Anda di halaman 1dari 145

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)


yang mempelajari gejala alam atau fenomena alam serta
semua interaksi yang menyertainya.Tujuan dari
mempelajari gelaja tersebut untuk memperoleh produk
fisika yang bersifat khas dan dapat menjelaskan gejala
alam tersebut.Produk fisika terdiri dari konsep, hukum,
teori.Contoh konsep fisika, misalnya; gaya,suhu,
kecepatan, momentum, massa jenis, dan energi. Suatu
hukum selalu melibatkan konsep-konsep yang saling
berhubungan. Contohnya; hukum Archimedes yang
menyatakan perilaku benda jika berada dalam fluida,
selalu melibatkan konsep gaya, percepatan gravitasi,
volume, dan massa jenis. Sedangkan contoh teori adalah
teori kinetik gas yang menjelaskan kaitan antara suhu,
volume, dan energi kinetik partikel-partikel gas dalam
ruang tertutup.
1
Berdasarkan konsep, hukum, dan teori yang ada,
fisika dapat meramalkan suatu kejadian dan menciptakan
teknologi yang berguna untuk kesejahteraan manusia.
Contohnya, terjadinya gerhana matahari total dapat
diramalkan, tidak hanya tanggalnya, tetapi sampai
hitungan detik. Selain itu, hasil teknologi fisika mulai
dari peralatan rumah tangga sampai penerbangan ruang
angkasa yang merupakan hasil nyata pengembangan
teori/hukum fisika.Dalam mempelajari gelaja atau
fenomena alam, fisika menggunakan proses yang terdiri
atas; pengamatan, pengukuran, analisis, dan penarikan
kesimpulan.Kesimpulan yang diambil harus dilandasi
dengan sikap ilmiah, seperti objektif, skeptis,
menghargai fakta, jujur, tekun, sabar, tidak mudah
menyerah, dan hati-hati dalam mengambil kesimpulan.

Dalam mempelajari ilmu fisika peserta didik


diwajibkan untuk tidak hanya mengerti ilmu fisika
secara teoritis tetapi juga dituntut untuk mengerti dan
memahami dalam pengaplikasian ilmu fisika dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi.Maka dari itu
peserta didik diwajibkan mendapat pembekalan berupa

2
praktikum dalam skala kecil seperti dalam laboratorium
sebelum diaplikasikan ke lingkungan masyarakat.

Pada kesempatan kali ini mahasiswa jurusan Teknik


Metalurgi Unjani melakukan praktikum fisika terapan
sebagai salah satu bentuk dari pengaplikasian ilmu fisika
dalam skala kecil sebelum diaplikasikan ke lingkungan
masyarakat luas. Adapun macam-macam praktikum yang
dilakukan oleh mahasiswa jurusan Teknik Metalurgi
Unjani adalah sebagai berikut :

1) Pengukuran Dasar
2) Pesawat Atwood Modern dan Konvensional
3) Modulus Elastisitas
4) Bandul Sederhana dan Resonansi bandul
Sederhana
5) Resonansi Pada Pegas Heliks
6) Hambatan Listrik
7) Elektromagnet
8) Kalorimeter
Dalam peran serta meningkatkan dan memantapkan
pemahaman Ilmu Teknik Metalurgi, khususnya dalam
bidang fisika oleh karena itu para mahasiswa Jurusan
3
Teknik Metalurgi Fakultas Teknik Unjani Bandung
melakukan praktikum fisika terapan agar dapat
merealisasikan dan memahami lebih dalam tentang
dasar-dasar proses yang berkaitan dengan dunia
pekerjaan khususnya jurusan teknik metalurgi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis


membuat rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana penggunaan alat ukur dasar?


Bagaimana menuliskan dengan benar
bilangan berarti hasil pengukuran atau
perhitungan?
Bagaimana menghitung besaran lain
berdasarkan besaran yang terukur langsung?
Apa yang dimaksud dengan gerak lurus
beraturan?
Apa yang dimaksud dengan gerak llurus
berubah beraturan?

4
Bagaimana menentukan momen inersia roda
atau katrol?
Bagiamana cara menentukan modulus
elastisitas?
Bagaimana cara menentukan periode bandul?
Bagaimana karakter fisis bandul sederhana
berdasarkan hubungan periode bandul dan
panjang bandul, dan hubungannya dengan
massa bandul?
Bagaimana menentukan frekuensibandul
sederhana dan resonansi bandul sederhana?
Bagaimana cara menentukan resonansi pada
pegas heliks?
Bagaimana menentukan frekuensi resonansi
pegas heliks?
Bagaimana hubungan antara tegangan dan
arus?
Bagaimana menentukan hambatan suatu
penghantar menggunakan voltmeter dan
amperemeter?

5
Bagaimana gambar sketsa garis-garis medan
listrik disekitar penghantar lurus, penghantar
melingkar, dan disekitar solenoid ynag dialiri
arus?
Bagaimana cara menentukan kalor jenis
logam menggunakan kalorimeter?

1.3 Tujuan Praktikum

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulias


dapat menyimpulkan tujuan dari praktikum fisika
dasar sebagai berikut:

Mempelajari penggunaan alat ukur dasar.

6
Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan
berarti hasilpengukuran atau perhitungan.
Menghitung besaran lain berdasarkan besaran
yang terukur langsung.
Mengetahui dan memahami penggunaan alat
ukur dasar.
Dapat menuliskan dengan benar bilangan
berarti hasil pengukuran atau perhitungan.
Dapat menghitung besaran lain berdasarkan
besaran yang terukur langsung.
Mengetahui perbedaan dari gerak lurus
beraturan dan gerak lurus berubah beraturan
Dapat mengetahui momen inersia pada roda
atau katrol.
Mengetahui dan memahami cara menentukan
modulus elastisitas.
Mengetahui dan memahami cara menentukan
periode bandul.
Dapat menjelaskan karakter fisis bandul
sederhana berdasarkan hubungan periode

7
bandul dan panjang bandul, dan hubungannya
dengan massa bandul.
Dapat menentukan frekuensi resonansi
bandul sederhana.
Mengetahui dan memahami pengertian dari
resonansi.
Mengetahui dan memahami hubungan antara
tegangan dan arus dalam suatu penghantar.
Dapat menentukan hambatan suatu
penghantar menggunakan voltmeter dan
amperemeter.
Dapat menjelaskan gambar sketsa garis-garis
medan listrik disekitar penghantar lurus,
penghantar melingkar, dan disekitar solenoid
ynag dialiri arus.
Mengetahui dan memahami caramenentukan
kalor jenis logam menggunakan kalorimeter.

8
1.4 Pembatasan Masalah dan Asumsi

Dengan berbagai keterbatasan dalam ruang


lingkup praktiknya, maka dirasa penting untuk dibuat
pembatasan masalah dan asumsi.

1.4.1 Pembatasan Masalah

Padapraktikum pengukuran dasar


menggunakan jangka sorong dengan
ketelitian 0,05 mm yang digunakan untuk
mengukur panjang, lebar dan tinggi, dan
mikrometer skrup dengan ketelitian 0,02 mm
yang digunakan untuk mengukur tebal atau
tinggi, serta neraca teknis untuk mengukur
massa benda kerja, material yang diukur
dibatas hanya dua, yaitu balok tembaga dan
kuningan saja.
Pada percobaan bandul sederhana, panjang
bandul dibatasi menjadi tiga yaitu, 0.20, 0.40,
dan 0.60 saja.
Pada percobaan pegas helix tidak dilakukan
pengukuran gelombang berdiri, karena ada
komponen alat (vibrator) yang tidak dapat
9
digunakan. Sehingga praktikum diubah
menjadi percobaan resonansi pada pegas
helix.
Pada praktikum hambatan listrik tidak
dilakukan percobaan mengenai hubungan
hambatan dan panjang, hambatan dan luas
penampang, hambatan dan kawat tembaga,
karena waktu yang tidak memungkinkan.

1.4.2 Asumsi

Pada percobaan modulus elasitisitas


untuk mencari panjang tumpuan pada
batang kecil diasumsikan dengan rumus
Lo = L - 5% L. Pada percobaan modulus
elasitisitas untuk mencari panjang
tumpuan pada batang sedang
diasumsikan dengan rumus Lo = L - 10%
L. Pada percobaan modulus elasitisitas
untuk mencari panjang tumpuan pada
batang besar diasumsikan dengan rumus
Lo = L - 15% L.

10
Percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2
Tegangan yang digunakan (v) sebesar 2,
4, 6, 8, 10 dan12 volt.
Ca = 4,2 x 103 J kg-1 K-1
CAl = 9,1 x 10 2 J kg-1 K-1

11
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Dasar

Pengukuran yang akurat merupakan bagian


penting dari fisika.Meskipun demikian, tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat.Ada ketidak pastian
yang berhubungan dengan pengukuran.Ketidak pastian
muncul dari sumber yang berbeda.Dimana yang paling
penting, sumber kesalahan keterbatasan alat ukur dari
setiap alat ukur dan ketidak mampuan membaca alat ukur
diluar batas terkecil yang ditunjukan.Batas ketelitian dan
kesalahan pengukuran ini disebabkan oleh keterbatasan
manusia dalam pembuatan sebuah alat serta terbatasnya
kemampuan membacanya.

Untuk menunjukan tekelitian dari suatu


pengukuran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu diantaranya :

12
a. Titik nol alat, yaitu angka yang ditunjukan alat
sebelum digunakan.
b. Nilai skala terkecil alat, yaitu skala terkecil yang
diperlihatkan alat.
c. Batas ukur alat, yaitu batas maksimum yang dapat
diukur alat.
d. Cara pemakaian alat

Alat yang digunakan dari pengukuran :

A. Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai dua rahang dan
satu penduga. Rahang dalam digunakan untuk
mengukur diameter atau benda bagian luar,
sedangkan rahang luar digunakan untuk mengukur
diameter dalam. Penduga digunakan untuk mengukur
kedalaman.Jangka sorong ketelitiannya dapat
mencapai seperseratus milimeter.Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat.Skala pada jangka
sorong terbagi menjadi dua, yaitu skala utama dan
skala nonius. Untuk alat keluaran terbaru sudah di
lengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05 mm untuk

13
jangka sorong di bawah 30 cm, dan 0.01 untuk yang
diatas 30 cm.

Gambar 2.1
http://2.bp.blogspot.com

B. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat
ukur dasar dalam fisika.Alat ini biasanya digunakan
untuk mengukur benda dengan ukuran kecil dan
tipis.Misalnya mengukur ketebalan plat, daimeter
kawat, dan lain-lain.Ketelitian dari mikrometer
sekrup mencapai 0.01mm.dengan ketelitian sangat
tinggi ini, mikrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar yang sangat kecil seperti
kertas, silet, dan lain-lain.
Mikrometer sekrup terdiri atas rahang
utama dan rahang putar.Pada rahang utama terdapat
skala utama, sedangkan skala nonius terdapat pada
rahang putar.Skala nonius terdiri atas 50 skala. Satu

14
putaran skala nonius akan menambah skala
horizontal sebanyak 0.05mm.

Gambar 2.2

http://1.bp.blogspot.com

C. Neraca Teknis
Neraca teknis adalah neraca atau alat timabangan
yang memiliki ketelitian rendah, karena hanya
sampai dua desimal dibelakang koma.Biasanya
dipakai untuk menimbang zat atau benda yang tidak
memerlukan ketelitian tinggi.Dalam penimbanga,
neraca teknis tipe analog menggunakan prinsip
kesetimbangan, untuk itu bidang kerja harus
mendatar.Pada kondisi awal sebelum penimbangan,

15
jarum harus menunjukan angka nol yang
menunjukan posisi setimbang.
Untuk mengukur kedataran neraca dapat
menggunakan pendatar.Lalu perhatikan
keseimbangan. Jika ayunan jarum ke kiri dan ke
kanan sama, maka neraca telah siap digunakan,
namun jika tidak, maka setimbangkan dengan
mengatur pembeban di lengan-lengan sesuai dengan
yang diperlukan. Pengangkatan atau pemutaran
hanya dilakukan sebentar.Jika sudah harus cepat-
cepat ditutup kembali. Saat akan menimbang
taruhlah benda yang akan ditimbang di lengan
satunya dan batu timbangan pada lengan lainnya.

Gambar 2.3
http://1.bp.blogspot.com

16
2.2 Pesawat AtwoodModern dan Konvensional

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk


yang menjelaskan hubungan antara tegangan, energi
pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2
pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada
sebuah katrol. Benda yang yang lebih berat diletakan
lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi
benda yang berat akan turun karena gravitasi dan
menarik benda yang lebih ringan karena ada tali dan
katrol.

Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-


benda jatuh bebas.Ia menyimpulkan dari pengamatan-
pengamatan yang dia lakukan bahwa benda - benda berat
jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan.
Tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam
sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa
vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat
benar untuk benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan
dari gesekan udara.Galileo mengetahui bahwa ada
pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh.Tetapi
pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara,

17
masih cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan
pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai
orangpada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen)
yaitu kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa,
Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan
sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda
yang lebih ringan.Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton
menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang
sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton Hukum I
Newton menyatakan Sebuah benda akan berada dalam
keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila
resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol.

Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan


dengan persamaan:

F=0
Keterangan :
F = Resultan gaya (N)

Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda


mula-mula diam maka benda selamanya akan diam.
Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu

18
diberi gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak
maka benda selamanya akan bergerak, kecuali bila ada
gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa
yang dijelaskan oleh Hukum Newton yaitu Hukum I
Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain sifat
kemalasan benda untuk mengubah keadaannya. Sifat ini
kita ini kita sebutkelembaman atau inersia. Oleh karena
itu, Hukum I Newton disebut juga Hukum Kelembaman.

Hukum II Newton :

Setiap benda yang dikenai gaya maka akan


mengalami percepatanyang besarnya berbanding lurus
dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan
besarnya massa benda.

F = m .a

Keterangan :

a = percepatan benda (ms-2)

m = massa benda (kg)


19
F = Gaya (N)

Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah


percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja
pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding
dengan gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka
percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada
benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan
benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya
yang menyebabkannya. Persamaan gerak untuk
percepatan yang tetap yaitu :

Vt = V0 + at

Xt = X0 + V0 t + a t2

Vt2 = V02 + 2 a ( Xt X0 )

Keterangan :

Vt = kecepatan akhir (m/s)

V0 = kecepatan awal (m/s)

V = kecepatan (m/s)

20
Xt = jarak akhir (m)

X0 = jarak awal (m)

a = percepatan (m/s2)

t = waktu (s)

Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui


porosnya, makapada gerak melingkar ini akan berlaku
persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak
linear. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia
(momen kelembaman) I yang ekivalen dengan besaran
fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I)
suatu benda pada poros tertentu harganya sebanding
dengan massa benda terhadap porosnya.

I~m

I ~ r2

21
Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila
memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Sama besar
2. Berlawanan arah
3. Bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
4. Tidak saling meniadakan
5. Bekerja pada benda yang berbeda

Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang


lintasannya berupa garis lurus.Dapat pula jenis gerak ini
disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang
waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya
sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak
lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang
dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.

Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus


suatu obyek, dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap
atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh
dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.

s = v .t

22
Keterangan :

s = jarak tempuh (m)

v = kecepatan (m/s)

t = waktu (s)

Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak


lurus suatu obyek, di mana kecepatannya berubah
terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap.Akibat adanya percepatan rumus jarak yang
ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Dengan
kata lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam
atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah
kecepatannya karena ada percepatan ( a = + ) atau
perlambatan ( a = - ) Pada umumnya GLBB didasari oleh
Hukum Newton II ( F = m a).

Vt = V0 + at

Vt2= V02 + 2 a S

S = V0 t + a t2

23
Keterangan:

V0 = kecepatan awal (ms)

Vt = kecepatan akhir (ms)

a = percepatan (m s2)

t = waktu (s)

S = jarak yang ditempuh (s)

GLBB dibagi menjadi 2 macam :

1. GLBB dipercepat adalah GLBB yang


kecepatannya makin lama makin cepat, contoh GLBB
dipercepat adalah gerak buah dari pohonnya.

2. GLBB diperlambat adalah GLBB yang


kecepatannya makin lama makin kecil (lambat).
Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar
keatas.

24
Gambar 2.4

lfd.fmipa.itb.ac.id

2.3 Modulus Elastisitas

Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan


suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera
setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Seperti pada sebuah pegas yang
digantungi dengan beban pada salah satu sisi
ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika beban
tersebut kita ambil kembali. Contoh lainnya adalah
ketapel dan karet gelang jika kita rentangkan maka
akan terjadi pertambahan panjang pada kedua benda
tersebut, tapi jika gaya yang bekerja pada kedua
25
benda tersebut dihilangkan, maka kedua benda
tersebut akan kembali ke bentuk semula.

Sebuah benda dapat dikatakan elastis sempurna


jika gaya penyebab perubahan bentuk hilang maka
benda akan kembali ke bentuk semula. Benda yang
bersifat elastis sempurna yaitu mempunyai batas-batas
deformasi yang disebut limit elastik sehingga jika
melebihi dari limit elastik maka benda tidak akan
kembali ke bentuk semula.

Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak


kembali ke bentuk awalnya saat gaya dilepaskan,
misalnya saja pada adonan kue. Bila kita menekan
adonan kue, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya
dilepaskan dari adonan kue tersebut, maka adonan
kue tidak dapat kembali ke bentuk semula.

Perbedaan antara sifat elastis dan plastis adalah


pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi
yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastis pada
benda perlu diasumsikan bahwa benda-benda tersebut
mempunyai sifat-sifat berikut:

26
Homogen artinya setiap bagian benda
mempunyai kerapatan yang sama.
Isotropik artinya pada setiap titik pada benda
mempunyai sifat-sifat fisis yang sama ke
segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan
perubahan bentuk tetapi tidak ada perubahan
volume, dan benda yang.mengalami kompresi
akan terjadi perubahan volume tetapi tidak
terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini
disebut juga modulus elastisitas.

Tegangan

Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang


diperlukan oleh benda untuk kembali ke bentuk semula.
Atau gaya Fyang diberikan pada benda dibagi dengan
luas penampang Atempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan oleh:

T=F/A

Dimana:
27
T = Tegangan (N/m2)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)

Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan


memiliki satuan N/m atau Pascal (Pa). F adalah gaya
(N), dan A adalah luas penampang (m). Selain itu,
Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :

a. Tegangan normal

Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per


unit luasan. Tegangan normal dibedakan menjadi
tegangan normal tekan atau kompresi dan tegangan
normal tarik.Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-
ujung batang sedemikian rupa sehingga batang dalam
kondisi tertarik, maka terjadi tegangan tarik pada batang,
jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan
tekan.

b. Tegangan geser

Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda


sejajar dengan penampang.

28
c. Tegangan volume

Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada


suatu benda yang menyebabkan terjadinya perubahan
volume pada benda tersebut tetapi tidak menyebabkan
bentuk benda berubah.

Regangan

Perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu


benda karena pemakaian tegangan disebut regangan
(strain).Regangan adalah suatu besaran yang tidak
memiliki dimensi karena rumusnya yaitu meter per
meter. Definisi regangan berdasarkan rumusnya adalah
perubahan panjang L dibagi dengan panjang awal benda
L . Secara matematis dapat ditulis:

e = L / L

Dimana:

e = Regangan

29
L = Perubahan panjang (m)
L = Panjang mula-mula (m)
Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan
sebagai bahan liat (ductile) atau bahan rapuh (brittle).
Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain)
relatif besar sampai dengan titik kerusakan seperti baja
atau aluminium. Sedangkan bahan rapuh mempunyai
gaya regangan yang relatif kecil sampai dengan titik yang
sama. Batas regangan 0,05 sering dipakai untuk garis
pemisah diantara kedua kelas bahan ini. Besi cor dan
beton merupakan contoh bahan rapuh.

Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung


melalui pemberian beban sebagai tegangan yang
diberikan pada benda tersebut dan mengamati
penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya.
Besar pelenturan (f) ditentukan melalui persamaan
matematis sebagai berikut:

f = BL3

4Ebh3

30
Dari rumus pelenturan diatas dapat ditentukan
persamaan matematis Modulus Elastisitasnya:

E = BL3
Dimana:
4fbh3
E = Modulus elastisitas
B = berat beban (dyne)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (cm)
f = pelenturan (cm)
b = lebar batang (cm)
h = tebal batang (cm)

Hukum Hooke

Hubungan antara tegangan dan regangan erat


kaitannya dalam teori elastisistas.Apabila hubungan
antara tegangan dan regangan dilukiskan dalam bentuk
grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-
regangan berbeda-beda bentuknya menurut jenis
bahannnya.Hal ini membuktikan bahwa keelastisitasan
benda dipengaruhi bahan dari bendanya.Dapat kita ambil
contoh grafik keelastisitasan suatu logam kenyal.
31
a
T (N/m2)

Pada bagian awal kurva, tegangan dan regangan


bersifat proporsional sampai titik a tercapai.Hubungan
proporsional antara tegangan dan regangan dalam daerah
ini sesuai dengan Hukum Hooke.Jika gaya tarik tidak
melampaui batas elastisitas pegas, maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya. Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan
nama hukum Hooke, dan dapat ditulis melalui
persamaan:

F = k . x
32
Dimana:

F = Gaya (N)
k = Konstanta
x = Pertambahan panjang (m)

Gambar 2.5

pojoklistrik.blogspot.com

2.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul


Sederhana

Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri


dari sebuah titik massa yang digantungkan pada tali

33
ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke
samping dari posisi seimbangnya dan dilepaskan maka
bandul akan berayun dalam bidang vertikal karena
pengaruh gravitasi, geraknya merupakan gerak osilasi
dan periodik.

Gerak osilasi pada bandul sederhana adalah gerak


bolak-balik di sekitar titik keseimbangan.Posisi benda
terhadap titik keseimbangan di sebuah simpangan tempat
benda berhenti sesaat untuk berbalik arah ke posisi
semula disebtu titik balik. Contoh gerak osilasi sederhana
ialah gerak bandul sederhana terdiri atas benda bermassa
M yang diikat dengan seutas tali ringan yang panjangnya
L (massa tali diabaikan). Jika bandul berayun maka tali
akan berbentuk sudut sebesar O terhadap arah vertical
jika simpangan (sudut O) cukup kecil, gerak bandul
sederhana seperti gerak massa pada pegas.

Bandul sederhana berupa benda bermassa M dan


tali sepanjang L. Bandul dikatakan melakukan satu
getaran bila telah menempuh lintasan OAOBO.Waktu
yang diperoleh untuk menempuh suatu getaran disebut

34
periode. Gaya gerak ayunan bandul merupakan getaran
gaya yang mempengaruhi gerak bandul.

Bandul sederhana secara teoritis dapat digunakan


untuk menentukan percepatan gravitasi (g) secara presisi
dengan mengukur perioda ayunan dan panjang pendulum
(e) osilasi berulang dicatat untuk meningkatkan akurasi
pengukuran.

Benda yang bergerak harmonis sederhana pada


ayunan sederhana memiliki periode (T).periode ayunan
adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan
satu getaran. Benda dikatakan melakukan satu getaran
jika benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke
titik tersebut.Satuan periode adalah sekon/detik.

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang


dilakukan benda selama satu detik, yang dimaksud
getaran disini adalah getaran lengkap.Satuan frekuensi
adalah Hertz.Frekuensi adalah banyaknya getaran yang
terjadi selama satu detik. Dengan demikian selang waktu
yang dibuthkan untuk melakukan satu getaran adalah :

1 sekon = sekon

35
Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
satu getaran adalah periode. Dengan demikian, secara
matematis hubungan antara periode dan frekuensi adalah
sebagai berikut:

Pada ayunan sederhana, selain periode dan


frekuensi, terdapat juga amplitude.Amplitudo adalah
perpindahan maksimum dari titik keseimbangan.

Gambar 2.6

Blogfisikaku.wordpress.com

36
2.5 Resonansi Pada Pegas Heliks

Gelombang adalah bentuk dari getaran yang


membuat pada suatu medium.Pada gelombang, yang
merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium
perantaranya.Satu gelombang dapat dilihat panjangnya
dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit
(gelombang transversal) atau menghitung jarak antara
satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang
longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang
ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik

Jenis- jenis gelombang berdasarkan arah getar :

1. Gelombang Transversal

Gelombang transversal adalah gelombang yang


arah getarannya tegak lurusdengan arah rambatannya.
Contohnya seperti : gelombang pada tali, gelombang
pada permukaan air dan lain sebagainya.. Contohnya
seperti : gelombang pada tali, gelombang pada
permukaan air dan lain sebagainya.Bentuk getarannya
berupa lembah dan bukit. Contohnya gelombang
transversal pada tali seperti gambar di bawah ini :

37
Gambar 2.7

arifkristanta.wordpress.com

Ketika kita menggerakan tali naik turun, tampak


bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus
dengan arah gerak gelombang. Bentuk gelombang
transversal tampak seperti pada gambar di bawah ini :

38
Gambar 2.8

Edogawariezkha.blogspot.com

Pada gambar di atas, tampak bahwa gelombang


merambat ke kanan pada bidang horisontal, sedangkan
arah getaran naik-turun pada bidang vertikal.Garis putus-
putus yang digambarkan di tengah sepanjang arah rambat
gelombang menyatakan posisi setimbang medium
(misalnya tali atau air).Titik tertinggi gelombang disebut
puncaksedangkan titik terendah disebut
lembah.Amplitudo adalah ketinggian maksimum puncak
atau kedalaman maksimum lembah, diukur dari posisi
setimbang. Jarak dari dua titik yang sama dan berurutan
pada gelombang disebut panjang gelombang(disebut

39
lambda huruf Yunani).Panjang gelombang juga bisa
juga dianggap sebagai jarak dari puncak ke puncak atau
jarak dari lembah ke lembah.

