Anda di halaman 1dari 8

A.

TEORI DASAR
1. Teori Pengujian Lengkung (Bending Test)
Uji Lengkung (Bending Test)adalah pengujian yang dapat menentukan
kualitas suatu material karena dapat memberikan informasi mengenai kekuatan
lenturnya. Selain itu, uji bending juga dapat memberikan informasi mengenai
modulus elastisitas material.

Uji Lengkung (Bending Test) merupakan salah satu pengujian sifat mekanik
bahan yang dilakukan terhadap specimen dari bahan, baik bahan yang akan digunakan
sebagai konstruksi atau komponen yang akan menerima pembebanan lengkung
maupun proses pelengkungan dalam pembentukan. Pelengkungan (bending)
merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah
dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan akan
mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang
bersamaan. Gambar dibawah ini memperlihatkan perilaku bahan uji selama
pembebanan lengkung.
2. Metode Uji Bending

Pengujian bending biasanya dilakukan dengan dua metode :


1) Three Point Bending
Three point bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2 tumpuan
dan 1penekan.

Spesimen diberi beban pada satu titik, yaitu tepat pada bagian tengah batang
(1/2 L). Pada metode ini, pembebanan harus tepat berada pada 1/2 L agar
momen yang didapatkan adalah momen maksimum.

b
½L ½L
=

Keterangan rumus:

σb= Tegangan lengkung (N/mm2)


F= Beban atau Gaya yang terjadi (N)

L = Jarak point (mm)


b = Lebar benda uji (mm)
h= Ketebalan benda uji (mm)

2) Four Point Bending


Four point bending adalah cara pengujian yang menggunakan 2 tumpuan
dan 2 penekan.

Spesimen diberi beban pada dua titik, yaitu pada 1/3 L dan 2/3 L.
Pembebanan menggunakan metode ini jauh lebih baik daripada
metodeThree point bending, hal ini dikarenakan pada Three Point
Bending, momen maksimumnya berada pada satu titik, sehingga dapat
menyebabkan kesalahan dalam penghitungan karena tidak tepat pada titik
tersebut. Berbeda dengan metode Four Point Bending yang nilai momen
maksimumnya berada dalam interval tertentu, sehingga kesalahan akibat
ketidak presisian titik dapat dihindari.

Keterangan rumus:
σb= Tegangan lengkung (N/mm ) 2

F = Beban atau Gaya yang terjadi


(N) L = Jarak point (mm)
b = Lebar benda uji (mm)
h = Ketebalan benda uji (mm)

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Uji Three Point Bending dan FourPoint
Bending

Three Point Bending Four Point Bending


KELEBIHAN
1. Kemudahan persiapan spesimen 1. Penggunaan rumus perhitungan
dan pengujian lebih mudah
2. Pembuatan point lebih mudah 2. Lebih akurat hasil pengujiannya
KEKURANGAN
1. Kesulitan menentukan titik tengah 1. Pembuatan point lebih rumit
persis, karena jika posisi tidak 2. 2 point atas harus bersamaan
ditengah persis penggunaan rumus menekan benda uji. Jika salah satu
berubah point lebih dulu menekan benda uji
2. Kemungkinan terjadi pergeseran, maka terjadi threepoint bending,
sehingga benda yang diuji pecah/ sehingga rumus yang digunakan
patah tidak tepat di tengah maka berbeda.
rumus yang digunakan kombinasi
tegangan lengkung dengan
tegangan geser.

3. Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Uji Bending


Faktor yang harus diperhatikan dalam uji bending adalah sebagaiberikut :
1) Titik pada pembebanan
Titik pembebanan pada pengujian bending dapat mempengaruhi data
yangdiperoleh. Dalam pengujian bending, nilai momen yang digunakan
adalah nilai momen maksimum yang terjadi pada spesimen. Momen
maksimum terjadipada jarak tertentu pada spesimen. Oleh karena itu titik
yang menjadi sasaran pembebanan haruslah titik dimana terjadinya momen
maksimum pada spesimen agar momen yang didapatkan adalah momen
maksimum.

2) Jarak tumpuan
Jarak tumpuan yang digunakan haruslah sesuai dengan standar, tidak terlalu
jauh dan tidak terlalu dekat. Jarak tumpuan yang terlalu dekat dapat
menyebabkan defleksi yang dapat terjadi terbatas karena bagian bawah
spesimen telah lebih dulu menabrak bagian mesin. Jarak tumpuan yang
terlalu jauh dapat memakan waktu yang lama.

