Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa serta kehendak-Nya memberikan hidayah
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga makalah ini selesai kami susun, sebagai tugas dari
Bapak Ir. Riski Elpari Siregar, MT.
Penyusun menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna. Terlepas dari hal itu,
kami berharap makalah mengenai Pengujian Puntir ini dapat memberikan sumbangsih
yang bermanfaat, serta pemahaman, penalaran konsep dan terapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan penyusunan dan penulisan serta
kelengkapan dari isi makalah ini, akan kami terima dengan kerendahan hati.
Terimakasih.

Medan, November 2015


Hormat kami,

Penulis,

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................1
Daftar Isi ...........................................................................................................2
Latar belakang ..................................................................................................4
Rumusan Masalah .............................................................................................4
Tujuan Penulisan ...............................................................................................5
Defenisi Jangka Sorong ....................................................................................5
Jenis-jenis Jangka Sorong ................................................................................5
Bagian Jangka Sorong .......................................................................................9
Cara membaca Jangka sorong ..........................................................................11
Fungsi Jangka sorong .......................................................................................12
Defenisi Mikrometer ........................................................................................12
Jenis Mikrometer ..............................................................................................12
Bagian-bagian Mikrometer ..............................................................................13
Cara penggunaan mikrometer ..........................................................................14
Cara membaca hasil pengukuran mikrometer .................................................14
Pemeliharaan Mikrometer dan Jangka Sorong ...............................................15
Kelebihan dan Kekurangan Jangka Sorong dan Mikrometer ..........................16
Kesimpulan .......................................................................................................18
Daftar Pustaka ..................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Archimedes
Konsep puntiran dalam fisika, juga disebut momen puntir, diawali dari kerja
Archimedes dalam lever. Informalnya, puntiran dapat dipikir sebagai gaya rotasional.
Analog rotational dari gaya, masa, dan percepatan adalah puntiran, momen inertia dan
percepatan angular. Gaya yang bekerja pada lever, dikalikan dengan jarak dari titik
tengah lever, adalah puntiran. Contohnya, gaya dari tiga newton bekerja sepanjang dua
meter dari titik tengah mengeluarkan puntiran yang sama dengan satu newton bekerja
sepanjang enam meter dari titik tengah. Ini menandakan bahwa gaya dalam sebuah sudut
pada sudut yang tepat kepada lever lurus.

Lebih umumnya, seseorang dapat

mendefinisikan puntiran sebagai perkalian silang:

Gambar 2. Puntiran

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

di mana :
r adalah vektor dari axis putaran ke titik di mana gaya bekerja
F adalah vektor gaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja standar dan prosedur dari Pengujian Puntir ?
2. Apa pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material ?
3. Bagaimana cara menghitung besaran sifat mekanik dari Uji puntir ?
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Mengetahui standar dan prosedur uji puntir.


Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material.
Mampu menghitung besaran-besaran sifat mekanik material dari uji puntir.
Menganalisi perbandingan hasil pengukuran dengan data teoritis untuk sudut putaran
dan modulus geser.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar di Modul
Tegangan geser terjadi secara pararel pada bidang material, benda dengan tegangan
normal yng terjadi tegak lurus dengan bidang. Kondisi teganan geser dapat terjadi dengan
melakukan geseran secara langsung (direct shear) dan tegangan puntir (torsional stress).
Fenomena geseran secara langsung dapat dilihat pada saat kita menancapkan paku ke balok
kayu. Pada setiap permukaan di paku dan di kayu yang bersinggungan langsung dengan paku
akan mengalami geseran secara langsung. Sedangankan fenomena tegangan puntiran, dapat
terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen torsi. Dengan adanya tegangan geser, maka
respon yang diterima material pun berbeda.
Uji puntir pada suatu spesimen dilakukan untuk menentukan elastisitas suatu material.
Specimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang dengan penampang lingkaran
karena bentuk penampang ini sederhana sehingga mudah diukur. Spesimen tersebut hanya
dikenai beban puntiran pada salah satu ujungnya karena dua pembebanan akan memberikan
ketidakkonstanan sudut puntir yang diperoleh dari pengukuran.

Gambar 3. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Rumus tegangan dan regangan geser untuk batang padat :

Tc
Ip
r
L

Sedangkan Momen Inersia (J) pada keadaan maksimum silinder adalah :


1

Ip = 32 D4
Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalh momen puntir dan sudut
puntir. Pengukuran ini kemudian dikonversikan menjadi sebuah grafik momen puntir
terhadap sudut puntir (dalam putaran).
2.2 Teori Tentang Puntir Dari Internet
1. Puntiran
Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan
puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik
secara teori adalah slip (geseran) pada bidang slip, modulus kekakuan adalah
konstanta yang penting, yang diperoleh dari pengujian puntir (dalam banyak kasus).
Deformasi puntiran tidak menunjukkan tegangan uniform pada potongan lintang
seperti halnya pada deformasi lenturan. Untuk mendapat deformasi puntiran dengan
tegangan yang uniform perlu dipergunakan batang uji berupa silinder tipis.
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan tarik,
yaitu pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang liat patahan
terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya pada arah sumbu
terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut sangat mudah menentukan
keliatan dan kegetasan.