Beberapa istilah yang berkaitan dengan


gelombang transversal, antara lain :
Puncak gelombang adalah titik-titik tertinggi pada
gelombang, misalnya b dan f.
Dasar gelombang adalah titik-titik terendah pada
gelombang, misalnya d dan h.
Bukit gelombang, misalnya lengkungan a-b-c dan g-h-i.
Lembah gelombang, misalnya cekungan c-d-e dan g-h-
i.
Amplitudo (A) adalah nilai simpangan terbesar yang
dapat dicapai partikel.
Panjang gelombang (l) adalah jarak antara dua puncak
yang berurutan, misalnya b-f, atau jarak antara dua dasar
yang berurutan, misalnya d-h.
Periode (T) adalah selang waktu yang diperlukan untuk
menempuh satu gelombang, atau selang waktu yang
diperlukan untuk dua puncak yang berurutan atau dua
dasar yang berurutan.

40
2. Gelombang Longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang


dimana arah getarannya berimpit dengan arah
rambatannya.Contohnya seperti : bunyi dan gelombang
yang ada pada pegas. . Gelombang longitudinal terdiri
dari rapatan dan regangan panjang gelombang adalah
jarak antar rapatan atau regangan yang berurutan.
Panjang gelombang adalah sama dengan jarak yang
ditempuh dengan satu periode. Contoh gelombang
longitudinal pada sinar getar yang dipetik seperti gambar
di bawah ini :

Gambar 2.9

yuliyuliantii.blogspot.com

41
Pada gambar di atas, tampak bahwa arah getaran
sejajar dengan arah rambatan gelombang.Serangkaian
rapatan dan regangan merambat sepanjang
pegas.Rapatan merupakan daerah di mana kumparan
pegas saling mendekat, sedangkan regangan merupakan
daerah di mana kumparan pegas saling menjahui.Jika
gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak dan
lembah, maka gelombang longitudinal terdiri dari pola
rapatan dan regangan.Panjang gelombang adalah jarak
antara rapatan yang berurutan atau regangan yang
berurutan. Yang dimaksudkan di sini adalah jarak dari
dua titik yang sama dan berurutan pada rapatan atau
regangan.

Untuk mengetahui lebih jelas skema dari


gelombang longitudinal, mari kita perhatikan gambar
dibawah ini:

42
Gambar 2.10

rizkyspeedhack.blogspot.com

Gambar diatas adalah sebuah pegas yang


digetarkan di ujungnya.Jika kita perhatikan gambar diatas
kita dapat melihat bahwa arah getarannya searah dengan
arah gelombangnya, maka disebut gelombang
longitudinal.Serangkaian rapatan dan regangan merambat
sepanjang pegas.Rapatan merupakan daerah di mana
kumparan pegas saling mendekat, gelombang
longitudinal terdiri dari pola rapatan dan
regangan.Panjang gelombang adalah jarak antara rapatan
yang berurutan atau regangan yang berurutan. Yang

43
dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang sama
dan berurutan pada rapatan atau regangan (lihat contoh
pada gambar di atas).

Banyak sekali contoh gelombang longitudinal


yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contohnya adalah gelombang suara di udara. Udara
sebagai medium perambatan gelombang suara, merapat
dan meregang sepanjang arah rambat gelombang
udara.Berbeda dengan gelombang air atau gelombang
tali, gelombang suara tidak bisa kita lihat menggunakan
mata.Jika seseorang suka mendengarkan musik, biasanya
dia memutarnya dengan volume yang keras.Jika anda
memiliki waktu coba perhatikan sebuah
loudspeaker.Perhatikan gerakan loudspeaker tersebut,
pasti bergerak maju mundur. Hal itu akan menghasilkan
getaran, dan getaran itulah yang akan menghasilkan
rapatan dan regangan pada udara sehingga timbul
gelombang suara. Sekarang kita telah mengetahui
mengapa sumber bunyi harus bergetar, karena dengan
getaran udara akan membentuk gelombang longitudinal
yang akan menimbulkan gelombang suara.

44
Gelombang sendri dicirikan oleh adanya panjang
gelombang, frekuensi, dan kecepatan
gelombang.Hubungan teoritis antara frekuensi dasar
(harmonic pertama) dan frekuensi harmonik diberikan
oleh persamaan berikut.

fn.n.f1

n=1,2,3.

Fn adalah frekuensi harmonic ke-n, n adalah bilangan


bulat

n = 1 adalah bentuk frekuensi dasar (frekuensi harmonic


pertama)

f1, n = 2 adalah untuk frekuensi harmonic kedua f2 dan


seterusnya.

Gelombang juga dikelompokkan berdasarkan


mediumnya

1) Gelombang mekanik
Adalah gelombang yang perambatannya memerlukan
medium.
45
Contoh : bunyi dan gelombang pada air

2) Gelombang elektromagnetik
Adalah gelombang yang perambatannya tidak butuh
medium.
Contoh : cahaya, gelombang radio dan sebagainya

Sedangkan jika ditinjau dari amplitudonya,


gelombang dikelompokkan menjadi :

1) Gelombang berjalan (Amplitudo pada setiap titik


sama)
2) Gelombang berdiri ( Amplitudo setiap titik
berbeda)

2.6 Hambatan Listrik

Tegangan dan arus listrik merupakan 2 buah besaran


listrik yang masing-masing dilambangkan dengan V dan
I. Satuan tegangan listrik adalah V atau volt, sedangkan
satuan arus listrik adalah A atau ampere. Tegangan listrik
merupakan beda potensial 2 buah terminal listrik. Arus
listrik dibagi menjadi 2 macam yaitu arus searah atau DC
(direct current ) dan arus bolak balik atau AC (alternating
current ). Arus searah memiliki arah arus tetap,
sedangkan arus bolak balik memiliki arah yang berubah-
46
ubah. Arus listrik searah adalah arus listrik yang mengalir
jika kedua terminal listrik tegangan searah dihubungkan
dengan suatu hambatan listrik dengan lambang R dan
bersatuan ohm. Hubungan antara tegangan, arus dan
hambatan listrik adalah :

V=I.R

Dimana:

I = kuat arus listrik

V = beda potensial

R = hambatan penghantar

Hambatan listrik berfungsi menghambat arus listrik.

Kapasitor berfungsi menyimpan muatan


listrik.Kapasitor yang paling sederhana dibuat dari 2
buah lempeng logam sejajar yang diselipi bahan
dielektrik.Kapasitor memiliki nilai kapasitansi C dengan
satuan F atau farad.

Pada tahun 1927, Georg Simon Ohm, ahli fisika


kebangsaan Jerman menentukan berdasarkan hasil

47
eksperimennya bahwa arus listrik yang melalui suatu
penghantar sebanding dengan beda potensial pada ujung-
ujung penghantar tersebut, yang dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematik:

Gambar 2.11

slideshare.net

2.7 Elektromagnet

Elektromagnet adalah prinsip pembangkitan


magnet dengan menggunakan arus listrik.Aplikasi
praktisnya kita temukan pada motor listrik, speaker, relay
48
dsb. Sebatang kawat yang diberikan listrik DC arahnya
meninggalkan kita (tanda silang), maka disekeliling
kawat timbul garis gaya magnet melingkar, lihat gambar
dibawah. Sedangkan gambar visual garis gaya magnet
didapatkan dari serbuk besi yang ditaburkan disekeliling
kawatberaliran listrik.

Gambar 2.12

Sersasih.wordpress.com

Sebatang kawat pada posisi vertikal diberikan


arus listrik DC searah panah, maka arus menuju keatas
arah pandang (tanda titik). Garis gaya magnet yang
membentukselubung berlapis lapis terbentuk sepanjang
kawat. Garis gaya magnet ini tidak tampak oleh mata
kita, cara melihatnya dengan serbuk halus besi atau
kompas yang didekatkan dengan kawat penghantar tsb.
49
Kompas menunjukkan bahwa arah garis gaya sekitar
kawat melingkar. Arah medan magnet disekitar
penghantar sesuai arah putaran sekrup (James Clerk
Maxwell, 1831-1879). arah arus kedepan (meninggalkan
kita) maka arah medan magnet searah putaran sekrup
kekanan. Sedangkan bila arah arus kebelakang (menuju
kita) maka arah medan magnet adalah kekiri.

Aturan sekrup mirip dengan hukum tangan kanan


yang menggenggam, dimana arah ibu jari menyatakan
arah arus listrik mengalir pada kawat. Maka keempat
arah jari menyatakan arah dari garis gaya elektromagnet
yangditimbulkan.

Arah aliran arus listrik DC pada kawat


penghantar menentukan arah garis gaya elektromagnet.
Arah arus listrik DC menuju kita (tanda titik pada
penampang kawat), arah garis gaya elektromagnet
melingkar berlawanan arah jarum jam. Ketika arah arus
listrik DC meninggalkan kita (tanda silang penampang
kawat), garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan
melingkar searah dengan jarum jam (sesuai dengan
model mengencangkan sekrup). Makin besar intensitas

50
arus yang mengalir semakin kuat medan elektro-magnet
yang mengelilingi sepanjang kawat tersebut.
Jika sebuah kawat penghantar berbentuk bulat
dialiri arus listrik I sesuai arah panah, maka disekeliling
kawat timbul garis gaya magnet yang arahnya secara
gabungan membentuk kutub utara dan kutub selatan.
Makin besar arus listrik yang melewati kawat, maka akan
semakin kuat medan elektromagnetik yang
ditimbulkannya.
Jika beberapa belitan kawat digulungkan
membentuk sebuah coil atau lilitan, dan kemudian
dipotong secara melintang maka arah arus ada dua jenis.
Kawat bagian atas bertanda silang (meninggalkan kita)
dan kawat bagian bawah bertanda titik (menuju kita).
Hukum tangan kanan untuk menjelas kan
terbentuknya garis gaya elektromagnet pada sebuah
gulungan atau coil dapat dilihat pada
gambar.Dimanasebuahgulungan kawat coil dialiri arus
listrik, maka arah arusnya ditunjukkan sesuai dengan
empat jari tangan kanan, sedangkan kutub magnet yang
dihasilkan ditunjukkan dengan ibu jari untuk arah kutub
utara dan kutub selatan arah lainnya.

51
Untuk menguatkan medan magnet yang
dihasilkan pada gulungan dipasangkan inti besi dari
bahan ferromagnet, sehingga garis gaya elektromagnet
menyatu. Aplikasinya dipakai pada coil kontaktor atau
relay.

Gambar 2.13

Unitedscience.wordpress.com

2.8. Kalorimeter

Kalorimeter merupakan suatu alat yang fungsinya


untuk mengukur kalor jenis suatu
zat.Salah satu bentuk kalorimeter adalah kalorimeter cam
puran.Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bejana logam
52
yang kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya
ditempatkan di dalam bejana lain yang agak lebih besar.
Kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan
gabus atau wol. Kegunaan bejana luar adalah sebagai
isolator agar perukaran kalor dengan sekitar kalori meter
dapat dikurangi.

Kalorimeter juga dilengkapi dengan batang


pengaduk.Pada waktu zat dicampurkan di dalam
kalorimeter, air dalam kalorimeter perlu diaduk agar
diperoleh suhu merata sebagai akibat percampuran dua
zat yang suhunya berbeda.

Azas penggunaan kalori meter adalah azas black. Set


iap dua benda atau lebih dengan suhu berbeda
dicampurkan maka benda yang bersuhu lebih tinggi akan
melepaskan kalornya, sedangkan benda yang bersuhu
lebih rendah akan menyerap kalor hingga mencapai
keseimbangan, yaitu suhunya sama. Pelepasan dan
penyerapan kalor ini besarnya harus imbang. Kalor
yangdilepaskan sama dengan kalor yang diserap sehingga
berlaku hukum kekekalan energi. Pada sistem tertutup,

53
kekekalan energi panas ( kalor ) ini dapat
dituliskansebagai berikut.

