PENDAHULUAN
1
2
2.1 Pengertian
Kebulatan atau yang disebut juga roundness adalah kondisi pada suatu permukaan
dengan penampang berbentuk lingkaran (silinder, konis dan bola), dimana semua titik-titik dari
permukaan yang dipotong oleh bidang apapun tegak lurus terhadap sumbu (silinder dan konis) atau
yang melalui pusat (bola) mempunyai jarak yang sama dari titik pusat lingkaran. Toleransi
kebulatan menunjukkan daerah toleransi yang dibatasi oleh dua lingkaran konsentris, dimana setiap
elemen dari lingkaran harus berada pada bagian tersebut. Gambar pemberian toleransi dapat dilihat
pada gambar 2.1.
3
4
= () (2.3)
= .
=1 () (2.4)
mata maka benda terlihat bulat, namun saat dilihat dengan alat ukur maka akan terlihat tingkat
kebulatan dari benda tersebut. Pengukuran kebulatan tidaklah berdasarkan garis lurus, meskipun
demikian kedua hal tersebut saling keterkaitan. Pengukuran kebulatan dapat mempengaruhi nilai
kebulatan, tapi diameter tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
Sebuah benda yang berbentuk silinder, pada umumnya proses pembuatan benda silinderlah
yang menyebabkan ketidak bulatan tersebut. Pembentukan benda kerja menggunakan pemesinan
membentuk bulat sempurna merupakan hal yang sangat sulit. Hal tersebut dikareenakan beberapa
faktor, mulai dari pahat bubut yang digunakan untuk membentuk dalam proses pembubutan yang
kurang tajam sehingga benda berpermukaan kasar, hingga operator yang membuat benda tersebut.
Maka pada benda silinder nilai kebulatan pada setiap sisinya memiliki perbedaan harga yang bisa
dihitung oleh alat ukur. Pemeriksaan kebulatan tersebut bisa menggunakan Dial Indikator sebagai
alat ukur pemeriksaan kebulatan. Dial indikator dapat digunakan sebagai alat ukur pemeriksaan
kebulatan. Alat ini bisa digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian dari suatu benda kerja
silinder yang sedang di ukur tingkat kebulatannya.
Dengan memanfaatkan prinsip yang sama sebuah benda yang berbentuk silinder dapat
diperiksa kebulatannya. Dengan cara menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik
nol) kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah terjadi pelekukan
(cekung) maupun terjadi gunduka (cembung) pada sisi permukaan benda ukur tersebut. Cekungan
maupun cembungan tersebut lah yang mempengaruhi kebulatan sebuah benda.
Toleransi kesalahan putar diperiksa dengan cara menempatkan jam ukur pada posisi
yang tetap dan benda ukur diputar pada sumbu yang tertentu. Dalam proses produksi,
jam ukur dapat dipasang pada mesin perkakas pada tempat dan posisi tertentu
sedeimikian rupa sehingga pada saat proses pemesinan (bubut, freis, gerinda dan
sebagainya) hampir berakhir melalui jam ukur gerakan perkakas potong relatif terhadap
benda kerja dapat dibaca oleh operator sehingga proses pemesinan dapat dihentikan pada
saatnya.
2. V block
V block adalah suatu alat terbuat dari baja dan dipergunakan untuk menyanggah benda
kerja yang akan diperiksa penyimpangannya.
mikrometer tidak akan mampu menunjukkan ketidak bulatan jika digunakan untuk mengukur
diameter penampang poros dengan tonjolan beraturan yang ganjil (3,5,7 dst). Gambar 2.8
menunjukkan lima macam bentuk penampang yang apabila diukur dengan mikrometer (pada
berbagai posisi) selalu akan menghasilkan harga 25 mm.
15
16
3. Meja Rata
19
20
Koordinat ( x1, y1 )
X1= r1 . cos 1 Y1 = r1 . sin 1
= 3 . cos 90o = 0 = 3 . sin 90o = 3
B. Titik 2
(1 +2 ) (0+9 )
= = = 4,5
2 2
Koordinat ( x2, y2 )
X2= r2 . cos 2 Y2 = r2 . sin 2
= 4,5 . cos 60o = 2,25 = 4,5 . sin 60o = 3,9
C. Titik 3
(1 +2 ) ( 2+5 )
= = = 3,5
2 2
Koordinat ( x3, y3 )