A. Sudut Puntir
Semua konstruksi teknik termasuk bagian-bagian pelengkap suatu bagunan atau
mekanisme haruslah mempunyai ukuran-ukuran fisik tertentu. Bagian atau mekanisme
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

haruslah diukur dengan tepat untuk dapat menahan gaya-gaya yang sesungguhnya atau
mungkin yang akan dibebankan kepadanya. Seperti dinding sebuah bejana tekan harus
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan dari dalam, sebuah poros suatu
mesin haruslah cukup memadai untuk menahan momen puntir (puntiran) yang diberikan.
Puntiran dalam disiplin ilmu keteknikan baik secara teoretis maupun aplikasi sangat
penting dimana hampir setiap bagian atau mekanisme yang ada atau berhubungan
dengan disiplin ilmu ini pasti selalu memperhitungkan puntiran. Puntiran dipelajari
dalam ilmu mekanika teknik atau ilmu kekuatan bahan dengan tujuan benda atau
mekanisme yang diterapkan mempunyai kekuatan dan ketahanan terhadap puntiran.
Sebagaimana diketahui bahwa suatu material atau batang dapat mengalami puntiran bila
diberikan momen yang berlawanan padanya. Pengaruh tersebut memberikan atau
menimbulkan perubahan bentuk atau deformasi yang berbanding lurus dengan
pembebanan. Pada dasarnya dengan mengetahui kekuatan suatu material, jenis material,
dan elastisitas material memungkinkan kita untuk memilih material yang akan kita
gunakan dalam merancang atau mendesain suatu produk khususnya dalam perancangan
permesinan.
Apabila suatu batang murni baik yang solid maupun yang berlubang mengalami
punter atau torsi maka tegangan geser akan terjadi pada bidang-bidang penampang dan
logituginalnya seperti pada gambar 8.

Gambar 8. Tegangan yang Bekerja Pada Batang


Sumber : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JIMT/article/view/140/112
Jika ditinjau secara simetris dapat dibuktikan bahwa penampang batang tidak
berubah bentuk pada saat berotasi (sudut rotasi antara satu ujung batang dan ujung
lainnya amat kecil) terhadap sumbu longitudinal atau semua penampang tetap datar,
sehingga bentuk lingkaran dan semua jari-jari tetap lurus maka panjang batang maupun
jari-jarinya tidak berubah. Seperti pada gambar 9. mengambarkan deformasi batang
dimana ujung kiri batang mempunyai posisi tetap akibat aksi torsi T, ujung kanan akan
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

berotasi terhadap ujung kiri dengan sudut kecil yang dikenal dengan sudut punti r ().
Sudut puntir adalah sudut yang terbentuk akibat adanya momen punter yang diberikan
terhadap suatu benda.

Gambar 9. Deformasi Batang Yang Mengalami Torsi


Sumber : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JIMT/article/view/140/112

2. Diagram Tegangan Regangan


Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan derajat
lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan
bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan
hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi
dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal
ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula
harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit.
Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat,
namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan
molekul-molekulnya

bergeser

sedikit

dari

posisi

awalnya.

Pergeseran

ini

mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk menentang


gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga bertambah sampai pembebanan
mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan, tegangan
dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan
perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan benda tegar, namun ini hanya
merupakan suatu konsep; karena ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda
nyata yang dapat menahan beban,tanpa sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar
molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya
biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya
internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada
bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan
arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal
sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali
resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan
tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan.
Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan
regangan normal; atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang
lain dan menghasilkan regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau
komprensi sederhana, akibat yang paling jelas terlihat adalah perubahan panjang
batang, yaitu regangan normal. Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja)
untuk regangan normal, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran
terhadap ukuran semula.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Gambar 4. Diagram Tegangan-Regangan

3. Tegangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu- satunya yang harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan derajat
lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan
bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan
hasilnya dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi
dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal
ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula
harus ditegaskan bahwa dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit.
Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat,
namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan
molekul-molekulnya

bergeser

sedikit

dari

posisi

awalnya.

