Anda di halaman 1dari 19

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID

DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat sarjana S- 1 Teknik Sipil

diajukan oleh :

Fahcrudin Setiawan
NIM : D 100 020 102
NIRM : 02 6 106 03010 50102

kepada

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN

Naskah Publikasi Ilmiah


Tugas Akhir

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID


DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

diajukan oleh :

Fahcrudin Setiawan
NIM : D 100 020 102
NIRM : 02 6 106 03010 50102

Naskah publikasi ilmiah ini di setujui dan layak untuk dipublikasikan


untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Surakarta, 24 Juli 2013


Disetujui oleh :
Pembimbing Utama

Ir. H. Aliem Sudjatmiko, M.T.


NIP : 131 683 033
KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID
DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

Fahcrudin Setiawan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jln. A. Yani Pabelan Kartasura, Tromol Pos 1 Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417 - 719483

ABSTRAK

Pelat lantai merupakan bagian struktur yang terpasang mendatar dan umumnya
mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan
panjang bentangnya sehingga sifat kaku dari pelat sangat kurang. Kekakuan ini akan
mengakibatkan lendutan yang besar. Lendutan yang besar ini dapat dicegah dengan
memanfaatkan sistem kisi-kisi (grid structure) yang secara umum dikenal dengan struktur
grid. Struktur grid ini menggunakan bahan dari konstruksi beton bertulang dengan
ketebalan pelat yang tipis dan memakai tulangan yang lebih hemat. Tulangan yang
digunakan kawat baja las (wire mesh) dengan diameter 5,2 mm dan jarak spasi 150 mm.
Tulangan baja jenis ini mempunyai kuat tarik yang relatif tinggi, bentuknya yang seperti
jala memudahkan untuk dipasang, harganya relatif murah dan ringan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kapasitas lentur, untuk mengetahui beban hidup dan untuk
mengetahui besarnya lendutan pada ketiga pelat lantai beton grid dengan tulangan wire
mesh. Ukuran dimensi untuk benda uji silinder beton diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 3 benda uji, sedangkan untuk benda uji pelat beton normal berukuran 100 x 50
x 8 cm3, pelat beton grid A berukuran 100 x 50 x 8 cm3 (tebal/lebar balok grid = 3 cm),
pelat beton grid B berukuran 100 x 50 x 8 cm3 (tebal/lebar balok grid = 4 cm), dan pelat
beton grid C 100 x 50 x 8 cm3 (tebal/lebar balok grid = 5 cm). Mix design menggunakan
metode SK SNI T-15-1990-03 dengan fas 0,5. Setiap variasi dibuat 3 benda uji, sehingga
jumlah total ada 12 benda uji. Pengujian dilakukan ketika benda uji berumur 28 hari.
Momen kapasitas lentur rata – rata pengujian laboratorium pada pelat beton dengan
variasi bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
3,845 kNm ; 3,662 kNm ; 3,892 kNm ; 3,826 kNm. Momen kapasitas lentur rata – rata
analisis teoritis pada pelat beton dengan variasi bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah 2,956 kNm ; 2,331 kNm ; 2,339 kNm ; 2,345
kNm. Persentase selisih momen kapasitas lentur hasil uji laboratorium dan analisis untuk
pelat beton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C berturut-
turut adalah 23,06% ; 21,38% ; 25,88% ; 24,26%. Beban hidup maksimal pengujian
(qL,pengujian) rata - rata pelat beton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ;
pelat grid C berturut – turut adalah 20,7 kN/m2 ; 19,9 kN/m2 ; 21,2 kN/m2 ; 20,7 kN/m2.
Hasil beban hidup maksimal pengujian (qL,pengujian) lebih besar dari beban hidup maksimal
untuk bangunan kantor (qL,teoritis = 2,5 kN/m2). Persentase selisih lendutan maksimum rata
– rata hasil uji laboratorium dan analisis untuk pelat beton dengan variasi bentuk pelat
normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah 93,07% ; 88,49% ;
90,61% ; 87,55%. Nilai dari perbandingan beban hidup maksimal pengujian (qL,pengujian)
pelat grid yang lebih besar dari beban hidup maksimal teoritis (qL,teoritis) menandakan pelat
grid dengan tulangan kawat baja las (wire mesh) diameter 5,2 mm dapat
direkomendasikan sebagai alternatif untuk pelat lantai beton.

Kata kunci: kapasitas lentur, lantai grid, wire mesh.

