PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk memeriksa
kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah suatu benda benar-
benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan menggunakan alat ukur. Pengukuran
kebulatan merupakan salah satu dari tipe pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis.
Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikin
keduanya saling berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,
sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukan ketidakbulatan.
Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam perbedaan tempat punya
perbedaan jari-jari. Dengan menggunaakan alat ukur dial indikator pada benda ukur poros
hasil proses bubut/palat bubut, serta alat bantu V blok dan dial standar kita dapat melakukan
pengukuran kebulatan untuk memeriksa kebulatan benda tersebut. Dial indikator dapat
digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat
diketahui benda tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan
prinsip yang sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya.
Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol) kemudian
melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah terjadi pelekukan atau
penggundukan yang mempengaruhi kebulatan kebulatan benda tersebut dan seberapa besar
nilainya.
Dalam mesin-mesin atau peralatan teknis, banyak sekali ditemukan komponen-
komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros, bantalan, roda gigi dengan
dimensi kecil seperti pada halnya jam tangan sampai dengan komponen yang berdimensi
besar.
Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat, dengan demikian kita harus
mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan dan fungsi dari
komponen itu. Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal:
a. Membagi beban sama rata.
b. Menentukan umur komponen.
c. Menentukan kondisi suaian.
d. Menentukan ketelitian putaran.
e. Memperlancar pelumasan.
Saat kebulatan dibicarakan, selain penyebab dan cara penanggulangan ketidak bulatan,
pasti akan mengait dengan cara mengukur kebulatan dan bagaimana cara menyatakan harga
ketidakbulatan, karena sampai saaat ini ada beberapa defenisi mengenai parameter kebulatan.
Ketidak bulatatan merupakan salah satu jenis kesalahan bentuk dan umurnya amat berkaitan
dengan beberapa kesalahan bentuk lainya seperti:
a. Kesamaaan sumbu dan konsentrisitas (concentricity).
b. Kelurusan (straighness).
c. Ketegaklurusan (perpendicularity).
d. Kesejajaran (parallelism).
e. Kesilindrisan (cylindricity).
Kebulatan dapat diukur dengan cara sederhana yang meskipun tidak memberikan hasil
yang memuaskan dapat kita terima untuk memprtimbangkan kualitas geometrik dari
komponen yang tidak menuntut persyaratan yang tinggi. Alat ukur kebulatan dibuat dengan
persyaratan pengukuran kebulatan, dan pada beberapa jenis mampu digunakan pula untuk
mengukur berbagai kesalahan bentuk.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini adalah suatu gerakan
translasi sensor sepanjang satu pits batang gigi (rack;misalnya 0,25 mm) akan memutar roda
gigi pasangannya (pinion) sebesar 1/zp putaran (zp; jumlah gigi pinion, misalnya 10) putaran
pinion diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan roda gigi. Bila
perbandingan pasangan roda gigi sebesar z2/z1(misalnya 50/10) dan satu putaran penuh jarum
penunjuk dinyatakan dengan n skala (misalnya 100) mka kecermatan jam ukur ini dapat
dirancang dengan rumus:
p × zp 0,25 × 10
Kecermatan=1 skala= =0,005 mm
z2 50
×n ×100
z1 10
Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) ftak mungkin di buat dengan profil involute ideal.
Tebal gigi umumnya dirancang dengan toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat
sedikit lebih kecil daripada ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan
jarak senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan dengan hanya salah satu giginya yang
saling berhimpit (sisi gigi lainnya tak saling bersinggungan, jadi ada celah di antaranyauntuk
menjaga jangan sampai pasangan roda macet gara-gara ada kesalahan profil yang berharga
positif).
Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar tetap
fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik dahulu untuk sepanjang celah gigi sebelum
berfungsi penuh memutar roda gigi yang diiputar. Kejadian ini dinamakan sebagai
keterlambatan gerakan balik (back-lash).
