Naskah Publikasi
diajukan oleh :
Fahcrudin Setiawan
NIM : D 100 020 102
NIRM : 02 6 106 03010 50102
kepada
diajukan oleh :
Fahcrudin Setiawan
NIM : D 100 020 102
NIRM : 02 6 106 03010 50102
Fahcrudin Setiawan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jln. A. Yani Pabelan Kartasura, Tromol Pos 1 Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417 - 719483
ABSTRAK
Pelat lantai merupakan bagian struktur yang terpasang mendatar dan umumnya
mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan
panjang bentangnya sehingga sifat kaku dari pelat sangat kurang. Kekakuan ini akan
mengakibatkan lendutan yang besar. Lendutan yang besar ini dapat dicegah dengan
memanfaatkan sistem kisi-kisi (grid structure) yang secara umum dikenal dengan struktur
grid. Struktur grid ini menggunakan bahan dari konstruksi beton bertulang dengan
ketebalan pelat yang tipis dan memakai tulangan yang lebih hemat. Tulangan yang
digunakan kawat baja las (wire mesh) dengan diameter 5,2 mm dan jarak spasi 150 mm.
Tulangan baja jenis ini mempunyai kuat tarik yang relatif tinggi, bentuknya yang seperti
jala memudahkan untuk dipasang, harganya relatif murah dan ringan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kapasitas lentur, untuk mengetahui beban hidup dan untuk
mengetahui besarnya lendutan pada ketiga pelat lantai beton grid dengan tulangan wire
mesh. Ukuran dimensi untuk benda uji silinder beton diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 3 benda uji, sedangkan untuk benda uji pelat beton normal berukuran 100 x 50
x 8 cm3, pelat beton grid A berukuran 100 x 50 x 8 cm3 (tebal/lebar balok grid = 3 cm),
pelat beton grid B berukuran 100 x 50 x 8 cm3 (tebal/lebar balok grid = 4 cm), dan pelat
beton grid C 100 x 50 x 8 cm3 (tebal/lebar balok grid = 5 cm). Mix design menggunakan
metode SK SNI T-15-1990-03 dengan fas 0,5. Setiap variasi dibuat 3 benda uji, sehingga
jumlah total ada 12 benda uji. Pengujian dilakukan ketika benda uji berumur 28 hari.
Momen kapasitas lentur rata – rata pengujian laboratorium pada pelat beton dengan
variasi bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
3,845 kNm ; 3,662 kNm ; 3,892 kNm ; 3,826 kNm. Momen kapasitas lentur rata – rata
analisis teoritis pada pelat beton dengan variasi bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah 2,956 kNm ; 2,331 kNm ; 2,339 kNm ; 2,345
kNm. Persentase selisih momen kapasitas lentur hasil uji laboratorium dan analisis untuk
pelat beton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C berturut-
turut adalah 23,06% ; 21,38% ; 25,88% ; 24,26%. Beban hidup maksimal pengujian
(qL,pengujian) rata - rata pelat beton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ;
pelat grid C berturut – turut adalah 20,7 kN/m2 ; 19,9 kN/m2 ; 21,2 kN/m2 ; 20,7 kN/m2.
Hasil beban hidup maksimal pengujian (qL,pengujian) lebih besar dari beban hidup maksimal
untuk bangunan kantor (qL,teoritis = 2,5 kN/m2). Persentase selisih lendutan maksimum rata
– rata hasil uji laboratorium dan analisis untuk pelat beton dengan variasi bentuk pelat
normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah 93,07% ; 88,49% ;
90,61% ; 87,55%. Nilai dari perbandingan beban hidup maksimal pengujian (qL,pengujian)
pelat grid yang lebih besar dari beban hidup maksimal teoritis (qL,teoritis) menandakan pelat
grid dengan tulangan kawat baja las (wire mesh) diameter 5,2 mm dapat
direkomendasikan sebagai alternatif untuk pelat lantai beton.
