PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pembelajaran yang semakin maju dalam penggunaan peralatan bantu yang
mampu membuat mahasiswa menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan pada proses
pengkajian teori di lingkungan universitas maupun di luar universitas. Penerapan ilmu
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan pengadaan praktikum teknik mesin yang menjadi mata
kuliah yang harus di dapatkan oleh setiap mahasiswa.
Praktikum fenomena dasar mesin ini merupakan salah satu proses pembelajaran di
Institut Teknologi Budi Utomo dengan menggunakan simulasi peralatan yang mampu
mengaktualisasikan teori yang telah dipelajari sehingga mahasiswa mampu melakukan analisa,
penelitian dan pembuktian secara langsung.
Praktikum fenomena dasar mesin ini terdiri dari satu modal yaitu fenomena dasar
mesin statika struktur tentang defleksi berfungsi untuk mengetahui fenomena defleksi dan
mencari tahu modulus elastisitasnya.
Pada praktikum ini membahas tentang defleksi pada batang uji dan memberikan
gambaran secara actual serta memberikan ilmu terapan yang bisa mengetahui defleksi dan
modulus elastisitasnya pada batang uji yang diberikan beban yang variatif dan praktikum ini
dapat memberikan gambaran dalam membangun sebuah jembatan dan lain lain.
1
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan praktikum ini adalah terdiri dari 6 BAB yaitu :
BAB. I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.
BAB. II PENGUJIAN BATANG DENGAN DUA PENGUJIAN
Menjelaskan mengenai teori dasar statika struktur dan hasil praktikum
defleksi dengan tumpuan.
BAB. III PENGUJIAN BATANG KANTILEVER
Menjelaskan tentang teori dasar statika struktur dan hasil pengujian
batang kantilever dengan satu tumpuan.
BAB. IV PENGUJIAN MEKANIKA FLUIDA DASAR
Menjelaskan tentang teori dasar dan hasil pengujian mekanika fluida
dasar.
BAB. V PENGUJIAN IMPAK
Menjelaskan tentang teori dasar dan hasil pengujian Impak.
BAB. VI PENUTUP
Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari semua percobaan yang
dilakukan.
2
BAB II
Terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai dalam praktikum statika struktur
ini. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk menghitung secara eksperimen gaya-gaya yang terjadi pada batang dengan
2 tumpuan terhadap pembebanan yang bermacam-macam.
b) Jenis tumpuan
c) Jenis material
d) Kekuatan material
Salah satu factor yang sangat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah jenis
tumpuan.
a) Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menahan momen dan gaya
dalam arah vertical maupun horizontal.
b) Tumpuan Engsel
3
c) Tumpuan Rol
Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah jenis beban
yang diberikan kepadanya, dan berikut jenis pembebanan :
a. Beban Terpusat
b. Beban Terbagai Merata
c. Beban Bervariasi Uniform
F
A B
RA a b RB
∑M = 0, ∑ Fx = 0, ∑ Fy = 0
∑ MA = 0
RA . 0 + F . a + RB . L = 0
RB = b.f / L
∑ MB = 0
RA . L + F . b + RB . 0 = 0
RA = b.f / L
Sehingga di dapat F = RA + RB
Dimana :
RA = tumpuan A
RB = tumpuan B
F = gaya yang bekerja pada batang AB
b = jarak dari tumpuan B ke gaya F
a = jarak dari tumpuan A ke gaya F
L = panjang batang AB
4
Begitu juga untuk mencari reaksi tumpuan A dan B untuk beban banyak. Sedangkan
defleksi batang pada jarak x dan A dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐹.𝑏.𝑥
𝛿= (𝐿2 − 𝑏 2 − 𝑋 2 )
6.𝐸.𝐼
𝐹.𝑏.𝑥 𝐹(𝑥−𝑎)
𝛿= (𝐿2 − 𝑏 2 − 𝑋 2 +
6.𝐸.𝐼 𝑏
Dimana :
𝛿x = defleksi yang terjadi pada jarak x dari tumpuan A
F = gaya yang bekerja pada batang AB
b = jarak dari tumpuan B ke gaya F
a = jarak dari tumpuan A ke gaya F
x = titik yang di cari defleksinya
E = modulus elastisitas
L = panjang batang AB
I = Momen inersia
5
b. Dial Indikator
c. Beban Uji
6
2.4 Prosedur Percobaan/ Pengujian
Adapun prosedur percobaan ini adalah
a. Untuk menguji reaksi tumpuan
1. Siapkan alat yang digunakan untuk pengujian gaya reaksi pada batang 2
tumpuan, periksa dan pastikan semua alat dalam keadaan baik.
2. Pasanglah dial indicator ditempat yang tersedia.
3. Letakkan beban pertama (2 kg x 3) dan jarak nya ditentukan oleh asisten pada
dua tumpuan batang uji.
4. Bacalah gaya reaksi defleksi yang terjadi pada dial indicator setiap kali
penambahan beban.