1
2

PENDAHULUAN Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu


diadakan penelitian dengan membuat pelat
Pelat merupakan salah satu elemen beton dengan sistem grid yang tipis, ringan
struktur bangunan yang cukup penting, selain dengan ketebalan 80 mm. Pelat lantai beton
balok dan kolom. ini akan menggunakan baja tulangan yang
Pelat lantai umumnya mempunyai berupa kawat baja las (wire mesh) dengan
ketebalan yang ukurannya relatif sangat kecil diameter 5,2 mm dengan jarak spasi 150 mm.
bila dibandingkan dengan panjang bentangnya
sehingga sifat kaku dari pelat sangat kurang. Tujuan Penelitian
Kekakuan yang sangat kurang ini akan Untuk mengetahui kapasitas lentur yang
mengakibatkan lendutan yang sangat besar terjadi pada ketiga bentuk variasi pelat lantai
(Puspantoro, 1993). Lendutan yang besar ini beton grid dengan tulangan wire mesh, untuk
dapat dicegah dengan berbagai alternatif mengetahui seberapa besar beban hidup yang
teknis untuk memberikan kekakuan dan terjadi pada ketiga pelat lantai beton grid
menambah kekuatan pada pelat lantai, salah dengan tulangan wire mesh dan untuk
satunya dengan memanfaatkan bentuk atau mengetahui seberapa besar lendutan yang
sistem kisi - kisi ( wafer, grid structure) yang terjadi pada ketiga pelat lantai beton grid
secara umum dikenal dengan istilah struktur dengan tulangan wire mesh.
grid.
Struktur grid ini sudah banyak digunakan Batasan Masalah
pada gedung - gedung di Indonesia. Struktur Batasan masalah dalam penelitian ini
ini dipakai pada bentangan besar dan adalah : (i) semen yang digunakan adalah
mempunyai sifat utama dapat semen portland tipe I dengan merek Gresik,
mendistribusikan beban pada kedua arah (ii) agregat, pasir berasal dari Klaten, batu
secara seimbang. Struktur ini juga dapat pecah berasal dari Wonogiri, (iii) air yang
mendukung sistem perancangan arsitektur digunakan dari Laboratorium Bahan Jurusan
yang menghendaki variasi bentuk pelat. Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Umumnya struktur grid ini menggunakan Muhammadiyah Surakarta, (iv) perencanaan
bahan dari konstruksi beton bertulang dengan adukan beton menggunakan metode SK SNI
ketebalan pelat yang tipis dan memakai T-15-1990-03 dengan fas 0,5 dan kuat tekan
tulangan yang lebih hemat. beton (fc’) direncanakan 20 MPa, (v) baja
Selain pelat beton bertulang yang tulangan menggunakan tulangan wire mesh
menggunakan tulangan konvensional, ada berbentuk jala dengan diameter kawat baja 5,2
juga pelat beton yang menggunakan tulangan mm dengan jarak spasi 150 mm, (vi)
wire mesh. Pada penganyaman tulangan wire pengujian kuat tekan silinder beton dan kuat
mesh tidak menggunakan bindrat tetapi pada lentur pelat lantai beton grid dilakukan pada
tulangan ini sudah di las menggunakan las umur 28 hari, (vii) hasil pengujian kuat tarik
listrik, sehingga lebih efisien. Tulangan baja putus wire mesh adalah 603,706 N/mm2
ini bentuknya yang seperti jala memudahkan (Endarto, 2008), (viii) rincian dan jumlah
untuk dipasang, harganya relatif murah dan benda uji dapat dilihat pada Tabel 1., dan
ringan. gambar benda uji pelat dapat dilihat pada
Gambar 1.
Tabel 1. Rincian dan jumlah benda uji

Benda uji Kode Ukuran benda uji Jumlah Jenis pengujian


Silinder Beton SB Silinder diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm 3 Kuat tekan
Pelat Normal PN 100 x 50 x 8 cm3 3 Kuat lentur
100 x 50 x 8 cm3
Pelat Grid A PGA 3 Kuat lentur
(tebal / lebar balok grid = 3 cm )
3

Tabel 1. (lanjutan)

Benda uji Kode Ukuran benda uji Jumlah Jenis pengujian


100 x 50 x 8 cm3
Pelat Grid B PGB 3 Kuat lentur
(tebal / lebar balok grid = 4 cm )
100 x 50 x 8 cm3
Pelat Grid C PGC 3 Kuat lentur
(tebal / lebar balok grid = 5 cm )

TAMPAK ATAS POTONGAN A-A


TAMPAK ATAS POTONGAN A-A SKALA 1:100
SKALA 1:100 SKALA 1:100
SKALA 1:100

POTONGAN B-B
POTONGAN B-B SKALA 1:100
SKALA 1:100

a). Pelat normal b). Pelat grid A

TAMPAK ATAS POTONGAN A-A TAMPAK ATAS POTONGAN A-A


SKALA 1:100 SKALA 1:100 SKALA 1:100 SKALA 1:100

POTONGAN B-B POTONGAN B-B


SKALA 1:100 SKALA 1:100

c). Pelat grid B d). Pelat grid C


Gambar 1. Benda uji pelat lantai beton
4

TINJAUAN PUSTAKA portland, pasir, batu pecah dan air. Beton


yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
Pelat adalah struktur kaku yang secara : kuat tekan tinggi, kuat tarik tinggi, rapat air,
khas terbuat dari meterial monolit yang tahan ausan, tahan cuaca (panas-dingin) sinar
tingginya relatif kecil dibandingkan dengan matahari, tahan terhadap zat – zat kimia
dimensi - dimensi lainnya. (terutama sulfat), susutan pengerasannya
Struktur grid salah satu analogi struktur kecil, elastisitasnya (modulus elastis) tinggi
pelat yang merupakan struktur bidang, secara (Tjokrodimuljo, 1996).
khas terdiri dari elemen-elemen linier kaku Kawat baja las (wire mesh) ini digunakan
panjang seperti balok atau rangka batang, sebagai tulangan. Batang kawat dibuat dari
dimana batang-batang tepi atas dan bawah baja billet (PT Krakatau Steel dalam Endarto,
terletak sejajar dengan titik hubung bersifat 2008). Untuk menghasilkan kawat baja las
kaku (Schodek, 1999). Beberapa skema (wire mesh), dipergunakan kawat baja mutu
bentuk struktur pelat dan grid seperti pada U-50 dengan tegangan leleh 5.000 kg/cm2,
Gambar 2. yang kemudian dilas dengan presisi tinggi
Beton merupakan bahan bangunan yang
dihasilkan dari campuran antara semen

a). Struktur pelat b). Struktur grid


Gambar 2. Struktur Pelat dan Grid (Schodek, 1999)
LANDASAN TEORI dengan fc’ adalah kuat tekan beton (MPa),
P adalah beban tekan maksimum (N), A
Pada prinsipnya, sistem perencanaan adalah luas permukaan benda uji yang
tulangan pelat dapat dibagi menjadi 2 (dua) tertekan (mm2).
macam, yaitu : perencanaan pelat dengan
tulangan pokok satu arah dan perencanaan Kapasitas Lentur Pelat Beton
pelat dengan tulangan pokok dua arah Kuat lentur suatu pelat beton karena
(Asroni, 2000). berlangsungnya mekanisme tegangan -
Pelat lantai beton dibuat dengan agregat tegangan dalam yang timbul di dalam pelat
normal adalah beton normal, yaitu beton yang yang pada keadaan tertentu dapat diwakili
mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m3 oleh gaya-gaya dalam, yang membentuk kopel
(Mulyono, 2003). momen dalam yang nilai maksimumnya
W disebut kapasitas lentur momen dalam
Berat jenis beton γ c   .................... (1) penampang komponen struktur terlentur.
V
Momen dalam inilah yang akan menahan atau
dengan γ C adalah berat jenis beton memikul momen aktual yang ditimbulkan
(gram/cm3), W adalah berat benda uji (gram), beban luar.
V adalah volume pelat beton (cm3) 1. Tinjauan kapasitas lentur berdasarkan
pengujian
Besarnya kuat tekan beton untuk benda Pada pengujian kuat lentur
uji silinder digunakan rumus sebagai berikut : diperhitungkan 2 jenis beban, yaitu beban
Pmaks terpusat P (oleh benda uji) dan beban terbagi
Kuat tekan beton ( fc’ ) = ............... (2) merata q (oleh berat sendiri pelat beton
A
5

