Anda di halaman 1dari 21

MODUL 3

UJI TEKUK PADA STRUKTUR KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 345 – PRAKTIKUM MEKANIKA TEKNIK

Nama : Richard Christian


NIM : 2018-0451-0010
Kelompok : ME-2
Tanggal Praktikum : Rabu , 26-02-2020
Asisten : James Suthedjo

LABORATORIUM MEKANIKA EKSPERIMENTAL


PRODI STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2020
I. TUJUAN
• Menunjukan terjadinya fenomena tekuk yang terjadi pada struktur
berbentuk kolom dengan jenis tumpuan dan material yang berbeda.
• Mencari nilai gaya tekuk dengan rumus Euler.

II. TEORI DASAR


Struktur kolom (column) merupakan sebuah batang tekan dengan
ketebalan yang lebih tipis, apabila dibandingkan dengan panjangnya.
Struktur kolom akan mengalami kerusakan akibat adanya gaya tekuk atau
buckling apabila beban yang diberikan melebihi batas aman beban yang
dapat diterima oleh struktur kolom (batang) tersebut. Gambar 3.1
menunjukkan terjadinya fenomena tekuk pada suatu struktur kolom.

Gambar 3.1 Fenomena Tekuk yang Terjadi pada Struktur Kolom:


(a) Batang dengan beban gaya P, (b) Gaya tekuk pada kolom, (c) Diagram
benda bebas pada penampang batang [1].

Apabila gaya P yang bekerja pada suatu kolom relatif kecil, maka
kolom pada Gambar 3.1 akan stabil dalam arah aksial (sejajar dengan sumbu
batang). Hal ini berarti bahwa jika ujung B didorong ke samping oleh suatu
gaya lateral (gaya tegak lurus terhadap sumbu batang), maka batang akan
kembali ke bentuk semula atau dengan kata lain batang akan lurus kembali
setelah gaya lateral dihilangkan. Sebaliknya, jika gaya tekan P diperbesar
sampai suatu nilai tertentu, maka batang dapat menjadi stabil netral.

1
Keadaan stabil netral yaitu keadaan dimana pada saat batang didorong
kesalah satu arah, maka batang akan tetap berada pada posisi tersebut
walaupun gaya lateral telah dihilangkan. Fenomena tersebut dinyatakan
sebagai kejadian tekuk atau buckling. Sedangkan gaya yang menyebabkan
tepat terjadinya peristiwa tekuk disebut beban atau gaya kritis, 𝑃𝑐𝑟 .

Dengan demikian beban kritis adalah batas gaya aksial tekan yang
dapat diterima oleh suatu struktur kolom agar tidak terjadi fenomena tekuk
pada kolom. Beberapa keadaan yang menyatakan perbandingan antara besar
gaya tekan yang bekerja P terhadap besar beban kritis 𝑃𝑐𝑟 , sebagai berikut:

• Jika P<𝑃𝑐𝑟 , maka batang dikatakan stabil, yaitu jika ujung batang B
didorong ke samping lalu dilepaskan, maka batang akan kembali ke
posisi semula.
• Jika P = 𝑃𝑐𝑟 , maka batang disebut dalam keadaan stabil netral,
artinya jika ujung batang B didorong dengan gaya lateral yang relatif
kecil, maka kedudukan batang akan tetap pada posisi tersebut
walaupun gaya lateral tadi dihilangkan.
• Jika P>𝑃𝑐𝑟 , maka batang dikatakan dalam keadaan labil, artinya jika
ujung bebas batang B didorong sedikit ke samping maka lendutan
akan bertambah terus sehingga menjadi sangat besar.

Besarnya beban kritis untuk beberapa macam tumpuan dapat


dianalisis secara matematis seperti contoh di atas sehingga dihasilkan
rumus Euler untuk beberapa macam tumpuan seperti Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jenis-Jenis Tumpuan [2]

2
𝑃𝑐𝑟 = Beban Kritis (N)

E = Modulus Young (N/𝑚2 )

I = Momen Inersia (𝑚4 )

L = Panjang Batang (m)

𝐿𝑒 = Panjang efektif batang (m)

Panjang efektif adalah Panjang batang yang mengalami


lendutan atau mengalami peristiwa buckling.

III. PERALATAN PERCOBAAN


1. GUNT WP 120
2. Batang spesimen
3. Dial gauge

Gambar 3.2 GUNT WP 120 [3]

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Pada praktikum kali ini dilakukan 3 jenis percobaan tekuk yaitu
percobaan uji tekuk tumpuan jepit-jepit, tumpuan jepit-engsel, dan tumpuan
engsel-engsel dengan material yang berbeda-beda.