Q lepas= Q terima

Q = m .c . t

keterangan:

Q= banyaknya kalor yang diperlukan ( J )

M = massa suatu zat yang diberi kalor ( kg )

C = kalor jenis zat ( J/kg oC )

t= kenaikan/perubahan suhu zat ( oC )

C= kapasitas kalor suatu zat ( J/oC )

Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang


dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan
pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk
melakukan pengukuran kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu zat digunakan kalorimeter.Salah
satu kegunaan yang penting dari kalorimeter adalah
dalam penentuan kalor jenis suatu zat.

54
Pada teknik yangdikenal sebagai metode
campuran, satu sampel zat dipanaskan sampai
temperatur tinggi yang diukur dengan akurat, dan dengan
cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter.

Kalor yang hilang pada sampel tersebut akan


diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan mengukur
suhu akhir campuran tersebut, maka dapat dihitung kalor
jenis zat tersebut.

Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanasi sampai


suhu tertentu. Dengan cepat zat itu dimasukkan kedalam
kalori meter yang berisi air dengan suhu dan massanya
sudah diketahui. Kalori meter diaduk sampai suhunya
tidak berubahlagi. Dengan menggunakan hukum
kekekalan energy, kalor jenis yangdimasukkan dapat
dihitung.

Terdapat beberapa jenis kalorimeter yaitu :

1. Kalorimeter Bom : yaitu digunakan untuk mengukur


kalor yang dikeluarkan ketika sebuar zat terpanaskan.
Penggunaan nya biasanya dalam pembakaran makanan

55
dengan kadar kalor dari pembakaran biji-bijian untuk
kadar energi.

2. Kalorimeter sederhana : yaitu digunakan untuk


mengukur kalor reaksi yang berlangsung pada fase
larutan. Kalor reaksi sama dengan jumlah kalor yang
diserap/dilepas larutan.

Kalor itu sendiri merupakan jumlah energi yang


dipindahkan antar benda yang memiliki suhu yang
berbeda.Secara sponta kalor mengalir dari suatu benda
yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu lebih
rendah.Satuan umum untuk kalor adalah kal dan dapat
didefinisika sebagai jumlah kalor yang dihasilkan untuk
menaikkan suhu setiap 1 gram air sebesar 1 derajat
celcius. Besarnya kalor ang diserap atau dilepaskan oleh
suatu benda berbanding lurus dengan massa benda, kalor
jeis benda, dan perubhan suhu dari kalorimeter
tersebut.Dalam satuan SI satuan kalor adalah joule,satuan
kalor yang lainnya adalah kalori. Maka hubungan antar
keduanya adalah :

56
1 joule = 0,24 kalori

1 kalori = 4,2 joule

Gambar 2.14

risars.wordprees.com

BAB III

ALAT, BAHAN, DAN TATACARA


PRAKTIKUM

57
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Pengukuran Dasar

Alat
1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Neraca teknis
Bahan
1. Balok yang akan di ukur ( balok kuningan
dan tembaga )

3.1.2 Pesawat Atwood

Alat
1. PesawatAtwood konvensional
1) Tiang berskala
2) 2 beban dengan tali
3) Katrol
4) Penjepit beban
5) Penyangkut beban
6) Meja akhir
7) Stop watch

2. Pesawat Atwood modern


1) Tiang berskala
2) 2 beban dengan tali
3) Katrol
4) Penjepit beban berpegas
5) Penyangkut beban
6) Gerbang cahaya 1 dan 2
7) Meja akhir
58
8) Stop watch
Bahan

1) Beban tambahan 2 - 4 gram ( untuk


pesawat atwood konvesional ).

2) Beban tambahan 5 gram ( untuk pesawat


atwood modern ).

3.1.3 Modulus Elastisitas

Alat
1. Meja;
2. Dua buah tumpuan;
3. Cermin berkala;
4. Kait yang dilengkapi garis rambut;
5. Meteran panjang;
6. Penggaris.
Bahan
1. Kayu ukuran kecil, sedang, dan besar;
2. Beban;
3. Dudukan beban.

3.1.4 Bandul Sederhana dan Resonasi Bandul


Sederhana

Alat
59
1. Dasar statif
2. Batang statif ( 500 millimeter)
3. Bosshead universal
4. Tali nilon
5. Pasak penumpu
6. Stopwatch
7. Penggaris
8. Kaki statif;
Bahan
1. Bandul (35 g, dan 70 g).

3.1.5 Gelombang Berdiri Pada Pegas Heliks

Alat :
1. Pegas k =4,5 N/m
2. Pegas k =25 N/m
3. Batang statif
4. Bosshead bulat
5. Bosshead universal
6. Pasak penumpu
7. Pembangkit getaran
8. Dasar statif
9. Mistar
Bahan :
1. Beban (100 gram)
2. Beban (200 gram)
3.1.6 Hambatan Listrik
Alat
1. Catu daya
2. Saklar SPST
3. Kabel penghubung

60
4. Multimeter digital
5. Soket penghubung
Bahan
1. Resistor 50 ohm / 8 W
2. Resistor 100 ohm / 4 W

3.1.7 Elektromagnet

Alat
1. Catu daya
2. Saklar SPST
3. Kabel penghubung
4. Kompas perajah
5. Serbuk besi
Bahan :
1. Penghantar lurus
2. Penghantar melingkar
3. Penghantar selenoida

3.1.8 Kalorimeter

Alat

1.Termometer 2 buah

2.Kalorimeter

3.Gelas Kimia 250 ml

4.Neraca
61
5.Klem Universal

6.Pembakar Spirtus

7.Dasar Statif

8.Kaki Statif

9.Batang Statif 250 mm

10. Batang Statif 500 mm

11. Boss Head

12. Tali Nilon

Bahan

1. Besi

2. Tembaga

3. Alumunium

4. Kubus Materi

62
3.2 Tata Cara Praktikum

3.2.1 Pengukuran Dasar

A. Jangka sorong
1. Benda yang akan diukur panjang, lebar, dan
tebalnya, dijepit pada rahang bagian dalam
untuk mengukur bagian luar benda.
2. Jepit lalu kunci dengan pengunci agar rapat
dengan jangka sorong.
3. Skala utama dan skala nonius dilihat dan
catat hasil pengukurannya.
4. Setelah dicatat, hitung volume dari benda
yang telah dikukur.

B. Mikrometer Sekrup
1. Masukan benda yang akan dikur di antara
landasan dan sekrup.
2. Roda pemutar kasar diputar hingga benda
terjepit.
3. Roda pemutar hasul diputar hingga pas.
4. Jika sudah pas, kunci dengan pengunci.
5. Baca hasil pengukuran, lalu catat dan hitung
hasil pengukuran.

C. Neraca teknis
1. Pastikan jarum ada di angka nol sebelum
digunakan untuk menimbang.

63
2. Benda yang akan ditimbang massanya
ditempatkan di salah satu lengan neraca.
3. Batu timbangan ditempatkan dilengan
lainnya.
4. Tambahkan batu timbangan hingga banda
dan batu timbangan setimbang.
5. Lihat nilai yang ada pada batu timbangan.
6. Catat hasil penimbangan.

3.2.2 Pesawat Atwood Konvesional dan Modern

Pesawat Atwood
konvensional (GLB)
1. Siapkan pesawat atwood yang terdiri dari
tiang berskala, dua beban dengan tali, dua
beban tambahan, katrol, penjepit beban, meja
akhir, dan stop wacth.
2. Tali katrol, dan meja akhir dipasang sesuai
dengan jarak yang ditentukan.

64
3. Beban penambah ditambahkan, beban
dilepaskan dari penjepit beban, lalu beban
pertama akan meluncur keatas, sedangkan
beban lainnya akan meluncur kebawah sampai
menyentuh meja akhir.
4. Waktu peluncuran dihitung sejak beban
pertama dilepaskan hingga beban kedua tepat
menyentuh meja akhir.
5. Waktu dicatat dan dihitung kecepatannya.

Pesawat Atwood
konvensional (GLBB)
1. Atur kembali alat seperti pada percobaan
GLB.
2. Atur kedudukan A-B (50cm) dan B-C sesuai
dengan jarak yang diinginkan.
3. Lepaskan m1, lalu beban m2 dam m3 akan
melewati penyangkut beban, dimana m3 akan

65
tersangkut, sedangkan m2 terus meluncur
hingga mencapai meja akhir.
4. Stopwatch dinyalakan ketika m2 melewati
penyangkut beban, hingga tepat menyentuh
meja akhir.
5. Percobaan diulangi dengan memvariasikan
baban m3, dengan jarak B-C sebesar 20cm,
30cm, 40cm, dan 50cm.
6. Waktu dicatat dengan menghitung kecepatan
dan percepatannya

Pesawat Atwood modern


Langkah yang dilakukan sama dengan
pesawat atwood kovensional, baik itu GLB
dan GLBB. Namun pada alat ini tidak perlu
menggunakan stop watch. Karena sudah ada
sensor yang disebut dengan gerbang cahaya,
yang akan secara otomatis mengukut waktu
dari percobaan ini.
66
3.2.3 Modulus Elastisitas

1. Tiga batang kayu ukuran besar, sedang, dan kecil,


satu set alat modulus elastisitas (meja, dua buah
tumpuan, cermin berskala, kait dengan garis
rambut, meteran panjang, penggaris, beban, dan
dudukan beban) disiapkan.
2. Alat untuk percobaan modulus elastisitas (meja,
dua buah tumpuan, cermin berskala, kait dengan
garis rambut, meteran panjang, penggaris, beban,
dan dudukan beban) dirangkai. Batang kayu
pertama (kecil) yang telah diukur diberi beban
0.5 kg, amati cermin berskala, dan catat
perubahan yang terjadi. Lakukan hingga beban
mencapai 4 kg.
3. Percobaan yang sama dilakukan untuk batang
kayu sedang dan besar.

3.2.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul


Sederhana

67
Bandul Sederhana
1) Beri simpangan pada bantul kira-kira 3 cm
dari titik keseimbangan
2) Lepaskan bandul ketika keadaan sudah siap
3) Jalankan stopwatch pada saat bola pejal
melewati titik O ke arah tertentu
4) Hitunglah periode T berdasarkan rumusan x t
5) Ulangi langkah 1-4 dengan menggunakan
panjang tali yang berbeda ( 20 cm, 40 cm, dan
60 cm)
6) Ulangi langkah 1-4 dengan massa bandul
yang berbeda ( 35 gram dan 70 gram)

Resonansi Bandul Sederhana


1) Siapkan nperalatan resonansi bandul
sederhana yang terdiri dari : tali bandul,
rangkailah
2) Pegang ujung tali yang telah dikaitkan pada
bandul
3) Bersi simpangan pada bandul, kira-kira 3 cm
dari titik tumpuan/keseimbangan
4) Lepaskan bandul, dan jalankan jam henti pada
saat bola pejal melewati titik O (tengah) kea
rah tertentu
5) Baca waktu T yang tertera pada jam henti dan
catat pada tabel pengamatan

68
6) Tentukan perioda T0 menggunakan rmus T0 =
dan f0 =
7) Lakukan percobaan diatas dengan
mengulangnya(panjang tali = 50 cm dan 25
cm dengan bandul 70 gram dan 35 gram

3.2.5 Resonansi Pada Pegas Heliks

1) Rangkai susunan alat heliks. Siapkan


pegas heliks dengan besar konstanta pegas
4,5 N/m
2) Tambahkan beban sebanyak 100 gram
pada pegas heliks tersebut
3) Buat simpangan sebanyak 3 cm dengan
cara menarik pegas tersebut 3 cm,
gunakan mistar untuk mengukur jarak 3
cm
4) Lepaskan pegas, nyalakan penghitung
waktu
5) Hitung naik turunnya pegas tetrsebut
sebanyak 20 kali
6) Lakukan langkah 3-4 dengan beban 200
gram
7) Lakukan percobaan diatas (langkah 2-5)
dengan menggunakan pegas heliks dengan
besar konstatna pegas 25 N/m
69
8) Hitung frekuensi dan perioda dari
percobaan tersebut.

3.2.6 Hambatan Listrik


1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lakukan pengetesan pada alat dan bahan dengan
benar.
3. Pilih voltase awal 0 pada power supply.
4. Pasang resistor 100 dan 50 ohm.
5. Nyalakan saklar dan power supply.
6. Lihat nominal ampere dan volt pada multimeter
digital dan catat.
7. Kemudian matikan power supply.
8. Lakukan prosedur diatas dengan mnengubah
voltase 2,6,8,10 dan 12.
9. Hitung R untuk setiap pasangan v dan I kemudian
catat hasilnya pada tabel.