bertulang). Dari Gambar 3. benda uji berupa b e  112  λ  b


pelat beton dilakukan pengujian kuat lentur. ............................. (8a)
Nilai tekan retak (P) diperoleh dari be  6  h f  b
............................ (8b)
pembacaan load gauge sedangkan lendutan
b e  12  λ n  b
(Z) dibaca menggunakan alat dial gauge. ........................... (8c)
Momen lentur maksimum dihitung Dipilih be yang terkecil.
dengan rumus sebagai berikut : 2). Dihitung tinggi blok tegangan beton tekan
Mmaks = ¼. P . L + ⅛ . q . L² .................... (3) persegi equivalen (a)
dengan Mmaks adalah momen maksimum A s  f kap
lentur (Nmm), P adalah beban terpusat a ............................ (9)
maksimum (N), q adalah berat sendiri pelat 0,85  f c 'b e
beton per satuan panjang ( N/mm) dan L Jika a  β1  h f : maka beton tekan
adalah panjang bentang (mm). berada di sayap (disebut balok T
2. Tinjauan kapasitas lentur berdasarkan palsu), dihitung sebagai balok
analisis teoritis persegi panjang dengan lebar balok
2a). Pelat beton normal. Momen = be (lihat langkah 3).
kapasitas lentur dihitung dengan langkah-
langkah sebagai berikut : Jika a  β1  h f : maka balok tekan
1). Dihitung nilai a berada di badan (disebut balok T
A s  f kap asli), dihitung sebagai balok T,
a ................................ (4) mula-mula dihitung luas sayap =
0,85  f c 'b Af (lihat langkah 4).
2). Dihitung nilai Z 3). Untuk a  β1  h f , hitungan dilanjutkan
a sebagai berikut :
Z d- ......................................... (5)
2 (a). Dihitung rasio tulangan (ρ1)
3). Dihitung momen kapasitas lentur (Mkap) As
ρ1  ............................ (10a)
M kap  0,85  f c 'a  b  Z .............. (6) be  d
2b). Pelat beton grid. Hitungan momen ρ maks  0,75  ρ b
kapasitas lentur pelat beton grid dilakukan
dengan cara perhitungan balok “T”. Proses 382,5  β1  f c ' ..... (10b)
  100%
perencanaan balok T diawali dengan 600  f y  f y
menganggap balok T tersebut sebagai balok
,dengan β1 = 0,85
penuh (balok persegi dengan lebar be),
kemudian dicari letak garis netral pada syarat : ρ1 harus ≤ ρmaks
penampang balok. Gaya dalam yang terjadi (b). Dikontrol : semua tulangan tarik
pada pengujian pelat beton grid dilukiskan harus sudah leleh ( a ≤ amaks,leleh )
seperti pada Gambar 4. 600  β 1  d d
Hitungan momen kapasitas lentur
a maks,leleh  ........ (11)
600  f y
dihitung dengan langkah berikut :
1). Dihitung lebar efektif (be) balok T. Untuk Jika a > amaks,leleh , maka ukuran pelat
menghitung nilai be lihat Gambar 5. kurang besar.
(a). Balok T dengan sayap pada kedua sisi (c). Dihitung momen kapasitas pelat
(Mkap)
b e  1 4  λ ................................ (7a)
 a
b e  16  h f  b .......................... (7b) M kap  A s  f kap   d   ........ (12)
 2
b e  λ n  b ............................... (7c) 4). Untuk a  β1  h f , hitungan dilanjutkan
Dipilih be yang terkecil. sebagai berikut :
(b). Balok T dengan sayap pada satu sisi
6

(a). Dihitung luas transformasi sayap (c). Dihitung tinggi blok tegangan beton
(Af) dan momen kapasitas sayap tekan persegi ekuivalen a dengan
(Mkf) syarat : a ≤ amaks,
maks,leleh
0,85  f c 'h f  b e  b A s  A f   f kap
Af  ....... (13a) a ....................... (15a)
f kap bd
M kf  A f  f kap  d  h f /2  .......... (13b) 600  β 1  d d
a maks,leleh  ................ (15b)
(b). Dihitung rasio tulangan (ρ1) , dengan 600  f y
syarat ρ1 harus ≤ ρmaks Jika a > amaks.leleh
leleh , maka ukuran pelat
As  Af kurang besar.
ρ1  .............................. (14a) (d). Dihitung momen kapasitas lentur
be  d
pelat (Mkap)
M kc  0,85  f c 'a  b  d  a/2  .... (16a)
ρ maks  0,75  ρ b M kf  A f  f kap  d  h f /2  ......... (16b)
382,5  β1  f c ' ....... (14b) M kap  M kc  M kf ....................... (16c)
  100%
600  f y  f y
Jika ρ1 > ρmaks , maka ukuran pelat kurang
besar.
Load Gauge
350
0 50