Pergeseran

ini

mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk menentang


gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

10

benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga bertambah sampai pembebanan
mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan,
sehingga keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan
terenggang. Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan, tegangan
dalam bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan
perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan benda tegar, namun ini hanya
merupakan suatu konsep karena ada bahan yang tegar sempurna, dan tidak ada benda
nyata yang dapat menahan beban, tanpa sebelumnya mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena
pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar
molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya
biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada bidang, didefinisikan sebagai gaya
internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada
bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan
arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal
sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali
resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan
tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-regangan normal geser.
4. Regangan
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan.
Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan
regangan normal atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang
lain dan menghasilkan regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau
komprensi sederhana, akibat yang paling jelas terlihat adalah perubahan panjang
batang, yaitu regangan normal. Intensitas regangan (biasanya disebut regangan saja)
untuk regangan normal, didefinisikan sebagai perbandingan perubahan ukuran
terhadap ukuran semula.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

11

5. Puntiran Poros Berpenampang Lingkaran


Akibat puntiran murni pada poros berpenampang lingkaran adalah timbulnya
tegangan geser murni dalam bahan. Bila poros dibagi menjadi dua bagian oleh bidang
transversal khayal, akan terlihat bahwa permukaan-permukaan pada kedua pihak dari
bidang ini cenderung berputar, relatif yang dianggap terdiri dari lapisan-lapisan tipis
transversal yang jumlahnya tak terhingga, masing-masing relatif berputar sedikit
terhadap lapisan berikutnya bila torsi diberikan, akibatnya poros akan terpuntir.
Pergerakan angular salah satu ujung relatif terhadap yang lain disebut sudut puntiran.
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada penampang
batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang biasanya dinyatakan
dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi dengan menggunakan aturan
tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan arah vektor rotasi dan jari jempol
menunjukkan vektor translasi. Seperti halnya gaya aksial, tegangan puntir muncul
(momen puntir ada) bila batang tersebut dipotong. Metode irisan tetap digunakan
untuk mendapatkan momen puntir dalam, sehingga tegangan puntir dapat dicari.
Momen puntir dalam ini yang akan mengimbangi momen puntir luas sehingga bagian
struktur tetap dalam kondisi seimbang.

Gambar 5. Poros yang mengalami Puntiran

Untuk mencari hubungan antara momen puntir dalam dengan tegangan pada
penampang batang bulat, perlu dibuatkan asumsi sbb:
a.
b.
c.
d.
e.

Potongan normal tetap di bidang datar sebelum maupun sesudah puntiran.


Regangan geser berbanding lurus terhadap sumbu pusat.
Potongan normal tetap berbentuk bulat selama puntiran.
Batang dibebani momen puntir dalam bidang tegak lurus sumbu batang.
Tegangan puntir tidak melebihi batas proporsional.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

12

f. Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan linear.

Gambar II. 4. Potongan Penampang


Berdasarkan asumsi yang diambil (butir 2 dan 6) maka tegangan geser
maksimum terletak pada keliling penampang sehingga dapat dicari hubungan antara
tegangan geser dengan jarak terhadap sumbu pusat. Gaya geser inilah nantinya akan
mengantisipasi momen torsi luar.
Besar momen inseria polar dari luas penampang, yang dinotasikan sebagai I p, sehingga
:
Ip =

1
4
32 D

Besarnya tegangan secara umum :


=

Tc
Ip

Dimana :
t = tegangan geser
I p = Momen inersia polar penampang luas.
c = jari-jari lingkaran
Dalam mendesain bagian-bagian struktur yang menyangkut kekuatan, maka
tegangan geser yang memenuhi syaratlah yang dipilih. Karena batang yang
mengalami puntiran sering dipakai untuk meneruskan gaya, maka percobaan puntiran
pada batang sering dilakukan.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

13

6. Sifat-sifat Mekanik
Bagaimanapun baiknya suatu kristal dipersiapkan, pasti memiliki cacat-cacat
kisi yang akan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan strukstur kristal
tersebut. Dengan mengamati sifat mekanik logam, akan diperoleh sifat-sifat cacat kisi
tersebut. Pada beberapa cabang industri, pengujian mekanik yang biasa dilakukan
seprti uji tarik, kekerasan, impak, creep dan fatik, digunakan untuk mempelajari
keadaan cacatnya (defect state) tetapi untuk memeriksa kualitas produk yang
dihasilkan berdasarkan suatu standar spesifikasi.
a. Tensile Strength, biasanya dilakukan pengujian tarik terhadap suatu material
logam untuk mengetahui seberapa besar ketahanan material tersebut terhadap
beban tarik.
b. Kekerasan, didefinisikan sebagai ketahanan suatu material logam terhadap
penetrasi, memeberikan sifat-sifat deformasinya.
c. Impak, Suatu bahan mungkin memiliki kakuatan tarik (Tensile Strength) yang
tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut (tumbukan)
d. Creep (pemuluran), didefinisikan sebagai aliran plastis pada kondisi tegangan
yang konstan.
e. Fatiq, adalah fenomena yang berkaitan dengan perpatahan logam secara premature
karena tegangan rendah yang terjadi berulang kali dan terutama berperanan
penting dalam industri penerbangan.
7. Pengertian Dasar
a. Ketangguhan adalah ukuran besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah
bentuk suatu material.
b. Kekerasan adalah ketahanan suatu material yang terhadap penetrasi yang
diberikan pada permukaannya.
c. Momen adalah hasil kali gaya dengan jarak gaya ke titik pusat.
M=FxL
Dimana : M = Momen
F = Gaya
L = Jarak
d.

