Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pembelajaran yang semakin maju dalam penggunaan peralatan bantu yang
mampu membuat mahasiswa menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan pada proses
pengkajian teori di lingkungan universitas maupun di luar universitas. Penerapan ilmu
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan pengadaan praktikum teknik mesin yang menjadi mata
kuliah yang harus di dapatkan oleh setiap mahasiswa.
Praktikum fenomena dasar mesin ini merupakan salah satu proses pembelajaran di
Institut Teknologi Budi Utomo dengan menggunakan simulasi peralatan yang mampu
mengaktualisasikan teori yang telah dipelajari sehingga mahasiswa mampu melakukan analisa,
penelitian dan pembuktian secara langsung.
Praktikum fenomena dasar mesin ini terdiri dari satu modal yaitu fenomena dasar
mesin statika struktur tentang defleksi berfungsi untuk mengetahui fenomena defleksi dan
mencari tahu modulus elastisitasnya.
Pada praktikum ini membahas tentang defleksi pada batang uji dan memberikan
gambaran secara actual serta memberikan ilmu terapan yang bisa mengetahui defleksi dan
modulus elastisitasnya pada batang uji yang diberikan beban yang variatif dan praktikum ini
dapat memberikan gambaran dalam membangun sebuah jembatan dan lain lain.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan teknik mesin tentang defleksi dan modulus
elastisitas yang telah dipelajari.
2. Sebagai gambaran dalam merancang sebuah jembatan atau lainnya yang
berhubungan dengan ilmu statika khususnya defleksi dan modulus elastisitas.
3. Melakukan penelitian defleksi dan modulus elastisitas pada batang uji yang sesuai
dengan pedoman praktikum.

1.3 Batasan masalah


1. Praktikum dilakukan dengan peralatan yang ada di laboratorium teknik mesin
Institut Teknologi Budi Utomo.
2. Pengambilan data sesuai dengan buku pedoman praktikum fenomena dasar mesin.

1
1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan praktikum ini adalah terdiri dari 6 BAB yaitu :
BAB. I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan
masalah, dan sistematika penulisan.
BAB. II PENGUJIAN BATANG DENGAN DUA PENGUJIAN
Menjelaskan mengenai teori dasar statika struktur dan hasil praktikum
defleksi dengan tumpuan.
BAB. III PENGUJIAN BATANG KANTILEVER
Menjelaskan tentang teori dasar statika struktur dan hasil pengujian
batang kantilever dengan satu tumpuan.
BAB. IV PENGUJIAN MEKANIKA FLUIDA DASAR
Menjelaskan tentang teori dasar dan hasil pengujian mekanika fluida
dasar.
BAB. V PENGUJIAN IMPAK
Menjelaskan tentang teori dasar dan hasil pengujian Impak.
BAB. VI PENUTUP
Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari semua percobaan yang
dilakukan.

2
BAB II

PENGUJIAN BAHAN DENGAN DUA TUMPUAN

2.1 Tujuan Percobaan

Terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai dalam praktikum statika struktur
ini. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

a. Untuk menghitung secara eksperimen gaya-gaya yang terjadi pada batang dengan
2 tumpuan terhadap pembebanan yang bermacam-macam.

b. Untuk membandingkan eksperimen dengan perhitungan teoritis.

2.2 Teori Dasar

Pada konstruksi teknik, hamper dipastikan semuanya memerlukan perhitungan-


perhitungan yang baik agar desain yang dibangun dan seat diaplikasikan benar-benar
kuat dan berfungsi. Hal-hal ini tersebut berkaitan dengan gaya-gaya yang menjadi
tanggungan desain konstruksi tersebut. Saat menerima gaya, konstruksi akan
mengalami defleksi sesuai dengan gaya yang diterima dan jenis material yang
digunakan untuk konstruksi tersebut.

Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah :

a) Besar dan jenis pembebanan

b) Jenis tumpuan

c) Jenis material

d) Kekuatan material

Salah satu factor yang sangat mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah jenis
tumpuan.

Berikut adalah beberapa jenis tumpuan yang sering digunakan :

a) Tumpuan Jepit

Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menahan momen dan gaya
dalam arah vertical maupun horizontal.

b) Tumpuan Engsel

Tumpuan Engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal


maupun gaya vertical yang bekerja padanya.

