Puji syukur Saya ucapkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat Nya Saya bisa menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam tulisan ini, maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan Yang Maha Esa, kemudian
2. Kedua oaring tua yang sudah memberikan support serta doanya
3. Bapak Ir. Sri Hanto M.T selaku Kaprodi Teknik Mesin ITBU
4. Bapak Ir. Kajat Sartono MT selaku KA. Lab dan dosen Praktek
Penulis
Gb.1 Transformator
A. Komponen-komponen Transformator
Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak
sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk
memperkuat medan magnet yang dihasilkan. Bagian-Bagian Transformator :
Dimana:
F= frekuensi
Φ= fluks magnet
N1 x E1 = N2 x E2 atau Np x Ep = Ns x Es
1.3 Konstruksi
Inti trafo dibuat dari bahan plat tipis yang disusun berlapis-lapis menjadi tumpukan dengan
ukuran tebal terentu. Inti trafo terdiri atas inti trafo tertutup, trafo mantel dan trafo bundar
Konstruksi shell terdiri dari trafo model inti, trafo model shell terdistribusi.
Dalam keadaan tanpa beban arus yang mengalir pada transformator dibutuhkan
untuk membangitkan fluks, namun demikian tidak seluruh arus ini bersifat induktif karena
inti dari transformator tersebut mempunyai tahanan Rc yang menunjukan adanya rugi pada
inti tersebut. Dengan demikian arus eksitasi, terdiri dari dua komponen, yaitu:
1. Komponen arus menghasilkan fluks magnetic adalah Im, sedangkan fluks magnetic
dapat diwakili dengan Xm
2. Komponen arus Ic yang menyatakan daya yang hilang akibat rugi-rugi pada inti.
Dari uraian diatas, maka rangkaian pengganti dan diagram vector arus tranformator dalam
keadaan tanpa beban adalah sebagai berikut:
Gb. 1.5 rangkaian pengganti dan diagram vector arus tranformator dalam keadaan tanpa
beban
Arus beban nol disimulasikan oleh induktansi (X0) dengan arus magnetansi (Im) dan
reaktansi induktif (R0) dengan komponen arus (Ic) yang diparalel pada rangkaian primer.
Untuk membuat perhitungan maka rangkaian trafo pada gambar diatas harus diubah
menjadi rangkaian ekivalen tegangan dan arus serta impendasi dari kedua sisi disatukan kesalah
satu sisi, bisa ke sisi primer maupun sekunder.
Bila rangkaian sekunder ditransfer atau dipindahkan kesisi primer maka besaran tegangan,
arus dan impedansinya harus dirubah sebagai berikut:
Perubahan harga besaran tersebut diatas akan mengikuti persamaan sebagai berikut:
R2= a2R2
X2= a2V2
I2= I2/a
E2= aE2E1
V2= a2V2
ZL= a2ZL
Harga tegangan, arus dan impedansi sisi sekunder yang telah disesuaikan dengan
mempergunakan persamaan diatas, berarti besaran-besaran komponen disis sekunder telah
ditransfer ke sisi primer dari gambar diatas menjadi gambar rangkaian ekivalen sebenarnya dari
trafo sebagai berikut:
rangkaian transformator, yaitu Rc, Xm, Rec, dan Xec dapat ditentukan besarnya dengan
dua macam pengukuran sebagai berikut :
Pada pengukuran ini kumparan sekunder tanpa beban dan sisi primer dihubungkan
dengan tegangan nominal transformator. Ada beban nol, daya yang diambil hanya
digunakan untuk membuat fluksi magnetic pada inti besi sehingga yang terukur adalah
Ro dan Xo. Dari pengukuran yang masuk (Po), arus (lo), tegangan (vo) akan diperoleh
harga :
Ro = 𝑉𝑜2 : Po
Cos Qo = Po : (Vo . lo)
Xo = √(Zo2 – Ro2)
Zo = Vo : lo
Pada percobaan hubung singkat, kumparan tegangan rendah dihubung singkat dan
kumparan tinggi diberi tegangan dari V = 0 sampai tegangan hubung singkat Vhs.
Menurut definisi tegangan hubung singkat adalah tegangan yang menghasilkan arus
nominal pada salah satu kumparan, kalau kumparan yang lain dihubung singkatkan.
Pada saat ini lhs harus lebih besar daripada lo sehingga dengan mengabaikan Ro dan
Xo maka dapat dihitung besar Rek dan Xeknya.
Dengan mengukur tegangan Vhs, arus lhs dan daya Phs dapat dihitung dengan
parameter :
Rhs = Phs : 𝑡ℎ𝑠 2
Zhs = Vhs : lhs
Yang dimaksud dengan polaritas transformator adalah suatu cara penahan dari terminal-
terminal transformator yang memiliki polaritas saat yang sama. Hal ini penting digunakan
guna keperluan kerja parallel dan system tiga fasa.
Untuk transformator satu fasa dibedakan menjadi dua macam polaritas pengurangan
(subtractif) dan ditunjukan seperti gambar berikut :
Jika transformator dibebani, maka arus yang mengalir pada kedua sisi tergantung pada
beban yang dipasang. Ukuran yang menyatakan tegangan keluaran akibat pembebanan
disebut pengaturan tegangan (Voltase Regulation) yaitu perubahan tegangan sekunder
antara beban nol dan beban penuh pada faktor daya tertentu dengan tegangan primer
constant :
Tujuan Percobaan:
Mempelajari prinsip kerja transformator berdasarkan hokum faraday
Menentukan parameter-parameter transformator
Menentukan perbandingan belitan transformator 1 phasa
Menentukan regulasi transformator 1 phasa
b. Langkah kerja
Tugas
A. Buatlah contoh perhitungan pada percobaan 1 dan buatlah grafiknya
Solusi :
R = 6,8 𝝮
𝑉1= 80 V
𝑉2 = 23 V
𝑉3 = 80 V
𝑉4 = 4.24 V
A. Arus primer
B. Faktor daya
C. ∅ 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
D. P input
E. Perbandingan Lilitan Primer
F. Impedansi Magnetasi
G. Tahanan Int i
H. Induktansi Magnetasi
Solusi :
𝑉2 23
A. Ip = = 6,8 =3.38A
𝑅
NO
IP COSϕ φRad (Acos) Pi a Rc Zm Xm
.