1
2
Tabel 1. (lanjutan)
POTONGAN B-B
POTONGAN B-B SKALA 1:100
SKALA 1:100
(a). Dihitung luas transformasi sayap (c). Dihitung tinggi blok tegangan beton
(Af) dan momen kapasitas sayap tekan persegi ekuivalen a dengan
(Mkf) syarat : a ≤ amaks,
maks,leleh
0,85 f c 'h f b e b A s A f f kap
Af ....... (13a) a ....................... (15a)
f kap bd
M kf A f f kap d h f /2 .......... (13b) 600 β 1 d d
a maks,leleh ................ (15b)
(b). Dihitung rasio tulangan (ρ1) , dengan 600 f y
syarat ρ1 harus ≤ ρmaks Jika a > amaks.leleh
leleh , maka ukuran pelat
As Af kurang besar.
ρ1 .............................. (14a) (d). Dihitung momen kapasitas lentur
be d
pelat (Mkap)
M kc 0,85 f c 'a b d a/2 .... (16a)
ρ maks 0,75 ρ b M kf A f f kap d h f /2 ......... (16b)
382,5 β1 f c ' ....... (14b) M kap M kc M kf ....................... (16c)
100%
600 f y f y
Jika ρ1 > ρmaks , maka ukuran pelat kurang
besar.
Load Gauge
350
0 50
300 100
250 150
200
Kerangka alat
uji lentur
Pompa Hidrolik
L
5 cm 90 cm 5 cm
Gambar 3. Skema pengujian kuat lentur pelat beton
n s ............................................. (17a) 2
Ec A g2 y a 1
2 h1
2
A g b h ........................................ (17b) A g3 y a h 2 2 h 1
A t A g (n 1) A s ..................... (17c) (n 1) A s e 2 .................... (19b)
d). Lendutan yang terjadi pada tengah bentang
b). Σ momen terhadap tepi atas = 0, diperoleh :
yb, ya, dan e : q U 1,2 q D 1,6 q L .................... (20a)
A g 12 h (n - 1) A s d 5 L4 1 L3
ya ...... (18a) Z qU P .. (20b)
At 384 E c I t 48 E c I t
y b h - y a ........................................ (18b) dengan Z adalah lendutan (mm), qU adalah
beban perlu (N/mm), qD adalah beban mati
e y b - d s ...................................... `(18c) pelat beton (N/mm), qL adalah beban hidup
c). Dihitung momen inersia transformasi minimum untuk bangunan kantor sebesar
pelat: 2,5 kN/m2, P adalah beban terpusat
1). Momen inersia transformasi untuk maksimum (N).
penampang pelat normal. Gambar
ya e
d
yb h
ds
b
b3
ya III h2
I II II h1
yb
e
b1 b2
Gambar 7. Potongan penampang pelat beton grid
4. Tahap IV : Pengujian benda uji pada kisaran antara 2,5 – 2,7 gr/cm3 (SNI-T-
5. Tahap V : Analisis dan pembahasan 15-1990-03). Penyerapan air sebesar 3,061 %,
sehingga kerikil memenuhi persyaratan karena
HASIL PENELITIAN DAN memiliki nilai absorbsi > 5 % (SNI
PEMBAHASAN 1969:2008).
2b). Gradasi agregat kasar (kerikil).
