Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam
bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga
mempunyai dimensi sudut.
Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya
sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya.
Untuk itu,
pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk
pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut.
Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu
derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1° = 60’), dan satu menit = 60 detik
(1’ =6’’). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk
sistem
360° π
metrik, satuan sudut adalah radian. Satu radian = , sedangkan Satu derajat (1°)= rad ,
2π 180°
dimana:
π = po
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bias langsung dibaca hasil
pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa
langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut
akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara
menggunakannya.
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di mana
skala sudut berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi
pengukurannya adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan
untuk mengukur sudut adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil
pengukurannya dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar
tersebut.
1. Pelingkup Sudut
Konstruksi dari pelingkup sudut terdiri dari beberapa bilah yang disusun
sedemikian rupa sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan bentuk
dari benda ukur. Gambar 6. menunjukkan konstruksi sederhana dari pelingkup sudut.
Pengukuran sudut dengan pelingkup sudut tidak bisa diketahui secara langsung
besarya sudut yang diukur, melainkan harus dicek dulu dengan busur baja atau busur
bilah. Oleh karena itu, sebelum dicek dengan busur baja atau busur bilah
makakedudukan dari masing-masing bila dari pelingkup sudut harus
dikeraskan/dikunci dulu dengan penguncinya agar posisinya tidak berubah waktu
diambil dari benda ukur. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan
pengukuran sudut.
Gambar 6. Pelingkup sudut.
Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 9°, 27°, 41° = 5 blok
Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 9’, dan 27’ = 4 blok
Blok sudut dalam menit : 3”, 6”, 20” dan 30” = 4 blok
Jumlah = 15 blok
Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok sudut yang dibuat oleh pabrik
Starret, rinciannya adalah sebagai berikut :
Blok sudut dalam derajat : 1°, 3°, 5°, 50°, 45° = 6 blok
Blok sudut dalam menit : 1’, 3’, 5’, 20’, dan 30’ = 5 blok
Blok sudut dalam menit : 1”, 3”, 5”, 20” dan 30” = 5 blok
Jumlah = 16 blok
Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara mengecek benda ukur dengan
blok sudut yang sudah disusun. Misalnya akan membentuk sudut 360 23 5 ” ׳dan 260 12
16 ” ׳. Contoh susunannya lihat Gambar 3.8. di bawah ini:
Gambar 9. Mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan blok sudut.
Benda ukur diletakkan sedemikian rupa sesuai dengan sudut yang mana yang akan dicek.
Susunlah blok ukur dengan ukuran tertentu dan tempatkan di bawah salah satu ujung
batang sinus, biasanya pada ujung yang tidak ada kait/penahan benda ukur seperti
nampak pada batang. Kalau digambarkan secara trigonometri maka diperoleh gambaran
hubungan antara sudut benda ukur dengan tinggi susunan blok ukur dan dengan panjang
dari batang ukur. Hubungan tersebut dapat dijelaskan dengan rumus sinus sebagai berikut
:
H
Sinα=
L
Dimana:
α = sudut yang dibentuk batang sinus terhadap meja datar karena adanya susunan blok
ukur. Sudut ini sama besarnya dengan sudut benda ukur yang dicek karena permukaan
benda ukur sejajar dengan permukaan meja ukur.
H = tinggi susunan blok ukur, dalam mm.
L = panjang batang sinus, dalam mm.
Untuk perhitungan sudutnya maka yang dihitung adalah separoh dari sudut poros konis
tersebut. Secara trigoneometri dapat dilihat skema hubungan antara sudut konis dengan
tinggi blok ukur dan jarak tempuh jam ukur pada Gambar 3.12. berikut ini:
Sin 1 H
=
2 α PQ
Dimana:
PQ = jarak geser jam ukur.
1 = setengah sudut konis
2α
H = tinggi susunan blok ukur
5.1. Mengukur Sudut Luar dan Dalam dengan Rol dan Bola Baja
Untuk melakukan pengukuran sudut dengan bantuan rol dan bola baja maka
diperlukan alat-alat perlengkapan yang lain yaitu meja rata, mistar ingsut atau
mikrometer, mistar ketinggian, blok ukur, rol dan bola baja serta alat-alat pembersih. Di
samping itu, karena ini pengukuran tidak langsung maka pengetahuan tentang
trigoneometri perlu dikuasai. Pengentahuan ini sangat penting karena sangat membantu
di dalam perhitungan-perhitungan radius dan sudut.
D = diameter rol
X = celah antara muka ukur dengan rol
α1 = sudut benda ukur
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pengukuran%20Sudut.pdf
http://deltapanca.blogspot.com/2013/08/makalah-pengukuran-sudut.html