3
c) Tumpuan Rol

Tumpuan Rol merupakan tumpuan yang biasa menahan komponen gaya


vertical yang bekerja padanya.

Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah jenis beban
yang diberikan kepadanya, dan berikut jenis pembebanan :

a. Beban Terpusat
b. Beban Terbagai Merata
c. Beban Bervariasi Uniform
F

A B

RA a b RB

Gambar II.1 Batang dengan 2 tumpuan.

Reaksi pada tumpuan A dan B dapat dihitung dengan menggunakan syarat


keseimbangan. Suatu benda dalam keadaan setimbang bila :

∑M = 0, ∑ Fx = 0, ∑ Fy = 0

Untuk gambar II.2 reaksi tumpuan A dapat dihitung sebagai berikut :

∑ MA = 0
RA . 0 + F . a + RB . L = 0
RB = b.f / L

Reaksi pada tumpuan B dapat dihitung sebagai berikut :

∑ MB = 0
RA . L + F . b + RB . 0 = 0
RA = b.f / L

Sehingga di dapat F = RA + RB

Dimana :
RA = tumpuan A
RB = tumpuan B
F = gaya yang bekerja pada batang AB
b = jarak dari tumpuan B ke gaya F
a = jarak dari tumpuan A ke gaya F
L = panjang batang AB

4
Begitu juga untuk mencari reaksi tumpuan A dan B untuk beban banyak. Sedangkan
defleksi batang pada jarak x dan A dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk harga x < a maka digunakan rumus sebagai berikut :

𝐹.𝑏.𝑥
𝛿= (𝐿2 − 𝑏 2 − 𝑋 2 )
6.𝐸.𝐼

Untuk harga x > a maka digunakan rumus berikut :

𝐹.𝑏.𝑥 𝐹(𝑥−𝑎)
𝛿= (𝐿2 − 𝑏 2 − 𝑋 2 +
6.𝐸.𝐼 𝑏

Dimana :
𝛿x = defleksi yang terjadi pada jarak x dari tumpuan A
F = gaya yang bekerja pada batang AB
b = jarak dari tumpuan B ke gaya F
a = jarak dari tumpuan A ke gaya F
x = titik yang di cari defleksinya
E = modulus elastisitas
L = panjang batang AB
I = Momen inersia

2.3 Alat yang digunakan


Beberapa alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Satu set alat penguji defleksi

Gambar II.2 Alat Penguji Defleksi dan Modulus Elastisitas

5
b. Dial Indikator

Gambar II.3 Dial Indikator

c. Beban Uji

Gambar II.4 Beban Uji

d. Dial Indikator / Mistar

Gambar II.5 Mistar

6
2.4 Prosedur Percobaan/ Pengujian
Adapun prosedur percobaan ini adalah
a. Untuk menguji reaksi tumpuan
1. Siapkan alat yang digunakan untuk pengujian gaya reaksi pada batang 2
tumpuan, periksa dan pastikan semua alat dalam keadaan baik.
2. Pasanglah dial indicator ditempat yang tersedia.
3. Letakkan beban pertama (2 kg x 3) dan jarak nya ditentukan oleh asisten pada
dua tumpuan batang uji.
4. Bacalah gaya reaksi defleksi yang terjadi pada dial indicator setiap kali
penambahan beban.
5. Tambahkan beban secara bertahap (ikutilah petunjuk asisten) dan catat reaksi
pada dial indicator setiap kali penambahan beban.
6. Ulangilah percobaan diatas dengan variasi beban yang lainnya (ikuti
petunjuk asisten).
b. Untuk pengujian defleksi pada batang
1. Ikutilah prosedur 1-4 diatas.
2. Ukurlah terlebih dahulu jarak titik A dan B dari dasar rangka (h0) dengan
menggunakan dial indicator atau mistar.
3. Pasanglah dial indicator pada titik x dimana kita ingin mengukur defleksinya.
4. Bacalah harga h1 yang terukur pada alat dial indicator tersebut.
5. Dari h0 dan h1 kita dapat menghitung defleksi yang terjadi yaitu = h0 – h1
6. Catatlah keadaan table yang tersedia.
7. Ulangilah percobaan 2 sampai 3 untuk titik yang lainnya.

