Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui kemampuan seseorang dalam melakukan pengukuran itu
berbeda-beda. Serta kemampuan menganalisa hasil pengukuran yang dilakukan sangatlah
penting. Semua itu bergantung pada pengetahuan atas prosedur dan cara penggunaan alat ukur
tersebut. Penggunaan alat ukur bergantung pada kebutuhan pengukurannya.
Untuk beberapa jenis alat ukur pembahasannya akan sangatlah terinci, dan mendalam.
Dikarenakan penggunaannya sangat sulit dan alat ukur tersebut jarang di gunakan. Kecermatan
dari alat ukur tersebut juga bisa menjadi faktor mengapa penggunaan alat ukur tersebut menjadi
salah satu penyebab sulitnya dilakukan pengukuran. Jam ukur atau dial indikator adalah salah
satu alat ukur yang memiliki ketelitian sangat tinggi hingga mencapai ukuran 1 mikron.
Pengukuran kebulatan adalah salah satu pengukuran yang menggunakan dial
indikator. Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang cukup penting di lakukan dalam
dunia pemesinan. Karena pada umumnya dalam dunia pemesinan menggunakan poros untuk
menyambungkan putaran maupun meneruskan energi gerak.

2.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum pengukuran kebulatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan.
2. Mampu melakukan proses pengukuran kebulatan.
3. Mampu menganalisi shasil pengukuran kebulatan.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari dilakukannya praktikum pengukuran kebulatan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan
2. Mahasiswa dapat melakukan proses pengukuran
3. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengukuran kebulatan

1
2

1.4 Sistematika penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisikan mengenai tujuan , manfaat , dan sistematika penulisan laporan.
BAB II Teori Dasar
Berisikan mengenai pengertian , macam macam alat ukur , cara kerja dan prinsip
kerja , perkembangan alat ukur , komponen alat ukur , serta cara penggunaan alat ukur.
BAB III Metodologi
Berisikan prosedur praktikum serta alat dan bahan.
BAB IV Data Pengamatan
Berisikan data berbentuk tabel dan data berbentuk grafik.
BAB V Analisa Data
Berisikan pengolahan data serta analisa data.
BAB VI Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian
Kebulatan atau yang disebut juga roundness adalah kondisi pada suatu permukaan
dengan penampang berbentuk lingkaran (silinder, konis dan bola), dimana semua titik-titik dari
permukaan yang dipotong oleh bidang apapun tegak lurus terhadap sumbu (silinder dan konis) atau
yang melalui pusat (bola) mempunyai jarak yang sama dari titik pusat lingkaran. Toleransi
kebulatan menunjukkan daerah toleransi yang dibatasi oleh dua lingkaran konsentris, dimana setiap
elemen dari lingkaran harus berada pada bagian tersebut. Gambar pemberian toleransi dapat dilihat
pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Toleransi Kebulatan


(Sunar , 2015)
Kebulatan merupakan suatu harga yang dapat di tentukan berdasarkan kebulatan relatif
terhadap lingkaran referensinya. Menurut standar Inggris, Amerika dan Jepang terdapat empat
macam lingkaran referensi yaitu:
a. Least Squares Circle
Refrensi Least Squares Circle (LSC) adalah metode yang paling umum digunakan.
Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengan luas daerah yang berada pada luar
daerah yang tertutup.

3
4

Gambar 2.2 Least Squares Circle


(Sunar , 2015)
Dapat dilihat pada gambar 2.2 Least Squares Circle (LSC) di atas di ambil secara garis
besar parameter dalam menganalisa kebulatan dengan jelas baik dan benar. Persamaan
yang dapat di ambil adalah sebagai berikut:
( = 1,. . . . , ) (2.1)
1
=
=1 . (2.2)

= () (2.3)

= .
=1 () (2.4)

b. Minimum Circumscribed Circle


Metode Minimum Circumscribed Circle (MCC) ini adalah menghitung lingkaran standar
dengan jari-jari minimum yang dapat menutupi profil data. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 Minimum Circumscribed Circle


( Sunar , 2015 )
5

c. Maximum Inscried Circle


Metode Maximum Iscribed Circle (MIC) menghitung lingkaran standar dengan jari-jari
maksimum yang ditutupi profil data. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Maximum Inscribed Circle


(Sunar , 2015 )
d. Minimal Zone Circle (MZC)
Metode Minimum Zone Circle (MZC) menghitung dua kali lingkaran konnsentrik yang
menutupi profil data seperti memisah arah radial minimum. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.5.