Back-lash yang terjadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk akan
mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang berubah-ubah jika sensor
sedikit berubah (bergetar).
Untuk mengurangi efek back-lash digunakan back lash ccompensator yaitu roda gigi
pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi pemutar utama. Roda
gigi pemutar utama berfungsi saat sensor bergerak naik dengan daya dorong berasal dan
ensor. Roda gigi pemutar arah kebalikan berfungsi saat sensor bergerak turun dengan daya
dorong pegas spiral (energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik.
Tekanan ringan diberikan sensor permuakaan benda ukur (tekanan pengukuran) berasal
dari pegas penekanan batang gigi.
(Rochim, 2006)
2.5 Cara Penggunaan Dial Indikator
Pengukuran kebulatan dilakukan dengan memutar benda ukur sejauh 360◦ dan sensor
menyentuh permukaan benda ukur yang diukur kebulatannya. Pengukuran dilakukan untuk
menemukan penyimpangan kebulatan benda ukur terhadap lingkaran sempurna. Hal tersebut
merupakan hal yang sangat esensial dalam kontrol produksi mekanik.
(Rochim, 2006)
(Rochim, 2006)
(Rochim, 2006)
(Rochim, 2006)
(Rochim, 2006)
2.7 Fungsi Dial Indikator
Adapun beberapa fungsi dial indikator adalah:
1. Memeriksa kerataan bagian permukaan benda.
2. Memeriksa penyimpangan yang kecil pada bidang datar, benda bulat dan benda
permukaan lengkung.
3. Memeriksa penyimpangan eksentrik.
4. Memeriksa kesejajaran permukaan benda.
5. Menyetel kesentrisan benda pada pencekam mesin bubut.
6. Memeriksa bantalan penyimpangan pada poros engkol.
Tingkat ketelitian dial indikator ini diantara 0,01 mm sampai 0,001 mm (tergantung dari
tipe dial indikatornya). Metode dial indikator adalah metode yang paling banyak dilakukan,
karena ketelitiannya cukup dapat dipertanggung jawabkan, terutama jika dilakukan dengan
professional.
Gambar 2. 8 Engkol
(Rochim, 2006)
Kebulatan dan diameter dua karakter geometrik yang berbeda, namun saling berkaitan
ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter. Pengukuran diameter tidak
selalu menunjukkan kebulatan. Dengan contoh penampang poros dengan dua tonjolan
beraturan akan dapat diketahui ketidakbulatannya bila diukur dengan micrometer, namun
micrometer akan mampu menunjukkan ketidakbulatan jika digunakan untuk mengukur
diameter penampang poros dengan tonjolan yang ganjil. Gambar dibawah menunjukkan lima
macam bentuk penampang yang diukur dengan mikromter selalu menghasilkan harga.
Gambar 2. 9 Kesalahan Pengukuran
(Rochim, 2006)
Pengukuran dengan dua kontak digunakan micrometer ini tidak memberikan informasi
mengenai ketidak bulatan penampang seperti bentuk yang mempunyai ton jolan beraturan
yang ganjil, keempat jenis penampang tersebut akan terbaca oleh micrometer dengan harga
yang sama 2,5 mm. Apabila suatu bidang lurus dicetak sempurna seperti bentuk tersebut, akan
dapat didorong dengan mulus sempurna seperti seolah – olah ada roda yang menopang.
BAB III
METODOLOGI
2. Berikan tanda pada benda utas (penomoran) dibagian tepi sisi lengkungnya. Pada
tanda inilah nantinya akan dilakukan pengujian kebulatan.
Gambar 3. 2 Pemberian tanda benda ukur
3. Letakkan benda ukur yang telah diberi tanda tadi pada V-Blok pada posisi tengah.
4. Letakkan alat ukur dan benda ukur ke atas meja rata, kemudian atur hingga sensor jam
ukur menempel pada permukaan benda ukur yaitu pada posisi nomor 1.
