TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sistem pelat lantai merupakan suatu struktur solid tiga dimensi dengan
bidang permukaan yang lurus, datar dan tebalnya lebih kecil daripada elemen
struktur lainnya. Struktur pelat dimodelkan dengan dengan elemen tiga
dimensi yang mempunyai panjang (b), lebar (a) dan tebal (t). Adapun fungsi
dari pelat lantai adalah menerima beban yang akan disalurkan ke elemen
struktur lainnya.
Berdasarkan perbandingan sisi panjang (b) dan sisi lebar (a), sistem pelat
lantai dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Sistem pelat satu arah (one way slab). Bila rasio panjang dengan
lebar Lx/Ly > 2,0 maka analisis dan desain pelat dilakukan dalam satu
arah yakni arah sisi lebar.
b. Sistem pelat dua arah (two way slab). Bila rasio panjang dengan lebar
1,0 ≤ Lx/Ly ≤ 2,0 maka analisis dan desain pelat dilakukan dalam dua
arah yakni arah panjang dan lebar (arah x dan y).
4
Karena yang menjadi objek penelitian adalah sistem pelat dua arah,
kajian pustaka selanjutnya akan terfokus pada hal-hal yang berhubungan
dengan pelat dua arah.
Berbeda dengan pelat satu arah, beban-beban yang bekerja pada pelat
dua arah akan ditransfer ke perletakan pelat dalam dua arah. Ada berbagai
jenis pelat dua arah diantaranya:
a. Pelat datar
Sistem pelat ini merupakan sistem pelat tanpa balok dan tanpa
penebalan di sekitar kolom. Kelebihan sistem pelat datar antara lain:
sistem bekisting (formwork) yang murah, sistem langit-langit dapat
dibuat terbuka dan proses pengerjaan yang cepat. Namun sistem ini
memiliki kekurangan dengan kapasitas geser yang rendah khususnya
di daerah sambungan kolom pelat. Selain itu, sistem pelat datar
memiliki kekakuan yang rendah sehingga defleksi akibat pemberian
beban menjadi cenderung besar.
b. Lantai datar
5
dan proses pengerjaan yang cepat. Kekurangan sistem ini terletak
pada harga formwork yang cukup mahal.
Sistem pelat ini merupak sitem pelat yang umum digunakan pada
bangunan gedung. Pelat tipe ini dapat digunakan untuk bentang yang
lebih besar namun butuh biaya yang tinggi dalam pelaksanaannya.
Defleksi yang dihasilkan juga relatif besar.
Pelat lantai komposit adalah sistem pelat lantai yang terdiri dari lembaran
tipis baja berprofil atau bergelombang yang dikombinasikan dengan
campuran beton. Perkembangan struktur komposit juga dimulai dengan
digunakannya dek baja gelombang, yang selain berfungsi sebagai bekisting
saat pelat beton dicetak, juga berfungsi sebagai tulangan positif bagi pelat
beton.
Seiring dengan perkembangan teknologi, mulai ditemukan pula pelat baja
gelombang yang digunakan dalam pembuatan struktur pelat komposit dan
terbuat dari bahan yang mempunyai tegangan tarik tinggi serta dilapisi bahan
anti karat. Pelat baja gelombang ini mempunyai dua macam fungsi yaitu
sebagai bekisting tetap dan sebagai penulangan positif satu arah pada lantai
beton bangunan gedung bertingkat. Arah gelombang (rib) dari plat baja ini
dapat diletakkan dalam arah tegak lurus atau sejajar terhadap balok. Namun
pada sistem pelat lantai komposit, umumnya arah rib diletakkan tegak lurus
terhadap balok lantai dan sejajar dengan arah balok induk.
Pada bagian pelat baja yang langsung berhubungan dengan beton,
terdapat suatu tonjolan (embossment) yang berfungsi untuk menahan slip.
