedakan menjadi dua yaitu deformasi
elastis dan deformasi plastis. Deformasi dapat terjadi jika suatu benda atau
materi dikenai gaya (force). Deformasi terbagi menjadi dua jenis yaitu:
2.3. Defleksi
Defleksi atau perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan
netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu:
Gaya W meas
(N) (mm)
13 0,16
21 0,26
29 0,38
35 0,43
40 0,50
46 0,57
Keterangan
Wiro Fathur Aras Fikri Dhanu Alvian
P K 1= |0,623−0
0,623 |
,16
×100 %
¿ 74 , 3 %
F2 = 21
3 3
W 2=
2 . F 2 .r
E.I y ( π 1
− = )
( 2 ) ( 21 ) (150 ) 3 ,14
8 π ( 21× 10 4 ) ( 49 , 65 ) 8
−
1
(
3 ,14 )
8
1,4175× 10 (
¿ 7
0,074 )
1,042× 10
¿ 0,738 mm
P K 2= |0,738−0
0,738 |
,26
× 100 %
¿ 64 ,9 %
F3 = 29
3 3
W 3=
2 . F3 . r
E.I y ( π 1
− =
8 π )( 2 ) ( 29 ) ( 150 ) 3 ,14
( 21× 1 0 ) ( 49 , 65 ) 8
4
−
1
(
3 ,14 )
6
195 ,75 ×10 (
¿ 7
0,074 )
1,042 ×10
¿ 1,390 mm
P K 3= |1,390−0
1,390 |
,38
×100 %
¿ 72 , 6 %
F4 = 35
3 3
W 4=
2 . F4 . r
E .I y ( π 1
− =
8 π )
( 2 ) ( 35 ) ( 150 ) 3 ,14
( 21× 1 0 ) ( 49 , 65 ) 8
4
−
1
3 ,14 ( )
6
236 ,25 × 10 (
¿ 7
0,074 )
1,042× 10
¿ 1,677 mm
P K4= |1,677−0
1,677
, 43
|×100 %
¿ 74 , 3 %
F5 = 40
3 3
W 5=
2 . F5 . r
E.I y ( π 1
− =
8 π )( 2 ) ( 40 ) ( 150 ) 3 ,14
( 21× 1 0 ) ( 49 , 65 ) 8
4
−( 1
3 ,14 )
6
270 × 10 (
¿ 7
0,074 )
1,042× 10
¿ 1,917 mm
P K 5= |1,917−0
1,917 |
,30
×100 %
¿ 84 ,3 %
F6 = 46
3 3
W 6=
2 . F6 . r
E.I y ( π 1
− =
8 π )( 2 ) ( 46 )( 150 )
( 21 ×1 0 ) ( 49 ,65 )
4
3 , 14
8
−(3 ,
1
14 )
6
310 ,5 ×10 (
¿ 7
0,074 )
1,042×10
¿ 2,205 mm
P K 6= |2,205−0
2,205 |
,37
× 100 %
¿ 84 ,5 %
Keterangan
Wiro Fathur Aras Fikri Dhanu Alvian
4.1.4 Grafik dan Pembahasan
0,8
W (mm)
0,6 0,5
0,46
0,4
0,4 0,34
0,27
0,19 0,415
0,332 0,384
0,2 0,28
0,228
0,155
0
10 15 20 25 30 35 40 45
Gaya (F)
Praktik Teori
Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara Gaya (F) dan W
meas (mm) yang didapatkan dari hasil percobaan pada objek percobaan
circular beam, dimana pada saat praktikum gaya yang digunakan yaitu
sebesar 13 N, 21 N, 29 N, 35 N, 40 N, dan 46 N. Secara praktik saat
batang diberikan gaya maka akan terjadi deformasi vertikal (W) sesuai
dengan gaya yang diberikan, seperti pada gaya sebesar 13 N didapatkan
hasil deformasi batang adalah 0,16 mm. Pada gaya sebesar 21 N
didapatkan hasil 0,26 mm. Pada gaya sebesar 29 N didapatkan hasil
deformasi vertikal adalah 0,38 mm. Pada gaya sebesar 35 N didapatkan
hasil yaitu 0,43 mm. Pada gaya sebesar 40 N didapatkan hasil deformasi
sebesar 0,30 mm. Dan pada beban terakhir yaitu 46 N didapatkan hasil
deformasi sebesar 0,37 mm. Sedangkan secara teori beban atau gaya yang
digunakan itu sama tetapi hasil deformasi yang didaptkan berbeda, adapun
hasil deformasi yang didapatkan secara teori berturut- turut yaitu 0,62 mm,
0,73 mm, 1,39 mm, 1,67 mm, 1,91 mm, 2,20 mm. Adapun presentase
kesalahan yang didapatkan secara berturut-turut yaitu 74,3%, 64,9%,
72,6%, 74,3%, 84,3%, dan 84,5%.