Gambar 2.5 Minimum Zone Circle


(Sunar , 2015 )
Parameter perhitungan kebulatan semuanya berdasarkan lingkaran referensinya yang telah
di terangkan di atas tadi. Pengukuran kebulatan sebuah benda kerja dapat di ukur dengan cara
memutar benda kerja sejauh 360o atau sejauh satu putaran penuh. Pada saat benda di putar sensor
dari alat ukur harus menyentuh permukaan dari benda yang di ukur kebulartannya. Pengukuran
kebulatan dilakukan untuk menemukan penyimpangan kebulatan benda kerja terhadap lingkaran
sempurna.
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditujukan untuk mengukur kebulatan
dari sebuah benda untuk diketahui apakah benda tersebut bulat atau tidak. Pada saat dilihat kasat
6

mata maka benda terlihat bulat, namun saat dilihat dengan alat ukur maka akan terlihat tingkat
kebulatan dari benda tersebut. Pengukuran kebulatan tidaklah berdasarkan garis lurus, meskipun
demikian kedua hal tersebut saling keterkaitan. Pengukuran kebulatan dapat mempengaruhi nilai
kebulatan, tapi diameter tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
Sebuah benda yang berbentuk silinder, pada umumnya proses pembuatan benda silinderlah
yang menyebabkan ketidak bulatan tersebut. Pembentukan benda kerja menggunakan pemesinan
membentuk bulat sempurna merupakan hal yang sangat sulit. Hal tersebut dikareenakan beberapa
faktor, mulai dari pahat bubut yang digunakan untuk membentuk dalam proses pembubutan yang
kurang tajam sehingga benda berpermukaan kasar, hingga operator yang membuat benda tersebut.
Maka pada benda silinder nilai kebulatan pada setiap sisinya memiliki perbedaan harga yang bisa
dihitung oleh alat ukur. Pemeriksaan kebulatan tersebut bisa menggunakan Dial Indikator sebagai
alat ukur pemeriksaan kebulatan. Dial indikator dapat digunakan sebagai alat ukur pemeriksaan
kebulatan. Alat ini bisa digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian dari suatu benda kerja
silinder yang sedang di ukur tingkat kebulatannya.
Dengan memanfaatkan prinsip yang sama sebuah benda yang berbentuk silinder dapat
diperiksa kebulatannya. Dengan cara menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik
nol) kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah terjadi pelekukan
(cekung) maupun terjadi gunduka (cembung) pada sisi permukaan benda ukur tersebut. Cekungan
maupun cembungan tersebut lah yang mempengaruhi kebulatan sebuah benda.

2.2 Macam- Macam Alat Ukur


Adapun macam macam alat ukur yang dipalai untuk melakukan pengukuran kebulatan
adalah sebagai berikut :
1. Dial Indikator
Dial indikator atau yang sering disebut jam ukur adalah alat ukur pembanding yang
banyak digunakan dalam industri pemesinan di bagian produksi dan dikamar ukur.
Prinsip kerjanya adalah secara mekanik, dimana gerakan linear sensor diubah menjadi
gerakan putaran jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantaraan batang
bergigi dan susunan roda gigi, lihat gambar 2.6.
7

Gambar 2.6 Dial indicator


(Sunar , 2015 )
Pegas koil berfungsi sebagai penekan bartang bergigi sehingga sensor selalu menekan
kebawah. Pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi roda gigi sehingga
roda gigi yang berpasangan selalu menekan sisi yang sama untuk kedua arah putaran
(guna menghindari backlash yang mungkin terjadi karena profil gigi yang tak sempurna
ataupun karena keausan). Sebagaimana dengan jam tangan mekanik, beberapa jenis jam
ukur mempunyai batu (jewel) untuk mengurangi gesekan pada dudukan poros roda
giginya.
Kecermatan pembacaan skala adalah 0.01, 0.005, dan 0.002 mm atau setara 1 dengan
kapasitas ukur yang beragam, misalnya 20, 10, 5, 2, atau 1 mm. Untuk kapasitas ukur
yang besar biasanya dilengkapi dengan jam kecil pada piringan jam yang besar (lihat
gambar 2.15) dimana satu putaran penuh jam yang besar adalah sesuai dengan satu angka
jam ukur yang kecil. Pada pinggir piringan umumnya dilengkapi dengan dua tanda
pembatas yang dapat diatur kedudukannya yang menyatakan batas atas dan batas bawah
dari daerah toleransi suatu produk yang hendak diperiksa. Selain itu, piringan skala dapat
diputar untuk mengatur posisi nol sewaktu pengukuran dimulai.
Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat,pipih,runcing) dan dibuat dari
baja, karbida, atau saphire. Pemilihan jenis sensor disesuaikan dengan kondisi benda
ukur dan penggunaannya. Tinggi sensor disesuaikan dengan tinggi nominal ukuran dasar
produk yang akan diperiksa dimensinya dengan bantuan blok ukur (pengaturan posisi
nol). Setelah dua tanda pembatas pada jam ukur diatur posisinya sesuai dengan daerah
toleransi produk, pemeriksaan kualitas geometrik produk dapat dilakukan dengan
mudah. Jika tak perlu kecermatan tinggi, benda silindris mungkin diperiksa kesilindrisan
dan kebulatannya dengan jam ukur, dalam hal ini benda ukur harus diletakkan dia atas
blok V.
8