300 100

250 150

200

Dial Gauge Load Machine


b
h
Tumpuan

Kerangka alat
uji lentur
Pompa Hidrolik
L

5 cm 90 cm 5 cm
Gambar 3. Skema pengujian kuat lentur pelat beton

Gambar 4. Diagram regangan-tegangan


regangan balok T bertulang tunggal

Gambar 5. Potongan penampang pelat grid untuk perhitungan be balok T


7

Lendutan Maksimum penampang pelat normal dapat dilihat


1. Tinjauan lendutan maksimum pada Gambar 6.
berdasarkan pengujian  
I t  112  b  h 3  A g  y a  1 2  h 
2

Lendutan maksimum dihitung


berdasarkan data-data hasil pengujian dan  (n  1)  A s  e 2 ................ (19a)
pengukuran di lapangan. 2). Momen inersia transformasi untuk
2. Tinjauan lendutan maksimum penampang pelat grid. Detail
berdasarkan analisis teoritis penampang pelat normal dapat dilihat
Besarnya lendutan maksimum dihitung pada Gambar 7.
berdasarkan langkah berikut :
a). Dihitung nilai n, Ag dan At
 3

I t  2  112  b1  h 1  2  112  b 2  h 1
3
 
E   1
12
3

 b 3  h 2  A g1  y a  1 2  h 1 
2

n  s ............................................. (17a) 2
Ec  A g2  y a  1
2  h1 
2
A g  b  h ........................................ (17b)  A g3  y a  h 2 2   h 1 
A t  A g  (n  1)  A s ..................... (17c)  (n  1)  A s  e 2 .................... (19b)
d). Lendutan yang terjadi pada tengah bentang
b). Σ momen terhadap tepi atas = 0, diperoleh :
yb, ya, dan e : q U  1,2  q D  1,6  q L .................... (20a)
A g  12  h  (n - 1)  A s  d 5 L4 1 L3
ya  ...... (18a) Z qU  P .. (20b)
At 384 E c  I t 48 E c  I t
y b  h - y a ........................................ (18b) dengan Z adalah lendutan (mm), qU adalah
beban perlu (N/mm), qD adalah beban mati
e  y b - d s ...................................... `(18c) pelat beton (N/mm), qL adalah beban hidup
c). Dihitung momen inersia transformasi minimum untuk bangunan kantor sebesar
pelat: 2,5 kN/m2, P adalah beban terpusat
1). Momen inersia transformasi untuk maksimum (N).
penampang pelat normal. Gambar

ya e
d
yb h
ds
b

Gambar 6. Potongan penampang pelat normal

b3
ya III h2
I II II h1
yb
e
b1 b2
Gambar 7. Potongan penampang pelat beton grid

METODE PENELITIAN 1. Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan


bahan
Tahap Penelitian 2. Tahap II : Pemeriksaan bahan
Tahapan dibagi menjadi 5 tahap yaitu : 3. Tahap III : Perencanaan campuran dan
pembuatan benda uji
8

4. Tahap IV : Pengujian benda uji pada kisaran antara 2,5 – 2,7 gr/cm3 (SNI-T-
5. Tahap V : Analisis dan pembahasan 15-1990-03). Penyerapan air sebesar 3,061 %,
sehingga kerikil memenuhi persyaratan karena
HASIL PENELITIAN DAN memiliki nilai absorbsi > 5 % (SNI
PEMBAHASAN 1969:2008).
2b). Gradasi agregat kasar (kerikil).
Pengujian Bahan Diperoleh modulus halus butir 6,69. Menurut
1. Pengujian agregat halus (pasir) SK SNI S-04-1989 F, modulus halus butir
1a). Kandungan bahan organik. Hasil untuk agregat kasar yang digunakan sebagai
pemeriksaan bahan organik pada pasir adalah campuran beton yaitu 6 – 7,10 sehingga
kuning kecoklatan, dan menurut Hellige agregat telah memenuhi syarat mutu untuk
Tester sesuai dengan nomor 11 (kuning campuran beton.
kecokelatan). Hal ini menunjukkan bahwa 2c). Pengujian keausan agregat kasar
pasir memiliki kandungan zat organik yang (kerikil). Hasil pengujian keausan batu pecah
sangat sedikit, sehingga pasir dapat digunakan dari Wonogiri 26,4 %. Menurut SK SNI S-04-
sebagai campuran beton. 1989 F, keausan agregat kasar tidak boleh
1b). Kadar lumpur pada pasir. Kadar lebih dari 40 % untuk kekuatan beton di atas
lumpur pada pasir diperoleh 2,04 % dari pasir, 20 MPa, sehingga agregat telah memenuhi
sehingga tampak bahwa pasir mempunyai syarat mutu untuk campuran beton.
kadar lumpur kurang dari 5% dan memenuhi
persyaratan sebagai campuran beton (SK SNI Pengujian Slump
S-04-1989 F). Dari pengujian slump diperoleh rata-rata
1c). Saturated Surface Dry. Pada nilai slump pelat beton diantara 7,5 – 15 cm
pengujian ini diperoleh penurunan pasir rata- sehingga nilai slump telah memenuhi syarat
rata sebesar 3,63 cm berarti mendekati pekerjaan pelat beton (Tjokrodimuljo, 1996).
setengah tinggi kerucut (3,5 cm), pasir telah
mencapai kondisi SSD sehingga tidak perlu Pengujian Berat Jenis Beton
diangin-anginkan. Data hasil pengujian, diperoleh berat
1d). Specific gravity dan absorbsi pasir. jenis rata-rata untuk silinder beton yaitu 2,308
Nilai serapan air sebesar 2,041 %, sehingga gram/cm3, dan pelat beton dengan variasi
pasir telah memenuhi persyaratan karena pelat normal, pelat grid A; pelat grid B; pelat
memiliki nilai absorbsi < 5% (SNI grid C berturut – turut adalah yaitu 2,348
1970:2008). Untuk pemeriksaan berat jenis gram/cm3 ; 2,524 gram/cm3; 2,365 gram/cm3 ;
diperoleh hasil sebesar 2,632 gr/cm3, dapat 2,571 gram/cm3.
disimpulkan bahwa pasir dalam pengujian
termasuk agregat normal karena berat jenisnya Kuat Tekan Beton
berada pada kisaran antara 2,5 – 2,7 gr/cm3 Diperoleh nilai kuat tekan (fc’) rata-rata
(SNI-T-15-1990-03). silinder beton sebesar 25,559 MPa. Nilai kuat
1e). Gradasi pasir. Diperoleh modulus tekan (fc’) rencana dengan kuat tekan hasil
halus butir sebesar 3,04. Menurut SK SNI S- benda uji silinder beton berbeda dipengaruhi
04-1989 F, modulus halus butir agregat halus faktor cara pengerjaan yaitu saat pengadukan
antara 1,5 sampai 3,8 sehingga agregat halus campuran beton maupun pemadatan dalam
(pasir) telah memenuhi syarat mutu untuk cetakan silinder.
campuran beton.
2. Pengujian agregat kasar (kerikil) Kapasitas Lentur Pelat Beton
2a). Specific gravity dan absorbsi 1. Hasil pengujian
agregat kasar (kerikil). Diperoleh besar nilai Pengujian kuat lentur pelat beton
berat jenis 2,603 gr/cm3 dalam kondisi SSD dilakukan setelah benda uji pelat beton
berarti agregat kasar memenuhi syarat sebagai berumur 28 hari. Hasil pengujian dapat dilihat
agregat normal karena berat jenisnya berada pada Tabel 2. Gambar pengujian kuat lentur
pelat dapat dilihat pada Gambar 8.
9