Gaya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan benda bermassa


mengalami percepatan.
F=mxa
Dimana : F = gaya
m = massa

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

14

a = percepatan
e.

Sudut Puntir /angle of twist () adalah suatu poros dengan panjang L dikenai
momen puntir T secara konstan dikeseluruhan panjang poros.

8. Hal-hal yang Mempengaruhi Kekuatan Material Terhadap Puntiran


a.

Panjang batang, semakin panjang batang yang dikenai beban puntir maka
puntiran akan semakin besar.

b.

Sifat-sifat material antara lain modulus geser, struktur material, dan jenis
material.

c.

Luas penampang batang atau material dimana gaya puntir bekerja.

d.

Bentuk penampang batang yang dikenai puntiran.

e.

Arah gaya puntir pada batang

9. Sifat-sifat Kimia
a. Kelarutan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau menentukan kelarutan yaitu:
1) Temperatur larutan: Umumnya kalau temperatur naik kelarutan meningkat.
2) Berat molekul, Struktur molekul: Berat molekul besar maka kelarutan kecil.
3) Kristalinitas: Menyangkut derajat kristalinitas. Bahan yang memiliki
kristalinitas tinggi seperti polietilen dan polipropilen mempunyai kelarutan
yang kurang, tetapi polimer berkristal yang biasa larut.
4) Kepolaran: Bahan polimer mudah sekali larut dalam pelarut polar.
5) Pelarut campuran: Klau ke dalam suatu pelarut dimana polimer bisa larut
dibubuhkan pelarut lain, kadang-kadang kelarutannya meningkat.
b. Tahanan Kimia
Ketahanan kimia berada di daerah luas mulai dari bahan yang sukar diserang
oleh setiap bahan kimia seperti politetraflouroetilen sampai ke bahan mudah larut
dalam pelarut organik seperti dalam asetat dan alkohol, umpamanya polivinil asetat.
Sifat-sifat ini sampai sejauh tertentu dapat dianggap ditentukan oleh struktur
molekul bahan polimer.
Polimer mempunyai kelompok eter, ester dan amida mudah terhidrolisa oleh asa.
Selulosa, poliester, poliamid, dan polimetil akrilat mempunyai kecenderungan
tersebut. Apabila polietilen bersentuhan dengan asam belerang pekat atau asam nitrat,
akan diserang dan terurai menerima akibat dari sulfunasi, nitrasi dan oksidasi pada
cinin bensin. Resin urea, resin melami dan resin epoksi menjadi lemah didalam asam
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

15

kuat. Terutama resin fenol dan resin metil metakrilat menerima akibat pengoksidasian
asam, sedangkan resin fenol, resin urea, resin melamin dan banyak resin kondensasi
formalin lain sangat dipengaruhi oleh alkali kuat.
10. Karakteristik Baja dan Kuningan
a. Karakteritik Baja
Baja karbon merupakan unsur pengeras besi yang efektif dan murah oleh
karena itu umumnya sebagian besar baja komersial hanya mengandung karbon
dengan sedikit paduan lain. Baja karbon rendah (C < 0,3%) memiliki kekuatan
sedang dengan keuletan yang sangat baik dan digunakan dalam kondisi anil atau
normalisasi untuk keperluan konstruksi jembatan, bangunan, kendaraan, dan kapal
laut.
Baja karbon (0,3 < C < 0,7 %) sedang dapat dicelup untuk membentuk
martensit disusul dengan penemperan untuk meningkatkan ketangguhan
disamping kekuatan yang telah dimilikinya.
Baja karbon tinggi (0,7 < C < 1,7 %) biasanya dicelup agar keras disusul
dengan penemperan pada 250 derajat celcius sehingga dapat dicapai kekuatan
yang memadai dengan keuletan yang memenuhi persyaratan untuk per,die dan
perkakas potong.
Modulus Elastisitas baja :

E = 2,01 x 10^6 kg/cm^2

b. Karakteristik Kuningan
Berbeda dengan baja karbon kuningan adalah logam tahan karat, selain itu
juga kuningan memiliki keuletan yang lebih baik dibandingkan dengan baja.
Tetapi tingkat kekerasan dan ketangguhan kuningan lebih rendah dibandingkan
dengan baja. Sedangkan untuk konduktivitas listrik kuningan lebih baik daripada
baja.
Modulus Elastisitas Kuningan

E = 9.17x10^5 kg/cm^2

11. Macam-macam Diagram Tegangan-Regangan


Berikut ini adalah macam-macam diagram tegangan-regangan untuk beberapa
material:

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

16

Gambar II. 5. Diagram Tegangan Regangan Baja Karbon Rendah

Gambar II. 6. Diagram Tegangan Regangan Besi Cor

Gambar II. 7. Diagram Tegangan Regangan Bahan Polimer


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

17

Gambar II. 8. Diagram Tegangan Regangan Paduan Al-2%Cu


12. Modulus Elastisitas
1. Regangan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan
panjang awalnya (L). Pertambahan panjang ini tidak hanya terjadi pada ujungnya
saja, tetapi pada setiap bagian batang yang terentang dengan perbandingan yang
sama.