Toleransi kesalahan putar diperiksa dengan cara menempatkan jam ukur pada posisi
yang tetap dan benda ukur diputar pada sumbu yang tertentu. Dalam proses produksi,
jam ukur dapat dipasang pada mesin perkakas pada tempat dan posisi tertentu
sedeimikian rupa sehingga pada saat proses pemesinan (bubut, freis, gerinda dan
sebagainya) hampir berakhir melalui jam ukur gerakan perkakas potong relatif terhadap
benda kerja dapat dibaca oleh operator sehingga proses pemesinan dapat dihentikan pada
saatnya.
2. V block
V block adalah suatu alat terbuat dari baja dan dipergunakan untuk menyanggah benda
kerja yang akan diperiksa penyimpangannya.

Gambar 2.7 V block


(Barens , 2013 )
Untuk menggunakan V blok set ini harus dilengkapi dengan peralatan penunjang
yakni surface plate karena pada saat melakukan pengukuran penympangan yang
menggunakan V blok sangat diperlukan suatu tempat yang betul betul rata agar
mendapatkan hasil pengukuran yang tepat.
Untuk mengetahui besarnya penyimpanan secara tepat haruslah dilengkapi dengan dial
gauge dan magneto stand.
3. Meja Rata (Surface Plate )
Meja datar adalah alat dengan permukaan rata dan keras sangat baik untuk penandaan
yang teliti dan memeriksa benda kerja. Meja Perata ini berfungsi untuk menguji kerataan
permukaan. Selain itu meja datar di gunakan untuk meletakkan benda kerja serta alat-
alat menggambar.
9

Gambar 2.8 Meja Rata


(Barens , 2013 )
Biasanya meja perata (surface table) terbuat dari besi tuang, keramik atau batu granit.
Alat ini dipergunakan sebagai landasan untuk memukul atau meratakan benda kerja yang
bengkok. Harus diusahakan agar permukaan meja datar ini tidak rusak atau cacat, dan
hasil lukisan atau pekerjaan yang dikerjakan tetap baik.

2.3 Cara Kerja dan Prinsip Kerja


Saat akan digunakan dial indikator tidak dapat digunakan sendiri, tapi memerlukan
kelengkapan seperti di atas yang harus diatur sedemikian rupa pada saat pengukuran. Posisi dial
gauge harus tegak lurus terhadap benda kerja yang akan diukur.

Gambar 2.9 Posisi Dial Gauge


(Kelasteknik , 2011 )
Pada dial indikator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar (terdiri dari 100 strip)
dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap stripnya bernilai 0,01 mm. Jadi ketika jarum
panjang berputar 1 kali penuh maka menunjukkan pengukuran tersebut sejauh 1 mm. Sedangkan
skala yang kecil merupakan penghitung putaran dari jarum panjang pada skala yang besar.
10

