Kata Pengantar
Buku pedoman ini dibuat untuk dipergunakan bagi mahasiswa yang mengambil
Mata Kuliah Lab. Fisika Zat Padat, baik mahasiswa Material maupun Instrumentasi pada
Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UINSU Medan. Buku kecil ini memuat
beberapa topik percobaan yang mencakup beberapa mata ajaran tingkat lanjut pada
Departemen Fisika, baik yang bersifat fundamental maupun terapan. Dalam
buku ini dikembangkan sejauh mungkin pemahaman latar belakang teori yang
mendasari pengamatan dan pengukuran di laboratorium sesuai dengan topik percobaan
yang dilakukan.
Buku ini dikembangkan sesuai peralatan yang tersedia pada Laboratorium
Fisika Zat Padat Prodi Fisika Fakultas Saintek UINSU, dan dipergunakan untuk
kalangan sendiri. Disadari bahwa buku pedoman ini masih jauh dari sempurna sehingga
masih memerlukan perbaikan-perbaikan, baik materi maupun redaksionalnya. Untuk itu
saran dan kritik dari berbagai pihak baik dosen, asisten maupun praktikan dan segenap
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan buku ini. Namun demikian, diharapkan
buku kecil ini dapat bermanfaat bagi pengguna.
Atas saran dan kritik dari siapapun dihaturkan terima kasih.
( )
EKSPERIMEN 1
DEFORMASI ELASTIS DAN PLASTIS
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati bahwa puntiran diteruskan pada arah memanjang
2. Menentukan modulus punter batang logam
B. TEORI
Suatu batang yang ditarik oleh suatu gaya dikatakan berada dibawah tegangan meregang
(tensile stress), sedangkan apabila benda diberi tekanan menekan maka benda berada dibawah
tekanan menekan (compressive streess) yang merupakan lawan dari tegangan meregang. Apabila
suatu benda diberi gaya yang sama tetapi arahnya berlawanan dan tidak segaris maka benda
tersebut berada dibawah tegangan memuntir (shear stress).
Suatu benda atau material memiliki sifat mekanik yang berbeda-beda seperti keras, ulet.
Sifat-sifat tersebut harus dimiliki oleh suatu benda (material) yang sesuai dengan beban yang diterima
atau fungsi dari benda tersebut. Untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut dilakukan pengujian pada
material seperti uji Tarik, uji keras, uji punter dan lain sebagainya. Pada percobaan ini akan di bahas
mengenai modulus puntir.
Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat padat. Modulus
puntir adalah cara untuk mengetahui berputarnya suatu benda dan gaya-gaya apa saja yang
mempengaruhi benda tersebut sehingga bisa berputar. Gaya yang terjadi harus diimbangi oleh gaya
penentang pada bagian dalam bahan benda.
Benda memiliki kemampuan terhadap gaya untuk menggeser suatu bidang kerja. Dengan
kemampuannya tersebut harus diperhitungkan suatu tetapan geser dari benda tersebut. Didalam
kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa yang sering kita jumpai mengenai konsep modulus
puntir ini, namun hal tersebut tidak kita sadari. Contohnya seperti komedi putar, sepatu roda, bola atau
silinder berputar ketika menggelinding.
Contoh lain adalah ketiika suatu batang logam silinder diputar salah satu ujungnya dan ujung
lainnya ditahan, saat dilakukan puntiran maka akan muncul tegangan geser pada struktur logam
tersebut yang mengakibatkan simpangan posisi berupa simpangan sudut dan Ketika puntiran
dihilangkan maka simpangan Kembali ke posisi semula. Simpangan sudut tersebut dapat dilihat pada
gambar:
Hal ini terjadi karena tegangan geser akibat puntiran yang bekerja masih dalam daerah
elestsitas material logam tersebut. Besarnya regangan sebanding dengan tegangan yang terjadi, oleh
karena itu dapat dikatakan gaya yang bekerja pada poros masih dalam daerah elastisitas material
batang yang dapat dilihat pada kurva tegangan terhadap regangan. Pada gambar dibawah ini dapat
dilihat daerah elastisitas material berada di bawah garis linier antara tegangan dan regangan
Bila sebatang logam pejal dengan Panjang L dan jari-jari R, salah satu ujungnya
dijepit, dan ujung yang lain dipuntir dengan gaya F, maka akan terjadi simpangan atau
pergerseran sebesar α.
Besar pergeseran (α) untuk setiap logam berbeda-beda tergantung koefisien elastisitasnya.
Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
atau
Keterangan:
C. ALAT PERCOBAAN
1. Alat pemuntir
2. Mikrometer sekrup
3. Mistar gulung
4. Penyangkut beban
5. Beban sebanyak 5 buah
6. Batang logam 2 buah
7. Jarum penunjuk 2 buah
8. Busur pengukur 2 buah
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat kedaan ruang sebelum percobaan
2. Mengukur diameter batang pada 5 titik yaitu 15 cm, 25 cm, 35 cm, 45 cm, 55 cm dan 65 cm
yang diukur dari ujung batang yang dijepit
3. Mengukur keliling roda pemuntir dengan menggunakan tali dan mengukur mistar gulung
sebanyak 5 kali
4. Memasang batang logam yang akan digunakan sebagai specimen uji pada pemuntir.
Kencangkan sekrup pada ujung yang dijepit dan putar kunci untuk memgunci ujung batang
yang dipuntir
5. Mengantung penyangkut beban pada tali sehingga roda pemuntir dan batang akan sedikit
terpuntir, memasangkan jarum penunjuk pertama pada posisi L1= 15 cm dan jarum penujuk
kedua pada posisi L2=25 yang diukur dari ujung yang dijepit. Posisikan jarum pada skala nol
pada bujur derajat yang telah disediakan.
6. Pastikan kunci dari kedua ujung batang terpasang dengan kencang dan posisikan batang agar
lurus tepat di tengah busur derajat (900)
7. Berikan beban secara bertahap dari mulai 0,5 kg hingga 2,5 kg (lihat tabel pengamatan),
kemudian catat pada kolom α+
8. Mengurangi beban secara bertahap dari mulai 2,5 kg hingga 0,5 kg, kemudian catat
simpamgan jarum pada L1 dan L2 pada masing-masing pembebanan dan mencatat hasilnya
pada kolom α+
9. Ulangi Langkah 5 sampai 8 untuk posisi L 1 dan L2 sebesar 35 cm – 45 cm, 55 cm – 65 cm
(lihat tabel pengamatan)
10. Ulangin lamgkah 4 sampai 9 untuk batang logam yang berbeda
11. Catat keadaan ruang setelah percobaan dan kembalikan alat-alat pada posisi semula
E. DATA PERCOBAAN
Data Ruangan
Tabel Pengamatan
Batang Hitam
Batang Emas
F. ANALISIS DATA
1. Buatlah grafik hubungan α terhadap m kemudian bandingkan hasilnya secara grafik dengan
secara teori (G ±ΔG) pada batang hitam dan emas
2. Buatlah grafik hubungan α terhadap L kemudian bandingkan hasilnya secara grafik dengan
secara teori (G ±ΔG) pada batang hitam dan emas
EKSPERIMEN 2
EFEK HALL
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui hubungan tegangan Hall dengan kerapatan fluks magnet.
2. Menentukkan nilai konstanta Hall pada perak.
3. Menentukkan polaritas dan menghitung kerapatan pembawa muatan n.
B. TEORI
Elektron konduksi merupakan elektron valensi yang dapat bergerak bebas pada logam. Untuk
menjelaskan fenomena tersebut, Drude mengumpamakan elektron konduksi berperilaku sebagai gas
ideal. Terdapat dua asumsi penting yang digunakan untuk membangun model ini yaitu interaksi antara
elektron dengan elektron, maupun elektron dengan inti atom diabaikan dan satu-satunya interaksi
yang terjadi saat elektron bertemu dengan ion adalah tumbukkan lenting sempurna yang seketika
mengubah kecepatan elektron. Pergerakan atau tumbukkan elektron dalam model Drude ini dapat
menjelaskan peristiwa Efek Hall.
Efek Hall adalah peristiwa pembelokkan pembawa muatan yang terjadi Ketika arus listrik (I)
dilewatkan pada sebuah bahan yang dilingkupi medan magnet (B) yang memilik arah tegak lurus
dengan bidang permukaan sehingga terjadi pengumpulan muatan pada salah satu sisi bahan dan
menghasilkan beda potensial diantara kedua sisi bahan. Ketika plat yang digunakan merupakan
material semikonduktor, maka terdapat dua buah kemungkinan bergantung pada tipe semikonduktor
yang digunakan yaitu muatan yang dilewatkan merupakan muatan positif yang mengalir dari kiri ke
kanan (gambar 1) atau merupakan muatan negatif yang mengalir dengan arah yang berlawanan
(gambar 2).
Pembelokan muatan dipengaruhi oleh Gaya Lorentz yang bekerja pada sistemnya dan
dapat diketahui arah pembelokan tersebut dengan menggunakan kaidah tangan kanan.