Tonjolan ini memiliki peran penting untuk mempertahankan perilaku pelat
dalam memikul beban karena setelah terjadi slip, elemen struktur akan
kehilangan sifat kompositnya.
6
Gambar 2. Pelat Komposit
4. Wiremesh
Wiremesh atau besi anyam atau kawat baja las adalah besi yang
bentuknya menyerupai kawat yang dianyam menjadi lembaran. Material
wiremesh terbuat dari beberapa batang baja, logam atau aluminium dalam
jumlah banyak yang dihubungkan satu sama lain dengan las atau peralatan
lain sehingga berbentuk lembaran yang memungkinkan untuk digulung.
Bentuk besi anyam ini ada dua macam, berupa lembaran dengan ukuran
2,1 x 5,4 meter persegi dan berupa gulungan dengan ukuran lebar 2,1 meter
yang panjangnya mencapai 54 meter per gulung. Ukuran diameter wiremesh
yang paling kecil adalah 4 mm (M4) dan yang paling besar adalah 10 mm
(M10).
Dengan fungsi ganda yang dimiliki, wiremesh tidak hanya digunakan
sebagai tulangan untuk konstruksi jalan, kawat bronjong, penguat talud dan
tulangan untuk anak tangga tetapi juga digunakan sebagai tulangan untuk
pelat lantai karena memiliki kuat tarik yang relatif tinggi. Dalam penelitian ini,
wiremesh akan digunakan sebagai tulangan pembagi.
7
Gambar 3. Wiremesh
Jika sebuah benda diberi gaya tarik atau tekan, maka benda tersebut
akan meregang (berdeformasi memanjang atau memendek), Namun jika
suatu ketika gaya tersebut dihilangkan, maka benda tersebut akan kembali
seperti semula (seperti sebelum diberi gaya). Keadaan ini disebut sebagai
keadaan elastis, yaitu suatu keadaan dimana benda kembali dari bentuk
deformasinya ketika beban/gaya yang bekerja pada benda tersebut
dihilangkan.
Namun ada suatu keadaan dimana jika gaya atau beban yang bekerja
pada benda tersebut ditambah besarnya, benda tersebut tidak bisa kembali
ke bentuk semula atau kembali seperti sebelum benda tersebut
berdeformasi. Keadaan ini disebut sebagai keadaan Plastis atau Inelastis.
Pada kondisi awal dimana beban bekerja, perpanjangan (deformasi) akan
hilang jika beban dihilangkan. Tapi jika beban terus ditingkatkan sehingga
tegangan terus bertambah, maka pada suatu titik atau batas tertentu,
perpanjangannya tidak bisa hilang seluruhnya alias terjadi regangan
permanen. Titik dimana mulai terjadi perpanjangan (deformasi) secara
permanen adalah titik leleh, sedangkan regangan yang terjadi saat titik ini
terjadi disebut sebagai regangan leleh dan tegangan yang mengakibatkannya
disebut tegangan leleh.
8
Saat titik leleh ini tercapai, maka hubungan tegangan-regangan sudah
tidak linear lagi, perpanjangan (deformasi) dari benda sudah tidak elastis lagi,
tapi sudah plastis atau inelastis, jadi sedikit saja tegangannya dinaikan, maka
perpanjangan (deformasi) akan menjadi berkali-kali lipat jika dibandingkan
saat deformasinya masih elastis. Dan seandainya tegangan terus ditambah,
maka pada suatu titik tertentu perpanjangan (deformasi) akan mencapai
batasnya.
Titik saat deformasinya sudah mencapai batas disebut titik batas atau titik
ultimate. Dimana saat titik ini tercapai, deformasi benda sudah mencapai
puncaknya (tinggal menunggu saat untuk putus / runtuh saja), tidak ada
kenaikan tegangan yang berarti tapi deformasi (regangan) yang terjadi terus
bertambah, ini ditunjukan dengan garis kurva yang turun setelah titik batas
tercapai (lihat gambar atas), sehingga sampai suatu titik dimana deformasi
(regangan) sudah mencapai putus (runtuhnya). Titik dimana regangan sudah
mencapai runtuh (putus) disebut sebagai titik putus / runtuh, dan regangan
yang terjadi disebut sebagai regangan putus/runtuh.