Gambar 2.10 Dial Indikator


(Kelasteknik , 2011)
Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6 strip dan jarum
pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya adalah3,06 mm. Pengukuran ini
diperoleh dari :
skala pada jarum panjang dibaca : 6 x 0,01 mm = 0,06 mm
skala pada jarum pendek dibaca : 3 x 1 mm = 3 mm
maka hasil pengukurannya adalah 0,06 mm + 3 mm = 3,06 mm.
Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan penunjuk. Penghitung
putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran penunjuk. Yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan dial indicator adalah keadaan permukaan benda yang akan diukur harus bersih,
posisi spindel dial (ujung peraba) tegak lurus pada permukaan komponen yang diperiksa, dan
metode pengukuran yang digunakan.
Metode pengukuran adalah sebagai berikut :
1. Letakkan V-block di atas plat datar dan letakkan poros di atas block.
2. Sentuhkan spindel dial gauge pada permukaan poros. Aturlah tinggi dial gauge lock
sedemikian rupa sehingga menyentuh permukaan poros.
3. Putarlah poros perlahan-lahan dan temukan point pada permukaan pembacaan paling
kecil. Putarlah outer ring sampai penunjukkan pada "0".
4. Putarlah poros perlahan-lahan. Bacalah jumlah gerakan pointer.

2.4 Perkembangan Alat Ukur


Kebulatan dan diameter merupakan dua karakter geometrik yang berbeda, namun saling
berkaitan. Ketidak bulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran
diameter tidak selalu mampu memperlihatkan ketidak bulatan. Sebagai contoh, penampang poros
dengan dua tonjolan beraturan (elips) akan dapat diketahui ketidak bulatannya bila diukur dengan
dengan dua sensor dengan posisi bertolak belakang (1800), misalnya dengan mikrometer. Namun
11

mikrometer tidak akan mampu menunjukkan ketidak bulatan jika digunakan untuk mengukur
diameter penampang poros dengan tonjolan beraturan yang ganjil (3,5,7 dst). Gambar 2.8
menunjukkan lima macam bentuk penampang yang apabila diukur dengan mikrometer (pada
berbagai posisi) selalu akan menghasilkan harga 25 mm.

Gambar 2.11 Kesalahan Pengukuran


( Rochim, 2006)
Pengukuran dengan dua kontak menggunakan mikrometer tidak memberikan informasi
mengeanai kebulatan penampang yang mempunyai tonjolan beraturan yang ganjil. Keempat jenis
penampang tersebut akan terbaca oleh mikrometer dengan harga yang sama dengan 25 mm.
Apabila suatu bidang lurus diletakkan diatas empat poros dengan penampang seperti bentuk
tersebut, akan dapat didorong dengan mulus sempurna seolah-olah ada roda yang menopangnya.
Dua lingkaran konsentris yang ditunjukkan pada gambar 2.8 disebut sebagai diameter luar
efektif dan diameter dalam efektif. Karena menentukan diameter minimum bagi caliber ring yang
dapat dimasukkan pada poros yang tidak bulat. Maksimum dari caliber poros yang dimasukkan
pada lubang yang tidak bulat. perbedaan harga kedua diameter tersebut dapat dijadikan ukuran
mengenai kebulatan atau ketidakbulatan.
Caliber ring dengan jam ukur dapat digunakan untuk memeriksa kebulatan. Dengan
memutar poros benda ukur goyangan pada jarum jam ukur menunjukkan suatu ciri ketidak
bulatan. Namun, pengukuran dengan memakai caliber seperti ini mempunyai dua kelemahan.
Pertama, perlu pembuatan caliber teliti yang khusus unntuk diameter tertentu. Kedua, hasil
pengukuran masih dipengaruhi oleh bentuk ketidak bulatan dan kelonggaran antara poros dengan
caliber ring tersebut.
12

Gambar 2.12 Caliber Ring Dengan Dial Indikator


(Rochim, 2006)
Pengukuran kebulatan suatu poros dengan cara meletakkan pada blok v dan memutar
dengan menempelkan sensor pada benda ukurnya. Untuk lebih jelas mengenai pengukuran
menggunakan dial indikator dan blok v dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Pengukuran Menggunakan Blok V


( Rochim, 2006)
Pemeriksaan kebulatan dengan dua senter juga dapat dilakukan pula pada mesin bubut.
Dengan cara meletakkan spesimen pada dua senter mesin bubut lalu di putar. Setelah itu sensor di
tempelkan pada benda ukur lalu nila kebulatan dari spesimen tersebut di catat. Agar lebih jelas
dapat dilihat pada gambar 2.14 dibawah ini.
13

Gambar 2.14 Pemeriksaan Kebulatan Dengan Dua Senter


(Rochim, 2006)

2.5 Komponen Alat Ukur

Gambar 2.15 Bagian bagian Dial


(Agung , 2013)
Bagian bagian dial indicator adalah :
1. Jarum panjang ( jarum penunjuk)
2. Jarum pendek ( penghitung putaran )
3. Outer ring
4. Bidang sentuh dengan benda kerja
5. Steam
6. Spindel
7. Gauge beam lock
8. Penyangga
9. Magnetic stand
14