3.2.7. Elektromagnet

A. Penghantar Lurus

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Susunlah rangkaian alat praktikum sesuai dengan
gambar
3. Hubungkan kabel catu daya pada penghantar
lurus
4. Taburkan serbuk besi disekitar kawat penghantar
lurus secara merata
70
5. Nyalakan catu daya dan variasikan besar arusnya
6. Matikan catu daya lalu bersihkan serbuk besi
7. Ganti serbu besi dengan delapan buah kompas
perajah mengintari kawat
8. Nyalakan kembali catu daya dan variasikan besar
arusnya hingga terbentuk pola
9. Amati dan gambarlah pola tersebut
10. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan.

B. Penghantar Melingkar

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Susunlah rangkaian alat praktikum sesuai dengan
gambar
3. Hubungkan kabel catu daya pada penghantar
melingkar
4. Taburkan serbuk besi disekitar kawat penghantar
lurus secara merata
5. Nyalakan catu daya dan variasikan besar arusnya
6. Matikan catu daya lalu bersihkan serbuk besi
7. Ganti serbu besi dengan delapan buah kompas
perajah mengintari kawat
8. Nyalakan kembali catu daya dan variasikan besar
arusnya hingga terbentuk pola
9. Amati dan gambarlah pola tersebut
10. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan.

C. Selenoida

71
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Susunlah rangkaian alat praktikum sesuai dengan
gambar
3. Hubungkan kabel catu daya pada selenoida
4. Taburkan serbuk besi disekitar kawat penghantar
lurus secara merata
5. Nyalakan catu daya dan variasikan besar arusnya
6. Matikan catu daya lalu bersihkan serbuk besi
7. Ganti serbu besi dengan delapan buah kompas
perajah mengintari kawat
8. Nyalakan kembali catu daya dan variasikan besar
arusnya hingga terbentuk pola
9. Amati dan gambarlah pola tersebut
10. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan.

3.2.8 Kalorimeter

1) Timbang masa kalorimeter + pengaduk.

2) Timbang masa kalorimeter + pengaduk + air.

3) Hitung massa air.

4) Timbang kubus materi ( besi, tembaga,


alumunium ).

5) Panaskan air hingga mendidih baru masukkan


kubus materi yang digunakan, panaskan

72
dengan pembakar spirtus.

6) Setelah kubus materi dipanaskan selama 2 menit


ukur suhu balok kubus materi.

7) Setelah itu dimasukan ke dalam kalorimeter,


tutup dan aduk dengan pengaduk kalorimeter
sampai suhu tidak berubah lagi.

8) Lakukan cara diatas pada masing-masing kubus


materi.

73
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Pengukuran dasar

1. Pengukuran dengan jangka sorong

Tabel 4.1 Pengukuran dengan jangka sorong

Benda Bagia Panjan Lebar Tinggi/Te


Kerja n g (mm) bal (mm)
(mm)
1 35.00 18.10 8.60
a
Tembag

2 35.00 18.14 8.60


3 35.00 18.14 8.54
4 35.00 18.12 8.50
5 35.00 18.14 8.60
1 44.84 24.82 17.40
n
Kuninga

2 44.84 24.82 17.38


3 44.92 24.82 17.42
4 44.90 24.80 17.40
5 44.82 24.80 17.42

2. Pengukuran dengan mikrometer skrup

77
Tabel 4.2 Pengukuran dengan mikrometer skrup

Benda Kerja Bagian Tinggi/Tebal


(mm)

Tembaga 1 8.22

2 8.26

3 8.28

4 8.25

5 8.32

Kuningan 1 17.86

2 17.84

3 17.84

4 17.85

5 17.88

3. Pengukuran dengan neraca teknis

Tabel 4.3 Pengukuran dengan neraca teknis

Benda Kerja Massa (gram)

Tembaga 50.00

Kuningan 165.00

78
4.1.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvesional

1. Pesawat Atwood Konvesional

Beban m1 = 0,0835 kg

Beban m2 = 0,0835 kg

r katrol = 6,25 cm

Percobaan GLB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,004 kg

Tabel 4.4 Pesawat atwood konvensional percobaan GLB ke - 1

No. Jarak A-C ( m ) Waktu ( s )

1. 0,4 3,10

79
2. 0,6 3,26

3. 0,8 3,84

4. 1 4,56

Percobaan 2 :

Beban m3 = 0,006 kg

Tabel 4.5 Pesawat atwood konvensional percobaan GLB ke - 2

No. Jarak A-C ( m ) Waktu ( s )

1. 0,4 1,98

2. 0,6 2,58

3. 0,8 2,97

80
4. 1 3,26

Percobaan GLBB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,004 kg

Jarak A - B = 0,5 m

Tabel 4.6 Pesawat atwood konvensional percobaan GLBB ke - 1

No. Jarak B-C ( m ) Waktu ( s )


1. 0,2 0,70
2. 0,3 0,88
3. 0,4 1,20
4. 0,5 1,45

Percobaan 2 :

Beban m3 = 0,006 kg

81
Jarak A - B = 0,5 m

Tabel 4.7 Pesawat atwood konvensional percobaan GLBB ke - 2

No. Jarak B-C ( m ) Waktu ( s )


1. 0,2 0,44
2. 0,3 0,78
3. 0,4 0,89
4. 0,5 1,16

2. Pesawat Atwood Modern

Beban m1 = 0,0835 kg

Beban m2 = 0,0835 kg

r katrol = 6,25 cm

Percobaan GLB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,01 kg

82
Tabel 4.8 Pesawat atwood modern percobaan GLB ke - 1

No. Jarak A-B ( m ) Waktu ( s )


1. 0,4 1,59
2. 0,6 2,0
Percobaan 2 :
Beban m3 = 0,02 kg
Tabel 4.9 Pesawat atwood modern percobaan GLB ke - 2

No. Jarak A-B ( m ) Waktu ( s )

1. 0,4 0,87

2. 0,6 1,14

Percobaan GLBB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,01 kg

Jarak A - B = 0,5 m

Tabel 4.10 Pesawat atwood modern percobaan GLBB ke - 1

No. Jarak B-C ( m ) Waktu ( s )


1. 0,2 0,55

2. 0,3 0,95
Percobaan 2 :

83
Beban m3 = 0,02 kg

Jarak A - B = 0,5 m

Tabel 4.11 Pesawat atwood modern percobaan GLBB ke - 2

No. Jarak B-C ( m ) Waktu ( s )


1. 0,2 0,29
2. 0,3 0,44

4.1.3 Modulus Elastisitas


Data Hasil Pengukuran Batang Kayu
Tabel 4.12 Pengamatan dimensi kayu

Daerah Dimensi (mm)


No. Ukuran Pengukur Panjang Lebar Tebal
an (l) (b) (h)
I 1000 9.0 9.0
II 1000 9.0 9.0
1. Kecil III 1000 9.0 9.0
IV 1000 9.0 9.0
V 1000 9.0 9.0
I 1000 19.0 8.0
II 1000 20.0 8.0
2. Sedang III 1000 19.0 8.0
IV 1000 19.0 8.0
V 1000 20.0 8.0

84
I 1000 17.0 14.0
II 1000 17.0 14.0
3. Besar III 1000 17.0 14.0
IV 1000 17.0 14.0
V 1000 17.0 14.0

Data Pengamatan Percobaan

Tabel 4.13 Pengamatan percobaan modulus elastisitas

Ukura Keduduk Jumlah Beban (kg)


n an G 0. 0. 1. 1. 2. 2. 3. 3. 4.

Batan 0 5 0 5 0 5 0 5 0

g
Kecil Penamba 0 6 1 1 2 3 3 4 4
han (Xo) 2 8 3 0 6 2 8
Pengura 0 5 1 1 2 3 3 4 4
ngan 1 7 3 0 6 2 8
(Xt)
Sedan Penamba 0 5 9 1 1 2 2 3 3
g han (Xo) 4 9 3 8 2 7
Pengura 0 5 9 1 1 2 2 3 3
ngan 3 8 2 7 2 6
(Xt)
Besar Penamba 0 1 2 3 4 5 6 7 8
han (Xo)

85
Pengura 0 1 1 1 2 3 4 5 6
ngan
(Xt)

4.1.4Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul


Sederhana

Tabel 4.14 Pengumpulan Data Bola Bandul Bermassa 35 gram

Massa Bandul Panjang


t0 (s) tr (s)
(gr) Bandul (m)
35 0,20 19,84 -
35 0,40 26,74 -
35 0,60 32,11 -
35 0,60 31,87 -
35 0,60 29,88 -
35 0,25 21,52 20,38
35 0,50 29,31 28,8

Tabel 4.15 Pengumpulan Data Bandul Bermassa 70 gram

Massa Bandul Panjang


t0 (s) tr (s)
(gr) Bandul (m)

70 0,25 22,236 21,63

70 0,50 29,43 29,43


86
70 0,60 31,87 -

Y (simpangan) = 3 cm

Tabel 4.16 Hubungan Antara Perioda dan Panjang Bandul

Massa Bola Bandul 35 gram

Panjang Bandul (m) 0,20 0,40 0,60

Waktu untuk 20
19,84 26,74 29,88
ayunan t(s)

Perioda T (s) 0,992 1,337 1,494

T2 (s2) 0,984 1,78756 2,232

Tabel 4.17 Hubungan Antara Perioda dan Massa Bandul

Panjang Bandul 0,60 m


MassaBola Bandul (gram) 35 70
Waktu untuk 20 ayunan t (s) 32,11 31,87
Perioda T (s) 1,6055 1,59
T2 (s2) 2,5776 2,5281

87
Tabel 4.18 Hasil Pengamatan Resonansi Bandul Sederhana

Massa
Panjang Perioda Perioda
Bandul F0 (Hz) F0 (Hz)
Bandul (m) T0 (s) Tr (s)
(gr)

70 0,5 1,4745 1,4715 0,6781 0,6795

70 0,25 1,1118 1,0815 0,8994 0,9246

35 0,5 1,4655 1,44 0,6823 0,6944

35 0,25 1,076 1,019 0,9293 0,9813

4.1.5 Resonansi Pada Pegas Heliks

Tabel 4.19 Pengumpulan Data Pada Pegas k = 4,5 N/m

Massa (gram) t0 tr
100 21,8 sekon 22 sekon
200 25,4 sekon 28 sekon

Tabel 4.20 Pengumpulan Data PadaPegas k = 25 N/m

Massa (gram) t0 tr
100 11 sekon 12,2 sekon
200 13,4 sekon 14,4 sekon

4.1.6 Hambatan Listrik

Percobaan 1 (resistor 50 Ohm)

88
Tabel 4.21 Data Pengamatan Resisor 50 Ohm

No V (volt) I (ampere)
1 0 0
2 2 0,02
3 4 0.04
4 6 0,09
5 8 0,12
6 10 0,16
7 12 0,20

Percobaan 2 (resistor 100 Ohm)


Tabel 4.22 Data Pengamatan 100 Ohm

No V (volt) I (ampere)
1 0 -
2 2 -
3 4 0,02
4 6 0,04
5 8 0,06
6 10 0,08
7 12 0,10

4.1.7 Elektromagnet

89
Gambar 2.15 Penghantar Lurus

Gambar 2.16 Penghantar Melingkar

Gambar 2.17 Solenoida

4.1.8 Kalorimeter

Pengukuran Awal

90
Massa kalorimeter + pengaduk kosong mk = 0,081 kg

1. Menentukan Kalor Jenis Besi

Massa balok besi mFe = 0,0634 kg

Masaa kalorimeter + pengaduk berisi air mk + a


= 0,1403 kg

Suhu awal kalorimeter + isi 0 = 302,5o K

Suhu balok besi panas b = 368o K

Suhu akhir kalorimeter a = 310o K

2. Menentukan Kalor Jenis Tembaga

Massa balok besi mCu = 0,07072 kg

Masaa kalorimeter + pengaduk berisi air mk + a


= 0,1612 kg

Suhu awal kalorimeter + isi 0 = 302o K

Suhu balok besi panas b = 369o K

Suhu akhir kalorimeter a = 307o K

91
3. Menentukan Kalor Jenis Alumunium

Massa balok besi mAl = 0,02106 kg

Masaa kalorimeter + pengaduk berisi air mk + a


= 0,1732 kg

Suhu awal kalorimeter + isi 0 = 302o K

Suhu balok besi panas b = 367o K

Suhu akhir kalorimeter a = 305o K

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Pengukuran Dasar

Tabel 4.23 Pengkuran dengan Jangka Sorong

92
Tembaga Benda Kerja
Bagian Panjang Lebar Tinggi/Tebal (mm)
(mm) (mm)

1 35.00 18.10 8.60


2 35.00 18.14 8.60
3 35.00 18.14 8.54
4 35.00 18.12 8.50
5 35.00 18.14 8.60
Kuningan