1. Pastikan posisi selongsong sesuai dengan panjang batang


spesimen dengan memutar spindle pada alat uji.
2. Pasang batang spesimen pada alat uji.
3. Pastikan batang spesimen terpasang pada tumpuan dengan baik.
4. Pasang dial gauge pada batang spesimen sesuai dengan jarak
yang telah ditentukan berdasarkan jenis batangnya.

3
5. Kalibrasikan dial gauge agar hasil pengukuran defleksi akurat.
6. Berikan pembebanan secara perlahan dengan memutar spindle
hingga terjadi tekukan pada batang spesimen. Pengukuran besar
defleksi yang diakibatkan oleh tekukan dan besar gaya yang
menyebabkan defleksi tersebut dilihat dengan menggunakan dial
gauge.
7. Perhatikan dan catat data-data yang ditunjukkan oleh instrumen
pengukuran (besar defleksi benda uji, tekanan yang ditunjukkan
oleh pressure gauge).
8. Hentikan pemberian pembebanan apabila pengukuran angka
pada pressure gauge dalam keadaan tetap (tidak berubah atau
setelah pressure gauge memperlihatkan angka tertinggi dan
kemudian turun kembali).
9. Lepaskan benda uji setelah selesai mendapatkan data pengujian
dengan memutar spindle dan membuka tumpuan.
10. Lakukan pengujian lainnya dengan tumpuan yang berbeda dan
panjang dan material yang berbeda pula.

V. TUGAS DAN PERTANYAAN


1. Apa yang dimaksud dengan Buckling ?
Jawab :

Buckling adalah kejadian dimana batang yang diberi gaya secara


searah sumbu batang atau lateral terhadap batang dan batang tersebut
tertekuk karena gaya yang diberikan kepada batang tersebut.

2. Apa yang dimaksud dengan struktur kolom?


Jawab :
Struktur kolom adalah dimana batang yang vertikal menerima gaya
yang vertikal juga. Seperti yang di lakukan pada praktikum ini dimana
batang di pasang secara vertikal dan di berikan gaya dorong dari atas
batang sehingga batang menekuk atau dikenal dengan fenomena
buckling.
3. Sebut dan jelaskan contoh kerusakan akibat Buckling

4
Jawab :
Contoh kerusakan akibat buckling :
• Kaki bangku yang bengkok , mendapat gaya searah sumbu
batang.
• Shock breaker pada motor bagian depan , jika terlalu sering
menghantam lubang maka lama kelamaan akan tertekuk.
4. Jelaskan jenis-jenis tumpuan!
Jawab :
Jenis-jenis tumpuan ada 3 yaitu :
• Tumpuan Engsel , tumpuan ini dapat menahan 2 gaya yaitu
gaya vertikal dan horizontal.
• Tumpuan Jepit , tumpuan ini dapat menahan 3 gaya yaitu ,
gaya vertikal , gaya horizontal , dan gaya momen.
• Tumpuan Rol , tumpuan ini dapat menahan 1 gaya yaitu gaya
vertikal.
5. Jelaskan Perbedaan Buckling dan bending!
Jawab :
Buckling adalah fenomena dimana batang akan menekuk jika gaya yang
diberikan searah sumbu batang. Misalnya batang di pasang secara
vertikal dan diberi gaya dorong dari atas batang.

Bending adalah fenomena dimana batang akan menekuk jika gaya yang
diberikan secara tegak lurus terhadap batang. Misalnya batang di pasang
secara horizontal dan diberi gaya vertikal terhadap batang.

5
VI. LEMBAR DATA , PERHITUNGAN , DAN ANALISIS
6.1 LEMBAR DATA

6
7
8
9
10
11
12
13
14
6.2 PERHITUNGAN
Kuningan
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿2
3,142 104 × 103 𝑁/𝑚𝑚2 450 𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 =
(600𝑚𝑚)2
461429280 𝑁 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑟 =
360000 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑟 = 1281,75 𝑁
Tembaga
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿2
3,142 125 × 103 𝑁/𝑚𝑚2 450 𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 =
(600𝑚𝑚)2
554602500 𝑁 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑟 =
360000 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑟 = 1540,56 𝑁
Fiber
𝜋 2 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿2
3,142 10 × 103 𝑁/𝑚𝑚2 2083,3 𝑚𝑚4
𝑃𝑐𝑟 =
(600𝑚𝑚)2
205405047 𝑁 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑟 =
360000 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑟 = 570,57 𝑁
Tabel 6.1 Perbedaan Pcr Teoritis dan Pcr Eksperimen
Pcr eksperimen
Batang Pcr teoritis (N)
(N)
Baja (J-J) 2089,628 1700
Baja (E-J) 1068,845 800
Baja (E-E) 522,407 500
Baja (E-E) 613,103 560
Baja (E-E) 882,868 850
Alumunium 862,715 700
Kuningan 1281,748 1250
Tembaga 1540,563 1350
Fiber 570,57 650