Pengujian Bahan Diperoleh modulus halus butir 6,69. Menurut
1. Pengujian agregat halus (pasir) SK SNI S-04-1989 F, modulus halus butir
1a). Kandungan bahan organik. Hasil untuk agregat kasar yang digunakan sebagai
pemeriksaan bahan organik pada pasir adalah campuran beton yaitu 6 – 7,10 sehingga
kuning kecoklatan, dan menurut Hellige agregat telah memenuhi syarat mutu untuk
Tester sesuai dengan nomor 11 (kuning campuran beton.
kecokelatan). Hal ini menunjukkan bahwa 2c). Pengujian keausan agregat kasar
pasir memiliki kandungan zat organik yang (kerikil). Hasil pengujian keausan batu pecah
sangat sedikit, sehingga pasir dapat digunakan dari Wonogiri 26,4 %. Menurut SK SNI S-04-
sebagai campuran beton. 1989 F, keausan agregat kasar tidak boleh
1b). Kadar lumpur pada pasir. Kadar lebih dari 40 % untuk kekuatan beton di atas
lumpur pada pasir diperoleh 2,04 % dari pasir, 20 MPa, sehingga agregat telah memenuhi
sehingga tampak bahwa pasir mempunyai syarat mutu untuk campuran beton.
kadar lumpur kurang dari 5% dan memenuhi
persyaratan sebagai campuran beton (SK SNI Pengujian Slump
S-04-1989 F). Dari pengujian slump diperoleh rata-rata
1c). Saturated Surface Dry. Pada nilai slump pelat beton diantara 7,5 – 15 cm
pengujian ini diperoleh penurunan pasir rata- sehingga nilai slump telah memenuhi syarat
rata sebesar 3,63 cm berarti mendekati pekerjaan pelat beton (Tjokrodimuljo, 1996).
setengah tinggi kerucut (3,5 cm), pasir telah
mencapai kondisi SSD sehingga tidak perlu Pengujian Berat Jenis Beton
diangin-anginkan. Data hasil pengujian, diperoleh berat
1d). Specific gravity dan absorbsi pasir. jenis rata-rata untuk silinder beton yaitu 2,308
Nilai serapan air sebesar 2,041 %, sehingga gram/cm3, dan pelat beton dengan variasi
pasir telah memenuhi persyaratan karena pelat normal, pelat grid A; pelat grid B; pelat
memiliki nilai absorbsi < 5% (SNI grid C berturut – turut adalah yaitu 2,348
1970:2008). Untuk pemeriksaan berat jenis gram/cm3 ; 2,524 gram/cm3; 2,365 gram/cm3 ;
diperoleh hasil sebesar 2,632 gr/cm3, dapat 2,571 gram/cm3.
disimpulkan bahwa pasir dalam pengujian
termasuk agregat normal karena berat jenisnya Kuat Tekan Beton
berada pada kisaran antara 2,5 – 2,7 gr/cm3 Diperoleh nilai kuat tekan (fc’) rata-rata
(SNI-T-15-1990-03). silinder beton sebesar 25,559 MPa. Nilai kuat
1e). Gradasi pasir. Diperoleh modulus tekan (fc’) rencana dengan kuat tekan hasil
halus butir sebesar 3,04. Menurut SK SNI S- benda uji silinder beton berbeda dipengaruhi
04-1989 F, modulus halus butir agregat halus faktor cara pengerjaan yaitu saat pengadukan
antara 1,5 sampai 3,8 sehingga agregat halus campuran beton maupun pemadatan dalam
(pasir) telah memenuhi syarat mutu untuk cetakan silinder.
campuran beton.
2. Pengujian agregat kasar (kerikil) Kapasitas Lentur Pelat Beton
2a). Specific gravity dan absorbsi 1. Hasil pengujian
agregat kasar (kerikil). Diperoleh besar nilai Pengujian kuat lentur pelat beton
berat jenis 2,603 gr/cm3 dalam kondisi SSD dilakukan setelah benda uji pelat beton
berarti agregat kasar memenuhi syarat sebagai berumur 28 hari. Hasil pengujian dapat dilihat
agregat normal karena berat jenisnya berada pada Tabel 2. Gambar pengujian kuat lentur
pelat dapat dilihat pada Gambar 8.