2.6 Cara Penggunaan ( Cara Pembacaan ) Alat Ukur


Banyak orang beranggapan bahwa menggunakan alat ukur dial indicator adalah sulit dan
rumit. Namun cara menggunakan dial indikator sendiri sebenarnya tidak sesulit, berikut ini adalah
panduan cara menggunakan dial gauge:
1. Pertama-tama pasang contact point pada dial indikator
2. Kemudian pasang dial indicator pada standnya
3. Tempelkan contact point pada objek atau benda kerja yang akan diukur
4. Kendorkan screw pengikat pada skala dan posisikan angka nol sejajar dengan jarum
penunjuk. Setelah itu kencangkan kembali screw pengikat
5. Gerakkan benda kerja sesuai dengan kebutuhan
6. Dan terakhir baca nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala
BAB III
METODOLOGI

3.1 Prosedur Praktikum Teoritis


Prosedur praktikum pengukuran kebulatan secara teoritis adalah sebagai berikut:
1. Benda ukur diberi tanda pada piringannya dan diberi nomer urut searah jarum jam ( 1
sampai dengan 12 )
2. Letakkan benda ukur pada V blok , kemudian diatur sehingga sensor jam ukur
menempel pada permukaan benda ukur yakni pada posisi nomer 1
3. Atur ketinggian sensor jam ukur sehingga menunjukkan nol
4. Putar ( angkat ) benda ukut kurang lebih pada posisi nomor 2 , baca kedudukan jam
ukur
5. Ulangi prosedur 4 sampai seluruh posisi benda kerja di periksa (dilakukan oleh
pengamat A )
6. Lakukan pengukuran dengan cara membalik arah putaran benda ukur ( dari nomor 12
sampai 1 )
7. Dengan tanpa mengubah set up , ulangi prosedur nomor 4 sampai 6 ( dilakukan oleh
pengamat B ) dimana kedudukan sensor jam ukur tidak tepat pada posisi garis yang
bernomor , melainkan lebih kurang pada tengah tengah selang Antara kedua
bernomor dari selang diantara 1 dan 2 s/d nomor 12 dan 1 , kemudian putar balik
8. Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada kertas grafik koordinat polar dengan
menggunakan metode Least square
9. Lakukan analisis kebulatan dengan menggunakan metode yang lain
10. Bandingkan Antara keempat metode tersebut.

3.2 Prosedur Praktikum Aktual


Prosedur praktikum yang dilakukan untuk praktikum pengukuran kebulatan secara aktual
adalah sebagai berikut:
1. Benda ukur diberi tanda pada pinggirannya dan di beri nomer urut sesuai arah urut
jarum jam 1-12 dan dibagi rata seperti pada jam.

15
16

Gambar 3.1 Benda Ukur


2. Letakkan benda pada v blok dan diatur hingga sensor menempel pada benda.

Gambar 3.2 Peletakkan Benda Kerja


3. Alat ukur diatur ketinggian sensor hingga angka menunjukkan angka nol.

Gambar 3.3 Penyettingan dial indicator


4. Putar perlahan keposisi nomor 2 , baca kedudukan jam ukur. Lakukan sampai seluruh posisi
diperiksa.
17

Gambar 3.4 Setelah dilakukan pemutaran


5. Ulangi lagi dengan membalikkan arah berlawanan jarum jam.
6. Lakukan prosedur nomor 4 dan nomor 5 tidak tepat pada posisi garis tetapi ditengah nomor.
7. Lakukan analisa pengukuran.

3.3 Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran kebulatan adalah sebagai
berikut :
1. Dial Indikator

Gambar 3.5 Dial Indikator


2. Block V

Gambar 3.6 block V


18

3. Meja Rata

Gambar 3.7 Meja Rata


4. Benda Ukur

Gambar 3.8 Benda Kerja


BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan Tabel


Dari praktikum pengukuran kebulatan yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil pengukuran pengamat A

19
20

Tabel 4.2 Hasil pengukuran pengamat B


21

4.2 Data Pengamatan Grafik

Gambar 4.1 Grafik Pengamat A

Gambar 4.2 Grafik Pengamat B


BAB V
ANALISA DATA

5.1 Pengolahan Data


5.1.1 Pengolahan Data Pengamat A
A. Titik 1
(1 +2 ) ( 1+5 )
= = = 3
2 2

Koordinat ( x1, y1 )
X1= r1 . cos 1 Y1 = r1 . sin 1
= 3 . cos 90o = 0 = 3 . sin 90o = 3
B. Titik 2
(1 +2 ) (0+9 )
= = = 4,5
2 2

