Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM FENOMENA BAHAN 2

DEFLEKSI

Disusun oleh:
Akhmad Firdaus (01/MS 3A)
Cahya Ramdhan Kusuma (02/MS 3A)
Chandra Wahyu Setiawan (03/MS 3A)
Andryana Dwiandara Wibowo (01/MS 3B)
Arvian Aditya Prasetyo (02/MS 3B)

PROGRAM STUDI

TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Defleksi

Pelaksana Praktikum :

1. Akhmad Firdaus (MS 3A - 01)


2. Cahya Ramdhan Kusuma (MS 3A - 02)
3. Chandra Wahyu Setiawan (MS 3A - 03)
4. Andryana Dwiandara Wibowo (MS 3B - 01)
5. Arvian Aditya Prasetyo (MS 3B - 02)

Waktu Pelaksanaan :

Hari, tanggal : Jumat, 20 dan 27 Desember 2019

Tempat : Laboratorium Fenomena Bahan

Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Dengan ini telah melakukan praktikum dan pengamatan pada setiap percobaan
sesuai dengan prosedur mata kuliah Praktikum Fenomena Bahan 2 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat.

Semarang, 18 Desember 2019

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Drs. Poedji Haryanto, S. ST., M. T.

NIP 19570731 198903 1 002


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan praktikum dengan
baik.

Laporan yang berjudul “Laporan Praktikum Fenomena Bahan 2 – Deflaksi” berisi


tentang teori – teori sambungan las gesek. Faktor yang mempengaruhi hasil analisis data
digunakan untuk membandingkan teori dengan hasil praktikum.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Poedji Haryanto, S. ST., M. T. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Fenomena Bahan 2.
2. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan secara moral
maupun materil dalam penyelesaian laporan ini.
3. Teman-teman kelas MS 3A dan MS 3B yang telah memberikan dukungan dan
semangat tiada hentinya.
4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan
ini, baik dari segi penyusunan, tata bahasa, maupun data-data yang dilaporkan. Oleh karena
itu, penulis memohon saran dan kritik yang membangun guna melengkapi dan
menyempurnakan Laporan Praktikum ini.

Atas semua perhatian dari segala pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun Laporan Praktikum ini, penulis ucapkan terima kasih.

Semarang, Desember 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB 2 DASAR TEORI

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Langkah-langkah Pengujian

BAB 4 DATA HASIL PRAKTIKUM

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai sebuah defleksi, baik
defleksi pada baja dan besi. Oleh sebab itu, dalam perancangan suatu bagian mesin
atau struktur, besarnya defleksi atau lendutan memegang peranan penting dan perlu
diperhitungkan, contohnya kontruksi jembatan. Apabila tidak diperhitungkan
secara detail maka akan berakibat fatal bagi pengguna jembatan tersebut, karena
faktor lendutan yang lebih besar akan mengurangi faktor safety pada kontruksi
tersebut.
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan
horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami
pembebanan tranversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defkesi. (Aidil Akbar,2018)
Faktor kegagalan suatu kontruksi mesin dapat dicegah dengan adanya
pengamatan kondisi struktur secara kontinyu maupun periodik agar dapat dilakukan
antisipasi. Oleh karena itu, perkembangan teknologi penelitian dalam metode
pengukuran defleksi saat ini semakin menarik untuk diteliti, dikarenakan hal ini
bertujuan agar meminimalisir kegagalan struktur yang dapat menimbulkan korban
jiwa serta kerugian material yang terjadi. Banyak metode dan instrument yang
umum digunakan dalam pengukuran defleksi yang terjadi seperti metode analisis
dan metode dengan mengukur secara langsung. Akan tetapi, metode tersebut
memiliki kelemahan yang sulit diterapkan untuk kasus masalah yang bersifat
kompleks

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan praktikum defleksi dengan
prosedur dengan benar
2. Mahasiswa dapat mengamati dan menganalisa pengujian defleksi pada benda
uji
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian deflesi pada benda uji
penampang persegi dengan beda uji penampang lingkaran

1.3 Manfaat
Setelah mempelajari teori dasar tentang las gesek ini, mahasiswa mampu :
1. Dapat mengetahui dan memahami defleksi benda uji
2. Dapat menilai mutu benda uji berdasarkan hasil defleksinya
BAB 2

DASAR TEORI

A. Pengertian Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan
horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda
dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami
pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi (Aidil Akbar,2018)
Deformasi adalah transformasi sebuah benda dari kondisi semula ke
kondisi terkini. Makna dari "kondisi" dapat diartikan sebagai serangkaian posisi
dari semua partikel yang ada di dalam benda tersebut ( Truesdell,2004). Deformasi
pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral
awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan
dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok.