Persamaan Gaya Magnetnya dapat dituliskan sebagai berikut :
𝐹 = 𝑞𝑣⃑ × 𝐵⃑⃑
Keterangan:
𝐹 : Gaya Lorentz
𝑞 : Muatan partikel
𝑣⃑ : kecepatan gerak 𝑞
Dengan,
Keterangan
𝑉𝐻 : potensial Hall
𝐼 : arus
𝐵 : medan magnet
𝑞 : pembawa muatan
𝑛 : jumlah 𝑞 per unit volume
𝑑 : tebal konduktor
𝑅𝐻 : koefisien Hall
C. ALAT DAN BAHAN
No. Alat Dan Bahan Gambar
1. Peralatan Efek Hall (Perak)
2. 1 Mikrovoltmeter
4. 1 Transformator Variabel
Tegangan Rendah.
5. 1 Inti Besi U
6. 1 Pasang Kutub
8. 2 Multimeter
10. 1 Teslameter
11. 1 Tangensial B-Probe
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kalibrasi Medan Magnet
a. Menyiapkan alat dan bahan d a n m e n y u s u n peralatan sesuai gambar
dibawah ini.
skala 15.
f. Menghubungkan B-probe dengan Teslameter. Letakkan B-probe di tengah
celah antara batang kutub dengan posisi permukaan saling sejajar. Ukur dan
Catat hasil percobaan pada data percobaan setiap kenaikan arus i𝐵 sebesar 0.5
A dari 0 sampai 5A.
E. DATA PERCOBAAN
a. Kalibrasi Medan Magnet
NO. Arus Listrik (IB) (Ampere) Medan Magnet (mT)
1 0,0 -35
2 0,5 -69
3 1,0 -140
4 1,5 -200
5 2,0 -259
6 2,5 -322
7 3,0 -373
8 3,5 -419
9 4,0 -451
10 4,5 -475
11 5,0 -495
∑i = ……..
∑𝐵 = ……..
∑ i2 = ……..
∑ 𝐵2 = ……..
∑ i. 𝐵 = ……..
2. Buatlah grafik hubungan arus listrik terhadap medan magnet pada praktikum
efek Hall
3. Tentukanlah Koefisien regresi 𝑎, 𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑟 dengan menggunakan persamaan
berikut ini:
Untuk 𝐼Q = 5 𝐴
No. 𝐵* 𝑈𝐻 𝐵2 𝐵. 𝑈𝐻
𝑈 𝐻2
1.
2.
3. dst
Untuk 𝐼Q = 7,5 𝐴
No. 𝐵* 𝑈𝐻 𝐵2 𝐵. 𝑈𝐻
𝑈 𝐻2
1.
2.
3. dst
6. Buatlah grafik hubungan medan magnet terhadap tegangan Hall pada praktikum
Efek Hall
EKSPERIMEN 3
KONDUKTIVITAS DAN RESISTANSI PADATAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui resistivitas pada suatu logam.
2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh suhu pada resistivitas logam.
B. DASAR TEORI
Arus Listrik
Perpindahan muatan listrik dikenal dengan nama arus listrik, besarnya diukur
dalam ampere. Secara singkat arus listrik didefenisikan sebagai banyaknya muatan
listrik yang mengalir setiap satuan waktu.
dt
I= (2.1)
dq
Dimana
I = Arus listrik (Ampere atau coulomb/detik).
dt
= Laju muatan persatuan waktu (perubahan muatan setiap satuan waktu)
dq
Hukum Ohm
Arus yang mengalir pada penghantar jika diberi potensial tetap pada umumnya
adalah tetap. Jika kita memandangnya hanya dari Hk Newton II, muatan-muatan listrik
pada logam yang berbeda pada medan listrik akan mendapat gaya Coulomb F = q E dan
gaya tersebut akan menimbulkan percepatan pada muatan sehingga kecepatan aliran
muatan akan bertambah dan mengakibatkan naiknya arus listrik tetapi kenyataannya
tidak demikian hal ini terjadi gaya yang ada pada muatan-muatan tersebut bukan hanya
gaya Coulomb ada gaya lain yaitu gaya gesekan.