Dari Tabel 2. di bawah hasil pengujian Berdasar hasil pengujian dan hasil
kuat lentur rata - rata pelat normal diperoleh analisis teoritis di atas terdapat perbedaan
momen maksimum lentur rata - rata yaitu selisih nilai momen kapasitas lentur pelat
3,845 kNm. Untuk momen maksimum lentur beton di antara keduanya, maka dari itu perlu
rata - rata pelat beton hasil pengujian dengan dicari selisih nilai dan persentase hasil
variasi pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C pengujian dengan hasil analisis teoritisnya.
berturut – turut adalah 3,662 kNm ; 3,892 Hasil selisih pengujian dan analisis pelat
kNm; 3,826 kNm. beton dengan variasi pelat beton normal; pelat
2. Hasil analisis teoritis beton grid A; pelat beton grid B; pelat beton
2a). Hasil analisis teoritis pelat beton grid C dapat dilihat pada Tabel 5.
normal. Hasil analisis teoritis momen Dari Tabel 5. di bawah didapat selisih
kapasitas lentur pelat beton normal dapat hasil pengujian dan analisis untuk pelat beton
dilihat pada Tabel 3. dengan variasi pelat normal; pelat grid A;
2b). Hasil analisis teoritis pelat beton pelat grid B; pelat grid C berturut – turut
grid. Analisis teoritis dengan cara perhitungan adalah 23,063 % ; 21,38 % ; 25,88 % ; 24,26
balok “T”. Hasil analisis teoritis momen %. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di
kapasitas lentur pelat beton dengan benda uji atas terdapat perbedaan selisih nilai momen
pelat beton grid A; pelat beton grid B; pelat kapasitas lentur pelat diantara keduanya.
beton grid C dapat dilihat pada Tabel 4. Momen kapasitas lentur hasil pengujian lebih
3. Selisih hasil pengujian dan analisis besar dari pada hasil analisis.

Tabel 2. Perhitungan hasil pengujian laboratorium


Maksimum

Momen maksimum Momen


Lendutan

Variasi q
Pmaks lentur pelat beton maksimum
(Z)

Benda L b t W
lentur rata-
Uji W/1000 1/4*P*L+1/8*q*L2
rata
kN mm mm mm mm N N/mm kNm kNm
16 8,96 940 0,940 3,695
Pelat
17 7,77 940 0,940 3,920 3,845
Normal
17 8,46 937 0,937 3,920
17 11,85 611 0,611 3,887
Pelat
15 9,29 623 0,623 3,438 3,662
Grid A
16 9,58 617 0,617 3,662
900 500 80
17 11,69 660 0,660 3,891
Pelat
17 11,43 670 0,670 3,893 3,892
Grid B
17 11,75 662 0,662 3,892
17 7,86 755 0,755 3,901
Pelat
16 7,79 750 0,750 3,676 3,826
Grid C
17 7,82 747 0,747 3,901

Tabel 3. Hasil analisis teoritis momen kapasitas lentur pelat beton normal
Luas tulangan

Kuat
Kuat Tinggi Momen
Diameter
tulangan

tarik Panjang
Tarik
Tinggi
efektif

(As)

tekan Tegangan kapasitas


(Ø)

putus b lengan
(d)

Benda beton Pelat Beton pelat


uji baja (Z)
(fc') (a) (Mkap)
(fkap)
MPa MPa mm mm mm mm2 mm mm kNm
Pelat
25,559 603,706 60 5,2 500 84,949 4,721 57,6 2,956
Normal
10

Tabel 4. Hasil analisis teoritis momen kapasitas lentur pelat beton grid

Kuat Tarik Putus


Momen

Luas tulangan
Tinggi Momen

Tinggi efektif
Kuat Tekan Lebar kapasitas

Diameter
tulangan
Tegangan kapasitas

(fkap)
Beton

tarik
(As)
pelat lentur

Baja
(fc’)
Variasi

(Ø)
Pelat lentur

(d)
Benda efektif tiap
Beton pelat
Uji (be) bagian
(a) (Mkap)
(Mkap)
MPa MPa mm mm mm2 mm mm kNm kNm
52,5 11,24 0,697
Pelat 125 4,72 0,739
Grid A 125 4,72 0,739 2,872
52,5 11,24 0,697
57,5 10,26 0,703
Pelat 125 4,72 0,739
25,559 603,706 60 5,2 21,237
Grid B 125 4,72 0,739 2,885
57,5 10,26 0,703
62,5 9,44 0,709
Pelat 125 4,72 0,739
Grid C 125 4,72 0,739 2,895
62,5 9,44 0,709