Koordinat ( x2, y2 )
X2= r2 . cos 2 Y2 = r2 . sin 2
= 4,5 . cos 60o = 2,25 = 4,5 . sin 60o = 3,9
C. Titik 3
(1 +2 ) ( 2+5 )
= = = 3,5
2 2

Koordinat ( x3, y3 )
X3= r3 . cos 3 Y3= r3 . sin 3
= 3,5 . cos 30o = 3,03 = 3,5 . sin 30o = 1,75
D. Titik 4
(1 +2 ) ( 5+4 )
= = = 4,5
2 2

Koordinat ( x4, y4 )
X4= r4 . cos 4 Y4= r4 . sin 4
= 4,5 . cos 0o = 4,5 = 4,5 . sin 0o = 0
E. Titik 5
(1 +2 ) ( 1+1 )
= = = 1
2 2

Koordinat ( x5, y5 )
X5= r5 . cos 5 Y5= r5 . sin 5
22
23

= 1 . cos 330o = 0,87 = 1 . sin 330o = -0,5


F. Titik 6
(1 +2 ) ( 1+1 )
= = = 1
2 2

Koordinat ( x6, y6 )
X6= r6 . cos 6 Y6= r6 . sin 6
= 1 . cos 300o = 0,5 = 1 . sin 300o = -0,87
G. Titik 7
(1 +2 ) ( 4+2 )
= = = 3
2 2

Koordinat ( x7, y7 )
X7= r7 . cos 7 Y7= r7 . sin 7
= 3 . cos 270o = 0 = 3 . sin 270o = -3
H. Titik 8
(1 +2 ) ( 5+ 6 )
= = = 5,5
2 2

Koordinat ( x8, y8 )
X8= r8 . cos 8 Y8= r8 . sin 8
= 5, 5 . cos 240o = -2,75 = 5,5 . sin 240o = -4,8
I. Titik 9
(1 +2 ) ( 2+10 )
= = = 6
2 2

Koordinat ( x9, y9 )
X9= r9 . cos 9 Y9= r9 . sin 9
= 6 . cos 210o = -5,2 = 6 . sin 210o = -3
J. Titik 10
(1 +2 ) ( 6+ 6 )
= = = 6
2 2

Koordinat ( x10, y10 )


X10= r10 . cos 10 Y10= r10 . sin 10
= 6 . cos 180o = -6 = 6 . sin 180o = o
24

K. Titik 11
(11 +11 ) ( 2+(7 ))
= = = 4,5
2 2

Koordinat ( x11, y11 )


X11= r11 . cos 11 Y11= r11 . sin 11
= 4,5 . cos 150o = -3,9 = 4,5 . sin 150o = 2,25
L. Titik 12
(1 +2 ) ( 0+7 )
= = = 3,5
2 2

Koordinat ( x12, y12 )


X12= r12 . cos 12 Y12= r12 . sin 12
= 3,5 . cos 120o = -1,75 = 3,5 . sin 120o = 3,03
Tabel 5. 1 Hasil Perhitungan Pengamat A

LSC = (a . b) dan MLA = R


2 . 2(8,45)
= = = -1,41
12
2 . 2(1,76)
= = = 0,3
12
46
= = =3,83
12
25

Gambar 5.1 Grafik perhitungan pengamat A LSC


Selanjutnya Untuk Memilih Jari-jari Lingkaran Rata-rata Dari LSC (R) Dengan jari-jari Profil
Kebulatannya di Setiap titik adalah (r1)

= cos sin

A. 1 = 1 3,83 (1,41). 90 0,3. 90


= -1,13
B. 2 = 2 3,83 (1,41). 60 0,3. 60
= 1,12
C. 3 = 3 3,83 (1,41). 30 0,3. 30
= 0,74
D. 4 = 4 3,83 (1,41). 0 0,3. 0
= 2,08
E. 5 = 5 3,83 (1,41). 330 0,3. 330
= -1,46
F. 6 = 6 3,83 (1,41). 300 0,3. 300
= -1,86
G. 7 = 7 3,83 (1,41). 270 0,3. 270
26