-
1.71504606 18.8679 23.6521 23.4065
1 3.382353 0.1437 -38.8971 -3.4
4 2 7 2
5
1.71630929 18.9035 23.4482 23.2004
2 4.264706 -0.145 -61.8382 -3.4
9 9 8 7
10
8
6
4
COSϕ
2
IP
0
-2
1 2 3 4 5 6
IP 3,3823529 4,2647059 5,1470588 6,1764706 8,0882353 10
COSϕ -0,14375 -0,145 -0,145833 -0,173724 -0,116818 -0,159314
IP COSϕ
Pi
0
0 1 2 3 4 5 6
-20
-38,89705882
-40
-61,83823529
-60
-80 -90,07352941
-100
-120
-160
-180
b. Langkah kerja
R = 6.8 ohm
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 15
Dari tabel hasil pengamatan didapat hasil perhitungan sebagai berikut :
Dik : R = 6,8 𝝮
𝑉1 = 80 𝑉
𝑉2 = 1.96 𝑉
𝑉3 = 79.4 𝑉
𝐼𝐼 = 11.8 A
Dit : Ip, Cos 𝜑, Pi, Zm, Rc, 𝑋1 , ∅ 𝑟𝑎𝑑, ∅ 𝑑𝑒𝑔
Jawab :
𝑉2 1.96
A. Ip = 𝑅
= 6,8
= 0.288𝐴
𝑉3 2 − 𝑉2 2 − 𝑉1 2 (79.4)2 − (1.96)2 − (80)2
B. Cos 𝜑 = = = -0.31722
2∗𝑉2 ∗𝑉1 2∗1.96∗80
−1 (𝐶𝑜𝑠
C. ∅ 𝑑𝑒𝑔 = 𝐶𝑜𝑠 𝜑)
= 𝐶𝑜𝑠 −1 (−0.31722) =108.4951566
D. ∅ 𝑟𝑎𝑑 = 𝐶𝑜𝑠 −1 (𝐶𝑜𝑠)
= 𝐶𝑜𝑠 −1 (−0.31722) = 1.8935 watt
E. Pi = 𝑉1 ∗ 𝑙𝑝 ∗ 𝐶𝑜𝑠 𝜑
= 80*0.288*-0.31722 = -7.31482
𝑃𝑖 −7.31482
F. Rc = (𝑙𝑝)2 = (0.288)2
= −88.046
𝑉 80
G. Zm = 𝑙𝑝1 = =277.551
0.288
Pi Rc
200
150
100
50
-50
1 2 3 4 5 6
V1 80 100 120 140 160 180
Pi -7,31482353 -0,44859559 -7,73106618 -19,3501176 53,3065 60,06525735
V1 Pi
NO V IN BEBAN V1 V2 V3 V4 A
Jawab :
Dik : R = 67.7 𝝮
V1 =110 V
V2 =0.16 V
V3 =110.3 V
V4 = 5.16 V
I =1A
Beban = 25 | W
Po = V4 * ls = 5.16 * 1 = 5.16
5.16
Efisiensi = ∗ 100% =1.53825441%
335.445162
6000
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ip 1,6248 1,6248 1,6248 1,9202 1,9202 1,9202 2,2157 2,2157 2,2157 2,5849 2,5849 2,5849
Pi 335,45 330,45 543,68 554,05 962,15 476,55 998,82 189,65 71,21 4089,2 2807,6 2204,3
Po 5,16 8,694 10,872 6,897 11,54 14,904 8,82 15,663 19,17 11,011 19,775 25,398
Ip Pi Po
74
72
70
68
66
64
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rb sekunder 5,16 2,68333 1,8875 5,7 2,885 2,04444 6,125 2,96087 2,13 6,51538 3,164 2,19706
Z 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7 67,7
Z Rb sekunder
b. Langkah kerja
1. Polaritas dari transformator perlu diketahui guna kerja parallel dari system tiga fasa. Sebab trasformator
ideal inti besi dianggap tidak mempunyai kerugian, katena permeabilitasnya tak terhingga.
2. Parameter rangkaian pengganti transformator dapat ditentukan atau dicari dengan pengukuran tanpa
beban dan pengukuran hubung singkat. Sebab arus yang mengalir merupakan arus bolak balik, maka
flux yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah.
3. Bila perbandingan (a) lebih besar dari satu (a>1) maka transformator tersebut dinamakan transformator
“set-up”. Bila perbandingan transformator (a) lebih kecil dari satu (a<1), maka transformator tersebut
dinamakan transformator “step-down”.
4. Jika transformator dihubungkan Y∆ dengan posisi beban 2 lampu off, maka posisi dari netral harus
dihubungkan kesalah satu fasa yang off. Karena timbul arus induksi primer dan sekunder dengan
frekuensi masing-masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya.
5. Apabila transformator diberi beban maka terjadi rugi-rugi tegangan pada posisi sekunder. Agar
tegangan keluaran tetap, maka dilakukan pengaturan fasa sisi primer.