Tabel 5. Selisih momen kapasitas lentur hasil pengujian dan analisis

Prosentase
Variasi Hasil uji Hasil hitungan Prosentase
Selisih hasil selisih rata-
Benda Uji laboratorium analisis selisih
rata
(kNm) (kNm) (kN.m) (%) (%)
3,695 2,956 0,74 20,00
Pelat Normal 3,920 2,956 0,96 24,60 23,06
3,920 2,956 0,96 24,59
3,887 2,872 1,01 26,10
Pelat Grid A 3,438 2,872 0,57 16,45 21,38
3,662 2,872 0,79 21,57
3,892 2,885 1,01 25,87
Pelat Grid B 3,893 2,885 1,01 25,89 25,88
3,892 2,885 1,01 25,88
3,901 2,895 1,01 25,79
Pelat Grid C 3,676 2,895 0,78 21,23 24,26
3,901 2,895 1,01 25,77

Hasil pengujian momen kapasitas lentur yaitu dengan semakin bertambahnya beban
pelat beton berdasarkan hubungan momen maka lendutan juga semakin bertambah.
kapasitas lentur dengan lendutan dapat dilihat Hasil pengujian momen kapasitas lentur
pada Gambar 9. pelat beton berdasarkan hubungan beban
terpusat ( P ) dengan lendutan rata – rata ( Z )
Dari Gambar 9. di bawah dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 10.
hubungan momen kapasitas lentur benda uji Dari Gambar 10. di bawah dapat dilihat
dengan lendutan pelat beton. Gambar di hubungan beban terpusat (P) benda uji dengan
bawah menunjukkan perbandingan searah
11

lendutan rata – rata. Gambar di bawah q u  1,2  q D  1,6  q L


menunjukkan perbandingan searah yaitu,
dengan semakin bertambahnya beban maka  1,2  q D  1,6  0  1,2  0,94
lendutan juga akan semakin bertambah,  1,13 kN/m
sampai beban yang terjadi pada pelat beton Sehingga diperoleh persamaan :
tidak mau bertambah lagi. Ini menandakan M maks  1 4   Pu  L  1 8   q u  L2
bahwa beban yang terjadi pada pelat beton
telah maksimum dan lendutan yang terjadi 3,695  1 4  1,6  PL  0,9  18  1,13  0,9 2
juga telah maksimum pada benda uji pelat 0,36  PL  3,695 - 0,114
beton. Benda uji pelat beton tidak sampai PL  3,581 / 0,36
patah hanya melengkung dan retak dibagian
bawah pelat karena ditahan oleh tulangan baja  9,947 kN
yang menambah kekuatan lentur dari pelat Dihitung besarnya q L, pengujian :
beton tersebut.
PL
Perhitungan Beban Hidup Maksimal q L, pengujian 
Luas pelat beton
Perhitungan beban maksimal pada pelat
beton dihitung berdasarkan langkah berikut :  9,947 /(1  0,5)
 19,9 kN/m 2  q L  2,5 kN/m 2
Mmaks = 3,695 kNm (Tabel 2)
qD = 0,94 N/mm (Tabel 2)
Jadi besarnya beban hidup maksimal
= 0,94 kN/m
qL = 2,5 kN/m2 (beban hidup untuk q L, pengujian pelat beton normal untuk benda uji
bangunan kantor) I sebesar 19,9 kN/m2 lebih besar dari beban
Dihitung beban Pu dan beban qu : hidup untuk bangunan kantor (2,5 kN/m2)
Pu  1,2  PD  1,6  PL Hasil analisis teoritis momen kapasitas
lentur pelat beton normal dapat dilihat pada
Pu  1,2  0  1,6  PL  1,6  PL Tabel 6.

Tabel 6. Beban hidup maksimum (qL,pengujian) pelat beton


Momen Beban
Luas Beban
Variasi Maksimum Beban hidup rata-
qD L pelat hidup
Benda pengujian (PL) rata
(A) (qL)
Uji (Mmaks) (qL)
N/mm m kNm kN m2 kN/m2 kN/m2
0,940 0,9 3,695 9,947 0,5 19,9
Pelat
0,940 0,9 3,920 10,572 0,5 21,1 20,7
Normal
0,937 0,9 3,920 10,572 0,5 21,1
0,611 0,9 3,887 10,591 0,5 21,2
Pelat
0,623 0,9 3,438 9,340 0,5 18,7 19,9
Grid A
0,617 0,9 3,662 9,965 0,5 19,9
0,660 0,9 3,892 10,588 0,5 21,2
Pelat
0,670 0,9 3,893 10,587 0,5 21,2 21,2
Grid B
0,662 0,9 3,892 10,588 0,5 21,2
0,755 0,9 3,695 9,947 0,5 19,9
Pelat
0,750 0,9 3,920 10,572 0,5 21,1 20,7
Grid C
0,747 0,9 3,920 10,572 0,5 21,1
12

Gambar 8. Pelat lantai beton setelah diuji kuat lentur

Gambar 9. Hubungan momen kapasitas lentur dengan lendutan rata-rata

Gambar 10. Hubungan beban terpusat dengan lendutan rata-rata pelat


13

Perhitungan Lendutan Maksimum beban, yaitu beban terpusat P (oleh benda uji)
1. Hasil pengujian dan beban terbagi rata q (oleh berat sendiri).
Hasil analisis teoritis lendutan maksimum
Lendutan maksimum didapat dari pelat beton dapat dilihat pada Tabel 8.
pengujian kuat lentur pelat beton, dengan
menempatkan dial alat pencatat lendutan (dial Dari Tabel 8. di bawah hasil analisis
gauge) di atas benda uji pelat beton. Setiap teoritis lendutan untuk pelat beton dengan
penambahan beban 1 kN terjadi lendutan variasi pelat normal adalah 0,58 mm. Untuk
dengan satuan 1/100 mm. Mencatat setiap hasil analisis teoritis lendutan maksimum
lendutan yang terjadi sampai beban maksimal pelat beton dengan variasi pelat grid A; pelat
yang mampu ditahan benda uji. Hasil grid B; pelat grid C berturut – turut adalah
pengujian lendutan maksimum dapat dilihat 1,17 mm ; 1,09 mm ; 0,98 mm.
pada Tabel 7. 3. Selisih hasil pengujian dan analisis
Dari Tabel 7. di bawah hasil pengujian teoritis
lendutan maksimum untuk pelat beton dengan
Berdasar hasil uji pengujian dan hasil
variasi pelat beton normal adalah 8,397 mm.
analisis teoritis di atas terdapat perbedaan
Untuk hasil pengujian lendutan maksimum
selisih nilai lendutan pelat beton di antara
pelat beton dengan variasi pelat beton grid A;
keduanya, maka dari itu perlu dicari selisih
pelat beton grid B; pelat beton grid C berturut
nilai dan persentase hasil pengujian dengan
– turut adalah 10,24 mm ; 11,623 mm ; 7,823
hasil analisis teoritisnya. Hasil selisih
mm.
pengujian dan analisis pelat beton dengan
2. Hasil analisis teoritis variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid
Pada perhitungan teoritis lendutan B ; pelat grid C dapat dilihat pada Tabel 9.
maksimum pelat beton, diperhitungkan 2 jenis

