Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN

FISIKA GELOMBANG

Program Studi Fisika


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
2021/2022
Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium

1) Setiap praktikan diwajibkan mempersiapkan diri (di rumah) sebelum


melakukan percobaan, khususnya teori yang terkait dan prosedur percobaan
yang akan dilakukan.
2) Setiap praktikan diwajibkan berpakaian rapi, tidak memakai sendal jepit atau
sejenisnya dan tidak menggunakan kaos oblong.
3) Setiap praktikan tiba 15 menit sebelum praktikum.
4) Setiap praktikan diwajibkan mengikuti instruksi dan bimbingan dari
asisten yang bertugas.
5) Setiap praktikan diharapkan menjaga ketenangan suasana praktikum
(laboratorium).
6) Setiap praktikan diharapkan berhati-hati dalam menggunakan
peralatan, kerusakan atau kehilangan komponen atau alat praktikum akan
mendapat sangsi.
7) Teknis pelaksanaan praktikum sepenuhnya dilaksanakan oleh segenap
asisten yang bertugas dan dipantau oleh dosen koordinator mata kuliah
Eksperimen Fisika.
8) Segenap pengguna laboratorium harus merasa memiliki seluruh fasilitas
praktikum, oleh karena itu kebersihan dan kerapihan ruang laboratorium harus
selalu terjaga.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Eksperimen 1. Deformasi Elastis dan Plastis
Eksperimen 2. Efek Hall
Eksperimen 3. Konduktivitas dan Resistansi Padatan
Eksperimen 4. Fotokonduktivitas
KATA PENGANTAR

Buku pedoman ini dibuat untuk dipergunakan bagi mahasiswa yang mengambil
Mata Kuliah Lab. Fisika Zat Padat, baik mahasiswa Material maupun Instrumentasi pada
Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UINSU Medan. Buku kecil ini memuat
beberapa topik percobaan yang mencakup beberapa mata ajaran tingkat lanjut pada
Departemen Fisika, baik yang bersifat fundamental maupun terapan. Dalam buku
ini dikembangkan sejauh mungkin pemahaman latar belakang teori yang mendasari
pengamatan dan pengukuran di laboratorium sesuai dengan topik percobaan yang
dilakukan.
Buku ini dikembangkan sesuai peralatan yang tersedia pada Laboratorium Fisika
Zat Padat Prodi Fisika Fakultas Saintek UINSU, dan dipergunakan untuk kalangan
sendiri. Disadari bahwa buku pedoman ini masih jauh dari sempurna sehingga masih
memerlukan perbaikan-perbaikan, baik materi maupun redaksionalnya. Untuk itu saran
dan kritik dari berbagai pihak baik dosen, asisten maupun praktikan dan segenap pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan buku ini. Namun demikian, diharapkan buku kecil
ini dapat bermanfaat bagi pengguna.
Atas saran dan kritik dari siapapun dihaturkan terima kasih.

Medan, Februari 2022


Koordinator

( )
EKSPERIMEN 1
DEFORMASI ELASTIS DAN PLASTIS

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati bahwa puntiran diteruskan pada arah memanjang
2. Menentukan modulus punter batang logam