Keterangan
Wiro Fathur Aras Fikri Dhanu Alvian
4.2.2. Pengolahan Data
Tebal Circular Beam (h) = 3 , 1 mm
Lebar Circular Beam (b) = 20 mm
Modulus Elastisitas ST37 ® = 21 ×1 04 N /m m2
Jari-jari ® = 150 mm
3
b h3 ( 20 ) (3 ,1 )
Momen Inersia ( I y ) = = = 49,65
12 12
Ku = 1,8
Kw = 1,45
P K 1= |64,033−0
64,033 |
, 95
×100 %
¿ 98 , 5 %
2 3
2 . F 1 .r ( 2 )( 12 ) ( 150 )
U 1= =
E .I y ( 2 ×104 ) ( 49 , 65 )
6
81× 10
¿ 5
9 , 93× 1 0
¿ 81,571 mm
P K 1= |81,571−1
81,571 |
, 73
× 100 %
¿ 97 , 8 %
F2 = 17
3 3
π . F 2 .r ( 3 , 14 )( 17 )( 150 )
W 2= =
2 . E . I y 2 ( 2× 104 ) ( 49 ,65 )
6
180,1575× 10
¿ 6
1,986 × 10
¿ 90,713 mm
P K 2= |90,713−1.60
90,713 |
× 100 %
¿ 98 , 2 %
2 3
2 . F 2 .r ( 2 )( 17 )( 150 )
U 2= =
E.I y ( 2 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
114 , 75 ×10
¿ 5
9 ,93 × 10
¿ 57,779 mm
P K 2= |57,779−2
57,779
, 28
|×100 %
¿ 96 %
F3 = 26
3 3
π . F 3 .r (3 , 14 )( 26 )( 150 )
W 3= =
2 . E . I y 2 ( 2 ×104 ) ( 49 , 65 )
8
2,755× 10
¿ 6
1,986× 10
¿ 138,721 mm
P K 3= |138,721−2
138,721 |
, 54
×100 %
¿ 98 , 1 %
2 3
2 . F3 . r ( 2 )( 26 )( 150 )
U 3= =
E.I y ( 2 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
1,755× 10
¿ 5
9 , 93× 10
¿ 1,767 mm
P K 3= |1,767−3
1,767 |
, 49
× 100 %
¿ 97 , 5 %
F4 = 31
3 3
π . F 4 .r ( 3 ,14 ) (31 )( 150 )
W 4= =
2 . E . I y 2 ( 2 ×104 ) ( 49 , 65 )
8
3,285× 10
¿ 6
1,986× 10
¿ 165,407 mm
P K4= |165,407−3
165,407 |
×100 %
¿ 98 , 1 %
2 3
2. F 4 . r ( 2 ) (31 )( 150 )
U 4= =
E. Iy ( 2 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
209 ,25 ×10
¿ 5
9 , 93× 10
¿ 210,725 mm
P K4= |210,725−4
210,725 |
, 07
× 100 %
¿ 98 %
F5 = 37
3 3
π . F 5 .r (3 , 14 )( 37 )( 150 )
W 5= =
2 . E . I y 2 ( 2 ×104 ) ( 49 , 65 )
8
3,921× 10
¿ 6
1,986× 10
¿ 197,432 mm
P K 5= |197,432−3
197,432 |
, 90
×100 %
¿ 98 %
2 3
2 . F5 . r ( 2 )( 37 )( 150 )
U 5= =
E.I y ( 2 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
249 ,75 ×10
¿ 5
9 , 93× 10
¿ 251 ,51 mm
P K 5= |251251
,51−4 ,81
,51 |×100 %
¿ 98 %
F6 = 41
3 3
π . F6 . r ( 3 ,14 ) ( 41 ) ( 150 )
W 6= =
2 . E . I y 2 ( 2 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
434 , 49× 10
¿ 6
1,986 ×10
¿ 218,776 mm
P K 6= |218,776−4
218,776
, 45
|× 100 %
¿ 97 , 7 %
2 3
2 . F6 . r ( 2 ) ( 41 ) ( 150 )
U6= =
E.I y ( 2 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
276 ,75 × 10
¿ 5
9 , 93× 10
¿ 278 , 7 mm
P K 6= |278278
, 7−5 ,37
,7 |×100 %
¿ 98 %
0.6 0.51
0.43 0.63
0.4
0.34 0.56 Praktik
0.21 0.47
0.4 Teori
0.2 0.31
0.19
0
17 27 35 41 49 55
Force (N)
4.