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam


penerapan, kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang
balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.
B. Jenis – Jenis Defleksi
1. Deflkesi Vertikal (Δw)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik,
tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang vertikal, kemudian
kembali ke posisi semula.

2. Defleksi Horisontal (Δp)


Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (bending)
posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi, kemudian kembali
ke posisi semula. (Binsar Hariandja,1996)

Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang terutama di


peruntukkan memikul beban lateral, yaitu beban yang bekerja tegak lurus
sumbu aksial batang (Binsar Hariandja,1996).Beban semacam ini khususnya
muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban hidup
vertical, beban keran (crane) dan lain-lain.contoh sistem balok dapat di
kemukakan antara lain, balok lantai gedung, gelagar jembatan, balok penyangga
keran, dan sebagainya. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan tranversal baik
itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Unsur-
unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan
mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung,
balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau
mencegah dengan bahan-bahan jadi yang rapuh.Begitu pun kekuatan mengenai
karateristik deformasi dari bangunan struktur adalah paling penting untuk
mempelajari getaran mesin seperti juga bangunan-bangunan stasioner dan
penerbangan.
Dalam menjalankan fungsinya, balok meneruskan pengaruh beban
gravitasi keperletakan terutama dengan mengandalakan aksi lentur, yang
berkaitan dengan gaya berupa momen lentur dan geser. kalaupun timbul aksi
normal, itu terutama di timbulkan oleh beban luar yang relatif kecil, misalnya
akibat gaya gesek rem kendaraan pada gelagar jembatan, atau misalnya akibat
perletakan yang di buat miring.

C. Faktor Penentu Defleksi


1. Kekakuan Batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2. Besarnya Kecil Gaya yang Diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.
3. Jenis Tumpuan yang Diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin
(pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan
jepit.
4. Jenis Beban yang Terjadi pada Batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi
pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik.Ini karena
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi
pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja 1996).

D. Jenis – Jenis Tumpuan


1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan
gaya reaksi horizontal (Binsar Hariandja,1996). Tumpuan yang berpasak
mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada
umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua
komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah
vertical. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau penghubung,maka
perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang
terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah
komponen statika harus digunakan.

2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertical
(Binsar Hariandja,1996). Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis
aksi yang spesifik. Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini
dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya
dapat melawan beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak
lurus pada bidang cp.
3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu
kopel atau momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan membangun
sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton
atau mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah
momen.

E. Jenis – Jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah
jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :
1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil.
2. Beban Terbagi Merata
Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalam qm (kg/m atau kN/m).

3. Beban Bervariasi Uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.

F. Jenis – Jenis Batang


1. Batang Tumpuan Sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.
2. Batang Kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.

4. Batang Menerus
Bila tumpuan – tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

G. Fenomena Lendutan Batang


Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan
beban yang cukup besar. Lendutan batang untuk setiap titik dapat dihitung dengan
menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya
yang digunakan load cell. Lendutan batang sangat penting dalam konstruksi
terutama konstruksi mesin, dimana pada bagian-bagian tertentu seperti poros,
lendutan sangat tidak diinginkan karena adannya lendutan maka kerja poros atau
operasi mesin akan tidak normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada
bagian mesin atau pada bagian lainnya.
Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan
haruslah diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bagian-bagian tersebut haruslah
diukur dengan tepat untuk menahan gaya–gaya yang sesungguhnya atau yang
mungkin akan dibebankan kepadanya. Jadi poros sebuah mesin haruslah
diperlukan dan menahan gaya-gaya luar dan dalam. Demikian pula, bagian-bagian
suatu struktur komposit harus cukup tegar sehingga tidak akan melentung
melebihi batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban yang diizinkan.

H. Aplikasi Lendutan (Defleksi) Batang


Aplikasi dari analisa lendutan batang dalam bidang keteknikan sangat luas,
mulai dari perancangan poros transmisi sebuah kendaraan bermotor ini,
menujukkan bahwa pentingnya analisa lendutan batang ini dalam perancangan.
Sebuah konstruksi teknik, berikut adalah beberapa aplikasi dari lendutan batang :
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang
sangat penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda
atau kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis
yang bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya
lendutan batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut.
Defleksi yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan
perpatahan pada jembatan tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam
membuat jembatan.