B. TEORI
Suatu batang yang ditarik oleh suatu gaya dikatakan berada dibawah tegangan meregang
(tensile stress), sedangkan apabila benda diberi tekanan menekan maka benda berada dibawah
tekanan menekan (compressive streess) yang merupakan lawan dari tegangan meregang. Apabila suatu
benda diberi gaya yang sama tetapi arahnya berlawanan dan tidak segaris maka benda tersebut
berada dibawah tegangan memuntir (shear stress).
Suatu benda atau material memiliki sifat mekanik yang berbeda-beda seperti keras, ulet. Sifat-
sifat tersebut harus dimiliki oleh suatu benda (material) yang sesuai dengan beban yang diterima atau
fungsi dari benda tersebut. Untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut dilakukan pengujian pada material
seperti uji Tarik, uji keras, uji punter dan lain sebagainya. Pada percobaan ini akan di bahas mengenai
modulus puntir.
Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya terjadi pada zat padat. Modulus
puntir adalah cara untuk mengetahui berputarnya suatu benda dan gaya-gaya apa saja yang
mempengaruhi benda tersebut sehingga bisa berputar. Gaya yang terjadi harus diimbangi oleh gaya
penentang pada bagian dalam bahan benda.
Benda memiliki kemampuan terhadap gaya untuk menggeser suatu bidang kerja. Dengan
kemampuannya tersebut harus diperhitungkan suatu tetapan geser dari benda tersebut. Didalam
kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa yang sering kita jumpai mengenai konsep modulus
puntir ini, namun hal tersebut tidak kita sadari. Contohnya seperti komedi putar, sepatu roda, bola atau
silinder berputar ketika menggelinding.
Contoh lain adalah ketiika suatu batang logam silinder diputar salah satu ujungnya dan ujung
lainnya ditahan, saat dilakukan puntiran maka akan muncul tegangan geser pada struktur logam tersebut
yang mengakibatkan simpangan posisi berupa simpangan sudut dan Ketika puntiran dihilangkan maka
simpangan Kembali ke posisi semula. Simpangan sudut tersebut dapat dilihat pada gambar:
Hal ini terjadi karena tegangan geser akibat puntiran yang bekerja masih dalam daerah elestsitas
material logam tersebut. Besarnya regangan sebanding dengan tegangan yang terjadi, oleh karena itu
dapat dikatakan gaya yang bekerja pada poros masih dalam daerah elastisitas material batang yang dapat
dilihat pada kurva tegangan terhadap regangan. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat daerah elastisitas
material berada di bawah garis linier antara tegangan dan regangan

Bila sebatang logam pejal dengan Panjang L dan jari-jari R, salah satu ujungnya dijepit,
dan ujung yang lain dipuntir dengan gaya F, maka akan terjadi simpangan atau pergerseran
sebesar α.
Besar pergeseran (α) untuk setiap logam berbeda-beda tergantung koefisien elastisitasnya.
Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

atau

Keterangan:

C. ALAT PERCOBAAN
1. Alat pemuntir
2. Mikrometer sekrup
3. Mistar gulung
4. Penyangkut beban
5. Beban sebanyak 5 buah
6. Batang logam 2 buah
7. Jarum penunjuk 2 buah
8. Busur pengukur 2 buah
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat kedaan ruang sebelum percobaan
2. Mengukur diameter batang pada 5 titik yaitu 15 cm, 25 cm, 35 cm, 45 cm, 55 cm dan 65 cm
yang diukur dari ujung batang yang dijepit
3. Mengukur keliling roda pemuntir dengan menggunakan tali dan mengukur mistar gulung
sebanyak 5 kali
4. Memasang batang logam yang akan digunakan sebagai specimen uji pada pemuntir.
Kencangkan sekrup pada ujung yang dijepit dan putar kunci untuk memgunci ujung batang
yang dipuntir
5. Mengantung penyangkut beban pada tali sehingga roda pemuntir dan batang akan sedikit
terpuntir, memasangkan jarum penunjuk pertama pada posisi L1= 15 cm dan jarum penujuk
kedua pada posisi L2=25 yang diukur dari ujung yang dijepit. Posisikan jarum pada skala nol
pada bujur derajat yang telah disediakan.
6. Pastikan kunci dari kedua ujung batang terpasang dengan kencang dan posisikan batang agar
lurus tepat di tengah busur derajat (900)
7. Berikan beban secara bertahap dari mulai 0,5 kg hingga 2,5 kg (lihat tabel pengamatan),
kemudian catat pada kolom α+
8. Mengurangi beban secara bertahap dari mulai 2,5 kg hingga 0,5 kg, kemudian catat simpamgan
jarum pada L1 dan L2 pada masing-masing pembebanan dan mencatat hasilnya pada kolom α+
9. Ulangi Langkah 5 sampai 8 untuk posisi L1 dan L2 sebesar 35 cm – 45 cm, 55 cm – 65 cm
(lihat tabel pengamatan)
10. Ulangin lamgkah 4 sampai 9 untuk batang logam yang berbeda
11. Catat keadaan ruang setelah percobaan dan kembalikan alat-alat pada posisi semula
E. DATA PERCOBAAN
Data Ruangan