2.5 Data Percobaan/ Pengujian Batang Uji


a. Panjang batang (L) = 30 cm
b. Modulus elastisitas besi (E) = 2,1 x 106
c. Momen Inersia (I) = 50,78 x 105

7
Tabel 1.1 Data Hasil Percobaan

Jarak Jarak
Defleksi
Tumpuan A Tumpuan B
Beban F (kg) yang terjadi
ke Gaya F a Ke gaya F b
𝜹x (cm)
(cm) (cm)

8 8 0,05

2 10 10 0,08

13 13 0,17

8 8 0,10

4 10 10 0,19

13 13 0,37

8 8 0,18

6 10 10 0,32

13 13 0,59

2.6 Pembahasan & Perhitungan


a. Percobaan dengan beban (F) = 2 kg
Untuk jarak A ke gaya F (a) = 8 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 8 cm

𝑏. 𝐹 8𝑥2
𝑅𝐴 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 16

𝑏. 𝐹 8𝑥2
𝑅𝐵 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 16

8
Untuk jarak A ke gaya F (a) = 10 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 10 cm

𝑏. 𝐹 10 𝑥 2
𝑅𝐴 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 20
𝑏. 𝐹 10 𝑥 2
𝑅𝐵 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 20

Untuk jarak A ke gaya F (a) = 13 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 13 cm

𝑏. 𝐹 13 𝑥 2
𝑅𝐴 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 26

𝑏. 𝐹 13 𝑥 2
𝑅𝐵 = = = 1 𝑘𝑔
𝐿 26

b. Percobaan dengan beban (F) = 4 kg

Untuk jarak A ke gaya F (a) = 8 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 8 cm

𝑏. 𝐹 8𝑥4
𝑅𝐴 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 16

𝑏. 𝐹 8𝑥4
𝑅𝐵 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 16

Untuk jarak A ke gaya F (a) = 10 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 10 cm


𝑏. 𝐹 10 𝑥 4
𝑅𝐴 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 20

𝑏. 𝐹 10 𝑥 4
𝑅𝐵 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 20

Untuk jarak A ke gaya F (a) = 13 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 13 cm

𝑏. 𝐹 13 𝑥 4
𝑅𝐴 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 26

𝑏. 𝐹 13 𝑥 4
𝑅𝐵 = = = 2 𝑘𝑔
𝐿 26

c. Percobaan dengan beban (F) = 6 kg


Untuk jarak A ke gaya F (a) = 8 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 8 cm
𝑏. 𝐹 8𝑥6
𝑅𝐴 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 16

𝑏. 𝐹 8𝑥6
𝑅𝐵 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 16
9
Untuk jarak A ke gaya F (a) = 10 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 10 cm

𝑏. 𝐹 10 𝑥 6
𝑅𝐴 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 20

𝑏. 𝐹 10𝑥 6
𝑅𝐵 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 20

Untuk jarak A ke gaya F (a) = 13 cm dan jarak B ke gaya F (b) = 13 cm

𝑏. 𝐹 13 𝑥 6
𝑅𝐴 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 26

𝑏. 𝐹 13 𝑥 6
𝑅𝐵 = = = 3 𝑘𝑔
𝐿 26

Tabel 1.2 Hasil Pembahasan & Perhitungan

Jarak Jarak Defleksi


Reaksi Reaksi
Beban F Tumpuan Tumpuan yang
Tumpuan Tumpuan
(kg) A ke Gaya B Ke gaya terjadi 𝜹x
A RA (kg) A RB (kg)
F a (cm) F b (cm) (cm)

8 8 1 1 0,05

2 10 10 1 1 0,08

13 13 1 1 0,17

8 8 2 2 0,10

4 10 10 2 2 0,19

13 13 2 2 0,37

8 8 3 3 0,18

6 10 10 3 3 0,32

13 13 3 3 0,59

10
2.7 Kesimpulan & Saran
Kesimpulannya adalah momen yang terjadi pada batang disebabkan karena
adanya gaya-gaya dan jarak. Semakin besar gaya dan jarak yang diberikan, maka
semakin besar pula momen gaya yang dihasilkan. Begitu juga lendutan yang dihasilkan,
jika jaraknya jauh maka lendutan yang terjadi akan semakin besar.