M
b. Langkah kerja
b. Langkah kerja
𝑅1 = 68 𝝮
𝑅2 = 68 𝝮
𝑅3 = 68 𝝮
𝑅1 = 68 𝝮
𝑅2 = 68 𝝮
𝑅3 = 68 𝝮
Nol disambung
𝐸1𝑁 3.69
A. 𝐼𝑟 = = = 0.0542
𝑅1 68
𝐸2𝑁 3.7
B. 𝐼𝑠 = = = 0.0544
𝑅2 68
𝐸3𝑁 3.7
C. 𝐼𝑇 = 𝑅2
= 68
= 0.0544
𝑉122 −𝑅12 −𝑉1𝑁2 (133.8)2 − (68)2 − (135)2
D. Cos 𝜑 R = = = 0.2694
2∗𝑅1 ∗𝑉1𝑁 2∗68∗135
−1
E. ∅𝑅 deg = 𝐶𝑜𝑠 (0.2694) = 75.2
𝑉232 −𝑅22 −𝑉2𝑁2 (133.8)2 − (68)2 − (130)2
F. Cos 𝜑 S = = = 0.2048
2∗𝑅2 ∗𝑉2𝑁 2∗68∗130
−1
G. ∅𝑆 𝑑𝑒𝑔 = 𝐶𝑜𝑠 (0.2048) = 78.1
𝑉132 −𝑅32 −𝑉3𝑁2 (133.5)2 − (68)2 − (133)2
H. 𝐶𝑜𝑠𝜑 T = = = 0.2483
2∗𝑅3 ∗𝑉3𝑁 2∗6,8∗133
−1
I. ∅ 𝑇 𝑑𝑒𝑔 = 𝐶𝑜𝑠 (0.2483) = 76
𝑅1 = 68 𝝮
𝑅2 = 68 𝝮
𝑅3 = 68 𝝮
Nol disambung
𝐸1𝑁 4.4
A. 𝐼𝑟 = 𝑅1
= 68
= 0.06470
𝐸2𝑁 3.08
B. 𝐼𝑠 = = = 0.04529
𝑅2 68
𝐸3𝑁 4.75
C. 𝐼𝑇 = 𝑅2
= 68
= 0.06985
𝑉122 −𝑅12 −𝑉1𝑁2 (100.5)2 − (68)2 − (100)2
D. Cos 𝜑 R = = = 0.33262
2∗𝑅1 ∗𝑉1𝑁 2∗68∗100
−1
E. ∅𝑅 deg = 𝐶𝑜𝑠 (0.33262) = 70.5
𝑉232 −𝑅22 −𝑉2𝑁2 (99)2 − (68)2 − (98)2
F. Cos 𝜑 S = 2∗𝑅2 ∗𝑉2𝑁
= 2∗68∗98
= 0.33215
−1
G. ∅𝑆 𝑑𝑒𝑔 = 𝐶𝑜𝑠 (0.33215) = 70.6
𝑉132 −𝑅32 −𝑉3𝑁2 (100.3)2 − (68)2 − (100)2
H. 𝐶𝑜𝑠𝜑 T = 2∗𝑅3 ∗𝑉3𝑁
= 2∗6,8∗100
= 0.33558
Generator adalah suatu mesin yang mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik. Tenaga
mekanis, disini digunakan untuk memutarkan kumparan kawat penghantar dalam medan magnet
ataupun sebaliknya memutar magenet diantara kawat penghantar. Tenaga mekanis dapat berasal
dari tenaga panas, tenaga potensial air, motor diesel, motor bensin bahkan ada yang berasal dari
motor listrik.
Generator sinkron adalah generator yang kecepatan rotornya sama dengan putaran fluks magnet
stator. Sedangkan generator asinkron adlah generator yang kecepatan rotornya tidak sama dengan
putaran fluks magnet stator.
Generator sinkron merupakan jenis generator paling luas pemakaiannya. Generator sinkron banyak
digunakan pada pusat-pusat pembangkit maupun pabrik-pabrik atau daerah industry lainnya.
Terbentuknya gaya gerak listrik (GGL) pada generator berdasarkan percobaan Faraday yang
mengatakan bahwa kumparan yang digerakan dalam medan magnet, maka didalam kawat
kumparan tersebut akan terbentuk GGL.
Gambar dibawah ini menggambarkan prinsip terbentuknya GGL pada kumparan yang berputar.
Kumparan ABCD terletak dalam medan magnet serba sama, sedemikian rupa sehingga sisi AB dan
CD terletak tegak lurus pada arus fluks magnet.
Kumpulan ABCD diputar dengan kecepatan sudut yang tetap terhadap sumbu putarnya yang sejajar
dengan sisi AB dan CD. Sesuai dengan hokum Faraday, GGL induksi yang terbentuk pada AB dan
CD besarnya sesuai dengan perubahan fluks magnet yang dipotong kumparan ABCD tiap detik.
2.4 Konstruksi
generator sinkron dikenalkan juga sebagai alternator, memiliki dua konstruksi dasar utama, yaitu
stator dan rotor.
a.Stator
Bagian utama dari stator adalah inti stator dan belitan stator. Inti stator berfungsi sebagai jalan
bagi fluks magnetik dan sebagai tempat alur kumparan. Belitan stator merupakan kawat-kawat
konduktor yang akan mengalirkan arus beban dan dibuat terisolir satu sama lain.
Beberapa bagian terpenting dari rotor ialah inti rotor, belitan rotor, sikat dan cincin (slipring).
Belitan rotor pada umumnya merupakan belitan penguat (belitan eksitasi) yang membentuk
kemagnetan elektrik kutub U dan S pada inti rotor. Sedangkan bagian sikat dan cincin berfungsi
sebagai penghubung antara bagian yang diam dan bagian berputar dalam mengalirkan arus atau
tegangan.
Bagian- bagian terpenting lainnya dari sebuah generator sinkron dapat dilihay pada gambar
dibawah ini.
Untuk dapat mengetahui atau memperkirakan sifat atau perilaku generator sinkron pada berbagai
macam kondisi kerja maka perlu diketahui dan dipahami beberapa kurva karakteristik generator
sinkron. Beberapa karakteristik generator sinkron antara lain :
Jika generator kita biarkan tak berbeban kemudian kita atur arus penguat bertahap maka diperoleh
hubungan antara tegangan output generator sebagai fungsi dari arus penguat If. Kurva yang
menggambarkan hubungan ini disebut sebagai kurva karakteristik beban nol seperti gambar dibawah ini.