Tabel Pengamatan

Batang Hitam
Batang Emas
F. ANALISIS DATA
1. Buatlah grafik hubungan α terhadap m kemudian bandingkan hasilnya secara grafik dengan
secara teori (G ±ΔG) pada batang hitam dan emas
2. Buatlah grafik hubungan α terhadap L kemudian bandingkan hasilnya secara grafik dengan
secara teori (G ±ΔG) pada batang hitam dan emas
EKSPERIMEN 2
EFEK HALL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui hubungan tegangan Hall dengan kerapatan fluks magnet.
2. Menentukkan nilai konstanta Hall pada perak.
3. Menentukkan polaritas dan menghitung kerapatan pembawa muatan n.

B. TEORI
Elektron konduksi merupakan elektron valensi yang dapat bergerak bebas pada logam. Untuk
menjelaskan fenomena tersebut, Drude mengumpamakan elektron konduksi berperilaku sebagai gas
ideal. Terdapat dua asumsi penting yang digunakan untuk membangun model ini yaitu interaksi antara
elektron dengan elektron, maupun elektron dengan inti atom diabaikan dan satu-satunya interaksi yang
terjadi saat elektron bertemu dengan ion adalah tumbukkan lenting sempurna yang seketika mengubah
kecepatan elektron. Pergerakan atau tumbukkan elektron dalam model Drude ini dapat menjelaskan
peristiwa Efek Hall.
Efek Hall adalah peristiwa pembelokkan pembawa muatan yang terjadi Ketika arus listrik (I)
dilewatkan pada sebuah bahan yang dilingkupi medan magnet (B) yang memilik arah tegak lurus
dengan bidang permukaan sehingga terjadi pengumpulan muatan pada salah satu sisi bahan dan
menghasilkan beda potensial diantara kedua sisi bahan. Ketika plat yang digunakan merupakan material
semikonduktor, maka terdapat dua buah kemungkinan bergantung pada tipe semikonduktor yang
digunakan yaitu muatan yang dilewatkan merupakan muatan positif yang mengalir dari kiri ke kanan
(gambar 1) atau merupakan muatan negatif yang mengalir dengan arah yang berlawanan (gambar 2).

Pembelokan muatan dipengaruhi oleh Gaya Lorentz yang bekerja pada sistemnya dan
dapat diketahui arah pembelokan tersebut dengan menggunakan kaidah tangan kanan.
Persamaan Gaya Magnetnya dapat dituliskan sebagai berikut :
⃑⃑
𝐹 = 𝑞𝑣⃑ × 𝐵
Keterangan:
𝐹 : Gaya Lorentz
𝑞 : Muatan partikel
𝑣⃑ : kecepatan gerak 𝑞
⃑⃑ : medan magnet
𝐵
Potensial Hall yang terukur dapat bernilai positif (+) atau negatif (-) bergantung
dari pembawa muatan yang dominan. Potensial Hall dapat di hitung dengan persamaan

Dengan,

Keterangan
𝑉𝐻 : potensial Hall
𝐼 : arus
𝐵 : medan magnet
𝑞 : pembawa muatan
𝑛 : jumlah 𝑞 per unit volume
𝑑 : tebal konduktor
𝑅𝐻 : koefisien Hall
C. ALAT DAN BAHAN
No. Alat Dan Bahan Gambar
1. Peralatan Efek Hall (Perak)

2. 1 Mikrovoltmeter

3. 1 Kabel Multicore, 6 Kutub

4. 1 Transformator Variabel
Tegangan Rendah.