5. Tambahkan beban secara bertahap (ikutilah petunjuk asisten) dan catat reaksi
pada dial indicator setiap kali penambahan beban.
6. Ulangilah percobaan diatas dengan variasi beban yang lainnya (ikuti
petunjuk asisten).
b. Untuk pengujian defleksi pada batang
1. Ikutilah prosedur 1-4 diatas.
2. Ukurlah terlebih dahulu jarak titik A dan B dari dasar rangka (h0) dengan
menggunakan dial indicator atau mistar.
3. Pasanglah dial indicator pada titik x dimana kita ingin mengukur defleksinya.
4. Bacalah harga h1 yang terukur pada alat dial indicator tersebut.
5. Dari h0 dan h1 kita dapat menghitung defleksi yang terjadi yaitu = h0 – h1
6. Catatlah keadaan table yang tersedia.
7. Ulangilah percobaan 2 sampai 3 untuk titik yang lainnya.
7
Tabel 1.1 Data Hasil Percobaan
Jarak Jarak
Defleksi
Tumpuan A Tumpuan B
Beban F (kg) yang terjadi
ke Gaya F a Ke gaya F b
𝜹x (cm)
(cm) (cm)
8 8 0,05
2 10 10 0,08
13 13 0,17
8 8 0,10
4 10 10 0,19
13 13 0,37
8 8 0,18
6 10 10 0,32
13 13 0,59
𝑏. 𝐹 8𝑥2
𝑅𝐴 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 16
𝑏. 𝐹 8𝑥2
𝑅𝐵 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 16
8
Untuk jarak A ke gaya F (a) = 10 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 10 cm
𝑏. 𝐹 10 𝑥 2
𝑅𝐴 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 20
𝑏. 𝐹 10 𝑥 2
𝑅𝐵 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 20
𝑏. 𝐹 13 𝑥 2
𝑅𝐴 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 26
𝑏. 𝐹 13 𝑥 2
𝑅𝐵 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 26
𝑏. 𝐹 8𝑥4
𝑅𝐴 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 16
𝑏. 𝐹 8𝑥4
𝑅𝐵 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 16
𝑏. 𝐹 10 𝑥 4
𝑅𝐵 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 20
𝑏. 𝐹 13 𝑥 4
𝑅𝐴 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 26
𝑏. 𝐹 13 𝑥 4
𝑅𝐵 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 26
𝑏. 𝐹 8𝑥6
𝑅𝐵 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 16
9
Untuk jarak A ke gaya F (a) = 10 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 10 cm
𝑏. 𝐹 10 𝑥 6
𝑅𝐴 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 20
𝑏. 𝐹 10𝑥 6
𝑅𝐵 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 20
𝑏. 𝐹 13 𝑥 6
𝑅𝐴 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 26
𝑏. 𝐹 13 𝑥 6
𝑅𝐵 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 26
8 8 1 1 0,05
2 10 10 1 1 0,08
13 13 1 1 0,17
8 8 2 2 0,10
4 10 10 2 2 0,19
13 13 2 2 0,37
8 8 3 3 0,18
6 10 10 3 3 0,32
13 13 3 3 0,59
10
2.7 Kesimpulan & Saran
Kesimpulannya adalah momen yang terjadi pada batang disebabkan karena
adanya gaya-gaya dan jarak. Semakin besar gaya dan jarak yang diberikan, maka
semakin besar pula momen gaya yang dihasilkan. Begitu juga lendutan yang dihasilkan,
jika jaraknya jauh maka lendutan yang terjadi akan semakin besar.
11
BAB III
12
Defleksi pada suatu batang berhubungan langsung dengan regangan yang
terjadi pada batang tersebut (∆/𝐿). Jika regangan yang terjadi pada struktur semakin
besar, maka tegangan struktur pun akan bertambah besar. Defleksi sangat penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan desain struktur dan membantu dalam analisa
struktur.
A B 𝛿
X
c
Kantilever seperti gambar diatas, bila diberi beban gaya F pada jarak c dari A
maka akan mengalami lendutan (Defleksi) yang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus dibawah ini.
𝐹𝑥 2
𝛿𝑥 = (𝑥 − 3𝐿)
6𝐸𝐼
Dimana :
𝐹. 𝑐
𝑅𝐴 =
𝐿
13
3.3 Alat Yang Di Gunakan
Beberapa alay yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Rangka uji statika struktur
14
3.4 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan ini adalah :
a. Siapkan alat yang digunakan dalam percobaan ini.
b. Pasanglah batang uji pada rangka statika struktur dengan menjepit batang tersebut
pada jepitan A.
c. Pasang pegas penggantung pada ujung batang.
d. Pasang dial indicator pada tempat yang hendak di ukur defleksinya.
e. Pasang beban pada tempat yang telah ditentukan oleh asisten.
f. Bacalah defleksi yang terjadi dan catat penambahan defleksi yang terjadi.
g. Ulangi percobaan no 5 sampai 7 untuk jarak dan beban lainnya.