Pada putaran generator = ns, if=0, telah timbul tegangan remanensi 𝐸𝑟𝑒𝑚 berapa volt yang berasal
dari fluksi sisa kemagnetan kutup generator. Selanjutnya, penambahan if akan menaikan tegangan keluaran
generator secara linear sampai titik A. tegangan nominal generator terletak pada bagian atas dari lutut kurva
karakteristik beban nol.
Kurva karakteristik hubung singkat menggambarkan hubungan antara arus penguat (If) dan arus singkat
(his) pada putaran sinkron, terminal output generator dihubungkan singkat. Dalam keadaan hubung singkat
ini, pembatas arusnya hanya berupa tahanan belitan serta reaktansi belitan dan reaktansi jangkar. Pada
permulaannya, oleh tegangan remansensi telah dihasilkan arus hubung singkat. Pertambahan arus hubung
singkat kemudian sebanding dengan pertambahan arus penguat.
Aliran daya dan kerja mesin sinkron sebagai generator dapat digambarkan sebagai berikut :
Mencari efisiensi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara menghitung rugi-rugi operasi mesin.
Karakteristik ini menggambarkan hubungan antara tegangan keluaran generator dan arus penguat pada
putaran dan arus output generator tetap untuk bermacam-macam harga Cos□. Titik A merupakan tempat
kedudukan If yang memberikan arus hubung singkat nominal dari percobaan karakteristik. Pada keadaan
beban nol If = z amp akan memberikan tegangan 𝑉𝐴𝑂 pada Cos □ = 0,1 = nominal, tegangan jatuh karena
XL = VB’C’ ; jadi 𝑉𝐴𝑂 – A’ – VB’C’ adalah tegangan jatuh akibat reaksi jangkar.
Data pengamatan
N= RP,
5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
N = RPM
a. Gambar percobaan
b. Langkah kerja
DATA PENGAMATAN
No If VRN VSN VTN VRS VRT VST
1 0.1 1.138 1.144 1.151 2.005 2.10 2.019
2 0.2 1.950 1.957 1.967 3.430 3.477 3.494
3 0.3 2.936 2.944 2.954 5.19 5.20 5.23
4 0.4 3.81 3.89 3.86 6.79 6.82 6.86
5 0.5 4.76 4.72 4.73 8.37 8.40 8.45
6 0.6 5.52 5.56 5.60 9.82 9.80 9.87
7 0.7 6.35 6.37 6.39 11.2 11.23 11.54
8 0.8 7.19 7.22 7.23 12.74 12.66 12.75
9 0.9 7.62 7.58 7.55 13.31 13.33 13.38
10 1 7.75 7.77 7.82 13.66 13.67 13.72
10
8
6
4
2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
ARUS
a. Gambar percobaan
b. Langkah kerja
12
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
ARUS INPUT (IF) GENERATOR (AMPERE)
a. Gambar percobaan
b. Langkah kerja
a. Gambar percobaan
b. Langkah kerja
MOTOR DC
Teori dasar dari motor DC diawali dengan sebuah konduktor yang dialiri listrik berada di dalam
suatu medan magnetik akan mengalami gaya tarik yang arahnya tegak lurus terhadap arus listrik dan medan
magnetik (Gambar 3.1).Konduktor bisa terbuat dari besi, tembaga atau aluminium.
kawat dan baterai. Lalu atur sesuai gambar 3.1.a maka pada kawat akan ada hentakan saat baterai
dihubungkan. Besarnya magnituda dari gaya tersebut dapat dihitung dari persamaan berikut:
F = IBLsinθ (3.1)
Dengan
Motor listrik memanfaatkan prinsip ini untuk membuat suatu putaran yaitu dengan membentuk
kawat menjadi suatu lup dan menempatkan di dalam medan magnetik (Gambar 3.2)
keluar, ini semua akibat cincin comutator yang menyentuh kutub yang berbeda pada brush sehingga arah
gaya pada kawat B adalah ke atas dan arah gaya pada kawat A adalah ke bawah sehingga kumparan terus
berputar searah jarum jam.
Torsi adalah gaya putar pada motor. Torsi maksimum pada saat kumparan
berada pada posisi horisontal dan menjadi minimum pada saat kumparan berada pada posisi vertikal.
Sebuah armatur motor DC terdiri dari beberapa kumparan yang membentuk torsi keseluruhan (gambar 3.3).
Setiap kumparan berhubungan dengan comutator yang terpisah.
Parameter penting dalam setiap motor DC adalah torsi ini. Torsi dapat dihitung dari gaya pada
persamaan (3.1) dan bila disederhanakan menjadi
T = KTIAΦ (3.2)
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 43
Dengan
T = Torsi motor
IA = Arus armatur
Φ = fluks magnetic
Motor DC dapat bekerja sebaliknya yaitu mengubah dari energi mekanik gerak menjadi energi
listrik yang disebut dengan generator. Saat ada gaya putar luar memutar comutator, motor DC akan
menimbulkan tegangan yang disebut electromotive force (EMF). Tapi saat motor DC digerakkan oleh daya
listrik tedapat juga tegangan balik yang arahnya berlawanan dengan arus armature yang disebut dengan
counter-electromotive force (CEMF). CEMF ini mengurangi tegangan armatur (VA). CEMF ini akan
meningkat dengan meningkatnya laju putar motor dan sebaliknya akan berkurang saat laju motor
berkurang.
Motor DC memiliki kemampuan untuk mempertahankan lajunya saat dihubungkan dengan beban
yang disebut dengan Self-regulation speed. Saat beban meningkat laju berkurang sekaligus menurunkan
CEMF. Saat CEMF menurun tegangan armatur akan naik dan menyebabkan laju motor meningkat kembali.
Wound-Field DC Motor
Wound-Fields DC Motor (wound = bentuk lampau dari wind) menggunakan elektromagnetik yang
disebut lilitan medan (Field winding) untuk menghasilkan medan magnetik. Magnet yang dihasilkan ini
bukan magnet permanen, laju putar motor diatur dengan memvariasikan tegangan armature atau lilitan
medan. Gambar 3.4 menunjukkan salah satu contoh wound-field.