5. 1 Inti Besi U
6. 1 Pasang Kutub

7. 2 Kumparan, 250 Lilitan

8. 2 Multimeter

9. 1 Set Kabel Penghubung

10. 1 Teslameter
11. 1 Tangensial B-Probe

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kalibrasi Medan Magnet
a. Menyiapkan alat dan bahan d a n m e n yu s u n peralatan sesuai gambar
dibawah ini.

b. Mengatur skala pada multimeter untuk pengukuran arus AC

c. Melakukan proses demagnetisasi terhadap inti besi sebelum melakukan


kalibrasi medan magnet. Dengan cara memberikan arus AC sebesar 1A pada
kumparan 250 lilitan, kemudian turunkan secara perlahan hingga nol.
d. Menghubungkan kembali rangkaian kedua kumparan 250 lilitan dan
multimeter dengan output DC pada trafo yang dirangkai secara seri.

e. Mengatur skala pada multimeter untuk pengukuran arus DC pada


skala 15.

f. Menghubungkan B-probe dengan Teslameter. Letakkan B-probe di tengah


celah antara batang kutub dengan posisi permukaan saling sejajar. Ukur dan
Catat hasil percobaan pada data percobaan setiap kenaikan arus i𝐵 sebesar 0.5
A dari 0 sampai 5A.
2. Penentuan Konstanta Hall dan Konsentrasi Pembawa Muatan
a. Menyiapkan alat dan bahan k e m u d i a n menyusun peralatan sesuai gambar.

b. Menyalakan mikrovoltmeter kemudian m e n g atur saklar pengukuran pada


posisi “V” dan saklar gain pada posisi 105.

c. Menyalakan semua trafo dan multimeter sebelum pengambilan data.


Menaikkan arus hingga diperoleh arus sebesar 7.5 A

d. Melakukan proses pengaturan mikrovoltmeter sampai siap digunakan. Ukur


dan catat tegangan 𝑈𝐻 pada mikrovoltmeter yang dihasilkan setiap kenaikan
arus kumparan sebesar 0.5 A mulai dari 0 sampai 5A. Kemudian mengambil
data 𝐼Q sebesar 5A.
E. DATA PERCOBAAN
a. Kalibrasi Medan Magnet
NO. Arus Listrik (IB) (Ampere) Medan Magnet (mT)
1 0,0 -35
2 0,5 -69
3 1,0 -140
4 1,5 -200
5 2,0 -259
6 2,5 -322
7 3,0 -373
8 3,5 -419
9 4,0 -451
10 4,5 -475
11 5,0 -495

b. Penentuan Konstanta Hall dan Konsentrasi Pembawa Muatan


NO. Arus Listrik (A) Tegangan Hall UH (10-5 mV)
IQ = 5 A IQ = 7,5 A
1 0,0 0.0 -0.8 × 105
2 0,5 -0.14 × 105 -0.88 × 105
3 1,0 -0.22 × 105 -1.12 × 105
4 1,5 -0.32 × 105 -1.19 × 105
5 2,0 -0.42 × 105 -1.31 × 105
6 2,5 -0.49 × 105 -1.39 × 105
7 3,0 -0.56 × 105 -1.44 × 105
8 3,5 -0.75 × 105 -1.54 × 105
9 4,0 -0.60 × 105 -1.59 × 105
10 4,5 -0.62 × 105 -2.14 × 105
11 5,0 -1.15 × 105 -2.20 × 105
F. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Tentukan kalibrasi medan magnet dengan melengkapi data pada tabel berikut ini
No. i 𝐵 i2 𝐵2 i. 𝐵
1.
2.
3.
4. dst