Pembawa muatan didalam logam tidak bergerak pada garis lurus, tetapi selalu
bertumbukan dengan atom logam. Dalam tumbukan tersebut terjadi perpindahan energi
makin cepat gerakan muatan makin sering terjadi tumbukan. Akibat tumbukan tersebut,
pembawa muatan bergerak dengan kecepatan rata-rata tertentu. Kecepatan rata-rata
akhir pembawa muatan haruslah konstan sebanding dengan kuat medan listrik E. Dan
dikenal dengan Hukum Ohm sebagai berikut :
𝐽 = 𝜎 𝐸 ........................................................(2.2)
Dimana:
J = rapat arus ( A/m2)
σ = konduktivitas bahan (A/V)
E = kuat medan listrik
Gambar 2.2 Logam dengan luas penampang sama pada setiap bagian
Dengan mengganti nilai E dengan persamaan (2.4), maka akan didapatkan persamaan:
V
J=σ ........................................................................................................................(2.5)
e
1
J= atau 1=JA .......................................................................................................(2.6
A
Sehingga
V
𝑖 = J𝐴 = 𝜎
l
1 l
Besaran σ A adalah konstanta dan harganya ditentukan oleh sifat konduktivitas bahan
dipanaskan 100 0C, sampel 2 dipanaskan 200 0C, sampel 3 dipanaskan 300 0C,
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan sifat fotokonduktivitas bahan semikonduktor
B. DASAR TEORI
Konduktivitas adalah ukuran kemampuan material dalam menghantarkan listrik.
Fotokonduktivitas merupakan fenomena optik dan listrik dimana material menjadi lebih
konduktif listrik karena penyerapan radiasi elektromagnetik seperti cahaya tampak,
sinar ultraviolet, sinar inframerah, atau radiasi gamma.
Ketika cahaya diserap oleh bahan seperti semikonduktor, jumlah elektron bebas
dan lubang elektron meningkat dan menimbulkan konduktivitas listriknya. Untuk
menyebabkan eksitasi, cahaya yang menumbuk semikonduktor harus memiliki
energi yang cukup untuk menaikkan elektron melintasi celah pita, atau untuk
merangsang cacat (impuritas) di dalam band gap. Ketika tegangan bias dan resistor
beban yang digunakan terangkai seri dengan semikonduktor, tegangan jatuh (drop
potential) yang melintasi resistor beban dapat diukur ketika perubahan konduktivitas
listrik bahan bervariasi arus yang mengalir melalui rangkaian. Contoh klasik material
fotokonduktif meliputi polimer konduktif Polyvinylcarbazole yang dikunakan pada
fotokopi, Timbal sulfide (PbS) yang digunakan pada detector inframerah, dan Selenium
(Se) yang digunakan pada televise dan xerografi.
Ketika bahan fotokonduktif dirangkai sebagai bagian dari rangkaian, dia
berfungsi sebagai resistor yang memilikresistansi tergantung pada intensitas cahaya.
Dalam konteks ini materi disebut fotoresistor (juga disebut resistor tergantung cahaya
atau fotokonduktor). Aplikasi yang paling umum dari fotoresistor adalah sebagai
fototodetektor (detekor cahaya), yaitu piranti (divais) yang mengukur intensitas cahaya.
Fotoresistor bukan satu-satunya jenis-jenis sensor cahaya (fotodetektor) – jenis lainnya
termasuk CCD, fotodioda dan fototransistor - tetapi mereka adalah salah satu
fotodetektor yang paling umum.
Foto konduktivitas adalah hasil eksitasi pembawa (carrier) akibat absorpsi cahaya.
Kenaikan konduktivitas akibat meningkatnya jumlah pembawa muatan bergerak
(mobile) di dalam material. Sketsa piranti fotokonduktif ditunjukkan pada Gambar 1.
hc
E g=
λ
dimana λ adalah panjang gelombang foton datang.
Ketika piranti fotokonduktif dalam kondisi terbias maju disinari dengan cahaya,
dibangkitkan (generation) pasangan elektron-hole (Gambar 3). Pasangan elektron-hole
yang dibangkitkan bergerak dalam arah berlawanan. Ini menghasilkan fotoarus
(photocurrent).
Sel fotokonduktif memiliki hambatan (resistansi) yang tinggi pada kondisi gelap
yang disebut hambatan gelap (dark resistance). Ketika disinari, hambatannya jatuh.
Sel fotokonduktif juga memiliki respons spektral yang merupakan daerah kerja
dari sel terkait dengan responnya terhadap panjang gelombang elektromagnetik. Respon
spektral sel CdS mirip dengan mata manusia. Selain itu penurunan hambatan
atau kenaikan konduktivitas sel. Karakteristik penyinaran sel ditunjukkan pada
Gambar 4
Tabel 1. Data
Tegangan sumber (Vs) = 5 volt
Hambatan Resistor (Rout) = 100 k