Jenis pada gambar 3.4 ini menghasilkan daya ¼ sampai 1 hp (horse power) dengan beberapa laju
rata-rata. Laju rata-rata adalah laju motor saat menghasilkan daya tersebut. Jika tanpa beban maka lajunya
akan lebih besar dari laju rata-rata. Beberapa jenis wound-field DC motor adalah motor lilitan seri, shunt
(paralel) dan gabungan seri-shunt. Jenis ini digerakkan dengan 90 Vdc, nilai 90 Vdc ini diperoleh
menggunakan pembalik tegangan (rectifier) dari 120 Vac.
Pada motor lilitan seri (seri-wound motor), lilitan armatur dan lilitan medan dibuat seri sehingga
torsi awal motor menjadi sangat besar contohnya adalah motor starter mobil. Torsi terbesar terjadi pada
saat beban sangat besar dan motor tidak dapat bergerak. Torsi maksimum ini disebut Torsi diam (Stall
Torque). Beberapa sistem pengaturan dirancang untuk menggerakkan motor pada kondisi stall torsi misal
untuk membuat penggerak lengan robot dari posisi diam. Karena posisi diam membutuhkan torsi yang
sangat besar.
Pada saat tidak ada beban motor lilitan seri akan menghasilkan putaran yang sangat besar yang
disebut laju tanpa beban (no-load speed) (Gambar 3.6). Pada beberapa motor yang besar bila tidak ada
beban akan mudah rusak karena terjadi laju putaran yang sangat besar.
Jenis ini menggunakan magnet permanen untuk menghasilkan fluks magnetik, armaturnya sama
dengan armatur pada wound-field motor. Terdapat tiga tipe magnet yang dipergunakan yaitu (1) Alnico
magnet (terbuat dari paduan/alloy logam besi) memiliki fluks magnetik yang tinggi (high-fluks magnet)
tetapi sifat magnetnya bisa hilang saat terjadi stall (2) Ferrite, memiliki fluks magnetik yang lebih kecil
tetapi memiliki daya tahan terhadap demagnetisasi (3) rare-earth magnet (magnet tanah jarang) terbuat dari
bahan samariumcobalt atau neodynium-cobalt. Jenis terakhir ini menggabungkan keunggulan dari kedua
jenis pertamanya yaitu memiliki fluks magnetik yang tinggi dan tahan terhadap demagnetisasi.Contoh
motor dengan magnet permanen yang kecil adalah pada mesin kantor seperti printer, disk driver, mainan,
VCR, kamera (untuk zoom dan autofokus) sedangkan yang berukuran besar misalnya untuk sistem
kontrol pada industry dan robotika.
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 47
Gambar 3.8. Permanent-Magnet Motor
b Langkah kerja
ujikan rangkaian
No Dial Ea Ef I Ia If Rpm
low
99.9 95.1 0.97 0.29 0.89 150
(120V)
med
1 4.7 93.1 2.06 0.28 1.34 700
(120V)
fast
86.9 91.9 2.17 0.28 1.51 900
(120V)
low
25.1 139.2 1.11 0.36 0.79 200
(150V)
med
2 77.4 138.1 2.36 0.35 1.42 850
(150V)
fast
12 137.4 2.51 0.35 1.68 1100
(150V)
low
3 25.9 186.5 1.42 0.47 0.84 300
(200V)
TORSI
1000
RPM
1
800 0,8
600 0,6
400 0,4
200 0,2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rpm 150 700 900 200 850 1100 300 1250 1600
TORSI (N.m) 1,8453 0,018 0,25830,43170,30450,03650,38770,42140,4862
AXIS TITLE
b Langkah kerja
ujikan rangkaian
No Vt Dial Ea Ef I Ia If Rpm Es
Low 8.76 97.1 0.93 0.28 0.76 150 4.5
1 120 Med 40.1 95.6 1.97 0.27 1.29 650 6.5
Fast 60 95.3 2.25 0.27 1.56 900 7.2
Low 13.1 141.6 1.03 0.36 0.78 175 4.5
2 150 Med 46.3 140.5 2.15 0.34 1.3 800 5.5
Fast 100.1 140 2.47 0.34 1.65 1200 6.75
Low 21 186.9 0.03 0.45 0.82 300 4.9
3 200 Med 36.7 186.6 0.05 0.45 1.46 1100 5.2
Fast 56.3 186.2 0.02 0.44 2.64 1150 6.1
NO Rs (ohm) Ra (ohm) Rf (ohm) Tind (N.m) Il
1 16.07142857 381.2142857 127.7631579 0.156229299 1.04
2 24.07407407 271.8518519 74.10852713 0.159142577 1.56
3 26.66666667 195.5555556 61.08974359 0.171974522 1.83
4 12.5 367.7777778 181.5384615 0.257470428 1.14
5 16.17647059 288.8235294 108.0769231 0.188001592 1.64
6 19.85294118 126.9117647 84.84848485 0.270971338 1.99
7 10.88888889 386.8888889 227.9268293 0.300955414 1.27
8 11.55555556 351.3333333 127.8082192 0.143442386 1.91
9 13.86363636 312.7272727 70.53030303 0.205804486 3.08
*)Ptotal= 245.9
Rugi-rugi Daya
Pa Pf Ps Total
TORSI VS RPM
0,035 1400
0,03 1200
0,025 1000
0,02 800 RPM
TORSI
0,015 600
0,01 400
0,005 200
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tind (N.m) 0,01640,0167 0,018 0,02690,01970,02840,0315 0,015 0,0215
Rpm 150 650 900 175 800 1200 300 1100 1150
AXIS TITLE
b Langkah kerja
ujikan rangkaian
No Rs Ra Rf Torsi
1 6.542056 394.0135 115.625 0.20379
2 4.210526 369.251 72.85714 0.087516
3 3.595506 330.2506 59.67105 0.091635
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 54
4 4.196429 394.6859 180.1282 0.233561
5 3.272727 333.7861 106.1069 0.135287
6 3.282051 310.3543 85.55556 0.127485
7 3.828125 393.9497 225.1807 0.257962
8 2.857143 360.0317 136.2044 0.150273
9 1.993464 330.7338 71.0687 0.145371
*) Rs= 7/0.27 = 6.542
(120−11.85)
*)Ra= − 6.542 = 394
0.27
11.85
*) Torsi= ∗ 0,27 = 0.204 𝑁. 𝑚
150
*) Pf= 0.82*115.625 = 74 W
Rugi-rugi Daya
No Pin Rugi-rugi tembaga Pout Eff
Pa Pf Ps Total
1 128.4 28.72358 74 0.476916 232.6005 104.2005 81.15304
2 182.4 24.96137 115.668 0.284632 325.314 142.914 78.35197
3 213.6 22.32494 137.864 0.243056 377.032 163.432 76.51311
4 168 45.62569 109.59 0.485107 327.7008 159.7008 95.06
5 247.5 38.58567 182.09 0.378327 473.554 226.054 91.33495
6 292.5 33.79758 224.532 0.357415 557.187 264.687 90.49128
7 256 79.7748 155.127 0.775195 498.677 242.677 94.7957
8 364 72.90643 255.642 0.578571 701.127 337.127 92.61731
9 612 64.03007 487.844 0.385935 1173.26 561.26 91.70915
TORSI
1000
RPM
0,15
800
600 0,1
400
0,05
200
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rpm 150 650 900 200 850 1150 350 1050 1550
Torsi 0,2038 0,0875 0,0916 0,2336 0,1353 0,1275 0,258 0,1503 0,1454
Rpm Torsi
MOTOR AC 3 FASA
Motor induksi AC adalah jenis motor yang paling banyak digunakan dalam aplikasi industri.