Sarannya peserta praktikum harus lebih banyak bertanya kepada asisten


praktikum dan asisten praktikum harus lebih jelas dan rinci didalam menerangkan
tentang langkah-langkah praktikum.

11
BAB III

PENGUJIAN BATANG KANTILEVER

3.1 Tujuan Percobaan

Terdapat beberapa tujuan yang akan dicapaidalam praktikum kantilever ini,


adapun tujuan dari praktikum ini adalah.

a. Mengukur defleksi yang terjadi pada kantilever yang diberi bermacam-macam


gaya.
b. Untuk membandingkan hasil perhitungan eksperimen dengan perhitungan teoritis.
c. Membandingkan hasil pengujian antara batang aluminium dengan batang
kuningan.

3.2 Teori Dasar


Suatu batang kontinu yang di tumpu pada bagian pengkalnya akan melendut
jika diberi suatu pembebanan. Secara umum persamaan defleksi suatu batang dapat
dilihat pada kurva defleksi batang tersebut. Defleksi secara umum adalah besarnya
perpindahan yang terjadi akibat adanya berat batang maupun beban yang diberikan dari
luar. Pada gambar III.1 diperlihatkan peristiwa defleksi pada suatu batang kantilever.
Dari gambar III.1 tersebut dapat dilihat bahwa defleksi pada ujung bebas berharga
sebesar V.

Gambar III.1 Defleksi Batang Kantilever

12
Defleksi pada suatu batang berhubungan langsung dengan regangan yang
terjadi pada batang tersebut (∆/𝐿). Jika regangan yang terjadi pada struktur semakin
besar, maka tegangan struktur pun akan bertambah besar. Defleksi sangat penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan desain struktur dan membantu dalam analisa
struktur.

A B 𝛿

X
c

Gambar III.2 Batang dengan 1 tumpuan.

Kantilever seperti gambar diatas, bila diberi beban gaya F pada jarak c dari A
maka akan mengalami lendutan (Defleksi) yang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus dibawah ini.

𝐹𝑥 2
𝛿𝑥 = (𝑥 − 3𝐿)
6𝐸𝐼
Dimana :

𝛿x = Defleksi yang terjadi


F = Gaya yang bekerja pada kantilever
X = Jarak titik dimana akan diukur defleksinya
E = Modulus elastisitas batang
L = Panjang batang
I = Momen inersia batang
C = Jarak tumpuan A ke gaya F

Rumus Besar Reaksi Tumpuan :

𝐹. 𝑐
𝑅𝐴 =
𝐿

13
3.3 Alat Yang Di Gunakan
Beberapa alay yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Rangka uji statika struktur

Gambar III.3 Rangka Uji

b. Jepitan/ Pengikat Batang Uji

Gambar III.4 Pengikat Batang Uji


c. Beban Uji

Gambar III.5 Beban Uji


d. Dial Indikator/ Mistar

Gambar III.6 Dial Indikator & Mistar

14
3.4 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan ini adalah :
a. Siapkan alat yang digunakan dalam percobaan ini.
b. Pasanglah batang uji pada rangka statika struktur dengan menjepit batang tersebut
pada jepitan A.
c. Pasang pegas penggantung pada ujung batang.
d. Pasang dial indicator pada tempat yang hendak di ukur defleksinya.
e. Pasang beban pada tempat yang telah ditentukan oleh asisten.
f. Bacalah defleksi yang terjadi dan catat penambahan defleksi yang terjadi.
g. Ulangi percobaan no 5 sampai 7 untuk jarak dan beban lainnya.

Pada percobaan ini perlu adanya team untuk :

a. Orang yang menggantung pada beban batang uji.


b. Orang yang membaca neraca pegas.
c. Orang yang mengukur defleksi yang terjadi.
d. Orang yang mencatat hasil pengujian kedalam table yang tersedia.