2.4 Grafik dan Pembahasan
Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara Gaya (F) dan W
meas (mm) atau deformasi secara vertikal yang didapatkan dari hasil
percobaan pada objek percobaan Semi-Circular Beam, dimana pada saat
praktikum gaya yang digunakan yaitu sebesar 12 N, 17 N, 26 N, 31 N, 37
N, dan 41 N. Secara praktik saat batang diberikan gaya maka akan terjadi
deformasi vertikal (W) sesuai dengan gaya yang diberikan, seperti pada
gaya sebesar 12 N didapatkan hasil deformasi batang adalah 0,95 mm.
Pada gaya sebesar 17 N didapatkan hasil 1,60 mm. Pada gaya sebesar 26
N didapatkan hasil deformasi vertikal adalah 2,54 mm. Pada gaya sebesar
31 N didapatkan hasil yaitu 3 mm. Pada gaya sebesar 37 N didapatkan
hasil deformasi sebesar 3,90 mm. Dan pada beban terakhir yaitu 41 N
3 2,644 3,3
2,98
2 1,616 2,4
1,94
1
0,87
0
5 10 15 20 25 30 35
Gaya (F)
Praktik Teori
Keterangan
Wiro Fathur Aras Fikri Dhanu Alvian
P K 1= |5,158−0
5,158 |
,9
×100 %
¿ 82 , 5 %
3 3
F1. r ( 14 ) (150 )
U 1= K u= ×1 , 80
2.E. I y 2 ( 21× 104 ) ( 49 ,65 )
7
4,725 ×10
¿ 7
× 1, 80
2,0853× 10
¿ 4,078 mm
P K 1= |4,078−0
4,078 |
, 37
× 100 %
¿ 90 , 9 %
F2 = 23
3 3
F2. r . π ( 23 ) ( 150 ) (3 ,14 )
W 2= = ×1 , 45
4 . E . I y 4 ( 21× 104 ) ( 49 ,65 )
6
112,556×10
¿ 7
×1 , 45
4,1706 × 10
¿ 3,913 mm
P K 2= |3,913−1
3,912 |
,9
×100 %
¿ 51 , 4 %
3 3
F2. r (23 )( 150 )
U 2= K u= ×1 , 80
2.E .I y 2 ( 21× 104 ) ( 49 ,65 )
7
7,762× 10
¿ 7
× 1, 80
2,0853× 10
¿ 6 , 7 mm
P K 2= |6 , 7−0
6 ,7
, 99
|×100 %
¿ 85 , 2 %
F3 = 29
3 3
F3. r . π ( 29 ) ( 150 ) ( 3 ,14 )
W 3= = ×1 , 45
4 . E . I y 4 ( 21× 104 ) ( 49 ,65 )
6
307,327 ×10
¿ 7
× 1 , 45
4,1706 ×10
¿ 10,684 mm
P K 3= |10,684−2
10,684
,55
|×100 %
¿ 76 , 1 %
3 3
F3. r ( 29 )( 150 )
U 3= K u= ×1 , 80
2. E.I y 2 ( 21 ×104 ) ( 49 , 65 )
6
97,875 ×10
¿ 7
× 1 ,80
2,0853 ×10
¿ 8,448 mm
P K 3= |8,448−1,
8,448 |
23
×100 %
¿ 84 , 4 %
F4 = 32
3 3
F4. r . π ( 32 ) ( 150 ) (3 , 14 )
W 4= = ×1 , 45
4 . E . I y 4 ( 21× 104 ) ( 49 ,65 )
6
339 ,12 ×10
¿ 7
×1 , 45
4,1706 × 10
¿ 11, 79 mm
P K4=|11 ,79−2
11, 79 |
, 95
×100 %
¿ 74 , 9 %
3 3
F4 . r ( 32 ) ( 150 )
U 4= K u= × 1 ,80
2. E . I y 2 ( 21 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
6
108× 10
¿ 7
× 1, 80
2,0853× 10
¿ 9,322 mm
P K4=|9,322−1
9,322 |
,35
×100 %
¿ 85 , 5 %
F5 = 36
3 3
F5. r . π ( 36 ) ( 150 ) ( 3 ,14 )
W 5= = ×1 , 45
4 . E . I y 4 ( 21× 104 ) ( 49 ,65 )
6
381, 51 ×10
¿ 7
× 1 , 45
4,1706 × 10
¿ 13,264 mm
|13,264−3
P K 5=
13,264 |
, 37
× 100 %
¿ 74 , 5 %
3 3
F5. r (36 ) (150 )
U 5= K u= ×1 , 80
2. E.I y 2 ( 21 ×104 ) ( 49 , 65 )
8
1,215× 10
¿ 7
× 1, 80
2,0853× 10
¿ 10,487 mm
P K 5= |10,487−1,
10,487 |
51
× 100 %
¿ 85 , 6 %
F6 = 42
3 3
F 5 .r . π ( 42 )( 150 ) ( 3 ,14 )
W 6= = ×1 , 45
4 . E . I y 4 ( 21 ×104 ) ( 49 , 65 )
6
445,095 ×10
¿ 7
×1 , 45
4,1706 ×10
¿ 15,474 mm