Dinamakan motor induksi karena prinsip operasi dari motor ini berdasarkan induksi elektromagnet dari
kumparan-kumparan dalam motor tersebut. Ada tiga bagian utama dari motor induksi yaitu stator, rotor dan
rangka (enclosure), seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Motor listrik memiliki konstruksi-konstruksi yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Berikut ini adalah beberapa konstruksi dasar dari motor listrik, yaitu :
a. Kontruksi Stator
Stator dan rotor adalah berupa rangkaian listrik yang dapat menghasilkan medan electromagnet.
Stator adalah bagian yang diam atau statis dari motor. Inti stator terbuat dari ratusan lempengan laminasi
tipis.
b. Lilitan Stator
Lempengan laminasi stator akan menyatu membentuk suatu silinder berlubang. Inti stator akan
berupa slot-slot yang akan berisi kawat coil dari lilitan stator.
c. Konstruksi Rotor
Rotor adalah bagian yang bergerak atau berputar dari motor. Jenis yang umum dijumpai di lapangan
adalah jenis rotor sangkar bajing (squirrel cage). Konstruksi dari rotor sangkar bajing ini seperti sangkar
dari hewan pengerat seperti bajing yang dapat berputar, seperti pada gambar di bawah ini.
Rotor terdiri dari kumpulan lermpengan baja tipis dengan bar konduktor di sekelilingnya.
Lempengan – lempengan ini akan bersatu dengan inti dari rotor. Bar - bar konduktor akan terhubung secara
mekanis dan elektris dengan cincin akhir (end ring) dan mounting rotor berupa poros baja yang akan
terhubung ke beban motor
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 59
d. Rangka (Enclosure)
Enclosure motor terdiri dari sebuah rangka dan dua buah penyangga di ujungnya (bearing
housings). Stator akan terpasang di dalam rangka, dan rotor berada di dalam stator dengan celah udara
sehingga tidak ada kontak fisik antara stator dengan rotor.
Enclosure motor juga dilengkapi dengan bearing yang terpasang di poros untuk men-support rotor
sehingga rotor dapat berputar. Kipas terpasang di poros motor non draft end untuk mendinginkan motor
saat beroperasi.
Pengoperasian motor induksi dapat dilakukan dengan menerapkan nilai frekuensi dan tegangan.
Dalam beberapa aplikasi motor induksi sering membutuhkan kecepatan yang dapat dirubah sesuai dengan
keperluan bebannya. Pengoperasian motor pada tegangan nominal dan frekuensi mempunyai pengaruh
pada arus motor dan torsinya. Dalam beberapa karakteristik, kecepatan sebuah motor dapat berubah sesuai
dengan yang kita inginkan baik pada motor induksimaupun penggerak induksi.
1. Tegangan Jala
2. Arus Magnet
Arus megnet (IM) menghasilkan garis magnet dari fluksi jaringan magnet. Dengan rangkaian rotor
arus megnet sekitar 30 % dari arus nominal. Arus megnet, seperti fluksi (Ф) setara dengan tegangan (E)
dan frekuensi (ƒ).
IM = ………………………………………………… 1.1
2p F LM
3. Arus Kerja
Arus kerja (IW) merupakan arus yang mengalir pada belitan rotor dan menghasilkan torsi. Arus
kerja adalah fungsi dari beban. Peningkatan beban menyebabkan belitan rotor bekerja lebih keras yang akan
menambah arus kerja. Pengurangan beban kerja belitan rotor akan mengurangi arus kerja.
4. Arus Stator
Arus stator (Is) adalah arus yang mengalir pada belitan stator. Arus stator dapat diukur pada supplay
jala dan mengacu pada arus jala. Sebagai contoh, frekuensi digunakan untuk mengukur arus stator. Nilai
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 62
arus beban penuh pada nameplate motor mangacu pada arus stator dari tegangan nominal, frekuensi dan
bebannya. Dengan arus maksimum motor dapat bekerja tanpa mengalami kerusakan. Arus stator adalah
jumlah vektor dari arus kerja (IW) dan arus magnet (IM), arus magnet biasanya dalam keadaan konstan. Arus
kerja (IW) akan berubah dengan perubahan beban yang disebabkan perubahan pada arus stator (Is).