4. Fenomena yang Terjadi pada Uji Bending


1) Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk suatu material secara permanen.
Meskipun beban yang diberikan dihilangkan, material tersebut tidak dapat
kembali ke bentuk semula.
2) Strain Hardening
Pada pengujian bending terjadi fenomena strain hardening. Strainhardening
adalah fenomena pada material yang menyebabkan material tersebut
menjadi lebih keras dan kuat ketika mengalami deformasi plastis.

5. Rumus Uji Lengkung/ Bengkok/ Flexural :


Pengukuran kekuatan Lengkung/ flexural yang terjadi pada spesimen
dilakukan melalui persamaan berikut :

Dimana :
2
σb= Kekuatan flexural/ bengkok/ lengkung(N/mm )
Mb = Momen bengkok (Nmm)
3
Wb = Momen tahanan/ perlawanan bengkok (mm )
Persamaan tersebut berasal dari metode pemotongan spesimen. Spesimen
dipotong tepat pada 1/2 L sehingga beban yang bekerja pada spesimen adalah
F/2, dan panjang lengan spesimen adalah L/2.

Dimana :
F = beban yang bekerja (N)
L = panjang specimen (mm)
b = lebar spesimen (mm)
h = tebal spesimen (mm)

6. Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada suatu material dalam arah vertikal dan
horizontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada material tersebut. Defleksi
yang terjadi Dimana :

δ = defleksi (mm)
P = beban yang bekerja (N)
L = panjang spesimen (mm)
E = modulus elastisitas spesimen (N/mm2)
4
I =momen inersia penampang (mm )
Tabel 2. Harga Modulus Elastisitas (E) berbagai material
Material E, GPa (109 N/m2)
Cold-rolled steel 210
Cast Iron 110
Copper 110
Aluminium 70

B. TUJUAN
: Setelah melakukan pengujian ini mahasiswa dapat:
a. Mahasiswa dapat mengoperasikan Universal Testing Machine
b. Mahasiswa dapat menentukan harga teganganlengkung dari bahan uji
c. Mahasiswa dapat menentukan harga Modulus Elastisitas dari bahan uji
d. Mahasiswa dapat menentukan harga regangan dari bahan uji
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dari bahan uji.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Hydraulic Universal Material Tester 50 kN (GUNT)
b. Jangka sorong.
c. Mistar, palu.
d. Modul, lembar kerja dan alat tulis.

D. LANGKAH PERCOBAAN
a. Siapkan dan periksalah benda kerja yang akan diuji. Catatlah ukuran benda
kerja (panjang,panjang ukur, lebar, dan tebal mula-mula) serta jenis
bahannya.
b. Periksalah keadaan mesin serta peralatan yang digunakan.
c. Putar switch utama pada posisi “I”.
d. Hidupkan mesin dengan menekan tombol “ON”.
e. Letakkan batang uji pada tumpuan. Setel jarum indikator pada posisi nol
(dengan catatan tidak ada beban).
f. Beri beban pada batang uji sampai tampilan gaya menunjukkan defleksi
g. Pilih petunjuk pengujian bending, dan mulai pengukuran dengan mengklik
tombol hijau “I”, sistem akan bekerja secara otomatis
h. Lakukan pembebanan sampai batang uji bengkok/ patah
i. Ambil batang uji, pilih "Evaluation/ Flectional strength” (Evaluasi/ kekuatan
lengkung) dan hitung kekuatan lengkung.
j. Simpan data pengujian pada komputer.
E. DATA HASIL PENGUJIAN
Bahan benda kerja = BAJA
Ukuran benda kerja mula-mula: L = 100 mm
Lebar mula-mula, d = 8 mm
Tebal mula-mula, h = - mm
2
Luas mula-mula, Ao = phi x r2 = 50.24 mm

NO d L Wb Fb Mb σb Keterangan
(mm) (mm) (mm3) (N) (N.mm) (N/mm2 )
1. 8 100 16 4140 32945.12 2059,07 TIDAK
RETAK

F. ANALISA DATA
Setelah dilakuan pengujian dan didaptakan hasil uji bending diantaranya Wb,Mb dan
σb. Benda yang menerima beban radial dari mesin mengalami gaya lengkung.

G. KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisa dapat di simpulkan bahwa benda yang di uji tidak
mengalami keretakan bahan ini cocok untuk dipakai dalam membuat pondasi bangnan

Anda mungkin juga menyukai