1 44.84 24.82 17.40


2 44.84 24.82 17.38
3 44.92 24.82 17.42
4 44.90 24.80 17.40
5 44.82 24.80 17.42
ukuran
Benda Kerja

xi(m x (mm) xi2 (mm) (xi)2(mm


m) )
Panjang
Tembaga

175.00 35.00 6125.00 30625.00


Lebar

90.64 17.13 1643.12 8215.16


Tebal

42.84 8.57 367.06 1835.27


Panjang
Kuningan

22.32 44.86 10063.88 50319.46


Lebar

124.06 24.81 3078.17 15390.88

93
Tebal

87.02 17.40 1514.49 7572.48


Volume Benda Kerja
1. Tembaga => V = p x l x t

= 35.00 x 18.13 x 8.57

= 5438.09 mm3

2. Kuningan => V = p x l x t
= 44.86 x 24.81 x 17.40
= 19365.79 mm3

Nilai Ketidak Pastian dan Interval


Nilai Ketidak Pastian
xi


2
x = n xi2

1

n

Nilai Interval
X=x x , a< x <b
Dimensi Pengukuran
a. Tembaga
Nilai ketidakpastian

94
xi


2
x 2
= n xi

1

n

p =
5
1 ( 5 6125.00 ) 30625
51
=0

l = 5
1 ( 5 1643.12 )8214.61
51
= 0.01
t =

5
1 ( 5 367.06 )1835.27
51
= 0.0173

Nilai Interval
X=x ,
p(a) = 35.00 - 0 = 35.00
p (b) = 35.00 + 0 = 35.00
Jadi p = a = b

95
l (a) = 18.13 0.01 = 18.12
l (b) = 18.13 + 0.01 = 18.14
jadi 18.12 < l < 18.14
t (a) = 8.57 0.0173 = 8.5527
t (b) = 8.57 + 0.0173 = 8.5873
jadi 8.5527 < t < 8.5873
b. Kuningan
Nilai ketidak pastian

xi


2
x = n xi2

1

n

p = 5
1 ( 5 10069.88 ) 50319.46
51 =

0.024

l = 5
1 ( 5 3073.17 )15390.88
51

= 0.017

96
t =

5
1 ( 5 1514.49 ) 7582.48
51
= 0.017

Nilai Interval
X=x ,
p (a) = 44.86 0.024 = 44.836
p (b) = 44.86 + 0.024 = 44.884
Jadi 44.836 < p < 44.884
l (a) = 24.18 0.017 = 24.793
l (b) = 24.18 + 0.017 = 24.827
jadi 24.793 < l < 24.827
t (a) = 17.40 0.017 = 17.383
t (b) = 17.40 + 0.017 = 17.417
jadi 17.383 < t < 17.417

Volume
a. Tembaga

- Nilai Ketidak pastian


V p l t
V
= ( p
+ +
l t
V)
0.01 0.0173
(
0+ +
18.13 9.57 )
5438.09

97
V
= 18.98
V

mm3
- Nilai Interval
V (a) = 5438.09 13.98 = 5424.11 mm 3
V (b) = 5438.09 + 13.98 = 5452.07 mm3

Jadi 5424.11 < V < 5452.07

b. Kuningan
- Nilai Ketidak pastian
= mm3
- Nilai Interval
V (a) = 19365.79 42.55 = 19323.24
mm3
V (b) = 19365.79 + 42.55 = 19408.34
mm3

Jadi 19323.24 < V < 19408.34

Nilai massa jenis benda dan nilai intervalnya


a. Tembaga

98
m 50.00 g
=
V = 5438.09 mm 3 = 0.0919

g/mm3
50.00 g
1= =0.00921
5424.11 mm3 g/mm3

50.00 g
1= =0.00917
5452.07 mm3 g/mm3

Jadi 0.00917 < < 0.00921

b. Kuningan

m 165.00 g
=
- V = 19365.79 mm 3 =

0.00852 g/mm3
165.00 g
1= =0.00854
- 19323.24 mm 3 g/mm3

165.00 g
1= =0.00850
- 19408.34 mm 3 g/mm3

Jadi 0.00850 < < 0.00854

99
4.2.2 Pesawat Atwood

1. Pesawat Atwood Konvesional

Beban m1 = 0,0835 kg

Beban m2 = 0,0835 kg

r katrol = 6,25 cm

Percobaan GLB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,004 kg

Tabel 4.24 Pesawat atwood konvensional percobaan GLB ke - 1

Jarak A-C Waktu ( s Kecepatan


No
(m) ) ( m/s )
1 0,4 3,10 0,12
2 0,6 3,26 0,18
3 0,8 3,84 0,20
4 1 4,56 0,21

Dik : Beban m3 = 0,004 kg

S1 = 0,4 m t1 = 3,10 s
100
S2 = 0,6 m t2 = 3,26 s

S3 = 0,8 m t3 = 3,84 s

S4 = 1 m t4 = 4,56 s

Dit : -V1?

-V2?

-V3?

-V4?

Jawab :V1 = S1 = 0,4 = 0,12 m/s

t1 3,10

V2= S2 = 0,6 = 0,18 m/s

t2 3,26

V3 = S3 = 0,8 = 0,20 m/s

t3 3,84

101
V4 = S4 = 1 = 0,21 m/s

t4 4,56

Percobaan 2 :

Beban m3 = 0,006 kg

Tabel 2.25 Pesawat atwood konvensional percobaan GLB ke - 2

Jarak A-C Kecepatan


No Waktu ( s )
(m) ( m/s )
1 0,4 1,98 0,20
2 0,6 2,58 0,23
3 0,8 2,97 0,26
4 1 3,26 0,30

Dik :Beban m3= 0,006 kg

S1 = 0,4 m t1 = 1,98 s

S2 = 0,6 m t2 = 2,58 s

S3 = 0,8 m t3 = 2,97 s

S4 = 1 m t4 = 3,26 s
102
Dit : -V1?

-V2?

-V3?

-V4?

Jawab : V1 = S1 = 0,4 = 0,20 m/s

t1 1,98

V2= S2 = 0,6 = 0,23 m/s

t2 2,58

V3= S3 = 0,8 = 0,26 m/s

t3 2,97

V4 = S4 = 1 = 0,30 m/s

t4 3,26

Percobaan GLBB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,004 kg
103
Jarak A-B = 0,5 m

Tabel 2.26 Pesawat atwood konvensional percobaan GLBB ke - 1

Jarak B-C Waktu ( s Kecepatan Percepatan


No
(m) ) ( m/s ) ( m/s2 )
1 0,2 0,70 0,154 0,22
2 0,3 0,88 0,193 0,22
3 0,4 1,20 0,264 0,22
4 0,5 1,45 0,319 0,22

Dik : Beban m3 = 0,004 kg

SA-B = 0,4 m t1 = 0,70 s

S1 = 0,2 m t2 = 0,88 s

S2 = 0,3 m t3 = 1,20 s

S3 = 0,4 m t4 = 1,45 s

S4 = 0,5 m
Dit : -V1?

104
-V2?

-V3?

-V4?

-a?

Jawab:

m1+m 2+m3


m3
a=

m3. g 0,004.9,8
I= 2.m 1m 3.r 2= ( 2.0,08350,004 ) ( 0,0625 )
a 0,22

= 0,007 . 0,003 = 0,000021 kg/m2

V1 = a x t 1

= 0,22 x 0,70 = 0,154 m/s

105
V2 = a x t 2

= 0,22 x 0,88 = 0,193 m/s

V3= a x t3

= 0,22 x 1,20 = 0,264 m/s

V4= a x t4

= 0,22 x 1,45 = 0,319 m/s

Percobaan 2 :

Beban m3 = 0,006 kg

Jarak A-B = 0,5 m

Tabel 2.27 Pesawat atwood konvensional percobaan GLBB ke - 2

106
Jara
N Waktu Kecepata Percepatan (
k B-C
o (s) n ( m/s ) m/s2 )
(m)

1 0,2 0,44 0,145 0,33

2 0,3 0,78 0,257 0,33

3 0,4 0,89 0,297 0,33

4 0,5 1,16 0,382 0,33

Dik : Beban m3 = 0,006 kg

SA-B = 0,4 m t1 = 0,44 s

S1 = 0,2 m t2 = 0,78 s

S2 = 0,3 m t3 = 0,89 s

S3 = 0,4 m t4 = 1,16 s
S4 = 0,5 m

Dit : -V1?
-V2?
-V3?

107
-V4?
-a?

Jawab:

m1+m 2+m3


m3
a=

m3. g 0,006.9,8
I= 2.m 1m 3.r 2= ( 2.0,08350,006 ) ( 0,0625 )
a 0,33

2
=

= 0,005 . 0,003 = 0,000015 kg/m2

V1 = a x t 1

= 0,33 x 0,44 = 0,14 m/s

V2 = a x t 2

108
= 0,22 x 0,88 = 0,193 m/s

V3= a x t3

= 0,22 x 1,20 = 0,264 m/s

V4= a x t4

= 0,22 x 1,45 = 0,319 m/s

2. Pesawat Atwood Modern

Beban m1 = 0,0835 kg

Beban m2 = 0,0835 kg

r katrol = 6,25 cm

Percobaan GLB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,01 kg

Tabel 2.28 Pesawat atwood modern percobaan GLB ke - 1

109
No. Jarak A-B ( m ) Waktu ( s ) Kecepatan ( m/s )
1. 0,4 1,59 0,25
2. 0,6 2,02 0,29

Dik : Beban m3 = 0,006 kg


Dit : V1 ?
S1 = 0,4 m t1 = 1,59 s
V2 ?
S2 = 0,6 m t2 = 2,02 s

Jawab : V1 = S1 = 0,4 = 0,25 m/s

t11,59

V2= S2 = 0,6 = 0,29 m/s

t2 2,02

Percobaan 2 :

Beban m3 = 0,02 kg

Tabel 2.29 Pesawat atwood modern percobaan GLB ke - 2

No. Jarak A-B ( m ) Waktu ( s ) Kecepatan ( m/s )


1. 0,4 0,87 0,45
2. 0,6 1,14 0,52

110
Dik : Beban m3 = 0,006 kg

S1 = 0,4 m t1 = 0,87 s

S2 = 0,6 m t2 = 1,14 s
Dit : -V1?

-V2?

Jawab : V1 = S1 = 0,4 = 0,45 m/s

t1 0,87

V2= S2 = 0,6 = 0,52 m/s

t2 1,14

Percobaan GLBB

Percobaan 1 :

Beban m3 = 0,01 kg

Jarak A - B = 0,5 m

Tabel 2.30 Pesawat atwood modern percobaan GLBB ke - 1

No Jarak B-C Waktu ( s ) Kecepatan Percepatan

111
(m) ( m/s ) ( m/s2 )

1. 0,2 0,55 0,3025 0,55

2. 0,3 0,95 0,5225 0,55

Dik : Beban m3 = 0,01 kg

SA-B = 0,5 m t1 = 0,55 s


S1 = 0,2 m t2 = 0,95 s
S2 = 0,3 m

Dit: -V1?

- V2 ?

-a?

-I?