∑i = ……..
∑𝐵 = ……..
∑ i2 = ……..
∑ 𝐵2 = ……..
∑ i. 𝐵 = ……..
2. Buatlah grafik hubungan arus listrik terhadap medan magnet pada praktikum efek
Hall
3. Tentukanlah Koefisien regresi 𝑎, 𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑟 dengan menggunakan persamaan
berikut ini:

4. Tentukan konstanta Hall dan Konsentrasi Pembawa Muatan dengan


menggunakan rumus berikut ini:
 Untuk 𝐼Q = 5 𝐴
No. 𝐵* 𝑈𝐻 𝐵2 𝑈𝐻2 𝐵. 𝑈𝐻
1.
2.
3. dst

 Untuk 𝐼Q = 7,5 𝐴
No. 𝐵* 𝑈𝐻 𝐵2 𝑈𝐻2 𝐵. 𝑈𝐻
1.
2.
3. dst

5. Hitung koefisien regresi 𝑎, 𝑏, dan 𝑟 untuk 𝐼Q = 5 𝐴 dan 𝐼Q = 7,5 𝐴 dengan


menggunakan rumus

6. Buatlah grafik hubungan medan magnet terhadap tegangan Hall pada praktikum
Efek Hall
EKSPERIMEN 3
KONDUKTIVITAS DAN RESISTANSI PADATAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui resistivitas pada suatu logam.
2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh suhu pada resistivitas logam.

B. DASAR TEORI
Arus Listrik
Perpindahan muatan listrik dikenal dengan nama arus listrik, besarnya diukur
dalam ampere. Secara singkat arus listrik didefenisikan sebagai banyaknya muatan
listrik yang mengalir setiap satuan waktu.

𝑑𝑡
𝐼 = 𝑑𝑞 (2.1)

Dimana
I = Arus listrik (Ampere atau coulomb/detik).
𝑑𝑡
= Laju muatan persatuan waktu (perubahan muatan setiap satuan waktu)
𝑑𝑞

Resistivitas Bahan Logam


Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu mengalami hambatan dari penghantar
itu sendiri. Besar hambatan tersebut tergantung dari jenis bahan penghantar yang
digunakan. Besar hambatan tiap meternya dengan luas penampang 1mm2 pada
temperature 200 oC dinamakan hambatan jenis atau resistivitas. Ketika pergerakan
elektron-elektron bebas dalam suatu bahan, tanpa arah atau kecepatan tertentu, dan
terpengaruh oleh gaya sehingga bergerak secara terkoordinasi melalui suatu bahan
konduktif, maka pergerakan elektron yang merata ini disebutdengan listrik atau arus
listrik. Elektron dapat bergerak melalui ruang kosong diantara atom-atom dari konduktor.
Konduktor mungkin terlihat sebagai suatu benda padat, tetapi bahan yang tersusun
dari atom-atom sebagian besar merupakan ruang kosong. Untuk keperluan penyaluran
arus listrik secara efektif dan efisien, maka diperlukan bahan konduktor yang memiliki
konduktivitas tinggi atau memiliki nilai resistansi rendah.
Berikut ini contoh resistivitas pada beberapa jenis bahan:

Tabel 2.1 Resistivitas berbagai jenis logam

Hukum Ohm
Arus yang mengalir pada penghantar jika diberi potensial tetap pada umumnya
adalah tetap. Jika kita memandangnya hanya dari Hk Newton II, muatan-muatan listrik
pada logam yang berbeda pada medan listrik akan mendapat gaya Coulomb F = q E dan
gaya tersebut akan menimbulkan percepatan pada muatan sehingga kecepatan aliran
muatan akan bertambah dan mengakibatkan naiknya arus listrik tetapi kenyataannya tidak
demikian hal ini terjadi gaya yang ada pada muatan-muatan tersebut bukan hanya gaya
Coulomb ada gaya lain yaitu gaya gesekan.
Pembawa muatan didalam logam tidak bergerak pada garis lurus, tetapi selalu
bertumbukan dengan atom logam. Dalam tumbukan tersebut terjadi perpindahan energi
makin cepat gerakan muatan makin sering terjadi tumbukan. Akibat tumbukan tersebut,
pembawa muatan bergerak dengan kecepatan rata-rata tertentu. Kecepatan rata-rata akhir
pembawa muatan haruslah konstan sebanding dengan kuat medan listrik E. Dan dikenal
dengan Hukum Ohm sebagai berikut :