X3= r3 . cos 3 Y3= r3 . sin 3
= 3,5 . cos 30o = 3,03 = 3,5 . sin 30o = 1,75
D. Titik 4
(1 +2 ) ( 5+4 )
= = = 4,5
2 2
Koordinat ( x4, y4 )
X4= r4 . cos 4 Y4= r4 . sin 4
= 4,5 . cos 0o = 4,5 = 4,5 . sin 0o = 0
E. Titik 5
(1 +2 ) ( 1+1 )
= = = 1
2 2
Koordinat ( x5, y5 )
X5= r5 . cos 5 Y5= r5 . sin 5
22
23
Koordinat ( x6, y6 )
X6= r6 . cos 6 Y6= r6 . sin 6
= 1 . cos 300o = 0,5 = 1 . sin 300o = -0,87
G. Titik 7
(1 +2 ) ( 4+2 )
= = = 3
2 2
Koordinat ( x7, y7 )
X7= r7 . cos 7 Y7= r7 . sin 7
= 3 . cos 270o = 0 = 3 . sin 270o = -3
H. Titik 8
(1 +2 ) ( 5+ 6 )
= = = 5,5
2 2
Koordinat ( x8, y8 )
X8= r8 . cos 8 Y8= r8 . sin 8
= 5, 5 . cos 240o = -2,75 = 5,5 . sin 240o = -4,8
I. Titik 9
(1 +2 ) ( 2+10 )
= = = 6
2 2
Koordinat ( x9, y9 )
X9= r9 . cos 9 Y9= r9 . sin 9
= 6 . cos 210o = -5,2 = 6 . sin 210o = -3
J. Titik 10
(1 +2 ) ( 6+ 6 )
= = = 6
2 2
K. Titik 11
(11 +11 ) ( 2+(7 ))
= = = 4,5
2 2
= cos sin
= -0,53
H. 8 = 8 3,83 (1,41). 240 0,3. 240
= 1,22
I. 9 = 9 3,83 (1,41). 210 0,3. 210
= 1,1
J. 10 = 10 3,83 (1,41). 180 0,3. 180
= 0,76
K. 11 = 11 3,83 (1,41). 150 0,3. 150
= -0,7
L. 12 = 12 3,83 (1,41). 120 0,3. 120
= -1,3
Tabel 5. 2 Selisih Jarak R dan r Pengamat A
Koordinat ( x1, y1 )
X1= r1 . cos 1 Y1= r1 . sin 1
= -18 . cos 75o = 2,07 = -18 . sin 75o = 7,73
B. Titik 2
(1 +2 ) ( 7+6 )
= = = 6,5
2 2
Koordinat ( x2, y2 )
X2= r2 . cos 2 Y2= r2 . sin 2
= 6,5 . cos 45o = 4,6 = -15,5 . sin 45o 4,6
C. Titik 3
(1 +2 ) ( 5+7 ) )
= = = 6
2 2
Koordinat ( x3, y3 )
X3= r3 . cos 3 Y3= r3 . sin 3
= 6 . cos 15o = 5,8 = 6 . sin 15o = 1,55
D. Titik 4
(1 +2 ) ( 8+7 )
= = = 7,5
2 2
Koordinat ( x4, y4 )
X4= r4 . cos 4 Y4= r4 . sin 4
= 7,5 . cos 345o = 7,2 = 7,5 . sin 345o = -1,94
E. Titik 5
(1 +2 ) ( 9+6 ) )
= = = 7,5
2 2
Koordinat ( x5, y5 )
X5= r5 . cos 5 Y5= r5 . sin 5
= 7,5 . cos 315o = 5,3 = 7,5 . sin 315o = -5,3
F. Titik 6
(1 +2 ) ( 5 +6 )
= = = 5,5
2 2
Koordinat ( x6, y6 )
X6= r6 . cos 6 Y6= r6 . sin 6
= 5,5 . cos 285o =1,42 = 5,5 . sin 285o = -5,3
28
G. Titik 7
(1 +2 ) ( 8+1 )
= = = 4,5
2 2
Koordinat ( x7, y7 )
X7= r7 . cos 7 Y7= r7 . sin 7
= 4,5 . cos 255o = -1,16 = 4,5 . sin 255o = -4,35
H. Titik 8
(1 +2 ) ( 8+ 2 )
= = = 5
2 2
Koordinat ( x8, y8 )
X8= r8 . cos 8 Y8= r8 . sin 8
= 5 . cos 225o = -3,5 = 5 . sin 225o = -3,5
I. Titik 9
(1 +2 ) ( 9+ 4 )
= = = 6,5
2 2
Koordinat ( x9, y9 )
X9= r9 . cos 9 Y9= r9 . sin 9
= 6,5 . cos 195o = -6,28 = 6,5 . sin 195o = -1,68
J. Titik 10
(1 +2 ) ( 10+4 )
= = = 7
2 2
2 . 2(4,97)
= = = 0,83
12
77,5
=
= 12
=6,46
30
= cos sin
A. 1 = 1 6,46 0,38. 75 0,83. 75
= 0,64
B. 2 = 2 6,46 0,38. 45 0,83. 45
= 0,81
C. 3 = 3 6,46 0,38. 15 0,83. 15
= -1,04
D. 4 = 4 6,46 0,38. 345 0,83. 345
= 0,89
E. 5 = 5 6,46 0,38. 315 0,83. 315
= 1,36
F. 6 = 6 6,46 0,38. 285 0,83. 285
= -0,26
G. 7 = 7 6,46 0,38. 255 0,83. 255
= -1,06
31
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapatdiambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip kerja dari dial indukator adalah mengubah gerakan translasi menjadi gerakan
rotasi
2. Pengukuran kebulatan dilakukan dengan menggunakan dial indikator.
3. Agar dapat menganalisa kebulatan suatu benda kerja , kita harus mendapat data satu
putaran penuh dari suatu benda kerja .
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum pengukuran kebulatan adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya kita menggunakan alat ukur yang berfungsi dengan baik dan benar agar
mendapatkan data yang akurat.
2. Pada saat melakukan putaran pada benda kerja sebaiknya kita berhati hati agar blok V
tidak bergerak.
3. Ketika asisten menjelaskan sebaiknya diperhatikan dengan baik.
34