Jawab ;

m1+m 2+m3

a=
m3

112
m3. g 0,01.9,8
I= 2.m 1m 3.r 2= ( 2.0,08350,01. )( 0,0625 ) 2=
a 0,55

V1 = a x t1

= 0,55 x 0,55 = 0,3025 m/s

V2 = a x t2

= 0,22 x 0,88 = 0,5225 m/s

Percobaan 2 :

Beban m3 = 0,02 kg

Jarak A - B = 0,5 m

No. Jarak B-C ( m ) Waktu ( s ) Kecepatan ( m/s ) Percepatan ( m/s2 )


1. 0,2 0,29 0,3016 1,04
2. 0,3 0,44 0,4576 1,04
Tabel 2.31 Pesawat atwood modern percobaan GLBB ke 2

Dik : -Beban m3 = 0,02 kg

-SA-B = 0,5 m
-S1 = 0,2 m
113
-S2 = 0,3 m
-t1 = 0,29 s
-t2 = 0,44 s

Dit : -V1?
-V2 ?
-a?
- I?
Jawab
m1+m 2+m3

a=
m3

m3. g 0,02.9,8
I= 2.m 1m 3.r 2= ( 2.0,08350,02 ) ( 0,0625 ) 2=
a 0,55

V1 = a x t 1

= 1,04 x 0,29 = 0,3016 m/s

V2 = a x t 2

= 1,04 x 0,44 = 0,4576 m/s


114
4.2.3 Modulus Elastisitas

Perhitungan pengukuran rata-rata batang


kayu, dan luas penampang
- Rata-rata x (m) =
- Luas Penampang A (m2) = lebar (b) x
tebal (h)
- Panjang tumpuan (Lo)
Batang kayu besar

Lo = L 15% L

= 1000 mm (15% x 1000 mm)

= 850 mm
Batang kayu sedang

Lo = L 10% L

= 1000 mm (10% x 1000 mm)

= 900 mm

Batang Kayu Kecil


Lo = L 5% L

= 1000 mm (5% x 1000 mm)

115
= 950 mm

Tabel 4.32 Pengamatan Dimensi Batang Kayu

116
No Ukur Daerah Dimensi (mm) Luas Penampang A
Panjang Lebar Tebal
an Pengukur [bxh] (mm2)
(l) (b) (h)
an
1. Kecil I 1000 9.0 9.0 9.0 x 9.0 =
81.0
II 1000 9.0 9.0 9.0 x 9.0 =
81.0
III 1000 9.0 9.0 9.0 x 9.0 =
81.0
IV 1000 9.0 9.0 9.0 x 9.0 =
81.0
V 1000 9.0 9.0 9.0 x 9.0 =
81.0
X 1000 9.0 9.0 81.0
Lo 950
2. Sedan I 1000 19.0 8.0 19.0 x 8.0 = 152.0
II 1000 20.0 8.0 20.0 x 8.0 = 160.0
g
III 1000 19.0 8.0 19.0 x 8.0 = 152.0
IV 1000 19.0 8.0 19.0 x 8.0 = 152.0
V 1000 20.0 8.0 20.0 x 8.0 = 160.0
X 1000 19.4 8.0 155.2
Lo 900
3. Besar I 1000 17.0 14.0 17.0 x 14.0 =
238.0
II 1000 17.0 14.0 17.0 x 14.0 =
238.0
III 1000 17.0 14.0 17.0 x 14.0 =
238.0
IV 1000 17.0 14.0 17.0 x 14.0 =
238.0
V 1000 17.0 14.0 17.0 x 14.0 =
238.0
X 1000 17.0 14.0 117 238.0
Perhitungan nilai rata-rata kedudukan G
Rata-rata (x) = Xo + Xt
2

Tabel 4.33 Pengamatan Percobaan

Ukura Kedudukan Jumlah Beban (kg)


0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
n G
Batang
Kecil Penambahan 0 6 12 18 23 30 36 42 48
(Xo)
Pengurangan 0 5 11 17 23 30 36 42 48
(Xt)
Rata-rata (x) 0 5.5 11.5 17. 23 30 36 42 48
5
Sedang Penambahan 0 5 9 14 19 23 28 32 37
(Xo)
Pengurangan 0 5 9 13 18 22 27 32 36
(Xt)
Rata-rata (x) 0 5 9 13. 18. 22. 27. 32 36.5
5 5 5 5
Besar Penambahan 0 1 2 3 4 5 6 7 8
(Xo)
Pengurangan 0 1 1 1 2 3 4 5 6
(Xt)
118
Rata-rata (x) 0 1 1.5 2 3 4 5 6 7

Perhitungan Tegangan, Regangan, dan


Modulus Elastisitas
- Rumus Perhitungan
Tegangan () = F / A = m.g
A
Regangan () = L / Lo
Modulus Elastisitas (E) = atau
E = /

Pelenturan (f) =

Batang Kayu Kecil


Tegangan

m = 0 kg , = 0 m . 9,8 m/s2 =0N/mm2


81 mm2
m = 0.5 kg , = 0.5 m . 9,8 m/s2 =0.06 N/mm2
81 mm2
m = 1.0 kg , = 1.0 m . 9,8 m/s2 = 0.12 N/mm2
81 mm2
m = 1.5 kg , = 1.5 m . 9,8 m/s2 = 0.18 N/mm2
81 mm2
119
m = 2.0 kg , = 2.0 m . 9,8 m/s2 = 0.24 N/mm2
81 mm2
m = 2.5 kg , = 2.5 m . 9,8 m/s2 = 0.30 N/mm2
81 mm2
m = 3.0 kg , = 3.0 m . 9,8 m/s2 = 0.36 N/mm2
81 mm2
m = 3.5 kg , = 3.5 m . 9,8 m/s2 = 0.42 N/mm2
81 mm2
m = 4.0 kg , = 4.0 m . 9,8 m/s2 = 0.48 N/mm2
81 mm2
Regangan
m = 0 kg , = 0 mm = 0
950 mm
m = 0.5 kg , = 55 mm = 0.06
950 mm
m = 1.0 kg , = 115 mm = 0.12
950 mm
m = 1.5 kg , = 175 mm = 0.18
950 mm
m = 2.0 kg , = 230 mm = 0.24
950 mm
m = 2.5 kg , = 300 mm = 0.32
950 mm
m = 3.0 kg , = 360 mm = 0.38
950 mm
m = 3.5 kg , = 420 mm = 0.44
950 mm
m = 4.0 kg , = 480 mm = 0.50
950 m
Modulus Elastisitas (E)
m = 0 kg, E =

120
m = 0.5 kg, E = 0.06 N/mm2 = 1 N/mm2
0.06
m = 1.0 kg, E = 0.12 N/mm2 = 1 N/mm2
0.12
m = 1.5 kg, E = 0.18 N/mm2 = 1 N/mm2
0.18
m = 2.0 kg, E = 0.24 N/mm2 = 1 N/mm2
0.24
m = 2.5 kg, E = 0.30 N/mm2 = 0.94 N/mm2
0.32
m = 3.0 kg, E = 0.36 N/mm2 = 0.95 N/mm2
0.38
m = 3.5 kg, E = 0.42 N/mm2 = 0.95 N/mm2
0.44
m = 4.0 kg, E = 0.48 N/mm2 = 0.96 N/mm2
0.50
Pelenturan (f)
m = 0 kg, f =
m = 0.5 kg, f = 0.5 kg x (950 mm)3
4.1 N/mm x 9.0 mm (9.0 mm)3
2

=16334.7 kg mm/N

m = 1.0 kg, f = 1.0 kg x (950 mm)3


4.1 N/mm2 x 9.0 mm (9.0 mm)3
=32669.4kg mm/N
m = 1.5 kg, f = 1.5 kg x (950 mm)3
4.1 N/mm x 9.0 mm (9.0 mm)3
2

= 49004.1 kg mm/N

121
m = 2.0 kg, f = 2.0 kg x (950 mm)3

4.1 N/mm2 x 9.0 mm (9.0 mm)3

= 65338.7 kg mm/N

m = 2.5 kg, f = 2.5 kg x (950 mm)3

4.1 N/mm2 x 9.0 mm (9.0 mm)3

= 86886.6 kg mm/N

m = 3.0 kg, f = 3.0 kg x (950 mm)3


4.1 N/mm x 9.0 mm (9.0 mm)3
2

=103166.4 kg mm/N
m = 3.5 kg, f = 3.5 kg x (950 mm)3
4.1 N/mm2 x 9.0 mm (9.0 mm)3
=120360.8 kg mm/N
m = 4.0 kg, f = 4.0 kg x (950 mm)3
4.1 N/mm x 9.0 mm (9.0 mm)3
2

=136122.4 kg mm/N

Batang Kayu Sedang


Tegangan
m = 0 kg , = 0 m . 9,8 m/s2 = 0 N/mm2
155.2 mm2

122
m = 0.5 kg , = 0.5 m . 9,8 m/s2 = 0.03 N/mm2
155.2 mm2
m = 1.0 kg , = 1.0 m . 9,8 m/s2 = 0.06 N/mm2
155.2 mm2
m = 1.5 kg , = 1.5 m . 9,8 m/s2 = 0.09 N/mm2
155.2 mm2
m = 2.0 kg , = 2.0 m . 9,8 m/s2 = 0.13 N/mm2
155.2 mm2
m = 2.5 kg , = 2.5 m . 9,8 m/s2 = 0.16 N/mm2
155.2 mm2
m = 3.0 kg , = 3.0 m . 9,8 m/s2 = 0.19 N/mm2
155.2 mm2
m = 3.5 kg , = 3.5 m . 9,8 m/s2 = 0.22 N/mm2
155.2 mm2
m = 4.0 kg , = 4.0 m . 9,8 m/s2 = 0.25 N/mm2
155.2 mm2
Regangan
m = 0 kg , = 0 mm = 0
900 mm
m = 0.5 kg , = 50 mm = 0.06
900 mm
m = 1.0 kg , = 90 mm = 0.10
900 mm
m = 1.5 kg , = 135 mm = 0.15
900 mm
m = 2.0 kg , = 185 mm = 0.21
900 mm
m = 2.5 kg , = 225 mm = 0.25
900 mm
m = 3.0 kg , = 275 mm = 0.31
900 mm
123
m = 3.5 kg , = 320 mm = 0.36
900 mm
m = 4.0 kg , = 365 mm = 0.41
900 m

Modulus Elastisitas (E)


m = 0 kg, E =
m = 0.5 kg, E = 0.03 N/mm2 = 0.5 N/mm2
0.06
m = 1.0 kg, E = 0.06 N/mm2 = 0.6 N/mm2
0.10
m = 1.5 kg, E = 0.09 N/mm2 = 0.6 N/mm2
0.15
m = 2.0 kg, E = 0.13 N/mm2 = 0.6 N/mm2
0.21
m = 2.5 kg, E = 0.16 N/mm2 = 0.64 N/mm2
0.25
m = 3.0 kg, E = 0.19 N/mm2 = 0.61 N/mm2
0.31
m = 3.5 kg, E = 0.22 N/mm2 = 0.61 N/mm2
0.36
m = 4.0 kg, E = 0.25 N/mm2 = 0.61 N/mm2
0.41

Pelenturan (f)
m = 0 kg, f =

m = 0.5 kg, f = 0.5 kg x (900 mm)3


4. 0,5 N/mm2 x 19.4 mm (8.0 mm)3
124
= 18348.3 kg mm/N

m = 1.0 kg, f = 1.0 kg x (900 mm)3


4. 0,6 N/mm2 x 19.4 mm (8.0 mm)3
= 30580.5 kg mm/N

m = 1.5 kg, f = 1.5 kg x (900 mm)3


4. 0,6 N/mm x 19.4 mm (8.0 mm)3
2

= 45870.7 kg mm/N
m = 2.0 kg, f = 2.0 kg x (900 mm)3
4. 0,6 N/mm2 x 19.4 mm (8.0 mm)3
=61161.0 kg mm/N
m = 2.5 kg, f = 2.5 kg x (900 mm)3
4. 0,64 N/mm2 x 19.4 mm (8.0 mm)3
=71673.0 kg mm/N
m = 3.0 kg, f = 3.0 kg x (900 mm)3
4. 0,61 N/mm x 19.4 mm (8.0 mm)3
2

=90237.5 kg mm/N

m = 3.5 kg, f = 3.5 kg x (900 mm)3


4. 0,61 N/mm x 19.4 mm (8.0 mm)3
2

=105277.1 kg mm/N
m = 4.0 kg, f = 4.0 kg x (900 mm)3
4.1 N/mm2 x 9.0 mm (9.0 mm)3
=120316.7 kg mm/N
Batang Kayu Besar
Tegangan
m = 0 kg , = 0 m . 9,8 m/s2 = 0 N/mm2
238 mm2
125
m = 0.5 kg , = 0.5 m . 9,8 m/s2 = 0.02 N/mm2
238 mm2
m = 1.0 kg , = 1.0 m . 9,8 m/s2 = 0.04 N/mm2
238 mm2
m = 1.5 kg , = 1.5 m . 9,8 m/s2 = 0.06 N/mm2
238 mm2
m = 2.0 kg , = 2.0 m . 9,8 m/s2 = 0.08 N/mm2
238 mm2
m = 2.5 kg , = 2.5 m . 9,8 m/s2 = 0.10 N/mm2
238 mm2
m = 3.0 kg , = 3.0 m . 9,8 m/s2 = 0.12 N/mm2
238 mm2
m = 3.5 kg , = 3.5 m . 9,8 m/s2 = 0.14 N/mm2
238 mm2
m = 4.0 kg , = 4.0 m . 9,8 m/s2 = 0.16 N/mm2
238 mm2
Regangan
m = 0 kg , = 0 mm = 0
850 mm
m = 0.5 kg , = 10 mm = 0.01
850 mm
m = 1.0 kg , = 15 mm = 0.018
850 mm

m = 1.5 kg , = 20 mm = 0.024
850 mm
m = 2.0 kg , = 30 mm = 0.035
850 mm
m = 2.5 kg , = 40 mm = 0.047
850 mm

m = 3.0 kg , = 50 mm = 0.059
126
850 mm
m = 3.5 kg , = 60 mm = 0.071
850 mm
m = 4.0 kg , = 70 mm = 0.082
850 mm