𝐽 = 𝜎 𝐸 ........................................................ (2.2)
Dimana:
J = rapat arus ( A/m2)
σ = konduktivitas bahan (A/V)
E = kuat medan listrik

Gambar 2.2 Logam dengan luas penampang sama pada setiap bagian

Misal beda potensial al antara P dan Q


𝑉(p) − 𝑉(q) = 𝑉 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ……. (2.3)
Maka kuat medan listrik antara P dan Q
𝑉
𝐸 =𝑒 .......................................................................................................................... (2.4
Menurut Hukum Ohm:
𝐽=𝜎𝐸

Dengan mengganti nilai E dengan persamaan (2.4), maka akan didapatkan persamaan:
𝑉
𝐽 = 𝜎 𝑒 ....................................................................................................................... (2.5)

Dimana J adalah rapat arus yakni:

1
𝐽 = 𝐴 atau 1 = 𝐽𝐴 ..................................................................................................... (2.6

Sehingga
𝑉
𝑖 = J𝐴 = 𝜎
𝑙

Besaran 1 𝑙 adalah konstanta dan harganya ditentukan oleh sifat konduktivitas bahan σ,
𝜎 𝐴
Panjang penghantar ℓ dan arus penampang penghantar A
1 1
sering dinamakan resistivitas ρ atau 𝜌 = 𝜎
𝜎

konstanta penghantar tersebut sering diberi nama Resistansi penghantar ( R ) sehingga:


1 𝑙
𝑅=𝜎 .................................................................................................................. (2.8)
𝐴

Atau
𝑙
𝑅=𝜌 ................................................................................................................... (2.9)
𝐴

Dimana R dalam satuan Ohm (


C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kaleng cola, dan kaleng sarden diampelas. Kaleng yang sudah diampelas
dipotong dan dibagi menjadi 4 bagian.
2. Pasang sampel yang telah diampelas pada alat ukur resistivitas.
3. Ukur arus pada tiap perubahan voltase dan hambatan. Voltase yang digunakan
adalah 3, 6, 9, 12 Volt. Hambatan yang digunakan adalah 560 Ohm, dan 1k Ohm.
4. Plot nilai arus yang didapat (sumbu X) dan voltase yang digunakan (sumbu Y) pada
masing masing hambatan (560 Ohm dan 1k Ohm).
5. Beri perlakuan panas pada 4 sampel logam selama 60 menit. Sampel 1 dipanaskan

100 0C, sampel 2 dipanaskan 200 0C, sampel 3 dipanaskan 300 0C, dan sampel

4 dipanaskan 4000C.
6. Ulangi langkah 2 hingga 4.
7. Hitung resistansi.dan resistivitas logam dengan menggunakan grafik yang telah
diplot?
8. Bisakah resistansi suatu logam berubah? Jelaskan alasanmu!
EKSPERIMEN 4
FOTOKONDUKTIVITAS

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan sifat fotokonduktivitas bahan semikonduktor