5. Putar (angkat) benda ukur dengan hati-hati dan perlahan, sehingga sensor jan ukur
benda pada posisi nomor 2, baca kedudukan jam ukur.
Gambar 3. 5 Pengukuran kebulatan pada posisi selanjutnya
6. Ulangi prosedur nomor 5 sampai seluruh posisi benda ukur diperiksa (dilakukan oleh
pengamat A).
7. Dilakukan pengukuran dengan cara membuat arah putaran benda ukur (dari nomor 12
ke nomor 1).
8. Dengan tanpa mengubah setup, ulangi prosedur nomor 3 sampai 7 (dilakukan oleh
pengamat B) dimana kedudukan sensor jam ukur tidak tepat pada posisi titik yang
bernomor (mulai dari selang antara nomor 1 dan 2 sampai dengan nomor 12 dan 1
kemudian lakukan kembali namun diputar balik).
2. V-Blok
Alat ini terbuat dari logam (besi atau baja), alat ini digunakan sebagai tempat benda
yang akan diukur (alat bantu) ketika melakukan pengukuran seperti gambar dibawah
ini.
Gambar 3. 7 V-Blok
3. Meja Rata
Alat ini digunakan untuk tempat meletakkan dial indikator dan V-Blok pada
pengukuran.
4. Benda Ukur
Benda ukur adalah benda yang digunakan sebagai benda yang diukur ketika
melakukan proses pengukuran pada praktikum metrologi industri.
Pengamat A Pengamat B
No No
Simpangan Dial Indikator (μm) Simpangan Dial Indikator (μm)
1 2 Average 1 2 Average
1 0 0,002 0,001 1` 0,005 0,003 0,004
2 0,005 0,003 0,004 2` 0,005 0,005 0,005
3 0,006 0,001 0,0035 3` 0,005 0,008 0,0065
4 0,001 0,001 0,001 4` 0,005 0,004 0,0045
5 0,001 0,001 0,001 5` 0,005 0,001 0,003
6 0,004 0,008 0,006 6` 0,005 0,002 0,0035
7 0,005 0,002 0,0035 7` 0,005 0,004 0,0045
8 0,006 0,003 0,0045 8` 0,002 0,008 0,005
9 0,003 0,008 0,0055 9` 0,002 0,004 0,003
10
10 0,009 0,004 0,0065 0,009 0,005 0,002
`
11
11 0,004 0,010 0,007 0,008 0,005 0,0065
`
12
12 0,006 0,006 0,006 0,004 0,004 0,004
`
BAB V
ANALISA DATA
5.1.1 Pengamat A
Titik 1 = x1 = 1 μm . cos 90° = 0 μm
y1 = 1 μm . sin 90° = 1 μm
x1
Titik 10 = = -1,5 μm . cos 180° = -6,5 μm
0
y1
= -1,5 μm . sin 180° = 0 μm
0
x1
Titik 11 = = -1,5 μm . cos 150° = -6,06 μm
1
y1
= -1,5 μm . sin 150° = 3 μm
1
x1
Titik 12 = = -1,5 μm . cos 120° = 3 μm
2
y1
= -1,5 μm . sin 120° = 5,19 μm
2
LSC =
∆10 = 6,5 – 4,125 - (-1,05 μm . cos 180°) – (-0,025 . sin 180°) = 1,325 μm
5.1.2 Pengamat B
Titik 1 = x1 = 1 μm . cos 90° = 0 μm
y1 = 1 μm . sin 90° = 4 μm
x1
Titik 10 = = -1,5 μm . cos 180° = 7 μm
0
y1 = -1,5 μm . sin 180° = 0 μm
0
x1
Titik 11 = = -1,5 μm . cos 150° = -5,62 μm
1
y1
= -1,5 μm . sin 150° = 3,25 μm
1
x1
Titik 12 = = -1,5 μm . cos 120° = -2 μm
2
y1
= -1,5 μm . sin 120° = 3,46 μm
2
LSC =
∆10 = 6,5 – 4,125 - (-0,45 μm . cos 180°) – (-1,005 . sin 180°) = 1,85 μm
Hasil Perhitungan
No
Average (μm) Titik X (μm) Titik Y (μm)
1 1 0 1
2 4 2 4
3 3,5 3,03 1,75
4 1 1 0
5 1 0,86 -0,5
6 6 3 -5,1
7 3,5 0 -3,5
8 4,5 -1,25 -3,89
9 5,5 -4,76 -2,75
10 6,5 -6,5 0
11 7 -6,06 3,5
12 6 -3 5,19
Σn=12 Σr=49,5 Σx=12,68 Σy=0,3
Dari gambar diatas dapat diketahui dan dianalisis bahwa untuk mengetahui
ketidakbulatan sebuah benda ukur digunakanlah metode referensi Least Square Circles
(LSC).