9
Dari Tabel 2. di bawah hasil pengujian Berdasar hasil pengujian dan hasil
kuat lentur rata - rata pelat normal diperoleh analisis teoritis di atas terdapat perbedaan
momen maksimum lentur rata - rata yaitu selisih nilai momen kapasitas lentur pelat
3,845 kNm. Untuk momen maksimum lentur beton di antara keduanya, maka dari itu perlu
rata - rata pelat beton hasil pengujian dengan dicari selisih nilai dan persentase hasil
variasi pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C pengujian dengan hasil analisis teoritisnya.
berturut – turut adalah 3,662 kNm ; 3,892 Hasil selisih pengujian dan analisis pelat
kNm; 3,826 kNm. beton dengan variasi pelat beton normal; pelat
2. Hasil analisis teoritis beton grid A; pelat beton grid B; pelat beton
2a). Hasil analisis teoritis pelat beton grid C dapat dilihat pada Tabel 5.
normal. Hasil analisis teoritis momen Dari Tabel 5. di bawah didapat selisih
kapasitas lentur pelat beton normal dapat hasil pengujian dan analisis untuk pelat beton
dilihat pada Tabel 3. dengan variasi pelat normal; pelat grid A;
2b). Hasil analisis teoritis pelat beton pelat grid B; pelat grid C berturut – turut
grid. Analisis teoritis dengan cara perhitungan adalah 23,063 % ; 21,38 % ; 25,88 % ; 24,26
balok “T”. Hasil analisis teoritis momen %. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di
kapasitas lentur pelat beton dengan benda uji atas terdapat perbedaan selisih nilai momen
pelat beton grid A; pelat beton grid B; pelat kapasitas lentur pelat diantara keduanya.
beton grid C dapat dilihat pada Tabel 4. Momen kapasitas lentur hasil pengujian lebih
3. Selisih hasil pengujian dan analisis besar dari pada hasil analisis.
Variasi q
Pmaks lentur pelat beton maksimum
(Z)
Benda L b t W
lentur rata-
Uji W/1000 1/4*P*L+1/8*q*L2
rata
kN mm mm mm mm N N/mm kNm kNm
16 8,96 940 0,940 3,695
Pelat
17 7,77 940 0,940 3,920 3,845
Normal
17 8,46 937 0,937 3,920
17 11,85 611 0,611 3,887
Pelat
15 9,29 623 0,623 3,438 3,662
Grid A
16 9,58 617 0,617 3,662
900 500 80
17 11,69 660 0,660 3,891
Pelat
17 11,43 670 0,670 3,893 3,892
Grid B
17 11,75 662 0,662 3,892
17 7,86 755 0,755 3,901
Pelat
16 7,79 750 0,750 3,676 3,826
Grid C
17 7,82 747 0,747 3,901
Tabel 3. Hasil analisis teoritis momen kapasitas lentur pelat beton normal
Luas tulangan
Kuat
Kuat Tinggi Momen
Diameter
tulangan
tarik Panjang
Tarik
Tinggi
efektif
(As)
putus b lengan
(d)
Tabel 4. Hasil analisis teoritis momen kapasitas lentur pelat beton grid
Luas tulangan
Tinggi Momen
Tinggi efektif
Kuat Tekan Lebar kapasitas
Diameter
tulangan
Tegangan kapasitas
(fkap)
Beton
tarik
(As)
pelat lentur
Baja
(fc’)
Variasi
(Ø)
Pelat lentur
(d)
Benda efektif tiap
Beton pelat
Uji (be) bagian
(a) (Mkap)
(Mkap)
MPa MPa mm mm mm2 mm mm kNm kNm
52,5 11,24 0,697
Pelat 125 4,72 0,739
Grid A 125 4,72 0,739 2,872
52,5 11,24 0,697
57,5 10,26 0,703
Pelat 125 4,72 0,739
25,559 603,706 60 5,2 21,237
Grid B 125 4,72 0,739 2,885
57,5 10,26 0,703
62,5 9,44 0,709
Pelat 125 4,72 0,739
Grid C 125 4,72 0,739 2,895
62,5 9,44 0,709
Prosentase
Variasi Hasil uji Hasil hitungan Prosentase
Selisih hasil selisih rata-
Benda Uji laboratorium analisis selisih
rata
(kNm) (kNm) (kN.m) (%) (%)
3,695 2,956 0,74 20,00
Pelat Normal 3,920 2,956 0,96 24,60 23,06
3,920 2,956 0,96 24,59
3,887 2,872 1,01 26,10
Pelat Grid A 3,438 2,872 0,57 16,45 21,38
3,662 2,872 0,79 21,57
3,892 2,885 1,01 25,87
Pelat Grid B 3,893 2,885 1,01 25,89 25,88
3,892 2,885 1,01 25,88
3,901 2,895 1,01 25,79
Pelat Grid C 3,676 2,895 0,78 21,23 24,26
3,901 2,895 1,01 25,77
Hasil pengujian momen kapasitas lentur yaitu dengan semakin bertambahnya beban
pelat beton berdasarkan hubungan momen maka lendutan juga semakin bertambah.