3.5 Data Percobaan/ Pengujian


Keterangan :
 Panjang batang (L) : 1.1 m
 Diameter batang : 16 mm
 Material : Kuningan

Tabel 1 Hasil Percobaan dan Perhitungan

Beban (F) Jarak Beban 𝛿 𝐷𝑒𝑓𝑙𝑒𝑘𝑠𝑖


Ra (Kg) Cu
Kg X (m) L (m) (mm)
0,1 40 0,09 70
0,2 90 0,18 270
1 Kg 0,3 1,1 170 0,27 520
0,4 210 0,36 690
0,5 340 0,45 710

0,1 40 0,11 80
0,2 110 0,22 330
1,25 Kg 0,3 1,1 200 0,34 580
0,4 390 0,45 760
0,5 580 0,56 800

0,1 50 0,20 200


0,2 170 0,40 510
2,25 Kg 0,3 1,1 330 0,61 850
0,4 340 0,81 1100
0,5 560 1,0 1240

15
3.6 Pembahasan & Perhitungan

Material Aluminium dan Kuningan

a. Untuk beban 1 Kg Jarak 0,1 m


Ra = 1 x 0,1 / 1,1= 0,09 Kg
Untuk beban 1,25 Kg Jarak 0,1 m
Ra = 1,25 x 0,1 / 1,1= 0,11 Kg
Untuk beban 2,25 Kg Jarak 0,1 m
Ra = 2,25 x 0,1 / 1,1= 0,20 Kg

b. Untuk beban 1 Kg Jarak 0,2 m


Ra = 1 x 0,2 / 1,1= 0,18 Kg
Untuk beban 1,25 Kg Jarak 0,2 m
Ra = 1,25 x 0,2 / 1,1= 0,22 Kg
Untuk beban 2,25 Kg Jarak 0,2 m
Ra = 2,25 x 0,2 / 1,1= 0,40 Kg

c. Untuk beban 1 Kg Jarak 0,3 m


Ra = 1 x 0,3 / 1,1= 0,27 Kg
Untuk beban 1,25 Kg Jarak 0,3 m
Ra = 1,25 x 0,3 / 1,1= 0,34 Kg
Untuk beban 2,25 Kg Jarak 0,3 m
Ra = 2,25 x 0,3 / 1,1= 0,61 Kg

d. Untuk beban 1 Kg Jarak 0,4 m


Ra = 1 x 0,4 / 1,1= 0,36 Kg
Untuk beban 1,25 Kg Jarak 0,4 m
Ra = 1,25 x 0,4 / 1,1= 0,45 Kg
Untuk beban 2,25 Kg Jarak 0,4 m
Ra = 2,25 x 0,4 / 1,1= 0,81 Kg

e. Untuk beban 1 Kg Jarak 0,5 m


Ra = 1 x 0,5 / 1,1= 0,45 Kg
Untuk beban 1,25 Kg Jarak 0,5 m
Ra = 1,25 x 0,5 / 1,1= 0,56 Kg
Untuk beban 2,25 Kg Jarak 0,5 m
Ra = 2,25 x 0,5 / 1,1= 1,0 Kg

16
3.7 Analisa & Kesimpulan

Dari analisa saya selama melakukan praktikum statika struktur (simple Beam)
bahwa jika gaya semakin besar, defleksi yang dihasilkan semakin besar berbanding
lurus dengan jarak. Jika jarak semakin besar maka defleksi juga semakin besar.

Kesimpulannya adalah dari hasil perhitungan secara eksperimen, defleksi atau


lendutan terjadi karena gaya yang diberikan pada batang uji, akan mempengaruhi besar
lendutan yang terjadi. Semakin besar gaya dan jarak yang diberikan, maka lendutan
akan terjadi semakin besar/ panjang.

17
BAB IV

PENGUJIAN MEKANIKA FLUIDA DASAR

4.1 Tujuan Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak


termampatkan (income pressible fluid) di dalam pipa. Melalui percobaan ini akan
diketahui sifat-sifat aliran fruid terutama hubungan perubahan tekanan dengan debit
aliran fluida melalui pipa.

Selain itu, percobaan ini untuk mengetahui debit aliran, baik melalui fruid
friction apparatus, venturi dan pancaran fluida , dan untuk mengetahui seberapa besar
kerugian tekanan yang terjadi serta faktor gesekan di sepanjang pipa.

4.2 Teori Dasar

Aliran pipa (conduit flow) atau dinamakan aliran tertutup dapat mengalir pada
keadaan mantap (steady flow) maupun tidak mantap (non steady flow). Persamaan
penentu (governing equation) untuk aliran mantap pada aliran pipa mengacu pada
persamaan Bernoulli sebagai berikut ini.