= -0,53
H. 8 = 8 3,83 (1,41). 240 0,3. 240
= 1,22
I. 9 = 9 3,83 (1,41). 210 0,3. 210
= 1,1
J. 10 = 10 3,83 (1,41). 180 0,3. 180
= 0,76
K. 11 = 11 3,83 (1,41). 150 0,3. 150
= -0,7
L. 12 = 12 3,83 (1,41). 120 0,3. 120
= -1,3
Tabel 5. 2 Selisih Jarak R dan r Pengamat A

5.1.2 Pengolahan Data Pengamat B


A. Titik 1
(1 +2 ) ( 2+14 )
= = = 8
2 2
27

Koordinat ( x1, y1 )
X1= r1 . cos 1 Y1= r1 . sin 1
= -18 . cos 75o = 2,07 = -18 . sin 75o = 7,73
B. Titik 2
(1 +2 ) ( 7+6 )
= = = 6,5
2 2

Koordinat ( x2, y2 )
X2= r2 . cos 2 Y2= r2 . sin 2
= 6,5 . cos 45o = 4,6 = -15,5 . sin 45o 4,6
C. Titik 3
(1 +2 ) ( 5+7 ) )
= = = 6
2 2

Koordinat ( x3, y3 )
X3= r3 . cos 3 Y3= r3 . sin 3
= 6 . cos 15o = 5,8 = 6 . sin 15o = 1,55
D. Titik 4
(1 +2 ) ( 8+7 )
= = = 7,5
2 2

Koordinat ( x4, y4 )
X4= r4 . cos 4 Y4= r4 . sin 4
= 7,5 . cos 345o = 7,2 = 7,5 . sin 345o = -1,94
E. Titik 5
(1 +2 ) ( 9+6 ) )
= = = 7,5
2 2

Koordinat ( x5, y5 )
X5= r5 . cos 5 Y5= r5 . sin 5
= 7,5 . cos 315o = 5,3 = 7,5 . sin 315o = -5,3
F. Titik 6
(1 +2 ) ( 5 +6 )
= = = 5,5
2 2

Koordinat ( x6, y6 )
X6= r6 . cos 6 Y6= r6 . sin 6
= 5,5 . cos 285o =1,42 = 5,5 . sin 285o = -5,3
28

G. Titik 7
(1 +2 ) ( 8+1 )
= = = 4,5
2 2

Koordinat ( x7, y7 )
X7= r7 . cos 7 Y7= r7 . sin 7
= 4,5 . cos 255o = -1,16 = 4,5 . sin 255o = -4,35
H. Titik 8
(1 +2 ) ( 8+ 2 )
= = = 5
2 2

Koordinat ( x8, y8 )
X8= r8 . cos 8 Y8= r8 . sin 8
= 5 . cos 225o = -3,5 = 5 . sin 225o = -3,5
I. Titik 9
(1 +2 ) ( 9+ 4 )
= = = 6,5
2 2

Koordinat ( x9, y9 )
X9= r9 . cos 9 Y9= r9 . sin 9
= 6,5 . cos 195o = -6,28 = 6,5 . sin 195o = -1,68
J. Titik 10
(1 +2 ) ( 10+4 )
= = = 7
2 2

Koordinat ( x10, y10 )


X10= r10 . cos 10 Y10= r10 . sin 10
= 7 . cos 165o = -6,78 = 7 . sin 165o = 1,8
K. Titik 11
(1 +2 ) ( 9+4 )
= = = 6,5
2 2

Koordinat ( x11, y11 )


X11= r11 . cos 11 Y11= r11 . sin 11
= 6,5 . cos 135o = -4,6 = 6,5 . sin 135o = 4,6
L. Titik 12
(1 +2 ) ( 10+ 4 )
= = = 7
2 2

Koordinat ( x12, y12 )


X12= r12 . cos 12 Y12= r12 . sin 12
= 7 . cos 105o = -1,8 = 7 . sin 105o = 6,76
29

Tabel 5. 3 Hasil Perhitungan Pengamat B

LSC = (a . b) dan MLA = R


2 . 2(2,29)
= = = 0,38
12

2 . 2(4,97)
= = = 0,83
12
77,5
=
= 12
=6,46
30

Gambar 5.2 Grafik perhitungan pengamat B LSC


Selanjutnya Untuk Memilih Jari-jari Lingkaran Rata-rata Dari LSC (R) Dengan jari-jari Profil
Kebulatannya di Setiap titik adalah (r1)