B. DASAR TEORI
Konduktivitas adalah ukuran kemampuan material dalam menghantarkan listrik.
Fotokonduktivitas merupakan fenomena optik dan listrik dimana material menjadi lebih
konduktif listrik karena penyerapan radiasi elektromagnetik seperti cahaya tampak, sinar
ultraviolet, sinar inframerah, atau radiasi gamma.
Ketika cahaya diserap oleh bahan seperti semikonduktor, jumlah elektron bebas
dan lubang elektron meningkat dan menimbulkan konduktivitas listriknya. Untuk
menyebabkan eksitasi, cahaya yang menumbuk semikonduktor harus memiliki
energi yang cukup untuk menaikkan elektron melintasi celah pita, atau untuk
merangsang cacat (impuritas) di dalam band gap. Ketika tegangan bias dan resistor beban
yang digunakan terangkai seri dengan semikonduktor, tegangan jatuh (drop potential)
yang melintasi resistor beban dapat diukur ketika perubahan konduktivitas listrik bahan
bervariasi arus yang mengalir melalui rangkaian. Contoh klasik material fotokonduktif
meliputi polimer konduktif Polyvinylcarbazole yang dikunakan pada fotokopi, Timbal
sulfide (PbS) yang digunakan pada detector inframerah, dan Selenium (Se) yang
digunakan pada televise dan xerografi.
Ketika bahan fotokonduktif dirangkai sebagai bagian dari rangkaian, dia
berfungsi sebagai resistor yang memilikresistansi tergantung pada intensitas cahaya.
Dalam konteks ini materi disebut fotoresistor (juga disebut resistor tergantung cahaya atau
fotokonduktor). Aplikasi yang paling umum dari fotoresistor adalah sebagai fototodetektor
(detekor cahaya), yaitu piranti (divais) yang mengukur intensitas cahaya. Fotoresistor
bukan satu-satunya jenis-jenis sensor cahaya (fotodetektor) – jenis lainnya termasuk CCD,
fotodioda dan fototransistor - tetapi mereka adalah salah satu fotodetektor yang paling
umum.
Foto konduktivitas adalah hasil eksitasi pembawa (carrier) akibat absorpsi cahaya.
Kenaikan konduktivitas akibat meningkatnya jumlah pembawa muatan bergerak (mobile)
di dalam material. Sketsa piranti fotokonduktif ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Sketsa piranti fotokonduktif

Misalkan kita meninjau sebuah slab fotokondukting, yaitu sebuah material


semikonduktor sensitif cahaya dengan kontak- kontak ohmik pada kedua sisinya (Gambar
1). Ketika material tersebut disinari foton dengan energi E≥Eg, pasangan elektron- hole
dibangkitkan dan konduktivitas listrik material tersebut meningkat. Dimana Eg adalah
energi pita celah (bandgap energy) material semikonduktor tersebut yang diberikan oleh

ℎ𝑐
𝐸𝑔 =
λ
dimana λ adalah panjang gelombang foton datang.

Hukum Ohm dalam tinjauan mikroskopis dapat dituliskan sebagai


J = σE
dimana J adalah rapat arus, σ adalah konduktivitas dan E adalahmedan listrik.
Konduktivitas dihubungkan dengan kuantitas makroskopis sebagai σ = 1/ρ = L/RA,
dimana ρ adalah hambatan jenis, R adalah hambatan, L adalah panjang dan A adalah
luas penampang sampel.
Dalam tinjauan mikroskopis, konduktivitas material semikonduktor adalah
𝜎 = 𝑛𝑒𝜇𝑒 + 𝑝𝑒𝜇ℎ
dimana n adalah konsentrasi elektron, e muatan elektron dan hole, µe mobilitas
elektron, p konsentrasi hole, dan µh mobilitas hole. Untuk semikonduktor tipe-n
pembawa mayoritasnya adalah elektron yang bermuatan negatif, sedangkan
semikonduktor tipe-p pembawa mayoritasnya adalah hole (lubang yang ditinggalkan
elektron) bermuatan positif.
Saat disinari, konduktivitas akan meningkat dengan suatu jumlah (∆𝜎) adalah :
𝜎 = ∆𝑛𝑒𝜇𝑒 + ∆𝑝𝑒𝜇ℎ
= ∆𝑛𝑒(𝜇𝑒 + 𝜇ℎ )
= 𝑟𝑔 𝜏𝑐 𝑒(𝜇𝑒 + 𝜇ℎ )
dimana rg adalah laju generasi, 𝜏𝑐 adalah lifetime, sedangkan n dan p adalah rapat
kelebihan elektron dan hole.
Ada empat material yang umum digunakan dalam piranti fotokonduktif: Cadmium
sulfida (CdS), Cadmium Sselenida (CdSe), Timbal sulfida (PbS) dan Thallium sulfida
(TlS). Pada suatu konstruksi piranti fotokonduktif, film tipis dideposisikan pada substrat
isolator. Kemudian, elektroda-elektroda dibentuk dengan menguapkan logam seperti emas
melalui sebuah mask untuk memberikan pola mirip sisir, seperti ditunjukkan pada Gambar
2. Geometri ini menghasilkan luasan (area) yang relatif besar permukaan sensitive dan
jarak antar elektroda kecil. Ini membantu piranti untuk memberikan sensitif tinggi.