kapasitas lentur dengan lendutan dapat dilihat Hasil pengujian momen kapasitas lentur
pada Gambar 9. pelat beton berdasarkan hubungan beban
terpusat ( P ) dengan lendutan rata – rata ( Z )
Dari Gambar 9. di bawah dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 10.
hubungan momen kapasitas lentur benda uji Dari Gambar 10. di bawah dapat dilihat
dengan lendutan pelat beton. Gambar di hubungan beban terpusat (P) benda uji dengan
bawah menunjukkan perbandingan searah
11
Perhitungan Lendutan Maksimum beban, yaitu beban terpusat P (oleh benda uji)
1. Hasil pengujian dan beban terbagi rata q (oleh berat sendiri).
Hasil analisis teoritis lendutan maksimum
Lendutan maksimum didapat dari pelat beton dapat dilihat pada Tabel 8.
pengujian kuat lentur pelat beton, dengan
menempatkan dial alat pencatat lendutan (dial Dari Tabel 8. di bawah hasil analisis
gauge) di atas benda uji pelat beton. Setiap teoritis lendutan untuk pelat beton dengan
penambahan beban 1 kN terjadi lendutan variasi pelat normal adalah 0,58 mm. Untuk
dengan satuan 1/100 mm. Mencatat setiap hasil analisis teoritis lendutan maksimum
lendutan yang terjadi sampai beban maksimal pelat beton dengan variasi pelat grid A; pelat
yang mampu ditahan benda uji. Hasil grid B; pelat grid C berturut – turut adalah
pengujian lendutan maksimum dapat dilihat 1,17 mm ; 1,09 mm ; 0,98 mm.
pada Tabel 7. 3. Selisih hasil pengujian dan analisis
Dari Tabel 7. di bawah hasil pengujian teoritis
lendutan maksimum untuk pelat beton dengan
Berdasar hasil uji pengujian dan hasil
variasi pelat beton normal adalah 8,397 mm.
analisis teoritis di atas terdapat perbedaan
Untuk hasil pengujian lendutan maksimum
selisih nilai lendutan pelat beton di antara
pelat beton dengan variasi pelat beton grid A;
keduanya, maka dari itu perlu dicari selisih
pelat beton grid B; pelat beton grid C berturut
nilai dan persentase hasil pengujian dengan
– turut adalah 10,24 mm ; 11,623 mm ; 7,823
hasil analisis teoritisnya. Hasil selisih
mm.
pengujian dan analisis pelat beton dengan
2. Hasil analisis teoritis variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid
Pada perhitungan teoritis lendutan B ; pelat grid C dapat dilihat pada Tabel 9.
maksimum pelat beton, diperhitungkan 2 jenis
Dari Tabel 9. di atas diperoleh selisih pengujian laboratorium lebih besar dari pada
hasil pengujian dan analisis untuk pelat beton hasil analisis.