Tabel 7. Hasil pengujian lendutan maksimum pelat beton


Lendutan
P maksimum Lendutan
Variasi P maksimum maksimum
rata-rata maksimum
benda uji rata-rata
(k N ) (kN) (mm) (mm)
16 8,96
Pelat Normal 17 16,67 7,77 8,397
17 8,46
17 11,85
Pelat Grid A 15 16 9,29 10,24
16 9,58
17 11,69
Pelat Grid B 17 17 11,43 11,623
17 11,75
17 7,86
Pelat Grid C 16 16,67 7,79 7,823
17 7,82
14

Tabel 8. Hasil analisis teoritis lendutan pelat beton


Kuat Lendutan
Panjang Beban Berat Beban Beban Momen Inersia Lendutan
tekan maksimum
Variasi pelat maksimum mati hidup perlu transformasi maksimum
beton rata-rata
benda uji (L) (P) (qD) (qL) (qU) (It) (Z)
(fc') (Z)
N/mm2 mm kN N/mm2 N/mm2 N/mm2 mm4 mm mm
25,559 900 16 0,940 2,5 5,13 21.581.451,75 0,56
Pelat
25,559 900 17 0,940 2,5 5,13 21.581.451,75 0,59 0,58
Normal
25,559 900 17 0,937 2,5 5,12 21.581.451,75 0,59
25,559 900 17 0,611 2,5 4,73 10.199.254,56 1,09
Pelat
25,559 900 15 0,623 2,5 4,75 10.199.254,56 1,09 1,17
Grid A
25,559 900 16 0,617 2,5 4,74 10.199.254,56 1,09
25,559 900 17 0,660 2,5 4,79 11.536.085,90 0,99
Pelat
25,559 900 17 0,670 2,5 4,80 11.536.085,90 0,94 1,09
Grid B
25,559 900 17 0,662 2,5 4,79 11.536.085,90 0,99
25,559 900 17 0,755 2,5 4,91 12.746.156,99 1,23
Pelat
25,559 900 16 0,750 2,5 4,90 12.746.156,99 1,11 0,97
Grid C
25,559 900 17 0,747 2,5 4,90 12.746.156,99 1,17

Tabel 9. Selisih lendutan hasil pengujian dan analisis


Hasil Persentase
Variasi Hasil Selisih Persentase
hitungan selisih rata-
Benda Uji pengujian hasil selisih
analisis rata
(mm) (mm) (mm) (%) (%)
8,96 0,56 8,40 93,76
Pelat Normal 7,77 0,59 7,18 92,42 93,07
8,46 0,59 7,87 93,04
11,85 1,23 10,62 89,60
Pelat Grid A 9,29 1,11 8,18 88,08 88,49
9,58 1,17 8,41 87,79
11,69 1,09 10,60 90,66
Pelat Grid B 11,43 1,09 10,34 90,45 90,61
11,75 1,09 10,66 90,71
7,86 0,99 6,87 87,39
Pelat Grid C 7,79 0,94 6,85 87,93 87,55
7,82 0,99 6,83 87,33

Dari Tabel 9. di atas diperoleh selisih pengujian laboratorium lebih besar dari pada
hasil pengujian dan analisis untuk pelat beton hasil analisis.
dengan variasi pelat normal; pelat grid A;
KESIMPULAN DAN SARAN
pelat grid B; pelat grid C berturut – turut
adalah 93,07 % ; 88,49 % ; 90,61 % ; 87,55
Kesimpulan
%. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di
Setelah diadakan tahap pembuatan benda
atas terdapat perbedaan selisih nilai lendutan
uji, perawatan benda uji, pengujian kuat lentur
pelat diantara keduanya. Lendutan hasil
pelat beton pada umur 28 hari dengan
15