Dari grafik tersebut garis berwarna biru menunjukkan nilai LSC dan garis berwarna
biru menunjukkan nilai rata-rata. Pada grafik kebulatan pengamat A ini terdapat
penyimpangan atau ketidaktepatan yang sangat jelas dan terlihat nyata yaitu adanya tonjolan
pada titik 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 namun lekukan pada titik 1 dan 5. Hal ini
dipengaruhi beberapa faktor yaitu, faktor dari pemutaran benda ukur yagn berbeda pada
setiap titiknya, kurang telitinya saat pengukuran dan alat ukur yang kurang baik. Pada
metode LSC ini nilai yang dipengaruhi kebesarannya lingkaran LSC adalah nilai terbesar
antara A dan B ditambah dengan R itulah besar lingkaran LSC tersebut. Semakin besar
maka akan semakin besar pula ukuran LSC tersebut.
5.2.2 Pengamat B
Adapun analisa data pengamat B sebagai berikut:
Hasil Perhitungan
No
Average (μm) Titik X (μm) Titik Y (μm)
1 4 0 4
2 5 2,5 4,33
3 6,5 5,62 3,25
4 4,5 4,5 0
5 3 2,59 -1,5
6 3,5 1,75 -3,03
7 4,5 0 -4,5
8 5 -2,5 -1,73
9 3 -2,59 -1,5
10 7 -7 0
11 6,5 -5,62 3,25
12 4 -2 3,46
Σn=12 Σr=56,5 Σx=-2,75 Σy=6,03
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum pengukuran kebulatan ini
adalah sebagai berikut:
1. Prinsip kerja dial indikator yaitu mengubah gerakan isyarat sensor dari translasi
menjadi rotasi dengan bantuan jarum ukur yang menunjukkan nilai dari skala dial
indikator.
2. Pengukuran kebulatan adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui bahwa
benda tersebut benar-benat bulat atau tidak menggunakan alat ukur.
3. Dengan menggunakan metode LSC dapat diketahui nilai dari menganalisis hasil
pengukuran kebulatan kesalahan pengukuran disebabkan oleh satunya alat ukur yang
kurang baik atau praktikan yang kurang teliti.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperoleh pada praktikum pengukuran kebulatan ini adalah
sebagai berikut:
1. Harusnya mahasiswa menguasai teori dahulu sebelum melaksanakan praktikum.
2. Pembacaan nilai skala hendaknya sejajar dengan pandangan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Dodi Sofyan. 2021. Buku Panduan Praktikum Metrologi. Pekanbaru : Universitas Riau.
Fathony, Agung. 2013. Alat Ukur Dial Indikator. Surakarta: SMKN 5 Surakarta.
Ikhsanudin. 2012. Dial Indikator. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Pahlevi, Amri. 2018. Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri. Pekanbaru: Universitas
Riau.
Rochim, Taufiq. 2006. Spesifikasi & Kontrol Kualitas Geometrik. Bandung: ITB.