dengan variasi pelat normal; pelat grid A;
KESIMPULAN DAN SARAN
pelat grid B; pelat grid C berturut – turut
adalah 93,07 % ; 88,49 % ; 90,61 % ; 87,55
Kesimpulan
%. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di
Setelah diadakan tahap pembuatan benda
atas terdapat perbedaan selisih nilai lendutan
uji, perawatan benda uji, pengujian kuat lentur
pelat diantara keduanya. Lendutan hasil
pelat beton pada umur 28 hari dengan
15
menggunakan tulangan kawat baja las (wire maksimal pengujian (qL,pengujian) lebih
mesh), serta analisis yang telah dilakukan, besar dari beban hidup maksimal untuk
akhirnya penelitian ini dapat diambil bangunan kantor (qL,teoritis = 2,5 kN/m2).
kesimpulan sebagai berikut : 7. Lendutan maksimum rata – rata pengujian
laboratorium dengan variasi bentuk pelat
1. Kuat tekan rata – rata silinder beton untuk
normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat
fas 0,5 dengan umur 28 hari adalah 25,559
grid C berturut-turut adalah 8,397 mm ;
MPa.
10,24 mm ; 11,623 mm ; 7,823 mm. Pelat
2. Beban terpusat maksimum rata – rata
grid B mempunyai lendutan yang lebih
yang dapat ditahan pelat beton dengan
besar yaitu 11,623 mm dari pada pelat
variasi bentuk pelat normal ; pelat grid A ;
normal atau dengan pelat grid A atau
pelat grid B ; pelat grid C berturut-turut
dengan pelat grid C.
adalah 16,67 kN ; 16 kN ; 17 kN ; 16,67
kN. Pelat grid B dapat menahan beban
8. Lendutan maksimum rata – rata analisis
teoritis dengan variasi bentuk pelat normal
terpusat yang lebih besar yaitu 17 kN dari
; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C
pada pelat normal atau dengan pelat grid
berturut-turut adalah 0,57 mm ; 1,14 mm ;
A dan pelat grid C.
1,07 mm ; 0,95 mm. Pelat grid A
3. Momen kapasitas lentur rata – rata
mempunyai lendutan yang lebih besar
pengujian laboratorium pada pelat beton
yaitu 1,14 mm dari pada pelat normal atau
dengan variasi bentuk pelat normal ; pelat
dengan pelat grid B atau dengan pelat grid
grid A ; pelat grid B ; pelat grid C
C.
berturut-turut adalah 3,845 kNm ; 3,662
kNm ; 3,892 kNm ; 3,826 kNm. Hasil
9. Persentase selisih lendutan maksimum
rata – rata hasil uji laboratorium dan
laboratorium menunjukkan pelat grid B
analisis untuk pelat beton dengan variasi
mempunyai momen kapasitas lentur yang
bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
lebih besar yaitu 3,892 kNm dari pada
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
pelat normal, pelat grid A dan pelat grid
93,23 % ; 88,77 % ; 90,82 % ; 87,84 %.
C.
10. Nilai dari perbandingan beban hidup
4. Momen kapasitas lentur rata – rata analisis
maksimal pengujian (qL,pengujian) pelat
teoritis pada pelat beton dengan variasi
beton normal dan pelat beton grid yang
bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
lebih besar dari beban hidup maksimal
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
teoritis (qL,teoritis) menandakan pelat beton
2,956 kNm; 2,872 kNm ; 2,885 kNm ;
normal dan pelat beton grid dengan
2,895 kNm. Hasil analisis menunjukkan
tulangan wire mesh diameter 5,2 mm
pelat normal mempunyai momen
dapat direkomendasikan sebagai alternatif
kapasitas lentur yang lebih besar yaitu
untuk pelat lantai beton sesuai dengan
2,956 kNm dari pada pelat grid A, pelat
standar SNI.
grid B, dan pelat grid C.