Perbandingan antara tegangan dan frekuensi disebut sebagai volt per hertz (V/Hz). Fluksi (Ф), arus magnet
(Is) dan torsi berhubungan dengan perbandingan ini. Peningkatan frekuensi (ƒ) tanpa peningkatan tegangan
(E), seperti peningkatan yang disebabkan torsi motor, arus magnet (IM) juga akan turun. Penurunan arus
megnet akan menyebabkan penurunan pada arus stator atau arus jala (Is). Penurunan yang terjadi, semuanya
berhubungan dengan kehandalan motor dalam menjalankan bebannya.
6. Torsi Konstan
Motor AC dijalankan pada operasi arus AC dengan fluks (F) karena tegangan dan frekuensinya
juga konstan. Motor yang beroperasi dengan fluksi yang konstan mempunyai torsi konstan. Torsi nyata
yang dihasilkan ditentukan oleh bebannya.
T = k . F . IW ………………………………………………….. 1.3
Sebuah penggerak AC mampu mengoperasikan sebuah motor dengan fluksi konstan yang
mendekati nilai frekuensi pada nameplate (60 Hz). Ini disebut torsi konstan. Selama tegangan konstan per
Hz dijaga dan motor akan mempunyai karakteristik torsi yang konstan. Penggerak AC merubah frekuensi
untuk merubah kecepatan motor dan tegangan akan menjaga fluksi yang konstan. Grafik dibawah ini
menggambarkan perbandingan tegangan dan hertz dari motor 460 V dan 60 Hz, dan motor 230 V, 60 Hz.
Untuk mengoperasikan motor 460 V pada kecepatan 50 % dengan perbandingannya, tegangan dan
frekuensi akan menjadi 230 V, 60 Hz. Untuk mengoperasikan motor 230 V pada kecepatan 50 % dengan
Prinsip Operasi motor Induksi didasarkan pada interaksi medan magnet putar pada stator dengan
medan magnet lawan pada rotor. Medan magnet putar dihasilkan oleh arus AC pada kumparan stator
1. Kumparan dihubungkan dengan tegangan 3 fase dengan beda fase masing-masing 120°
1. Pada akhir satu siklus arus AC masukan, maka medan magnet berputar 360°
2. Kombinasi medan magnet dari ketiga kumparan stator menghasilkan medan magnet yang bergeser
(berputar)
D. Tegangan Induksi
Saat power supplai terhubung ke kumparan stator akan menyebabkan medan elektromagnet
memotong kumpran rotor secara tegak lurus.
Akibatnya pada konduktor rotor akan timbul tegangan induksi electromagnet. Tegangan induksi
ini akan menyebabkan arus mengalir di konduktor bar rotor dan di end ring rotor.Arus yang mengalir
melalui konduktor bar rotor akan menghasilkan medan magnet di sekeliling bar rotor. Karena power yang
terhubung berupa tegangan AC yang selalu berubah-ubah arah dan besarnya, maka resultan medan magnet
dari stator dan rotor akan berubah-ubah juga. Sehingga rotor menjadi electromagnet yang berubah-ubah
kutub utara dan selatan.
1. Torsi pada Motor Induksi dihasilkan dari interaksi antara rotor dengan medan magnet putar.
2. Medan magnet putar memotong kawat pada rotor sehingga terinduksi tegangan pada rotor.
3. Rotor merupakan rangkaian tertutup, maka pada rotor akan timbul arus.
5. Jika kopel mula yang dihasilkan gaya F cukup besar maka rotor akan berputar searah medan putar
stator.
Torsi pada motor induksi tergantung pada kuat medan stator dan rotor dan perbedaan fasenya. Torsi pada
motor induksi dapat dirumuskan dengan :
Dimana :
T = Torsi
K = konstanta
Ir = arus rotor
Elektromagnetik
Kali ini saya akan memberikan sedikit materi tentang bagaimana cara dan proses kerja System
Kendali Elektromagnetik pada motor induksi 3 fasa. Tetapi sebelumnya terlebih dahulu kita perlu
mengetahui cara kerja dari sebuah motor 3 fasa.
Motor 3 phasa akan bekerja/ berputar apabila sudah dihubungkan dalam hubungan tertentu.
Mendapat tegangan (jala-jala/ power/ sumber) sesuai dengan kapasitas motornya.
1. Motor 3 fasa bekerja dengan 2 hubungan yaitu :
Berarti motor harus dihubungkan bintang baik secara langsung pada terminal maupun melalui rangkaian kontrol.
Berarti motor harus dihubungkan segitiga baik secara langsung pada terminal maupun melalui
rangkaian kontrol. Kecuali mesin-mesin yang berkapasitas tinggi diatas 10 HP, maka motor tersebut wajib
bekerja segitiga (▲) dan harus melalui rangkaian kontrol star delta baik secara mekanik, manual, PLC.
Dimana bekerja awal (start) motor tersebut bekerja bintang hanya sementara, selang berapa waktu barulah
motor bekerja segitiga dan motor boleh dibebani.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan bintang (Y) :
1. Ujung pertama dari kumparan phasa I dihubungkan dengan ujung kedua dari kumparan
phasa III
2. Ujung pertama dari kumparan phasa II dihubungkan dengan ujung kedua dari kumparan
phasa I
3. Ujung pertama dari kumparan phasa III dihubungkan dengan ujung kedua dari kumparan
phasa II.
Mengapa motor harus dihubungkan dengan Star – Delta???
1. Beban dengan inersia yang tinggi/ besar akan menyebabkan waktu starting motor menjadi
lama untuk mencapai kecepatan nominalnya.
2. Selama periode starting tersebut, maka pada stator dan rotor akan mengalir arus yang besar
sehungga bisa terjadi pemanasan berlebih (overheating) pada motor
Rangkaian sederhana dengan menggunakan kontaktor magnet yaitu mengontrol sebuah motor
listrik. Pengontrolan oleh kontaktor magnet menggunakan 2 rangkaian yaitu rangkaian kontrol dan
rangkaian utama. Peralatan kontrol yang digunakan dalam pengoperasianya yaitu, MCB 3 fasa, TOR
(Thermal Overload Relay), sakelar tekan ON/ OFF dan kontaktor.