Karena merupakan hasil bagi dari dua besaran yang berdimensi sama, maka
regangan tidak memiliki satuan.
2. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tarik (F) yang
dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya (A).

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

18

Dalam SI tegangan memiliki satuan

atau Pascal.

Besarnya gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap benda pada
umumnya berbeda, tergantung pada jenis dan sifat benda.
3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Modulus Elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan,
dengan regangan suatu bahan selama gaya yang bekerja tidak melampaui batas
elastisitasnya.

Dalam SI satuan modulus elastisitas sama dengan satuan tegangan.


Semakin besar nilai E, berarti semakin sulit untuk merentangkan benda, artinya
dibutuhkan gaya yang lebih besar.
Berikut ini beberapa Nilai modulus Young untuk beberapa benda :

Jenis

Modulus

Zat

Young (N/m2)

TungstenSteelCopper 35

101020

Brass

101011 x 1010

Aluminium

9,1 x 1010

Kaca

7,0 x 1010

Kuarsa

6,5 7,8 x 1010

5,6 x 1010
Tabel II. 1. Modulus Young Beberapa Benda
13. Puntiran pada Kawat Baja

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

19

Tali/kawat baja sering dipakai pada mesin-mesin pengangkat sebagai salah


satu perangkat mesin pemindah bahan. Dibandingkan dengan rantai, tali baja
mempunyai keunggulan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Lebih ringan
Lebih tahan terhadap sentkan
Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi
Keandalan operasi yang lebih tinggi

b = 130 sampai 200 Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan kg/mm2.
dimana dalam proses pembuatannya kawat baja diberi perlakuan panas tertentu dan
digabung dengan penarikan dingin, sehingga menghasilkan sifat mekanis kawat baja
yang tinggi.
Salah satu hal yang dapat menyebabkan puntiran pada kawat baja yaitu proses
pembuatan yang dilakukan dengan pemintalan (penganyaman) yang akan
menyebabkan timbulnya gaya internal pada kawat baja. Hal lain yang dapat
menyebabkan puntiran adalah kawat diberi pembebanan maka pintalan tadi cenderung
akan mengecil sehingga juga akan menyebabkan puntiran pada kawat.
Pada saat tali ditekuk maka akan timbul gaya-gaya yang rumit pada kawat
yang terdiri dari tarikan, tekanan dan puntiran, oleh karena itu sangatlah sulit untuk
mendeteksi gaya-gaya yang terjadi.
14. Tali Baja Anti Puntir
Perkembangan terakhir pada pembuatan tali baja menghasilkan jenis tali baja
yang anti puntir. Tali yang demikian diproduksi oleh The Odessa Rope Works. Pada
tali ini sebelum dipintal setiap kawat dan untaian dibentuk sesuai dengan
kedudukannya di dalam tali. Akibatnya tali yang tidak dibebani tidak akan mengalami
tegangan internal. Tali ini mempunyai kecenderungan untuk terurai walaupun ujung
tali ini tidak disimpul. Sifat ini akan mempermudah penyambungan anyaman tali.
Diantara keunggulan tali ini dibandingkan tali biasa yaitu :
a. Distribusi beban yang merata pada setiap kawat sehingga tegangan internal yang
terjadi minimal.
b. Lebih fleksibel
2.3 Jenis Jenis Tumpuan
1. Rol

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

20

Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi yang tegak lurus
dengan tumpuanl. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya dalam
arah tegak lurus dengan tumpuan. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban
yang tegak lurus dengan tumpuan. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak
lurus pada tumpuan.

Gambar II. 2. Tumpuan Rol dan DBB


2. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan
gaya reaksi horisontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua
komponen yang satu dalam arah horisontal dan yang lainnya dalam arah vertikal.
Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau penghubung,maka perbandingan
antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk
menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.