0,1 40 0,11 80
0,2 110 0,22 330
1,25 Kg 0,3 1,1 200 0,34 580
0,4 390 0,45 760
0,5 580 0,56 800
15
3.6 Pembahasan & Perhitungan
16
3.7 Analisa & Kesimpulan
Dari analisa saya selama melakukan praktikum statika struktur (simple Beam)
bahwa jika gaya semakin besar, defleksi yang dihasilkan semakin besar berbanding
lurus dengan jarak. Jika jarak semakin besar maka defleksi juga semakin besar.
17
BAB IV
Selain itu, percobaan ini untuk mengetahui debit aliran, baik melalui fruid
friction apparatus, venturi dan pancaran fluida , dan untuk mengetahui seberapa besar
kerugian tekanan yang terjadi serta faktor gesekan di sepanjang pipa.
Aliran pipa (conduit flow) atau dinamakan aliran tertutup dapat mengalir pada
keadaan mantap (steady flow) maupun tidak mantap (non steady flow). Persamaan
penentu (governing equation) untuk aliran mantap pada aliran pipa mengacu pada
persamaan Bernoulli sebagai berikut ini.
B
A
a. Orang yang membuka atau menutup valve pada pengujian mekanika fluida.
b. Orang yang membaca dial indikator.
c. Orang yang mencatat hasil pengujian kedalam table yang tersedia.
18
4.4 Data Hasil Percobaan
4.5 Kesimpulan
Setelah melakukan beberapa percobaan dan analisis data dapat Kami simpulkan
bahwa kehilangan energy dipengaruhi oleh gesekan antara aliran air dan pipa yang
mennnyebabkan kehilangan energy primer, adanya perubahan luas penampang pipa
dan belokan yang menyebabkan kehilangan energy sekunder.
Jenis aliran yang mengalir pada pipa percobaan adalah turbulence karena Re>4000.
Pada percobaan pancaran fluida berlaku hukum Newton II yang merupakan perubahan
momentum.
19
BAB V
PENGUJIAN IMPAK
5.1 Tujuan Percobaan
Sejarah pengujian impak terjadi pada masa perang dunia 2, karena ketika itu
banyak terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal
perang dan tanker-tanker. Di antara fenomena patahan tersebut ada yang patah
sebagian dan ada yang patah terbelah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini terjadi
terutama terjadi pada saat musim dingin ketika di laut bebas kapal sedang berlabuh.
Contoh yang sangat terkenal tenteng fenomena patahan getas adalah kapal Titanic
yang melintasi samudra Atlantik. Dasar pengujian impak adalah penyerapan energi
potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan
menumbuk benda uji sehinga benda uji mengalami deformasi.
Jenis-jenis uji impak secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis
yaitu :
20
5.3 Alat-Alat yang di Gunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Spesimen Uji
2. Mesin Uji Destruktif
3. Dial Gauge
4. Caliper
5. Penggaris
6. Alat Tulis
21
5.5 Data Hasil Percobaan
Hasil yang kami dapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Material : BAJA ST 37 (Tanpa dipanaskan)
____________
9,6 mm
55,7 mm
𝑈 182 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
Harga Impak = 𝐴 = 534,72 𝑚𝑚2 = 0,340 joule/𝑚𝑚2
a.) Spesimen sebelum uji impak b.) Spesimen sesudah uji impak
22
Gambar V.2 Bentuk patahan spesimen uji impak
Kesimpulan
1. Kita dapat menentukan harga impak dengan menggunakan uji impak.
2. Pukulan takik digunakan untuk menentukan kekuatan benda terhadap beban
kejut.
3. Bentuk patahan pada spesimen yang tidak dipanaskan, bentuk patahannya
ditandai dengan permukaan patahan yang datar dan memperlihatkan daya pantul
cahaya yang tinggi serta mengkilat.
4. Sehingga pada spesimen Baja ST 37 dengan suhu ruangan (26℃), terjadi patah
getas.
Saran
1. Sebaiknya spesimen dalam uji impak ini lebih dari satu, agar mahasiswa
mengetahui perbandingan kekuatan bahan spesimen uji.
2. Alangkah baiknya apabila juga disertakan perbedaan suhu spesimen. Sebagai
contoh : spesimen Baja ST 37 dengan suhu ruangan (26℃), dengan
perbandingan spesimen yang telah dipanaskan Baja ST 37 dengan suhu (250℃).
Agar mahasiswa mengetahui perbandingan suhu dapat mempengaruhi kekuatan
bahan spesimen uji.
23
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
4. Percobaan Impak
Kita dapat menentukan harga impak dengan menggunakan uji impak dan
Pukulan takik digunakan untuk menentukan kekuatan benda terhadap beban kejut.
6.2 Saran
24