B
A

Gambar IV.1 Prinsip Hukum Bernoulli

4.3 Prosedur Percobaan

Pada percobaan ini perlu adanya team untuk :

a. Orang yang membuka atau menutup valve pada pengujian mekanika fluida.
b. Orang yang membaca dial indikator.
c. Orang yang mencatat hasil pengujian kedalam table yang tersedia.

18
4.4 Data Hasil Percobaan

No Katub Katub Katub P1 P2 P3


Utama Pipa 1 Pipa 2 (Kg/cm)2 (Kg/cm)2 (Kg/cm)2

1 OFF OFF OFF 0 0 0,18

2 ON OFF OFF 0,3 0,32 0,18

3 ON ON OFF 0,24 0,26 0,2

4 ON OFF ON 0,24 0,26 0,2

5 ON ON ON 0,22 0,24 0,2

Gambar IV.2 Tabel Hasil Pengujian Mekanika Fluida

4.5 Kesimpulan

Setelah melakukan beberapa percobaan dan analisis data dapat Kami simpulkan
bahwa kehilangan energy dipengaruhi oleh gesekan antara aliran air dan pipa yang
mennnyebabkan kehilangan energy primer, adanya perubahan luas penampang pipa
dan belokan yang menyebabkan kehilangan energy sekunder.
Jenis aliran yang mengalir pada pipa percobaan adalah turbulence karena Re>4000.
Pada percobaan pancaran fluida berlaku hukum Newton II yang merupakan perubahan
momentum.

19
BAB V

PENGUJIAN IMPAK
5.1 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik material


2. Mengetahui standar prosedur pengujian impak
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kegagalan material dengan bahan impak

5.2 Teori Dasar

Sejarah pengujian impak terjadi pada masa perang dunia 2, karena ketika itu
banyak terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal
perang dan tanker-tanker. Di antara fenomena patahan tersebut ada yang patah
sebagian dan ada yang patah terbelah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini terjadi
terutama terjadi pada saat musim dingin ketika di laut bebas kapal sedang berlabuh.
Contoh yang sangat terkenal tenteng fenomena patahan getas adalah kapal Titanic
yang melintasi samudra Atlantik. Dasar pengujian impak adalah penyerapan energi
potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan
menumbuk benda uji sehinga benda uji mengalami deformasi.

Jenis-jenis uji impak secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis
yaitu :

1. Metode Charpy merupakan pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi


spesimen uji pada tumpuan dengan posisi horisontal / mendatar, dan arah
pembebanan berlawanan dengan arah takikan.
2. Metode Izod merupakan pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen
uji pada tumpuan dengan posisi, dan arah pembebanan searah dengan takikan.
Pengujian impak yang di lakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar
ASTM E 23 untuk metode Charpy dan Izzod. Metode banyak digunakan di Amerika
sedangkan Izzod digunakan di Eropa.

20
5.3 Alat-Alat yang di Gunakan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Spesimen Uji
2. Mesin Uji Destruktif
3. Dial Gauge
4. Caliper
5. Penggaris
6. Alat Tulis

5.4 Prosedur Percobaan

Pada percobaan uji impak kita melakukan langkah-langkah kerja sebagai


berikut :

a. Menyiapkan spesimen uji impak yang dibuat sesuai dengan standar


b. Catatlah jenis logam yang akan digunakan untuk uji impak.
c. Ukur dan gambarlah material yang akan digunakan untuk uji impak.
d. Melakukan perlakuan terhadap spesimen sesuai dengan temperatur yang
diinginkan dalam pengujian.
e. Meletakkan spesimen pada meja uji, memasang termokopel untuk mengetahui
temperatur saat diberi beban impak
f. Naikkan pendulum sesuai dengan kedudukan dan aturlah jarum penunjuk pada
posisi maksimum.
g. Setelah benda kerja mencapai temperatur yang diinginkan, ambil dan letakkan pada
landasan dengan cepat dan tepat.
h. Tarik tuas sehingga lengan pendulum terlepas dan pendulum bergerak memukul
spesimen uji, dengan catatan pemukulan harus terjadi setelah 5 detik sejak material
dikeluarkan dari bejana.
i. Catatlah jarum penunjuk mesin yang menyatakan energi yang diserap oleh logam
j. Amati dan gambarlah bentuk patahan yang terjadi ( gunakan kaca pembesar ).
k. Catatlah data yang diperoleh pada lembar data yang tersedia.