Gambar II. 3. Tumpuan Engsel dan DBB


3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

21

ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke
dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen

Gambar II. 4. Tumpuan Jepit dan DBB


2.4 Alat Alat Pengujian Pada Uji Puntir (Internet)
ALAT UJI PUNTIR

Alat uji puntir sering juga disebut dengan alat uji torsi atau alat uji torque adalah suatu alat
yang dirancang untuk mengukur seberapa besar gaya puntir yang dapat dilakukan saat kita
melakukan pengujian dari suatu alat. Caranya adalah dengan memuntir batang uji terusmenerus sampai batang uji itu putus atau mencapai jumlah puntiran yang ditentukan.
Putarannya harus searah.
Alat uji puntir biasa digunakan oleh industri untuk pengukuran dan mendapatkan data
kekuatan puntir suatu aplikasi, sehingga standar yang ingin diketahui dapat diterima dan
diketahui.
Alat uji puntir yang ada di alatuji.com adalah untuk memberikan solusi baik bagi industri
yang membutuhkan untuk kepentingan aplikasi yang ada pada industri. berikut merupakan
perangkat Alat uji puntir :
TQ-STR6 Torsional
Torsion Testing Machine (30Nm) (SM1001)
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

22

PNW-1400 Computer Controlled Light Wheel Torsion Fatigue Testing Machine


NJS-02 Digital Display Torsion Testing Machine
TNS-DW Series Micro Computer Controlled Torsion Testing Machine
2.5 Istilah Istilah
Puntir adalah peristiwa yang terjadi pada suatu material yang diberikan torsi
dengan arah yang berlawanan dan memiliki jarak tertentu.
Gaya adalah aksi yang diberikan pada suatu benda.sehingga benda mengalami
perpindahan, kecepatan, dan percepatan.
Gaya dalam adalah gaya reaksi yang terjadi di dalam benda akibat pembebanan
yang diberikan.
Gaya luar adalah gaya yang ada diluar benda sebagai aksi reaksi dari sebuah
benda.
Momen adalah benda yang diberi beban dalam jarak tertentu sehingga benda
tersebut berputar terhadap satu titik.
Torsi adalah benda yang diberi beban dalam jarak tertentu sehingga benda tersebut
berputar terhadap sumbunya.
Tegangan adalah kemampuan suatu luas benda untuk menahan gaya yang
diberikan.
Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang (L) dengan panjang
awalnya (Lo).
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada
porosnya
Kopel adalah suatu peristiwa yang terjadi pada material akibat gaya yang sejajar ,
berlawanan arah , dan memiliki besar yang sama.
Kelebihan uji puntir adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengalami fenomena necking
2. Nilai koefisien n dan K untuk strain hardening lebih akurat karena mempunyai
deformasi plastis yang lebih panjang
3. Patahan yang terjadi akibat tegangan geser murni
4. Hasil pengukuran mengenai plastisitas lebih banyak dan mendasar
Sedangkan kekurangan uji puntir adalah sebagai berikut:
1. Pengolah data lebih rumit dan memakan waktu yang lama
2. Jika spesimen yang digunakan adalah benda pejal, maka nilai tegangan geser yang
terjadi tidak merata pada permukaan hingga bagian dalam spesimen

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

23

2.6 Jenis jenis tegangan


Tegangan Geser dan tegangan normal
Tegangan geser berbeda dengan tegangan tarik maupun tegangan tekan, karena tegangan
geser disebabkan oleh gaya yang bekerja sepanjang atau sejajar dengan luas penahan
gaya, sedangkan tegangan tarik atau tegangan tekan disebabkan oleh gaya yang tegak
lurus terhadap luas bidang gaya.
Tegangan geser terjadi apabila beban terpasang menyebabkan salah satu penampang
benda cenderung mengelincir pada penampang yang bersinggungan.

a. Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika gaya
dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan
adalah N/m2 atau dyne/cm2.

Tegangan Normal akibat beban aksial


Adalah tegangan yang di akibatkan oleh beban akibat beban dengan arah
aksial.beberapa contoh Tegangan normal akibat beban aksial

Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling, dan
lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan tarik
yang besarnya tergantung pada beratnya.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

24

Gambar Tegangan Tarik

Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi pada
tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, porok sepeda, dan batang
torak. Tegangan tekan dapat ditulis:

Gambar Tegangan Tekan

Tegangan Normal akibat momen lentur


Adalah tegangan yang diakibatkan oleh momen yang ditimbulkan oleh gaya
luar.contohnya
Tegangan Lentur.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

25

Menurut teori lentur sederhana, distribusi tegangan di dalam penampang


yang mendukung momen lentur dinyatakan dengan persamaan :

fy

M. y
I

dengan :
fy

tegangan lentur

M = momen pada penampang yang ditinjau.


y = jarak serat ke pusat berat penampang.
I = momen inersia (kelembamam).
persamaan (1) berlaku untuk penampang yang masih elastis dan batas
berlakunya sampai dengan serat terluar mencapai tegangan leleh.
Persamaan (1) tidak berlaku bila sebagaian atau seluruh telah menjadi
plastis.
Selanjutnya akan ditinjau tegangan yang terjadi pada salah satu potongan
balok yang penampangnya persegi empat dan mendukung momen lentur
bertahap, dari nol hingga seluruh seratnya mencapai tegangan leleh,
distribusi tegangan ditunjukan dengan gambar 1.b. Pada kondisi ini
distribusi tegangan masih linier.