2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara
radial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi.
Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus.
Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada
pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu, benda dinamis yang
berputar pada sumbunya.
3. Rangka (Chasis) Kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar, memiliki
kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun
konstruksinya.

4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang


Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat
tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang
tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan
analisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material
atau batang-batang penyusun pesawat tersebut, untuk mencegah terjadinya
defleksi secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena
beban terus- menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap
dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu, saat mengangkat material
kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena
salah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan
mengalami batas tahan maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut
tersebut

I. Modulus Elastisitas
Modulus elastitas merupakan perbandingan unsur tegangan normal dan
regangan normal. Adapun persamaan dinyatakan sebagai berikut :

J. Rotasi Benda Tegar


Dalam penyelesaian seal rotasi benda tegar perlu diperhatikan dua hal yaitu :
1. Gaya sebagai penyebab dari perubahan gerak translasi.
2. Momen gaya atau momen kopel sebagai penyebab dari perubahan gerak rotasi.

Momen Gaya (t) adalah gaya kali jarak/lengan. Arah gaya dan arah jarak harus
tegak lurus.
K. Metode – Metode Perhitungan Lendutan
Momen Gaya (t) adalah gaya kali jarak/lengan. Arah gaya dan arah jarak
harus tegak lurus :
1. Metode integrasi ganda (”doubel integrations”).
2. Metode luas bidang momen (”Momen Area Method”).
3. Metode energy.
4. Metode superposisi.
Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui
defleksi sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen
sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui lendutan dalam satu tempat saja.
Asumsi yang dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah
hanyalah defleksi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus
terhadap sumbu balok, defleksi yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan
panjang baloknya, dan irisan yang berbentuk bidang datar akan tetap berupa
bidang datar walaupun berdeformasi.
Suatu struktur sedehana yang mengalami lentur dapat digambarkan
sebagaimana gambar 2.19, dimana y adalah defleksi pada jarak x, dengan x adalah
jarak lendutan yang ditinjau, dx adalah jarak mn, dθ sudut mon, dan r adalah jari-
jari lengkung.
BAB 3

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


a) Alat
1. Mesin bubut

2. Dial indikator

3. Beban 500gr,100gr,5000gr
4. Penggait

5. Penggaris panjang 30cm

6. Penggores
b. Bahan
1. Besi beton penampang persegi (6mmx6mm)

2. Silver steel penampang lingkaran ( diameter 5,5mm)


3.2 Langkah-langkah Pengujian
1. Pasang benda uji pada mesin bubut yaitu pada head stock dan tail stock dengan
bantuan chuck drill.
2. Tentukan panjang benda dengan memaju-mundurkan tail stock.
3. Tentukan titik tengah benda kerja dengan menggunakan penggaris dan penggores.
4. Pasang dial indikator pada eretan atas mesin bubut dan arahkan stylus ke titik tengah
yang telah ditentukan dan sentuhkan ke benda uji hingga jarum bergerak ke
beberapa mm skeiranya dapat membaca defleksi yang akan terjadi.
5. Siapkan beban yang akan digunakan beserta variasi pembebannya.
6. Pasang pengait titik tengah benda kerja (berdasarkan stylus dial,tapi jangan sampai
bersenuhan karen akan mempengaruhi pengukuran ).
7. Setting dial indikator pada posisi nol.
8. Beri beban yang telah ditentukan.
9. Baca defleksi yang terjadi melalui jarum indicator.
10. Ulangi langkah ke 6-9 dengan beban yang berbeda
BAB 4

DATA PRAKTIKUM

Bahan Defleksi 4.1 Benda Uji Penampang Persegi

1 Kg 1,77 mm b = 6 mm = 0,006 m

3 Kg 5,28 mm h = 6 mm = 0,006 m
L = 82,5 Cm = 0,825 m
5 Kg 7,06 mm

Bahan Defleksi
`
1 Kg 3,64 mm
4.2 Benda Uji Penampang Lingkaran
1,5 Kg 7,19 mm
d = 5,5 MM = 0,0055 M
2 Kg 8,76 mm
L = 88 Cm = 0,88 m

4.3 Menghitung Nilai Modulus Elastisitas

1. Benda Uji Penampang Persegi


Beban tepat di posisi tengah

𝐹 . 𝐿3 Keterangan :
𝑦=
48 . 𝐸 . 𝐼𝑥 Y = defleksi (m)