= cos sin
A. 1 = 1 6,46 0,38. 75 0,83. 75
= 0,64
B. 2 = 2 6,46 0,38. 45 0,83. 45
= 0,81
C. 3 = 3 6,46 0,38. 15 0,83. 15
= -1,04
D. 4 = 4 6,46 0,38. 345 0,83. 345
= 0,89
E. 5 = 5 6,46 0,38. 315 0,83. 315
= 1,36
F. 6 = 6 6,46 0,38. 285 0,83. 285
= -0,26
G. 7 = 7 6,46 0,38. 255 0,83. 255
= -1,06
31

H. 8 = 8 6,46 0,38. 225 0,83. 225


= -0,6
I. 9 = 9 6,46 0,38. 195 0,83. 195
= 0,62
J. 10 = 10 6,46 0,38. 165 0,83. 165
= 0,69
K. 11 = 11 6,46 0,38. 135 0,83. 135
= -0,28
L. 12 = 12 6,46 0,38. 105 0,83. 105
= -0,16
Tabel 5. 4 Selisih Jarak R dan r Pengamat B
32

5.2 Analisa Data

Gambar 5.3 Grafik perhitungan pengamat A LSC


Dari praktikum pengukuran kebulatan ini kita telah mendapat grafik pengamatan A LSC
dimana kita telah mendapat 12 titik pada sebuah benda kerja. Terlihat dari grafik bahwa setiap titik
pada benda kerja memiliki ketidakrataan. Ketidakrataan disebabkan oleh proses pemesinan yang
kurang teliti pada saat finishing atau bahkan ada butiran debu melekat pada benda kerja sehingga
pada grafik nampak besar, karena dial indikator memiliki ketelitian hingga 1 micron debu sekecil
apapun bahkan yang tidak tampak oleh mata bias membuat hasil pengukuran berpengaruh.
Dapat dilihat didalam grafik bahwa titik 1 hingga 4 hampir mendekati lingkaran LSC yang
dianggap sebagai parameter untuk praktikum ini. Mulai dari titik 4 hingga titik 7 dapat dilihat
penyimpangan yang terjadi sangat jauh dari lingkaran LSC dikarenakan mungkin terjadi
pergeseran pada benda kerja yang tanpa disadari mengakibatkan grafik yang dihasilkan menjadi
seperti diatas.Dan pada titik 8 sampai titik 12 tampak grafik rata rata hampir dekat dengan
lingkaran LSC .
33

Gambar 5.4 Grafik perhitungan pengamat B LSC


Pada praktikum pengukuran kebulatan ini juga kita mendapat grafik pengamatan B LSC
yang memiliki titik yang sama tetapi sudut tiap titik nya berbeda . Pada grafik pengamat B ini
terlihat bahwa tingkat kekasarannya lebih tinggi dari pada pengamat A , hal ini disebabkan
mungkin karena ketika melakukan perputaran benda kerja blok V bergerak hingga hasilnya tidak
sama dengan pengamat A.
Dapat di lihat didalam grafik bahwa titik 1 jauh dari lingkaran LSC yang dianggap sebagai
parameter untuk praktikum ini. Titik 2 , 3 , 8 , 9 dan 11 dapat dilihat hampir mendekati lingkaran
LSC. Dan titik 4 , 5 , 6 , 7, 10 dan 12 tampak sedikit menjauhi lingkaran parameter tetapi tidak
sejauh persimpangan yang terjadi pada titik 1. Persimpangan yang terjadi pada titik 1 mungkin
terjadi akibat magnet pada dial indicator tidak bekerja dengan baik sehingga terjadinya pergeseran
dial yang mengakibatkan terjadinya persimpangan seperti grafik diatas.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapatdiambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip kerja dari dial indukator adalah mengubah gerakan translasi menjadi gerakan
rotasi
2. Pengukuran kebulatan dilakukan dengan menggunakan dial indikator.
3. Agar dapat menganalisa kebulatan suatu benda kerja , kita harus mendapat data satu
putaran penuh dari suatu benda kerja .

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum pengukuran kebulatan adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya kita menggunakan alat ukur yang berfungsi dengan baik dan benar agar
mendapatkan data yang akurat.
2. Pada saat melakukan putaran pada benda kerja sebaiknya kita berhati hati agar blok V
tidak bergerak.
3. Ketika asisten menjelaskan sebaiknya diperhatikan dengan baik.

34

Anda mungkin juga menyukai