C
h

C1
C2

4
y0
3

2
h
3

T2

1
h
2

T1
b

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

26

(a) balok segiempat

(b) elastis

(c) elastis-plastis

(d) plastis

Gambar 1. distribusi tegangan akibat lentur.

b. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan
arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak
terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan
keling, gunting, dan sambungan baut.

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja pada penampang
normal dengan jarak yang relatif kecil, maka pelengkungan benda diabaikan. Untuk
hal ini tegangan yang terjadi adalah Apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku
keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini tegangan gesernya adalah

Tegangan geser akibat gaya lintang

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

27

Adalah tegangan geser yang timbul akibat reaksi gaya dalam terhadap
gaya luar yang diberikan.contohnya
Tegangan Lentur

Gambar Tegangan Lentur

Tegangan geser akibat momen puntir

Tegangan Torsi (Puntir)

Terkadang suatu komponen struktu rmenerima puntiran, kopel punter atau momen
puntiran.Puntiran tersebut menimbulkan tegangan geseran yang disebut sebagai tegangan
geser puntir.
Tegangan punter sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-batang torsi pada mobil, juga
saat melakukan pengeboran. Jadi, merupakan tegangan tangensial.

Gambar II.21. Tegangan Puntir

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

28

2.7 Pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material


Sifat Mekanik
Beberapa sifat mekanik yang penting :
1. Kekuatan (Strength)
bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah.
Kekuatan ini tergantung pada jenis pembebannya, yaitu :

Kekuatan tarik akibat beban tarik


Kekuatan geser akibat beban geser
Kekuatan tekan akibat beban tekan
Kekuatan torsi akibat beban torsi
Kekuatan lengkung akibat beban bending

2. Kekerasan (hardness)
Kemampuan bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), indentasi atau
penetrasi.
Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance).
Kekerasan juga berkorelasi dengan kekuatan.
3. Kekenyalan (elastisitas)
Kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
4. Kekakuan (stiffness)
Kemampuan bahan untuk menerima tegangan / beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk(deformasi/defleksi
5. Plastisitas (plasticity)
Kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis tanpa mengakibatkan terjadinya
kerusakan
6. Ketangguhan (toughness)
Kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energy tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan.
7. Kelelahan (fatique)
Kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima beban yang berulang/dynamic yang
besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya.
8. Creep (merangkak)
Kecenderuangan suatu logam untuk mengalami deformasi plastic yang besarnya merupakan
fungsi waktu.

2.8 Kurva Tegangan Regangan


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

29

Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang.
Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.

Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya


Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut
dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate Tensile
Strength disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.

Hukum Hooke (Hookes Law)


Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara
beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan
tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan
panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan
Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan
panjang dibagi panjang awal bahan.
Stress: = F/A

F: gaya tarikan, A: luas penampang

Strain: = L/L

L: pertambahan panjang, L: panjang awal

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

30

Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:


E=/
Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya
tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress
vs strain). Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana
perbandingan tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama Modulus
Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan
stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gbr.2 Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada Gbr.3 berikut.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

31

Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.
2. Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
Sekarang akan kita bahas profil data dari tensile test secara lebih detail. Untuk keperluan
kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji tarik dapat digeneralisasi seperti
pada Gbr.5.

Gbr.5 Profil data hasil uji tarik

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

32

Kita akan membahas istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman pada
hasil uji tarik seperti pada Gbr.5. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari
titik O sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
Batas elastisE ( elastic limit)
Dalam Gbr.5 dinyatakan dengan titik A. Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik
A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula
(tepatnya hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada titik O (lihat inset
dalam Gbr.5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi
berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas regangan
permamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang dari
0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak ada standarisasi yang
universal mengenai nilai ini. [1]
Batas proporsional p (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi
tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila
bahan ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas uy (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi
elastis ke plastis.
Tegangan luluh bawah ly (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis.
Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah
tegangan ini.
Regangan luluh y (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

33

Regangan elastis e (elastic strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis p (plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p. Perhatikan beban
dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar tegangan maksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang
diuji putus atau patah.
Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan plastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, tegangan
luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen
sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset-strain (Gbr.6).

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

34


Gbr.6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal, N/m2) dan
strain adalah besaran tanpa satuan.
3. Istilah lain
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar interpretasi hasil
uji tarik.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi
sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila
regangan plastis yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu
bahan disebut getas (brittle).
Derajat kelentingan (resilience)
Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam
fase perubahan elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan (Modulus of
Resilience), dengan satuan strain energy per unit volume (Joule/m3 atau Pa). Dalam
Gbr.1, modulus kelentingan ditunjukkan oleh luas daerah yang diarsir.
Derajat ketangguhan (toughness)
Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

35

Sering disebut dengan Modulus Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gbr.5,


modulus ketangguhan sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Pengerasan regang (strain hardening)
Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai tegangan berbanding
regangan setelah memasuki fase plastis.
Tegangan sejati , regangan sejati (true stress, true strain)
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas di atas
tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan regangan sejati, yaitu
tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang bahan secara real time.