2. Rangkaian System Kendali Elektromagnetik Pada Motor Induksi 3 Fasa Hubungan Bintang
Segitiga
Rangkaian daya hubungan bintangsegitiga menggunakan tiga buah kontaktor Q1, Q2,
danQ3 Gambar 4. Fuse F1 berfungsi mengamankan jika terjadi hubungsingkat pada rangkaian motor. Saat
motor terhubung bintang kontaktor Q1 dan Q2 posisi ON dan kontaktor Q3 OFF. Beberapa saat kemudian
timer yang disetting waktu 60 detik energized, akan meng-OFF-kan Q1, sementara Q2dan Q3 posisi ON,
dan motor terhubung segitiga. Pengaman beban lebih F3 (thermal overload relay) dipasangkan seri dengan
kontaktor, jika terjadi beban lebih disisi beban, relay bimetal akan bekerja dan rangkaian kontrol berikut
kontaktor akan OFF.Tidak setiap motor induksi bias dihubungkan bintang-segitiga, yang harus
diperhatikan adalah tegangan name plate motor harus mampu diberikan tegangan sebesar tegangan jala-
jala (Gambar 4), khususnya pada saat motor terhubung segitiga. Jika ketentuan ini tidak dipenuhi, akibatnya
belitan stator bisa terbakar karena tegangan tidak sesuai. Rangkaian kontrol bintang-segitiga (Gambar 4),
dipasangkan fuse F2 untuk pengaman hubung singkat pada rangkaian kontrol.
Hubungan Bintang
Saat Q1 dan Q2 masih posisi ON dan timer K1 masih energized, sampai setting waktu berjalan
motor terhubung bintang. Ketika setting waktu timer habis, kontak Normally Close K1 dengan akan OFF
menyebabkan koil kontaktor Q1 OFF, bersamaan dengan itu Q3 pada posisi ON.
Posisi akhir kontaktor Q2 dan Q3 posisi ON dan motor dalam hubungan segitiga. Untuk mematikan
rangkaian cukup dengan meng-OFF-kan tombol tekan S1 rangkaian kontrol akan terputus dan seluruh
kontaktor dalam posisi OFF dan motor akan berhenti bekerja. Kelengkapan berupa lampu-lampu indikator
dapat dipasangkan, baik indikator saat rangkaian kondisi ON, maupun saat saat rangkaian kondisi OFF,
caranya dengan menambahkan kontak bantu normally open yang diparalel dengan koil kontaktor dan
sebuah lampu indicator.
ujikan rangkaian
ujikan rangkaian
No V A
1 10 0.49
2 13 0.64
3 15 0.74
Diketahui:
P 0.75 kW 1000 HP
V 220 380 V
F 50 Hz
N 1390 RPM
I 2 Ampere
P
4 kutub
(KUTUB)
BLOCKED ROTOR
NO LOAD TEST
TEST DC TEST
P 54.7614667 P 43.3839
V 170.066667 V 169.8 V 10
I 0.46 I 0.365 I 0.49
RANGKUMAN HASIL TEST
No Load Test
𝑉𝑛𝑙 169.8
Xm = = 162.3𝞨
√3∗𝑖𝑛𝐿 √3∗0.365
120∗50
1500 = 𝑝
𝑁𝑠−𝑁𝑟 1500−1390
P=4s= 𝑁𝑠
= 1500
= 0.0733
Arus I’R
𝑉𝑠 220
I’R = 𝑅′ 𝑟
= 116.14 = 0.124
𝑅𝑠+ +𝑋𝑒 13.26+ +170
𝑠 0.0733
Arus Is=
𝑉𝑠 220
IM= 𝑋𝑚 = 162.3 = 1.355
𝑅′𝑟 116.14
RPI= 3*I’R2 𝑠
= 3 ∗ 0.124 0.0733 = 589.4 𝑤𝑎𝑡𝑡
Daya Output
Daya Losses
𝑃 𝑜𝑢𝑡 508.19
Efisiensi = 𝑅𝑃𝐼
= 546.19
∗ 100 = 93%
𝑃 𝑜𝑢𝑡 508.19
Daya dalam HP = 746
= 746
= 0.68 𝐻𝑃
Laboratorium Konversi Energi Listrik Institut Teknologi Budi Utomo 2019| 77
Rangkuman Hasil Percobaan 1
No Load Test
Xm 162.3 Ω
P rot + inti 38 Watt
Blocked Rotor Test
Re 129.4 Ω
Ze 213.4 Ω
Xe 170 Ω
R'r 116.14 Ω
DC Test
RDC 10.20 Ω
RAC 13.26 Ω
Slip 0.0733
Hasil Test
I'r 0.124
RPI 589.4 Watt
RPD 546.19 Watt
P out 508.19 Watt
Efisiensi 93%
Daya (HP) 0.68 HP
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Polaritas dari transformator perlu diketahui guna kerja parallel dari system tiga fasa. Sebab
transformator ideal inti besi dianggap tidak mempunyai kerugian, karena permeabilitasnya tak
berhingga.
2. Parameter rangkaian penganti transformator dapat ditentukan atau dicari dengan pengukuran tanpa
beban dan pengukuran hubung singkat. Sebab arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik
maka flux yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah.
3. Bila perbandingan(a) lebih besar dari satu (a>1) maka transformator tersebut dinamakan
transformator “step-up”. Bila perbandingan transformasi (a) lebih kecil dari satu (a<1) maka
4. Jika transformator dihubungkan Y∆ dengan posisi beban 2 lampu off, maka posisi dari netral harus
dihubungkan kesalah satu fasa yang off. Karena timbul arus induksi primer dan sekunder dengan
5. Apabila tansformator diberi beban maka terjadi rugi-rugi tegangan pada posisi sekunder. Agar
7. Motor AC 3 Fasa dapat dihungkan secara Star atau Delta ataupun keduanya.