5. Persentase selisih momen kapasitas lentur
Saran
rata – rata hasil uji laboratorium dan
Berdasarkan pengamatan selama
analisis untuk pelat beton dengan variasi
pelaksanaan penelitian, maka peneliti
bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
memberikan saran sebagai berikut :
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
23,06 ; 21,38 % ; 25,88 % ; 24,26 %.
mengenai pelat beton dengan
6. Beban hidup maksimal pengujian menggunakan tulangan kawat baja las
(qL,pengujian) rata- rata pelat beton dengan (wire mesh) dengan bahan baku lainnya,
variasi pelat beton normal ; pelat grid A ; agar diperoleh pelat beton dengan volume
pelat grid B ; pelat grid C berturut – turut ringan dan mempunyai kekuatan yang
adalah 20,7 kN/m2 ; 19,9 kN/m2 ; 21,2 besar untuk menahan beban yang
kN/m2 ; 20,7 kN/m2. Hasil beban hidup dipikulnya.
16
2. Dalam penggunaan kawat baja las untuk Kasar, SNI 1969:2008, Badan
penelitian pelat beton, perlu dilakukan Standarisasi Nasional, Jakarta.
pengukuran diameter kawat baja las (wire Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Cara
mesh) yang lebih teliti untuk keperluan Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
hitungan analisis momen lentur pelat beton Halus, SNI 1970:2008, Badan
itu sendiri. Standarisasi Nasional, Jakarta.
3. Perlu dicoba lakukan penelitian lanjutan Dipohusodo, I., 1994, Struktur Beton
dengan menggunakan kawat baja las (wire Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-
mesh) dengan diameter lebih besar supaya 1991-03 Departemen Pekerjaan Umum
didapatkan perbandingan yang tepat dan RI, PT. Gramedia Pustaka Utama,
ekonomis. Jakarta.
4. Dalam penelitian ini, pembuatan begesting Endarto, Y., 2008, Penggunaan Kawat Baja
menggunakan kayu randu dan sterofoam. Las (Wire Mesh) Sebagai Penulangan
Untuk pengembangan penelitian Lantai Beton Tipis, Tugas Akhir, Jurusan
selanjutnya dapat menggunakan pelat baja Teknik Sipil, Universitas
permanen supaya diperoleh hasil cetakan Muhammadiyah Surakarta.
pelat beton yang sesuai dengan yang Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Penerbit
direncanakan dan didapatkan permukaan Andi, Yogyakarta.
yang rata di setiap bagian. Puspantoro, Ing. B., 1993, Teori Dan Analisis
Balok Grid, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA PT Union Metal, 2013. Union Wire Mesh,
www.unionmetal.co.id.
Asroni, A., 2007, Balok dan Pelat Beton Schodek, D.L., (Terjemahan Bambang
Bertulang, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Suryoatmono)., 1999. Struktur, Erlangga,
Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Surakarta, Surakarta. Subakti, A. 1995. Teknologi Beton Dalam
Asroni, A., 2009, Struktur Beton Lanjut, Praktek. FTSP, ITS, Surabaya.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Sutiyono, A., 2008, Tinjauan Kuat Lentur
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Plat Lantai Menggunakan Tulangan
Surakarta. Wire Mesh Dengan Penambahan
Asroni, A., 2010, Kolom Fondasi dan Balok T Polyvinil Acetat, Tugas Akhir, Jurusan
Beton Bertulang, Graha Ilmu, Teknik Sipil, Universitas
Yogyakarta. Muhammadiyah Surakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1982, Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton,
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Nafiri. Yogyakarta.
Indonesia (PUBI 1982), Direktorat .
Penyelidikan Masalah Bangunan, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1989.
Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
Logam), SK SNI S – 04 – 1989 – F,
Yayasan LPMB, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal, SK SNI T-15-1990-03,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Cara
Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
17