Modulus Elastisitas
s
stres Titik Putus
atau
Titik Luluh
ngan
Tega
Daerah Linier
Regangan Maksimum
Kuat tekan beton: Kemampuan beton untuk menerima gaya tekan per
satuan luas dan dinyatakan dengan Mpa. Kuat tekan beton (f’c) dilakukan
9
dengan melakukan uji silinder beton dengan ukuran diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat pembebanan tertentu.
Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya ditempatkan dalam sebuah
ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan 100%.
c. Poisson’s Ratio
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam
arah lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan
longitudinal ini disebut sebagai Perbandingan Poisson (Poisson’s Ratio).
Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk
beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada
hubungan langsung antara nilai perbandingan ini dengan nilai-nilai,
seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat,
dan sebagainya.
10
d. Shrinkage pada beton
Shrinkage atau susut adalah perubahan volume yang tidak berhubungan
dengan beban atau berkurangnya volume elemen beton jika terjadi
kehilangan uap air karena penguapan. Proses susut pada beton akan
menimbulkan deformasi yang umumnya akan bersifat menambah
deformasi rangkak.
Metode ini terbatas pada sistem pelat yang dibebani merata dan ditumpu
kolom-kolom dengan spasi yang relatif sama. Metode ini menggunakan
koefisien-koefisien untuk menentukan momen rencana pada penampang
kritis sesuai dengan syarat-syarat SNI Beton Pasal 13.6. Jika tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut, pelat harus dianalisis dengan cara yang lebih akurat.
Beberapa batasan yang perlu diperhatikan dalam metode ini yaitu:
11
e. Beban hidup layan (tak terfaktor) dibatasi maksimum sebesar dua kali
beban mati layan.
2.
Metode Portal Ekuivalen (Equivalent Frame Method)
Dalam SNI Beton Pasal 13.7.2 dijelaskan bahwa pada metode portal
lentur (k), faktor carry over (COF), faktor distribusi (DF) dan momen ujung
12
13.7.2 hingga 13.7.6, dan semua penampang pelat dan komponen
diperhitungkan.
ekuivaken bahwa:
transversal bangunan.
13
- Setiap rangka terdiri dari sebaris kolom atau tumpuan dan lajur
sisi kolom.
14
jauh pada dua bentang berikutnya adalah terjepit selama pelat-
Pada kondisi beban berlebih, pelat lantai yang telah mencapai kapasitas
maksimum. Dengan lelehnya tulangan ini, bagian pelat tersebut akan beraksi
sebagai sendi atau garis plastis. Jika beban ditingkatkan, daerah sendi plastis
akan berotasi secara plastis dan momen yang timbul akibat penambahan
dinamakan garis leleh. Bila beban terus ditingkatkan, pada akhirnya garis-
garis leleh tersebut akan membentuk suatu mekanisme plastis di mana pelat
beban tambahan.
15
Bila mekanisme sudah terbentuk, pelat tidak dapat menerima beban
16
Gambar 5. Ilustrasi Tahapan Keruntuhan Pelat Dua Arah
1.Perhitungan Pembebanan
17
Gambar 6. Persyaratan Untuk Dek Baja Gelombang
18
profil baja yang diberikan shear connector dan tambahan 2b’ dari bagian
pelat betonnya, atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Untuk menahan pengaruh ungkitan, dek baja harus diangker pada unsur-
unsur penumpu dengan jarak angker tidak lebih dari 450 mm. Jenis angker
yang boleh digunakan dapat berupa penghubung geser jenis paku, kombinasi
penghubung geser jenis paku dengan las titik, tau jenis lainnya yang
ditentukan oleh perencana.
19
8. Tahapan Perhitungan Tulangan Dek Baja
20