Gambar 2. Sel fotokonduktif (photocell) CdS


Ketika piranti fotokonduktif dalam kondisi terbias maju disinari dengan cahaya,
dibangkitkan (generation) pasangan elektron-hole (Gambar 3). Pasangan elektron-hole
yang dibangkitkan bergerak dalam arah berlawanan. Ini menghasilkan fotoarus
(photocurrent).

Gambar 3. Sel fotokonduktif tersinari

Sel fotokonduktif memiliki hambatan (resistansi) yang tinggi pada kondisi gelap
yang disebut hambatan gelap (dark resistance). Ketika disinari, hambatannya jatuh.

Gambar 4. Penurunan resistansi sel terhadap intensitas

Sel fotokonduktif juga memiliki respons spektral yang merupakan daerah kerja dari
sel terkait dengan responnya terhadap panjang gelombang elektromagnetik. Respon
spektral sel CdS mirip dengan mata manusia. Selain itu penurunan hambatan atau
kenaikan konduktivitas sel. Karakteristik penyinaran sel ditunjukkan pada Gambar 4
C. SET-UP DAN PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 5. Sebuah power supply dirangkai seri
dengan sel fotokonduktor dan sebuah hambatan tetap, Rout (100 k).
2. Hubungkan sebuah voltmeter dengan ujung-ujung hambatan. Voltmeter
ini mengukur tegangan (outr) ujung- ujung hambatan tersebut, dan
selanjutnya dapat ditentukan arus dalam rangkaian dari hubungan
I=Vout/Rout.

Gambar 5. Rangkaian pengukuran

3. Set power supply pada tegangan tetap 5V.


4. Tutup sel fotokonduktor sehingga tidak terkena cahaya (gelap). Nyalakan
power supply. Catat pembacaan voltmeter. Tentukan nilai arus dalam
rangkaian (disebut arus gelap). Nilai hambatan sel fotokonduktor (Rc) dapat
ditentukan dari hubungan Rc = (Vs-Vout)/I . Catat data- data di dalam Tabel 1.
5. Buka penutup sel fotokonduktor. Sinari dengan cahaya lemah (intensitas
rendah), ukur intensitas cahaya dengan Radiometer. Catat pembacaan voltmeter
dan hitung arus dalam rangkaian. Hitung pula nilai hambatan sel fotokonduktor.
Catat data-data di dalam Tabel 1.
6. Ulangi point 5 untuk kondisi intensitas yang meningkat. Ambil minimal 10
kondisi intensitas cahaya. Catat data- data di dalam Tabel 1.
Tabel 1. Data
Tegangan sumber (Vs) = 5 volt
Hambatan Resistor (Rout) = 100 k

D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


1. Buat kurva hubungan antara Arus vs. Intensitas cahaya
2. Buat kurva hubungan antara Hambatan sel fotokondukto vs intensitas cahaya
3. Bahas hasil yang anda peroleh

Anda mungkin juga menyukai