15
6.3 ANALISIS
Pada praktikum kali ini kita mencoba percobaan buckling. Buckling
adalah fenomena dimana batang yang di tempatkan secara vertikal di beri gaya
secara searah sumbu batang / lateral terhadap batang maka batang akan
mengalami penekukan.

Pada praktikum ini kita menghitung Pcr secara teoritis dan Pcr
eksperimen didapat dari percobaan , dimana batang tetap diberi gaya sampai P
pada alat pembaca gaya tidak bergerak lagi atau bergerak tetapi pergerakannya
sangat kecil sehingga tidak terbaca lagi oleh alat pembaca gaya. Sedangkan Pcr
teoritis kita dapat hitung dengan rumus yang berada pada dasar teori
berdasarkan jenis-jenis tumpuan yang dicoba.

𝜋2 𝐸𝐼
Rumus Pcr teoritis untuk jenis tumpuan engsel-engsel adalah 𝑃𝑐𝑟 = 𝐿2

dimana E adalah modulus elastisitas material , I adalah momen inersia material


, dan L adalah Panjang batang. Berdasarkan rumus tersebut faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai Pcr adalah modulus elastisitas material , Panjang batang ,
dan momen inersia batang. Nilai L untuk mencari Pcr pada jenis-jenis tumpuan
juga berbeda. Misalnya untuk tumpuan engsel-engsel nilai L sama dengan
batangnya , untuk tumpuan jepit-bebas nilai L 2 kali Panjang batang , untuk
tumpuan jepit-jepit nilai L dibagi 2 karena tekukan yang terjadi pada tengah-
tengah batang , dan untuk tumpuan jepit-engsel nilai L , 0,7 kali Panjang batang
, karena tekukan yang terjadi 0,7 dari Panjang batang.

16
Gambar 6.3.1 Grafik Perbedaan Tumpuan

Grafik pada perbedaan tumpuan menghasilkan besar gaya yang


berbeda-beda hal ini dikarenakan adanya perbedaan di tumpuan tiap-tiap
batang mempengaruhi besar gaya yang dapat di tahan oleh batang. Karena
besar defleksi yang semakin besar maka gaya yang didapat akan semakin
besar juga.

Gambar 6.3.2 Grafik Perbedaan Panjang

Grafik pada gambar diatas menunjukan perbedaan Panjang


menghasilkan gaya yang berbeda-beda dalam hal ini kita dapat melihat
bahwa semakin pendek batang maka batang akan semakin kaku sehingga
dapat menerima gaya yang lebih besar daripada batang yang lebih Panjang.

Gambar 6.3.3 Grafik Perbedaan Material

17
Grafik pada gambar diatas menunjukan perbedaan material sehingga
dapat kita ketahui beda material maka modulus elastisitas setiap material
akan berbeda-beda , karena modulus elastisitas material akan
mempengaruhi kekakuan setiap material dalam menahan gaya yang
diberikan.

VII. SIMPULAN
• Faktor-Faktor yang mempengaruhi PCR adalah modulus elastisitas ,
momen inersia , Panjang batang.
• Semakin pendek batang maka akan semakin kaku , jika semakin
kaku maka dapat menahan gaya lebih besar daripada batang yang
lebih Panjang.
• Modulus elastisitas material mempengaruhi kekakuan setiap batang.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Beer, F. P., Johnston, E. R. & DeWolf, J. T., (2015). Mechanics of
Materials. Edisi 7. McGraw-Hill Education: New York.
[2] Gere, J.M., (2009). Mechanics of Materials. Edisi 7. Cengage Learning:
Canada.
[3] ---------, (2011). Buckling behaviour of bars. Gunt: Hamburg.

18
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 GUNT WP 120

Gambar 9.2 Dial Gauge

Gambar 9.3 Batang Fiber

19

Anda mungkin juga menyukai