2.9 Hubungan Tegangan Regangan


Grafik tegangan dan regangan adalah linear - elastik untuk small
deflection. Artinya, jika gaya F diberikan pada benda sedemikian sehingga terjadi
regangan , maka perbandingan antara gaya F dengan perpindahan kecil L
adalah sebanding dengan perbandingan tegangan terhadap regangan .
Perbandingan nilai terhadap regangan adalah suatu konstanta E yang
dinamakan modulus elastisitas yang tergantung pada bahan. Inilah yang
dinamakan linear. Modulus ini nilainya berubah terhadap suhu, dan dalam waktu
yang sangat lama berubah juga terhadap waktu. yang dimaksud elastik adalah,
jika gaya F tadi dihilangkan, maka benda yang berdeformasi akan kembali pada
posisi semula. Untuk prinsip-prinsip dasar mekanika, analisis selalu berada dalam
daerah linear - elastik dan harga E yang tetap.
Tegangan merupakan parameter yang lebih berarti dari pada gaya dalam
mempelajari bahan, karena efek gaya terpakai P pada suatu bahan terutama
tergantung kepada luas penampang dari bagan struktur. Sebagai akibatnya adalah
biasa menggambarkan diagram hubungan antara tegangan dan regangan dalam
laporan pengujian tertentu. Diagram diagram demikian menentukan hubungan
antara tegangan dan regangan, dan untuk berbagai macam kegunaan dianggap
tidak tergantung dari ukuran specimen dan panjang ukurannya.
Untuk kurva-kurva tegangan-regangan ini, biasa pula digunakan skala ordinat
untuk tegangan dan skala absis untuk untuk regangan. Tegangan biasa dihitung
berdasarkan luas asli dari spesimen, meskipun bagaimana disebutkan sebelumnya

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

36

penyusutan dan pemuaian dari bahan selalu terjadi setiap saat. Bila tegangan
dihitung dengan membagi gaya terpakai dengan luas bersangkutan yang
sesungguhnya dari specimen pada saat yang sama, maka kita memperoleh apa
yang disebut tegangan sejati. Plot tegangan sejati vs regangan disebut kurva
tegangan-regangan sejati. Kurva-kurva seperti itu jarang digunakan dalam
praktek.
Secara eksperimen diterangkan bahwa diagram tegangan-regangan sangat
berbeda untuk bahan-bahan yang berbeda. Untuk bahan yang sama diagram ini
berbeda pula, tergantung pada suhu pengujian yang dilakukan, kecepatan
pengujian dan beberapa variabel lainnya. Tetapi, umumnya ada dua jenis diagram
yang dikenal. Yang satu jenis untuk baja tuang, bahan ulet yang banyak
digunakan dalam kontruksi. Jenis yang lainnya bermacam - macam bahan seperti
baja perkakas, beton, tembaga, dan seterusnya mempunyai kurva jenis ini,
meskipun mempunyai harga ekstrim dari regangan dimana bahan-bahan ini dapat
bertahan.
3

INSTALASI PERCOBAAN

Gambar III. 1. Instalasi Percobaan Uji Puntir

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

37

KESIMPULAN
Semakin besar tegangan puntir yang diberikan maka semakin besar juga sudut

pada material.
Pada kuningan dengan F yang sama tetapi sudut nya lebih besar , ini

menandakan bahwa baja lebih kaku dari kuningan.


Jika perhitungan dan pengambilan data dilakukan secara akurat perbedaan

antara pengukuran dan perhitungan tidak akan berbeda jauh.


Sifat mekanik kekuatan baja lebih tinggi dibandingkan dengan kuningan
Dari perbandingan hasil pengukuran dan perhitungan hasilnya perhitungan lah
lebih akurat.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

38

DAFTAR PUSTAKA

http://erulmesin09.blogspot.co.id/2012/11/percobaan-puntiran.html

http://iwansugiyarto.blogspot.com/2011/11/puntiran.html
http://www.scribd.com/doc/38673396/Bab-3-Puntiran
https://www.scribd.com/doc/76485662/40039072-uji-puntir
http://terasepter.blogspot.co.id/2013/11/pengujian-bahan.html
https://masmukti.files.wordpress.com/2011/10/bab-02-material-dan-proses.pdf
http://fhianunikoe.blogspot.com/2011/10/puntiran.htmlhttp://iwansugiyarto
.blogspot.co.id/2011/11/puntiran.html

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

39

Anda mungkin juga menyukai