P K 6=|15,474−3
15,474 |
, 90
× 100 %
¿ 74 , 4 %
3 3
F6. r ( 42 ) ( 150 )
U6= Ku= ×1 , 80
2. E.I y 2 ( 21 ×10 4 ) ( 49 , 65 )
8
1,4175× 10
¿ 7
× 1, 80
2,0853× 10
¿ 12,235 mm
P K 6=|12,235−1,
12,235 |
73
×100 %
¿ 85 , 8 %
Keterangan
Wiro Fathur Aras Fikri Dhanu Alvian
4.3.4 Grafik dan Pembahasan
1,923 2,42
2 2,17
1,087 1,77
1 0,669
0,9
0,55
0
5 10 15 20 25 30 35 40
Gaya (F)
Praktik Teori
Grafik di atas merupakan grafik hubungan antara Gaya (F) dan W
meas (mm) atau deformasi secara vertikal yang didapatkan dari hasil
percobaan pada objek percobaan Quaadrant Beam, dimana pada saat
praktikum gaya yang digunakan yaitu sebesar 14 N, 23 N, 29 N, 32 N, 36
N, dan 42 N. Secara praktik saat batang diberikan gaya maka akan terjadi
deformasi vertikal (W) sesuai dengan gaya yang diberikan, seperti pada
gaya sebesar 14 N didapatkan hasil deformasi batang adalah 0,9 mm. Pada
gaya sebesar 23 N didapatkan hasil 1,9 mm. Pada gaya sebesar 29 N
didapatkan hasil deformasi vertikal adalah 2,55 mm. Pada gaya sebesar 32
N didapatkan hasil yaitu 2,95 mm. Pada gaya sebesar 36 N didapatkan
hasil deformasi sebesar 3,37 mm. Dan pada beban terakhir yaitu 42 N
didapatkan hasil deformasi sebesar 3,90 mm. Sedangkan secara teori
beban atau gaya yang digunakan itu sama tetapi hasil deformasi yang
didaptkan berbeda, adapun hasil deformasi yang didapatkan secara teori
berturut- turut yaitu 5,158 mm, 3,913 mm, 10,684 mm, 11,79 mm, 13,264
mm, 15,474 mm. Adapun presentase kesalahan yang didapatkan pada saat
percobaan secara berturut-turut yaitu 82,5%, 51,4%, 76,1%, 74,9%,
74,5%, dan 74,7%.
Grafik Hubungan F dan U Quadrant Beam
3
2,512
2,049
2 1,851
1,521
W (mm)
1,51
1 0,859 1,25
1,12
0,529 0,93
0,51
0,31
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Gaya (F)
Praktik Teori
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Perilaku lentur dari balok sumbu melengkung memiliki beberapa
persamaan dan perbedaan seperti pada balok melingkar, setengah
melingkar dan seperempat melingkar yang memiliki distribusi tegangan
dan regangan yang tidak homogen sepanjang deformasinya. Maka
menyatakan bahwa deformasi akan semakin besar terjad jika gaya atau
beban yang diberikan juga besar.
2. Prinsip kekuatan virtual (the force method) merupakan salah satu metode
dalam analisis struktural yang digunakan dalam menghitung deformasi
pada suatu material. Seperti mengetahui prinsip dasar, rumus deformasi,
penerapan dan lainnya.
3. Momen luasan kedua adalah sebuah parameter penting dalam analisis
struktur terutama untuk mengetahui kemampuan suatu material.
4. Dapat mengetahui perbandingan deformasi atau perubahan bentuk dari
suatu material secara praktik dan secara teori serta kita dapat mendapatkan
presentase kesalahan dari perbandingan deformasi yang dihitung dan
diukur.
5.2. Saran