menggunakan tulangan kawat baja las (wire maksimal pengujian (qL,pengujian) lebih
mesh), serta analisis yang telah dilakukan, besar dari beban hidup maksimal untuk
akhirnya penelitian ini dapat diambil bangunan kantor (qL,teoritis = 2,5 kN/m2).
kesimpulan sebagai berikut : 7. Lendutan maksimum rata – rata pengujian
laboratorium dengan variasi bentuk pelat
1. Kuat tekan rata – rata silinder beton untuk
normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat
fas 0,5 dengan umur 28 hari adalah 25,559
grid C berturut-turut adalah 8,397 mm ;
MPa.
10,24 mm ; 11,623 mm ; 7,823 mm. Pelat
2. Beban terpusat maksimum rata – rata
grid B mempunyai lendutan yang lebih
yang dapat ditahan pelat beton dengan
besar yaitu 11,623 mm dari pada pelat
variasi bentuk pelat normal ; pelat grid A ;
normal atau dengan pelat grid A atau
pelat grid B ; pelat grid C berturut-turut
dengan pelat grid C.
adalah 16,67 kN ; 16 kN ; 17 kN ; 16,67
kN. Pelat grid B dapat menahan beban
8. Lendutan maksimum rata – rata analisis
teoritis dengan variasi bentuk pelat normal
terpusat yang lebih besar yaitu 17 kN dari
; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C
pada pelat normal atau dengan pelat grid
berturut-turut adalah 0,57 mm ; 1,14 mm ;
A dan pelat grid C.
1,07 mm ; 0,95 mm. Pelat grid A
3. Momen kapasitas lentur rata – rata
mempunyai lendutan yang lebih besar
pengujian laboratorium pada pelat beton
yaitu 1,14 mm dari pada pelat normal atau
dengan variasi bentuk pelat normal ; pelat
dengan pelat grid B atau dengan pelat grid
grid A ; pelat grid B ; pelat grid C
C.
berturut-turut adalah 3,845 kNm ; 3,662
kNm ; 3,892 kNm ; 3,826 kNm. Hasil
9. Persentase selisih lendutan maksimum
rata – rata hasil uji laboratorium dan
laboratorium menunjukkan pelat grid B
analisis untuk pelat beton dengan variasi
mempunyai momen kapasitas lentur yang
bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
lebih besar yaitu 3,892 kNm dari pada
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
pelat normal, pelat grid A dan pelat grid
93,23 % ; 88,77 % ; 90,82 % ; 87,84 %.
C.
10. Nilai dari perbandingan beban hidup
4. Momen kapasitas lentur rata – rata analisis
maksimal pengujian (qL,pengujian) pelat
teoritis pada pelat beton dengan variasi
beton normal dan pelat beton grid yang
bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
lebih besar dari beban hidup maksimal
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
teoritis (qL,teoritis) menandakan pelat beton
2,956 kNm; 2,872 kNm ; 2,885 kNm ;
normal dan pelat beton grid dengan
2,895 kNm. Hasil analisis menunjukkan
tulangan wire mesh diameter 5,2 mm
pelat normal mempunyai momen
dapat direkomendasikan sebagai alternatif
kapasitas lentur yang lebih besar yaitu
untuk pelat lantai beton sesuai dengan
2,956 kNm dari pada pelat grid A, pelat
standar SNI.
grid B, dan pelat grid C.
5. Persentase selisih momen kapasitas lentur
Saran
rata – rata hasil uji laboratorium dan
Berdasarkan pengamatan selama
analisis untuk pelat beton dengan variasi
pelaksanaan penelitian, maka peneliti
bentuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat
memberikan saran sebagai berikut :
grid B ; pelat grid C berturut-turut adalah
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
23,06 ; 21,38 % ; 25,88 % ; 24,26 %.
mengenai pelat beton dengan
6. Beban hidup maksimal pengujian menggunakan tulangan kawat baja las
(qL,pengujian) rata- rata pelat beton dengan (wire mesh) dengan bahan baku lainnya,
variasi pelat beton normal ; pelat grid A ; agar diperoleh pelat beton dengan volume
pelat grid B ; pelat grid C berturut – turut ringan dan mempunyai kekuatan yang
adalah 20,7 kN/m2 ; 19,9 kN/m2 ; 21,2 besar untuk menahan beban yang
kN/m2 ; 20,7 kN/m2. Hasil beban hidup dipikulnya.
16

2. Dalam penggunaan kawat baja las untuk Kasar, SNI 1969:2008, Badan
penelitian pelat beton, perlu dilakukan Standarisasi Nasional, Jakarta.
pengukuran diameter kawat baja las (wire Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Cara
mesh) yang lebih teliti untuk keperluan Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
hitungan analisis momen lentur pelat beton Halus, SNI 1970:2008, Badan
itu sendiri. Standarisasi Nasional, Jakarta.
3. Perlu dicoba lakukan penelitian lanjutan Dipohusodo, I., 1994, Struktur Beton
dengan menggunakan kawat baja las (wire Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-
mesh) dengan diameter lebih besar supaya 1991-03 Departemen Pekerjaan Umum
didapatkan perbandingan yang tepat dan RI, PT. Gramedia Pustaka Utama,
ekonomis. Jakarta.
4. Dalam penelitian ini, pembuatan begesting Endarto, Y., 2008, Penggunaan Kawat Baja
menggunakan kayu randu dan sterofoam. Las (Wire Mesh) Sebagai Penulangan
Untuk pengembangan penelitian Lantai Beton Tipis, Tugas Akhir, Jurusan
selanjutnya dapat menggunakan pelat baja Teknik Sipil, Universitas
permanen supaya diperoleh hasil cetakan Muhammadiyah Surakarta.
pelat beton yang sesuai dengan yang Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Penerbit
direncanakan dan didapatkan permukaan Andi, Yogyakarta.
yang rata di setiap bagian. Puspantoro, Ing. B., 1993, Teori Dan Analisis
Balok Grid, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA PT Union Metal, 2013. Union Wire Mesh,
www.unionmetal.co.id.
Asroni, A., 2007, Balok dan Pelat Beton Schodek, D.L., (Terjemahan Bambang
Bertulang, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Suryoatmono)., 1999. Struktur, Erlangga,
Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Surakarta, Surakarta. Subakti, A. 1995. Teknologi Beton Dalam
Asroni, A., 2009, Struktur Beton Lanjut, Praktek. FTSP, ITS, Surabaya.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Sutiyono, A., 2008, Tinjauan Kuat Lentur
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Plat Lantai Menggunakan Tulangan
Surakarta. Wire Mesh Dengan Penambahan
Asroni, A., 2010, Kolom Fondasi dan Balok T Polyvinil Acetat, Tugas Akhir, Jurusan
Beton Bertulang, Graha Ilmu, Teknik Sipil, Universitas
Yogyakarta. Muhammadiyah Surakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1982, Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton,
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Nafiri. Yogyakarta.
Indonesia (PUBI 1982), Direktorat .
Penyelidikan Masalah Bangunan, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1989.
Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan
Bagian A (Bahan Bangunan Bukan
Logam), SK SNI S – 04 – 1989 – F,
Yayasan LPMB, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Tata
Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal, SK SNI T-15-1990-03,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Cara
Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat
17

Anda mungkin juga menyukai