21
5.5 Data Hasil Percobaan

Hasil yang kami dapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Material : BAJA ST 37 (Tanpa dipanaskan)

____________
9,6 mm

55,7 mm

Panjang X Lebar X Tinggi : ( 55,7 X 9,6 X 9,6 ) mm

NO LUAS PENAMPANG (mm²) SUHU (˚C) ENERGI (joule) HARGA IMPAK


1 534,72 26 182 0,340 joule/𝑚𝑚2

Luas Penampang : P x L = 55,7 mm x 9,6 mm = 534,72 𝑚𝑚2

𝑈 182 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
Harga Impak = 𝐴 = 534,72 𝑚𝑚2 = 0,340 joule/𝑚𝑚2

a.) Spesimen sebelum uji impak b.) Spesimen sesudah uji impak

Gambar V.1 Gambar spesimen uji impak

22
Gambar V.2 Bentuk patahan spesimen uji impak

5.6 Kesimpulan & Saran

Kesimpulan
1. Kita dapat menentukan harga impak dengan menggunakan uji impak.
2. Pukulan takik digunakan untuk menentukan kekuatan benda terhadap beban
kejut.
3. Bentuk patahan pada spesimen yang tidak dipanaskan, bentuk patahannya
ditandai dengan permukaan patahan yang datar dan memperlihatkan daya pantul
cahaya yang tinggi serta mengkilat.
4. Sehingga pada spesimen Baja ST 37 dengan suhu ruangan (26℃), terjadi patah
getas.

Saran

1. Sebaiknya spesimen dalam uji impak ini lebih dari satu, agar mahasiswa
mengetahui perbandingan kekuatan bahan spesimen uji.
2. Alangkah baiknya apabila juga disertakan perbedaan suhu spesimen. Sebagai
contoh : spesimen Baja ST 37 dengan suhu ruangan (26℃), dengan
perbandingan spesimen yang telah dipanaskan Baja ST 37 dengan suhu (250℃).
Agar mahasiswa mengetahui perbandingan suhu dapat mempengaruhi kekuatan
bahan spesimen uji.

23
BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari rangkaian percobaan yang telah dilakukan ada beberapa kesimpulan,


diantaranya :
1. Percobaan Batang Uji Dengan Dua Tumpuan
Momen yang terjadi pada batang disebabkan karena adanya gaya-gaya dan
jarak. Semakin besar gaya dan jarak yang diberikan, maka semakin besar pula
momen gaya yang dihasilkan. Begitu juga lendutan yang dihasilkan, jika jaraknya
jauh maka lendutan yang terjadi akan semakin besar.

2. Percobaan Batang Kantilever


Dari hasil perhitungan secara eksperimen, defleksi atau lendutan terjadi karena
gaya yang diberikan pada batang uji, akan mempengaruhi besar lendutan yang
terjadi. Semakin besar gaya dan jarak yang diberikan, maka lendutan yang akan
terjadi semakin besar/panjang.

3. Percobaan Mekanika Fluida


Kami simpulkan bahwa kehilangan energy dipengaruhi oleh gesekan antara
aliran air dan pipa yang mennnyebabkan kehilangan energy primer, adanya
perubahan luas penampang pipa dan belokan yang menyebabkan kehilangan energy
sekunder

4. Percobaan Impak

Kita dapat menentukan harga impak dengan menggunakan uji impak dan
Pukulan takik digunakan untuk menentukan kekuatan benda terhadap beban kejut.

6.2 Saran

Adapun saran yang harus diperhatikan antaranya :


1. Praktikan harus teliti, agar kesalahan yang terjadi semakin kecil.
2. Dalam pengambilan data untuk keperluan penelitian sebaikanya tunggu sampai
beberapa saat hingga mesin bekerja pada keadaan yang optimal
3. Jumlah asisten pengawas praktikum sebaiknya ditambah untuk memperlancar
jalannya praktikum yang sedang berlangsung.
4. Agar setiap asisten pengawas bisa menjelaskan lebih baik lagi pada saat mengawas
peserta praktik

24

Anda mungkin juga menyukai