Modulus Elastisitas (E)


m = 0 kg, E =
m = 0.5 kg, E = 0.02 N/mm2 = 2 N/mm2
0.01
m = 1.0 kg, E = 0.04 N/mm2 = 2.22 N/mm2
0.018
m = 1.5 kg, E = 0.06 N/mm2 = 2.50 N/mm2
0.024
m = 2.0 kg, E = 0.08 N/mm2 = 2.29 N/mm2
0.035
m = 2.5 kg, E = 0.10 N/mm2 = 2.13 N/mm2
0.047
m = 3.0 kg, E = 0.12 N/mm2 = 2.03 N/mm2
0.053
m = 3.5 kg, E = 0.14 N/mm2 = 1.97 N/mm2
0.071
m = 4.0 kg, E = 0.16 N/mm2 = 1.95 N/mm2
0.082
Pelenturan (f)
m = 0 kg, f =
m = 0.5 kg, f = 0.5 kg x (850 mm)3
4. 2 N/mm2 x 17.0 mm (14.0 mm)3
=822.8 kg mm/N
m = 1.0 kg, f = 1.0 kg x (850 mm)3
4. 2,22 N/mm x 17.0 mm (14.0 mm)3
2

=1482.6 kg mm/N
127
m = 1.5 kg, f = 1.5 kg x (850 mm)3
4. 2,50 N/mm2 x 17.0 mm (14.0 mm)3
=1974.8 kg mm/N
m = 2.0 kg, f = 2.0 kg x (850 mm)3
4. 2,29 N/mm x 17.0 mm (14.0 mm)3
2

=2874.5 kg mm/N
m = 2.5 kg, f = 2.5 kg x (850 mm)3
4. 2,13 N/mm x 17.0 mm (14.0 mm)3
2

=3090.4 kg mm/N
m = 3.0 kg, f = 3.0 kg x (850 mm)3
4. 2,03 N/mm2 x 17.0 mm (14.0 mm)3
=4863.9 kg mm/N
m = 3.5 kg, f = 3.5 kg x (850 mm)3
4.1,97 N/mm x17.0mm (14.0 mm)3
2

=5847.4 kg mm/N
m = 4.0 kg, f = 4.0 kg x (850 mm)3
4. 1,95 N/mm x 17.0 mm (14.0 mm)3
2

=6751.3 kg mm/N

4.2.4 Bandul Sederhana

a) Hubungan antara Perioda dan Panjang, Massa


dibuat tetap
Dik : - Massa bola bandul = 25 gram
-Panjang tali = 0,20 m, 0,40 m, 0,60 m
-t20(A) = 19,84 s
-t20(B) = 26,74 s
-t20(C) = 29,88 s
Dit : -Perioda (T) ?
-T2 ?
128
Jawab

1
xwaktu
1) T(0,20 m) = 20
1
x 19,84 s
= 20

T = 0,992 s
T2 = (0,992 s)2

T2 = 0,9840 s2

1
xwaktu
2) T(0,40 m) = 20

1
x 26,74 s
= 20

T = 1,337 s

T2 = (1,337 s)2

T2 = 1,78756 s2

1
xwaktu
3) T(0,40 m) = 20

129
1
x 29,88 s
= 20

T = 1,494 s

T2 = (1,494 s)2

T2 = 2,320 s2

b) Hubungan antara Perioda dan Massa, Panjang


dibuat tetap
Dik : -Panjang bandul = 0,60 m
-Massa bola bandul = 35 gram
dan70 gram
-t20(A) = 32,11 s
-t20(B) = 31,87 s
Dit : -T ?
-T2 ?

Jawab

1) Massa 35 gram
1
xwaktu
T= 20

1
x 32,11 s
= 20

130
T = 1,6055 s
T2 = (1,6505 s)2
T2 = 2,5776 s2
2) Massa 70 gram
1
xwaktu
T = 20

1
x 31,87 s
= 20

T = 1,59 s
T2 = (1,59 s)2
T2 = 2,5281 s2
c) Hasil Pengamatan Resonansi Bandul Sederhana
a. Bandul massa 70 gram
Dik : -t0 panjang 0,5 m = 29,49 s
-t0 panjang 0,25 m = 22,236 s
-tr panjang 0,5 m = 29,43 s
-tr panjang 0,25 m = 21,63 s
Dit : 1) T0 ?
2) Tr ?
3) F0 ?
4) Fr ?
Jawab

131
1
xwaktu
1) T0 = 20

1
x 29,49 s
= 20

T0 = 1,4745 s (0,5 meter)


1
xwaktu
T0 = 20

1
x 22,236 s
= 20

T0 = 1,1118 s (0,25 meter)


1
xwaktu
2) Tr = 20

1
x 29,43 s
= 20

Tr = 1,4715 s (0,5 meter)


1
xwaktu
Tr = 20

1
x 21,63 s
= 20

T0 = 1,0815 s (0,25 meter)

132
1
3) F0 =
1
F0 = 1,4745

F0 = 0,6781 Hz (0,5 meter)


1
F0 =
1
F0 = 1,1118

F0 = 0,8994 Hz (0,25 meter)


1
4) Fr = Tr

1
Fr = 1,4715

Fr = 0,6795 Hz (0,5 meter)


1
Fr = Tr

1
Fr = 1,0815

F0 = 0,9246 Hz (0,25 meter)


b. Bandul massa 35 gram
Dik :-t0 panjang 0,5 m = 29,31 s
-t0 panjang 0,25 m = 21,52 s
-tr panjang 0,5 m = 28,8 s
-tr panjang 0,25 m = 20,38 s

133
Dit : 1) T0 ?
2) Tr ?
3) F0 ?
4) Fr ?

Jawab
1
xwaktu
1) T0 = 20

1
x 29,31 s
= 20

T0 = 1,4655 s (0,5 meter)


1
xwaktu
T0 = 20

1
x 21,52 s
= 20

T0 = 1,076 s (0,25 meter)


1
xwaktu
2) Tr = 20

1
x 28,8 s
= 20

134
Tr = 1,44 s (0,5 meter)
1
xwaktu
Tr = 20

1
x 20,38 s
= 20

T0 = 1,019 s (0,25 meter)


1
3) F0 =
1
F0 = 1,4655

F0 = 0,6823 Hz (0,5 meter)


1
F0 =
1
F0 = 1,076

F0 = 0,9293 Hz (0,25 meter)

1
4) Fr = Tr
1
Fr = 1,44

Fr = 0,6944 Hz (0,5 meter)

135
1
Fr = Tr
1
Fr = 1,019

F0 = 0,98135 Hz (0,25 meter)


4.2.5 Pegas Helix

Tabel 4.34 Resonansi Pada Pegas Heliks k = 4,5 N/m

Massa Perioda T0 Perioda T1 Frekuensi F0 Frekuensi F1


(gram) (s) (s) (Hz) (Hz)
100 1,059 1,10 0,94 0,90
200 1,27 1,40 0,78 0,71

Tabel 4.35 Resonansi Pada Pegas Heliks k = 25 N/m

Massa Perioda T0 Perioda T1 Frekuensi F0 Frekuensi F1


(gram) (s) (s) (Hz) (Hz)
100 0,55 0,61 1,81 1,63
200 0,67 0,72 1,49 1,38

Percobaan 1
Dik : -Pegas k = 4,5 N/m
-Massa 100 gram
-Massa 200 gram
-t1 = 21,18 s
-t2 = 22 s
136
-t3 = 25,4 s
-t4 = 28 s

Dit :1) T0 ?
2) TI ?
3) F0 ?
4) FI ?

Jawab

Beban bermassa 100 gram


1
xwaktu
T0 = 20

1
x 21,18 s
= 20

T0 = 1,059 s

1
xwaktu
TI = 20

1
x 22 s
= 20

TI = 1,10 s
1
F0 =

137
1
F0 = 1,059

F0 = 0,94 Hz
1
FI = Ti

1
FI = 1,1

F0 = 0,90 Hz

Beban Bermassa 200 gram


1
xwa ktu
T0 = 20

1
x 25,4 s
= 20

T0 = 1,27 s
1
xwaktu
TI = 20

1
x 28 s
= 20

TI = 1,40 s

138
1
F0 =

1
F0 = 1,27

F0 = 0,78 Hz

1
FI = Ti

1
FI = 1,40

F0 = 0,71 Hz

Percobaan 2
Dik : -Pegas k = 25 N/m
-Massa 100 gram
-Massa 200 gram
-t1 = 11 s
-t2 = 12,2 s
-t3 = 13,4 s
-t4 = 14,4 s

Dit : 1) T0 ?
2) TI ?
3) F0 ?
4) FI ?
139
Jawab
1
xwaktu
1) T0 = 20

1
x 11 s
= 20

T0 = 0,55 s

1
xwaktu
2) TI = 20

1
x 12,2 s
= 20

TI = 0,61 s
1
3) F0 =
1
F0 = 0,55

F0 = 1,81 Hz
1
4) FI = Ti

1
FI = 0,61

F0 = 1,63 Hz
140
Beban Bermassa 200 gram
1
xwaktu
1) T0 = 20

1
x 13,4 s
= 20

T0 = 0,67 s
1
xwaktu
2) TI = 20

1
x 14,4 s
= 20

TI = 0,72 s
1
3) F0 =
1
F0 = 0,67

F0 = 1,49 Hz
1
4) FI = Ti

1
FI = 0,72

F0 = 1,38 Hz

141
Grafik T2 VS L
2500
2000
1500
1000
500
0
0,20 0,40 0,60
Gamb
2
ar 4.1 Grafik Hubungan Antara T vs L

142
4.2.6 Hambatan Listrik

Perhitungan nilai hambatan (R) berdasarkan


hukum Ohm:

Percobaan 1 (resistor 50 Ohm)

Tabel 4.36 Tegangan terhadap Arus Pada Resistor 50 Ohm

No V (volt) I (ampere) V/I

1 0 0 0

2 2 0,02 100

3 4 0.04 100

4 6 0,09 66,66

5 8 0,12 66,66

6 10 0,16 62,25

7 12 0,20 60

V 1 0V
R 1= = =0 Ohm
I1 0A

V2 2V
R 2= = =100 Ohm
I 2 0,02 A

143
V3 4V
R 3= = =100Ohm
I 3 0,04 A

V4 6V
R 4= = =66,66 Ohm
I 4 0,09 A

V5 8V
R 5= = =66,66 Ohm
I 5 0,12 A

V 6 10 V
R 6= = =62,25 Ohm
I 6 0,16 A

V 7 12V
R 7= = =60 Ohm
I 7 0,20 A

Percobaan 2 (resistor 100 Ohm)

Tabel 4.37 Tegangan terhadap Arus Pada Resistor 100 Ohm

No V (volt) I (ampere) V/I


1 0 - -
2 2 - -
3 4 0,02 200
4 6 0,04 150
5 8 0,06 133,33
6 10 0,08 125
7 12 0,10 120
144
V 1 V
R 1= = =Ohm
I 1 A

V 2 V
R 2= = =Ohm
I 2 A

V3 4V
R 3= = =200 Ohm
I 3 0,02 A

V4 6V
R 4= = =150 Ohm
I 4 0,04 A

V5 8V
R 5= = =133,33 Ohm
I 5 0,06 A

V 6 10 V
R 6= = =125 Ohm
I 6 0,08 A

V 7 12V
R 7= = =120Ohm
I 7 0,10 A

5.2.8 Kalorimeter

145
Dik : Ca = 4,2 x 103 J kg-1 K-1
CAl = 9,1 x 102 kg-1 K-1

\
Dit : -ma?

-
Cb ?

Jawab

1. Kalor Jenis Besi

ma=( massa kalorimeter + pengaduk + air ) -


( massa kalorimeter + pengaduk kosong )

= 0,1403 - 0,081

= 0,0593 kg

(m k + p . C Al +m a .C a)( a 0) (0,081 . 9,1 x 10 0+0,0593


Cb= =
mb(ba) 0,0634 (3

= 658,32 J kg-1 K-1

146
2.Kalor Jenis Tembaga

ma=( massa kalorimeter + pengaduk + air ) -


( massa kalorimeter + pengaduk kosong )

= 0,1612 - 0,081

= 0,0802 kg

(m k + p . C Al +m a .C a)( a 0) (0,081 . 9,1 x 10 0+0,0802


Cb= =
mb(ba) 0,07072(36

= 468,16 J kg-1

3.Kalor Jenis Aluminium

ma=( massa kalorimeter + pengaduk + air ) -


( massa kalorimeter + pengaduk kosong )

= 0,1732 - 0,081

= 0,0922 kg


147
(m k + p . C Al +m a .C a)( a 0) (0,081 . 9,1 x 10 0+0,0922
Cb= =
mb(ba) 0,02106 (36

= 1059,07 J kg-1 K-1

148

Anda mungkin juga menyukai