F = baban (massa x gravitasi)(N)


3
𝐹 .𝐿
𝐸= E = modulus elastisitas (N/m3)
48 . 𝑦 . 𝐼𝑥
Ix = momen inersia area (m4)

1 L = panjang benda (m)


𝐼𝑥 = 𝑏 . ℎ3
12 b = panjang sisi (m)

h = panjang sisi (m)


1 4
𝐼𝑥 = 𝑏
12
 Beban 1 Kg
1 . 9,81 . 𝑁 . (0,825)3 . 𝑚3
𝐸=
1
48 . 0,00177 . 𝑚 . 12 . (0,006)4 . 𝑚4
𝑁
𝐸 = 6,00 . 1011 2 = 600 𝐺𝑃𝑎
𝑚

 Beban 3 Kg
3 . 9,81 . 𝑁 . (0,825)3 . 𝑚3
𝐸=
1
48 . 0,00528 . 𝑚 . 12 . (0,006)4 . 𝑚4
𝑁
𝐸 = 6,03 . 1011 2 = 603 𝐺𝑃𝑎
𝑚

 Beban 5 Kg
5 . 9,81 . 𝑁 . (0,825)3 . 𝑚3
𝐸=
1
48 . 0,00706 . 𝑚 . 12 . (0,006)4 . 𝑚4
𝑁
𝐸 = 7,52 . 1011 2 = 752 𝐺𝑃𝑎
𝑚
Jadi, modulus elastisitas rata – rata benda uji penampang persegi adalah

65167 GPa atau 651 , 67 .109 N/m2 atau 6,5167 . 1011 N/m2

2. Benda Uji Penampang Lingkaran


Beban tepat di posisi tengah

𝐹 . 𝐿3
𝑦=
48 . 𝐸 . 𝐼𝑥
𝐹 . 𝐿3 Keterangan :
𝐸=
48 . 𝑦 . 𝐼𝑥
Y = defleksi (m)

F = baban (massa x gravitasi)(N)


𝜋
𝐼𝑥 = . 𝑟4
64 E = modulus elastisitas (N/m3)

Ix = momen inersia area (m4)


𝜋
𝐼𝑥 = . 𝑑4 L = panjang benda (m)
64
D = diameter (m)

 Beban 1 Kg
1 . 9,81 . 𝑁 . (0,88)3 . 𝑚3
𝐸=
3,14
48 . 0,00364 . 𝑚 . 64 . (0,0055)4 . 𝑚4
𝑁
𝐸 = 8,52 . 1011 2 = 852 𝐺𝑃𝑎
𝑚

 Beban 1,5 Kg
1,5 . 9,81 . 𝑁 . (0,88)3 . 𝑚3
𝐸=
3,14
48 . 0,00719. 𝑚 . 64 . (0,0055)4 . 𝑚4
𝑁
𝐸 = 6,47 . 1011 2 = 647 𝐺𝑃𝑎
𝑚

 Beban 2 Kg
2 . 9,81 . 𝑁 . (0,88)3 . 𝑚3
𝐸=
3,14
48 . 0,00876. 𝑚 . 64 . (0,0055)4 . 𝑚4
𝑁
𝐸 = 7,08 . 1011 2 = 708 𝐺𝑃𝑎
𝑚
Jadi, modulus elastisitas rata – rata benda uji penampang lingkaran adalah

735 , 67 GPa atau 735 , 67 .109 N/m2 atau 7,3567 . 1011 N/m2
BAB 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Benda Uji Penampang Persegi


Pengujian defleksi yang telah dilakukan menghasilkan data bahwa pada benda uji
penampang persegi dengan panjang 82,5 cm apabila diberi beban dibagian tengah dengan
berat beban 1 Kg, 3 Kg, dan 5 Kg, masing masing menghasilkan nilai modulus elastisitas
sebesar 600 GPa, 603 GPa, dan 725 Gpa.
Pada dasar teori telah dijelaskan bahwa besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang
berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.

