Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

INSTITUT TEKNOLOGI
KALIMANTAN JURUSAN TEKNOLOGI
INDUSTRI DAN PROSES PROGRAM
STUDI TEKNIK INDUSTRI

LAPORAN MEKANIKA TEKNIK


PENERAPAN MOMEN INERSIA
PERIODE SEMESTER GANJIL 2019/2020

Disusun oleh:
KELOMPOK 6

M. Jumaddin Prashytiyo(12181040)
Noor Hafizah (12181049)
Nur Haflah (12181050)
Reza Adi Pranata (12181061)

3 SEPTEMBER 2019
PENERAPAN MOMEN INERSIA
Oleh M.Jumaddin.P, Noor Hafizah, Nur Haflah, Reza Adi.P*
Program Studi Teknik Industri
Jurusan Teknologi Indsutri dan Proses
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan

Abstrak
Momen inersia merupakan kemampuan suatu benda untuk mempertahankan
kedudukannya. Momen inersia adalah suatu ukuran resistansi kelembaman sebuah
benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Sehingga pada Sebuah batang yang
mempunyai panjang l meter dengan salah satu ujungnya dijadikan poros berputar
dan ujung yang lain menjadi tempat gaya diberikan pada benda tersebut. Karena
ada gaya yang bekerja pada salah satu ujungnya dan mempunyai jarak antara poros
putar dengan sumber gaya, maka timbulah torsi pada batang yang mengakibatkan
batang tersebut bergerak. Sehingga kecepatan putar sudut akan semakin besar
apabila torsi yang bekerja pada batang semakin besar.
Kata kunci: Momen Inersia, Torsi.
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Suatu benda yang diam akan cenderung mempertahankan kedudukannya yang diam, begitu
juga ketika benda bergerak maka akan tetap mempertahankan untuk berotasi atau melawan rotasi
tersebut jika dari kondisi diam. Sifat ini dikarenakan benda memiliki sifat inersia. Momen inersia
adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan posisinya dari gerak berotasi.
Semakin besar nilai momen inersia suatu benda maka semakin sukar diputar.
Sebuah batang yang mempunyai panjang l meter dengan salah satu ujungnya dijadikan poros
berputar dan ujung yang lain menjadi tempat gaya diberikan pada benda tersebut. Karena ada gaya
yang bekerja pada salah satu ujungnya dan mempunyai jarak antara poros putar dengan sumber
gaya, maka timbulah torsi pada batang yang mengakibatkan batang tersebut bergerak. Sehingga
kecepatan putar sudut akan semakin besar apabila torsi yang bekerja pada batang semakin besar.
Selain torsi yang berpengaruh pada kecepatan putar sudut pada batang, kelembaman (momen
inersia) batang itu sendiri juga berpengaruh. Sangat beragam aplikasi dari momen inersia ini, salah
satunya yaitu roda gila yang dipasang pada motor bakar yang berfungsi untuk meratakan putaran
pada mesin.

2.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan dari materi ini yaitu
1.Mempelajari penerapan momen inersia
2.Mengetahui penerapan momen inersia
2.3 Tujuan
Adapun tujuan dari materi ini yaitu :
1. Untuk mempelajari penerapan momen inersia
2. Untuk mengetahui penerapan momen inersia
BAB 2
DASAR TEORI

Momen inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan
posisisnya dari gerak berotasi.
Momen inersia adalah ukuran resistansi/ kelembaman sebuah benda terhadap perubahan
dalam gerak rotasi.
Dalam gerak lurus dan gerak parabola, misalnya, dengan menganggap benda sebagai
partikel, karena ketika bergerak, setiap bagian benda itu memiliki kecepatan (maksudnya
kecepatan linear) yang sama. Ketika sebuah mobil bergerak, misalnya, bagian depan dan bagian
belakang mobil mempunyai kecepatan yang sama. Jadi kita bisa mengganggap mobil seperti
partikel alias titik.
Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap bagian benda
berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi bergerak lebih pelan (kecepatan
linearnya kecil), sedangkan bagian benda yang ada di tepi bergerak lebih cepat (kecepatan linear
lebih besar). Jadi , tidak bisa menganggap benda sebagai partikel karena kecepatan linear setiap
bagian benda berbeda-beda ketika ia berotasi. Dan kecepatan sudut semua bagian benda itu sama.
Untuk memudahkan dalam memahami momen inersia, tinjau sebuah partikel yang
melakukan gerak rotasi, seperti dalam gambar 1.

Gambar 1. Sebuah partikel berotasi mengelilingi sumbu yang berpusat dititik O

Misalnya sebuah partikel bermassa m diberikan gaya F sehingga ia melakukan gerak rotasi
terhadap sumbu O. Partikel itu berjarak r dari sumbu rotasi. mula-mula partikel itu diam (kecepatan
= 0). Setelah diberikan gaya F, partikel itu bergerak dengan kecepatan linear tertentu. Mula-mula
partikel diam, lalu bergerak (mengalami perubahan kecepatan linear) setelah diberikan gaya.
Dalam hal ini benda mengalami percepatan tangensial. Percepatan tagensial merupakan percepatan
linear partikel ketika berotasi.
Kita bisa menyatakan hubungan antara gaya (F), massa (m) dan percepatan tangensial (at),
dengan persamaan Hukum II Newton :

𝐹 = m. a tan

Karena partikel itu melakukan gerak rotasi, maka ia pasti mempunyai percepatan sudut. Hubungan
antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan dengan persamaan :
Dengan memasukkan persamaan kecepatan tangensial ke persamaan (1), didapatkan:

Apabila mengalikan kedua ruas dengan r, maka:

Karena ruas kiri merupakan persamaan torsi, maka:

mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari sumbu rotasi.
persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen inersia dan percepatan sudut
partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah kerennya, ini adalah persamaan Hukum II Newton
untuk partikel yang berotasi.

Jadi Momen Inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu (m) dengan
kuadrat jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2). Untuk mudahnya, bandingkan dengan
gambar di atas.
Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut :

Momen inersia digunakan pada perhitungan konstruksi yang memperhitungkan kekuatan


konstruksi tersebut, misalnya : defleksi, lendutan, tegangan.
Sebagai contoh akan diulas penggunaan momen inersia (I) dalam menghitung tegangan pada balok
(beam).
Tegangan (σ)

Tegangan (stress) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai gaya persatuan luas penampang.
𝐴
σ = 𝐹 (𝑁/𝑚𝑚2 )
F : gaya (N)
A : luas penampang (mm2)

a. Tegangan tarik (σt) : tegangan akibat gaya tarik


Tegangan yang terjadi akibat gaya tarik. Gaya bekerja segaris dengan sumbu utama
benda/komponen.
b. Tegangan tekan (σc) : tegangan akibat gaya tekan.
Gaya bekerja segaris dengan sumbu utama benda/komponen.

Tegangan tarik dan tekan disebut juga dengan tegangan normal (normal stress).

c. Tegangan geser (τ) : tegangan akibat gaya geser.


𝐴
τ = 𝐹 (𝑁/𝑚𝑚2 )
F : gaya (N)
A : luas penampang (mm2)

Diagram Tegangan Regangan


Jika suatu bahan teknik dikenai gaya tarik sampai batas tertentu, bahan teknik tersebut akan
mengalami perubahan panjang akibat tarikan. Hasil uji tarik terhadap bahan teknik akan
menghasilkan suatu diagram tegangan tegangan regangan. Secara umum hubungan antara
tegangan dan regangan dapat dilihat pada diagram tegangan – regangan berikut ini :

Keterangan :
A : Batas proposional
B : Batas elastis
C : Titik mulur
D : σy : tegangan luluh
E : σu : tegangan tarik maksimum
F : Putus

Dari diagram tegangan regangan pada Gambar 1 di atas, terdapat tiga daerah kerja sebagai
berikut:
• Daerah elastis merupakan daerah yang digunakan dalam desain konstruksi mesin.
• Daerah plastis merupakan daerah yang digunakan untuk proses pembentukan material.
• Daerah maksimum merupakan daerah yang digunakan dalam proses pemotongan material.
Pada daerah elastis berlaku rasio tegangan dan regangan yang merupakan Modulus Elastisitas (E).
Perbandingan antara tegangan dan regangan yang berasal dari diagram tegangan regangan dapat
ditulis:

E =

Menurut Hukum Hooke tegangan sebanding dengan regangan, yang dikenal dengan deformasi
aksial :
σ = Eε
Tegangan pada daerah elastis (proporsional) berbanding lurus dengan modulus elastisitas
dikalikan dengan regangannya.
Tegangan yang dibahas di atas berdasarkan pada gaya yang bekerja. Perlu diingat bahwa gaya
yang bekerja juga dapat menghasilkan momen :
M=FxL
Pembahasan berikutnya menyajikan hubungan antara momen dan momen inersia penampang
terhadap besarnya tegangan yang terjadi.
Secara umum, jika suatu konstruksi balok diberikan beban, maka akan mengalami lenturan.
Persamaan lenturan yang terjadi (berdasarkan persamaan kurva elastis):
𝑀 σ 𝐸
= =
𝐼 𝑦 𝑅
Keterangan :
M : momen lentur
I : momen inersia
σ : tegangan lentur bahan
y : jari-jari girarsi
R : jari-jari kurva lenturan

Tegangan berbanding lurus dengan momen lentur dan modulus elastisitas bahan.

Dari persamaan di atas, diperoleh besar tegangan lentur pada balok :


𝐸
σ= y
𝑅
Besar E dan R akan konstan pada daerah elastis, sehingga tidak perlu dibahas.
Hubungan tegangan berikutnya adalah :
𝑀
σ= y
𝐼
Modifikasi persamaan di atas, diperoleh persamaan tegangan dengan
memperhitungkan modulus penampang (S) sebagai berikut :
𝑀 𝐼
σ= dengan S =
𝑆 𝑦

Keterangan :
S dan I biasanya disajikan dalam bentuk tabel penampang (profil).
BAB 3
Kesimpulan

3.1 Kesimpulan
Momen inersia merupakan kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kedudukannya.
Momen inersia adalah suatu ukuran resistansi kelembaman sebuah benda terhadap perubahan
dalam gerak rotasi. Sehingga pada Sebuah batang yang mempunyai panjang l meter dengan salah
satu ujungnya dijadikan poros berputar dan ujung yang lain menjadi tempat gaya diberikan pada
benda tersebut. Karena ada gaya yang bekerja pada salah satu ujungnya dan mempunyai jarak
antara poros putar dengan sumber gaya, maka timbulah torsi pada batang yang mengakibatkan
batang tersebut bergerak. Sehingga kecepatan putar sudut akan semakin besar apabila torsi
yang bekerja pada batang semakin besar.
Kata kunci: Momen Inersia, Torsi.
Daftar Pustaka
Kamarwan, Sidharta S. 1999. STATIKA Bagian Dari Mekanika Teknik. edisi ke-2. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Layliah, Nur, Rahmat Eko, W. Hasan B. 2008. MOMEN INERSIA PADA RODA GILA.
Surabaya: Institut Teknologi Kalimantan

Anda mungkin juga menyukai