Modulus Elastisitas
Benda Uji Penampang Persegi

800 752
Modulus Elastisitas (GPa)

700
600 603
600
500
400
300
200
100
0
Beban 1 Kg Beban 3 Kg Beban 5 Kg

Pada diagram di atas terlihat bahwa modulus elastisitas terkecil dihasilkan oleh beban
1 Kg sedangkan modulus elastisitas terbesar dihasilkan oleh beban 5 Kg. Hal tersebut
berarti hasil pengujian relevan dengan dasar teori, bahwasanya semakin besar beban yang
diberikan maka akan semakin besar pula modulus elastisitasnya. Dan sebaliknya, semakin
kecil beban yang diberikan maka akan semakin kecil pula modulus elastisitas yang
dihasilkan.
5.2 Benda Uji Penampang Lingkaran
Pengujian defleksi yang telah dilakukan menghasilkan data bahwa pada benda uji
penampang persegi dengan panjang 88 cm apabila diberi beban dibagian tengah dengan
berat beban 1 Kg, 1,5 Kg, dan 2 Kg, masing masing menghasilkan nilai modulus elastisitas
sebesar 852 GPa, 647 GPa, dan 708 Gpa.
Pada dasar teori telah dijelaskan bahwa besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang
berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar
beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.

Modulus Elastisitas
Benda Uji Penampang Lingkaran

852
Modulus Elastisitas (Gpa)

900
800 708
700 647
600
500
400
300
200
100
0
Beban 1 Kg Beban 1,5 Kg Beban 2 Kg

Pada diagram di atas terlihat bahwa modulus elastisitas terkecil dihasilkan oleh beban
1,5 Kg sedangkan modulus elastisitas terbesar dihasilkan oleh beban 1 Kg. Hal tersebut
berarti hasil pengujian tidak relevan dengan dasar teori, bahwasanya semakin besar beban
yang diberikan maka akan semakin besar pula modulus elastisitasnya. Dan sebaliknya,
semakin kecil beban yang diberikan maka akan semakin kecil pula modulus elastisitas
yang dihasilkan.
Pada kenyataannya hasil pengujian didapatkan bahwa pada beban 1 Kg modulus
elastisitasnya tinggi daripada dengan beban 1,5 Kg. Ketidakcocokan hasil pengujian ini
desebabkan oleh bebarapa faktor dimana salah satunya adalah kesalahan dalam
pembacaan.
5.3 Perbandingan Rata – Rata Modulus Elastisitas
Dari ketiga pengujian pada benda uji penampang persegi dan lingkaran lalu di rata –
rata untuk menghasilkan modulus elastisitas rata – rata nya. Hasilnya dapat kuta lihat pada
diagram di bawah ini.

Rata - Rata Modulus Elastisitas Benda Uji

760
735,67
740
Modulus Elastisitas (GPa)

720
700
680
660 651,67

640
620
600
Penampang Persegi Penampang Lingkaran

Pada dasar teori telah dijelaskan bahwa semakin kaku suatu batang maka lendutan
batang yang akan terjadi pada batang akan semakin kecil. Ini artinya semakin kaku
batang maka modulus elastisitasnya akan semakin kecil.

Pada pengujian, modulus elastisitas benda uji penampang lingkaran lebih kecil
daripada modulud elastisitas benda uji penampang persegi. Hal ini disebabkan oleh
karena benda uji penampang persegi lebih kaku daripada benda uji penampang
lingkaran. Hal ini relevan dengan dasar teori yang telah dijelaskan pada bab 2.
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data, analisis dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil.
2. Besar - kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi.
3. Benda uji penampang persegi mempunya rata – rata modulus elastisitas yang lebih
besar daripada benda uji penampang lingkaran.

6.2 Saran
1. Ukur benda uji dengan alat ukur yang lebih presisi sehingga dihasilkan data yang
lebih valid.
2. Perhatiakan dengan seksama hasil jarum yang ditunjukkan pada dial indicator.
3. Akan lebih baik apabila terdapat jobsheet yang dapat mendukung praktikum yang
dilakukan sehingga dapat meminimalisit terjadinya kesalan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar,Aidil. 2018. ANALISIS DEFLEKSI ENGINE STAND SUZUKI VITARA DENGAN


METODE SIMULASI.Vol 06(01). Program Studi Teknik Otomotif Politeknik
Hasnur:Banjarmasin

Team Asisten LKM.2004. Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid. Konstruksi
Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT- Universitas Riau : Pekanbaru.

William T. Thomson.1998.Theori Of Vibration With Application Practice.Hall Int:

London.

Truesdell, C. and Noll, W., (2004), The non-linear field theories of mechanics: Third edition,
Springer

Binsar Hariandja.1996.Mekanika Bahan dan Pengantar Teori Elastisitas, P.T. Penerbit


Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai