I. PENDAHULUAN
Selain pengukuran linier, maka pengukuran sudut
merupakan hal yang penting untuk menjamin sifat mampu
tukar maupun fungsional dari komponen mesin. Definisi
dari sudut adalah besar pembukaan antara dua garis yang
bertemu pada suatu titik. Apabila salah satu garis diputar
dengan titik pertemuan sebagai sumbu putar, maka dari
suatu titik pada garis tersebut dapat dibuat suatu lingkaran
sempurna.
Satu derajat (1o) adalah sudut dari 1/360 bagian dari
lingkaran sempurna. Apabila satu derajat ini dibagi dalam
60 bagian yang sama maka terbentuklah bagian dari
derajat yang disebut satu menit (1'). selanjutnya satu
menit dapat dibagi lagi dalam 60 bagian yang sama
sehingga didapat bagian yang dikenal sebagai satu detik
(1’). Dengan demikian praktis tidak diperlukan suatu
standar absolut bagi satuan sudut, karena secara teoritik
setiap orang dapat membuat satuan sudut dengan cara
membagi suatu lingkaran.
Sebagaimana dengan pengukuran linier, maka
pengukuran sudut dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu, cara langsung dan cara tak langsung. Beberapa
jenis alat ukur sudut yang akan dibahas adalah :
1
2. BUSUR BAJA (STEEL ENGINEER PROTRACTOR)
Busur baja merupakan alat ukur sudut langsung
dengan kecermatan sampai satu deraiat. Oleh sebab itu
hanya digunakan untuk memperkirakan harga sudut
secara kasar. Alat ini berupa suatu tembereng setengah
lingkaran dari pelat baja dengan pembagian skala dalam
satu derajal: pada tepi lingkaran. Satu pelat baja
berengselkan pada titik pusat lingkaran dapat berputar
sehingga bagian yang runcing berfungsi sebagai garis
indeks untuk pembacaan skala yang merupakan harga
sudut antara dasar tembereng dengan salah satu sisi
pelat yang panjang. Jika sudut antara pemukaan benda
ukur terlalu kecil, sudut terpancung, ataupun karena dasar
dari tembereng tidak cukup lebar, maka diperlukan
bantuan suatu penyiku, lihat gambar 1.
2
- Badan/Piringan dasar, berupa lingkaran penuh
dengan diameler + 55 mm. Permukaan bawah dan
piringan dasar ini rata, sehingga busur bilah dapat
diletakkan pada meja rata dengan tanpa bergoyang.
Pada tepi dari permukaan atas terdapat skala dengan
pembagian, dalam derajat dan diberi nomor dari 0o
90o - 0o - 90o (skala kiri dan kanan).
3
Busur bilah universal mempunyai bilah bantu yang
dipasangkan tegak lurus terhadap pelat dasar. Kedudukan
bilah bantu ini dapat diatur, sehingga memungkinkan
pengukuran sudut antara dua permukaan dengan lebih
mudah. Jenis yang lain dari busur bilah memakai sistem
optik untuk pembacaan skala sudutnya, sehingga dapat
dicapai kecermatan pembacaan sampai 2 menit.
4
1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari
busur bilah harus bersih. Adanya debu atau geram
dapat menyebabkan kesalahan pengukuran ataupun
dapat merusakkan busur bilah. Aturlah kedudukan
dari bilah utama dengan memakai kunci bilah.
3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari
bilah utama harus betul-betul berimpit dengan
permukaan benda ukur, tidak boleh terjadi celah.
Untuk mempermudah pengukuran dari benda ukur
yang besar, maka kunci pitingan indeks dapat
dikendorkan dan kemudian geserkan busur bilah
(dengan sisi kerja pelat dasar berimpit dengan
permukaan benda ukur) menuju permukaan yang
menyudut sampai bilah utama terputar dan berimpit
dengan permukaan tersebut, lihat gambar 3b.
Bacalah harga sudut pada kedudukan ini, atau kund
terlebih dahulu indeks kemudian baru dibaca harga
sudutnya dengan cara memiringkan busur bilah untuk
mempermudah pembacaan skala noniusnya (atau
untuk "mengintip" okuler dari busur bilah optik).
5
Pengukuran dan pembacaan harga sudut sebaiknya
diulang untuk beberapa kali sampai kita merasa pasti
akan harga sudut yang diperoleh. Sudut antara dua
permukaan benda ukur dapat secara langsung diukur
dengan melingkupi sudut tersebut dengan bilah utama
dan pelat dasar atau dengan meletakkan benda ukur pada
meja rata. Untuk sudut yang kecil ataupun yang besar
maka pembacaan harga sudut pada skala adalah jelas,
yaitu secara langsung ataupun dengan mengurangkannya
terhadap 1800 (sudut pelurusnya). Sedang untuk sudut
benda kerja yang hampir sama dengan 450 (misainya 440
atau 460) maka mungkin timbul keraguan. Untuk itu harus
diperhatikan arah pemutaran bilah utama apabila posisi
semula adalah 900, lihat gambar 4.
4. PROFIL PROYEKTOR
Sudut antara dua permukaan obyek ukur dapat diukur
melalui bayangan yang terbentuk melalui kaca buram dari
profil proyektor, Iihat gambar 6. Setelah bayangan
difokuskan ( diperjelas garis tepinya ) dengan cara
mengatur letak benda ukur di depan lensa kondensor dan
profil proyektor, maka sudut dari kedua tepi bayangan
yang akan ditentukan besarnya dapat diukur dengan salah
satu dari dua cara berikut :
Cara pertama:
Dengan memakai garis silang dan skala piringan.
Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat
berimpit dengan salah satu tepi bayangan, dengan cara
menggerakkan meja (pada mana benda ukur diletakkan)
dan memutar piringan kaca buram. Untuk kedudukan ini
kemiringan garis silang dibaca pada skala piringan
dengan bantuan skala nonius. Kemudian meja digerakkan
dan piringan kaca buram diputar sampai garis silang yang
7
bersangkutan berimpit dengan tepi bayangan yang lain.
Pembacaan skala piringan dilakukan lagi. Dengan
demilkian sudut yang dicari adalah merupakan selisih dari
pembacaan yang pertama dan yang kedua.
Cara kedua:
Dengan memakai gambar dari beberapa sudut.
Suatu gambar transparan berupa kumpulan dari
beberapa sudut dengan harga tertentu dapat dipasang
pada kaca buram. Besar sudut dari kedua tepi bayangan
dapat ditentukan dengan membandingkan dengan gambar
sudut tersebut sampai ditemukan sudut yang cocok.
8
9
5. CLINOMETER
Clinometer adalah alat ukur kemiringan bidang
dengan menggunakan prinsip gabungan dari pendatar (
spirit level ), dan Skala sudut dari busur bilah. Setelah
clinometer diletakkan di atas permukaan benda ukur,
maka skala piringan diputar sampai posisi tabung dengan
gelembung kurang lebih datar. Kemudian pemutaran ini
dilakukan dengan halus sampai gelembung tepat ditengah
diantara dua skala utama. Selanjutnya harga sudut dapat
dibaca pada skala sudut sampai kecermatan menit atau
detik tergantung dari konstruksi clinometer yang
digunakan ( pembacaan langsung melalui garis indeks
atau melalui sistem optik ). Pengukuran sudut relatif
antara dua bidang dapat dilakukan dengan cara
menempatkan clinometer pada kedua bidang tersebut,
kemudian harga sudut yang dimaksud adalah merupakan
selisih dua pembacaan.
Satuan derajat : 10, 30, 50, 150, 300 dan 450 = 5 blok
Satuan menit : 1', 3’, 9', dan 27' = 4 blok
Satuan detik : 3", 6", 18", dan 30" = 4 blok
(0.05', 0.1', 0.3' dan 0,5’) _________
jumlah : = 13 blok
10
Dari ketiga belas blok sudut tersebut, hampir semua
sudut yang dikehendaki dapat dibuat, hal ini disebabkan
karena kita dapat mencapainya dengan cara penjumlahan
dan pengurangan, lihat gambar 8.
Cara menentukan susunan blok sudut untuk membuat
sudut yang tertentu adalah sebagai berikut.
11
Blok sudut harus dirawat dengan baik, sebagaimana kita
memperlakukan blok ukur. Blok sudut adalah merupakan
alat ukur standar, oleh sebab itu hanya digunakan dalam
proses pengukuran perbandingan.
Benda ukur diletakkan diatas meja rata. Sudut antara
salah satu permukaan benda ukur terhadap meja rata
dapat ditentukan dengan cara menyusun blok sudut dan
kemudian diletakkan disamping benda ukur ( 9a ).
Kesejajaran antara permukaan benda ukur dengan muka
ukur dari blok sudut teratas diperiksa dengan memakai
pisau lurus (straight edge). Pisau digeserkan sepanjang
permukaan yang diukur sambil diperhatikan garis kontak
antara mata pisau lurus dengan permukaan yang diukur.
Selama penggeseran ini tidak boleh terlihat adanya celah
(latar belakang harus terang, untuk itu dapat digunakan
"kotak cahaya"). Apabila masih terlihat adanya celah,
maka susunan blok sudut harus diubah dan pemeriksaan
kesejajaran harus diulangi lagi sampai tidak terjadi celah.
Untuk pemeriksaan sudut yang besar, maka
digunakan blok persegi (square block) serta dibantu
dengan beberapa blok ukur seperti yang diperlihatkan
pada gambar 9b. Sebagaimana dengan pemakaian pisau
lurus di atas, maka pada setiap permukaan yang berimpit
12
dari susunan blok sudut, blok persegi dan benda ukur
harus tidak terjadi celah.
Pengukuran perbandingan dengan cara
memperhatikan celah seperti ini tidaklah selalu
memberikan hasil yang teliti, karena sampai seberapa
jauh kesalahan antara sudut benda ukur dengan sudut
dari susunan blok sudut tidak diketahui dengan pasti.
Untuk pengukuran sudut dengan lebih cermat, maka blok
sudut dapat digunakan bersama-sama dengan Angle
Dekkor.
13
diukur bayangan sudutnya dengan memakai profil
proyektor.
17
Pengukuran sudut yang kecil (lebih kecil dari 10)
dapat pula dilakukan dengan memakai batang sinus. Oleh
karena tebal dasar dari blok ukur yang dipakai adalah
sebesar 1 mm atau 2 mm, maka kedua rol dari blok sinus
yang harus diganjal dengan susunan blok ukur supaya
dapat memperoleh tinggi h yang lebih kecil dari 1 mm,
lihat gambar 16.
Kecermatan sudut ini bergantung pula pada kondisi
benda ukur, dengan kata lain permukaan benda ukur
harus rata dan halus supaya kecermatan harga sudut
yang diperoleh menjadi berarti.
18
19
KEBULATAN & PENGUKURAN KEBULATAN
1. PENDAHULUAN
20
• Lenturan yang terjadi pada benda keda atau pada
mesin perkakas yang diakibatkan oleh gaya
pemotongan yang cukup besar.
• Kesalahan posisi senter pemegang.
• Tekanan alat pemegang atau pencekam pada
komponen yang berdinding tipis.
• Terjadi chaffer pada proses pemotongan.
• Adanya ketidakbulatan cetakan pada proses ekstrusi
atau penarikan (drawing).
• Adanya ketidakbulatan bahan yang mencolok pada
proses gerinda tanpa senter.
• Kesamaan sumbu
• Konsentrisitas
• Kelurusan
• Ketegaklurusan
• Kesejajaran.
2. KEBULATAN
3. PENGUKURAN KEBULATAN
22
Kebulatan dan diameter merupakan dua karakter geometri
yang berbeda akan tetapi saling berkaitan. Ketidakbulatan
akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,
sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan
menunjukkan ketidakbulatan.
23
Dua lingkaran konsentris yang ditunjukkan pada Gambar
3 disebut sebagai diameter luar efektif dan diameter
dalam efektif. Perbedaan radial kedua diameter tersebut
merupakan parameter kebulatan.
24
Penggunaan alat ukur dengan tiga sensor tersebut di atas
dapat disetarakan dengan cara pengukuran dengan
mengunakan blok vee (V block, dengan sudut 600) dan
jam ukur. Pengukuran kebulatan poros; dilakukan dengan
cara meletakkan pada blok V dan kemudian memutarnya
dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya. Cara
tersebut merupakan cara klasik untuk mengetahui
kebulatan. Pengukuran dengan blok V ditunjukkan pada
Gambar 6.
26
1. Harus ada sumbu putar dan dianggap sebagai sumbu
referensi.
2. Lokasi sumbu putar harus tetap dan tidak dipengaruhi
oleh profil kebulatan benda ukur.
3. Pengukuran harus bebas dari sumber-sumber yang
dapat menyebabkan ketidaktelitian.
4. Hasil pengukuran diperlihatkan dalam bentuk grafik
polar (lingkaran) guna menentukan parameter
kebulatan.
27
4.2 JENIS DENGAN MEJA BERPUTAR
28
Spindel merupakan komponen terpenting yang harus
memiliki ketelitian putaran setinggi mungkin. Ketelitian
putaran spindel selain ditentulkan oleh kualitas geometri
spindel juga ditentukan oleh bantalan spindel yang
digunakan. Jenis bantalan yang sering digunakan sebagai
bantalan spindel adalah bantalan kering, bantalan peluru,
bantalan hidrodinamis, bantalan udara dan bantalan
hidrostatis.
30
5. Kesalahan sentering akan mempengaruhi profil
kebulatan yang diperoleh. Jika sumbu obyek ukur
berimpit dengan sumbu putar, maka profil
kebulatannya akan mempunyai titik tengah yang
bersatu dengan titik tengah grafik. Benda ukur
dengan kebulatan ideal akan mempunyai profil
lingkaran sempurna, akan tetapi bila garis tengahnya
tidak berimpit dengan sumbu putar maka profil
kebulatannya jauh menyimpang dari lingkaran
sempurna. Hal ini menunjukkan pentingnya sentering.
Jarak antara titik tengah profil kebulatan dengan titik
tengah grafik menunjukkan besarnya eksentrisitas
(setelah dibagi dengan pembesaran).
31
Empat lingkaran referensi tersebut adalah :
32
2. Lingkaran Dalam Maksimum (Maximum Inscribed
Circle)
34
ISO menganjurkan penggunaan Lingkaran Daerah
Minimum sebagai referensi untuk menghitung harga
ketidakbulatan, karena MRZ yang diperoleh adalah setaraf
dengan definisi toleransi kebulatan.
Dalam praktek, penentuan MRZ dapat dilakukan dengan bantuan mistar lingkaran
transparan yang mempunyai skala lingkaran-lingkaran konsentris, lihat Gambar 20.
Penentuan MRZ dengan cara coba-koreksi dengan bantuan mister lingkaran transparan
memang agak sulit terlebih bila profil kebulatan tersebut sangat tidak beraturan. Untuk
itu dapat dilakukan pembuatan grafik sekali lagi (bila set-up pengukuran belum diubah)
dengan memilih pembesaran (magnification) yang lebih kecil. Kemudian hasilnya dapat
digunakan untuk memperkirakan letak MZC pada usaha coba-koreksi yang dilakukan
35
pada profil kebulatan semula, Bila fidak ada keberatan dalam pertimbangan kualitas,
maka penentuan harga ketidakbulatan berdasarkan lingkaran luar minimum atau
lingkaran dalam maksimum dapat dipilih karena lebih mudah menentukannya.
2. MRZ tidak selalu sama dengan jarak antara tonjolan tertinggi dengan
lekukan terendah, bergantung pada posisi sudut relatif antara tonjolan
dan lekukan tersebut, lihat Gambar 2 1.
36
6. PENGUKURAN KESALAHAN BENTUK DENGAN ALAT UKUR
KEBULATAN
Pengukuran kesalahan bentuk dapat dikatakan sebagai seninya metrologi, karena disini
diperlukan penguasaan teori dan pengalaman dalam membaca gambar teknis (arti
simbol toleransi), pemilihan jenis alat ukur, melakukan persiapan pengukuran,
mengetahui sumber penyimpangan dalam proses pengukuran sehingga kesalahan
pengukuran dapat dihindari atau dieliminir dan menganalisis hasil pengukuran serta
menarik kesimpulan (menentukan kualitas geometris benda ukur).
Berikut akan dibahas salah satu contoh pengukuran kesalahan bentuk dengan
memakai alat ukur kebulatan. Misalnya suatu benda ukur harus sesuai dengan standar
kualitas geometris sebagaimana yang ditunjukkan gambar 23 (hanya beberapa simbol
toleransi bentuknya yang diperlihatkan, ukuran dan toleransi dimensi dalam hal ini tidak
dbahas).
Pengukuran kesalahan bentuk dapat dilakukan dengan satu kali set-up yaitu dengan
cara sebagai berikut:
Benda ukur diletakkan pada meja alat ukur, kemudian diiakukan sentering dan leveling
sedemikian rupa sehingga sumbu poros untuk bantalan atas dan bawah (sesuai
dengan elemen dasar A dan B) berimpit dengan sumbu putar (meja putar atau sensor
putar). Untuk memeriksa kesamaan sumbu ini, maka dibuat profil kebulatan untuk poros
atas & bawah pada satu kertas grafik. Pembuatan profil kebulatan ini dilakukan dengan
menempelkan sensor pada elemen geometris yang sesuai (poros atas dan kemudian
poros bawah) tanpa menghenbkan putaran, guna menjamin ketelitian (untuk
menghindari hentakan sewaktu mejalsensor mulai berputar). Dua buah profil kebulatan
tersebut harus mempunyai titik tengah (MZC) yang sama yaitu titik tengah grafik polar,
lihat gambar 4.8.19A.
37
2. Memeriksa toleransi kebulatan.
Dari hasil sentering dan leveling, kedua profil kebulatan yang mempunyai MZC yang
sama tersebut harus mempunyai harga MRZ yang tidak melebihi harga toleransi
kebulatannya (0,01 mm).
Pada Gambar 23 terlihat adanya dua toleransi konsentrisitas, yaitu pada lubang bagian
atas dan bagian tengah terhadap sumbu dasar AB (sumbu putar). Pemeriksaan
konsentrisitas dengan demikian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Membuat profil kebulatan dari lubang bagian atas dan poros atas pada satu kertas
grafik, lihat Gambar 24. B. Profil kebulatan 1 (poros atas) harus tetap mempunyai titik
tengah (MZC) yang sama dengan titik tengah grafik dan profil kebulatan 3 (lubang
atas). Mungkin saja kedua MZC tidak berimpit. Konsentrisitas adalah jarak antara
kedua titik tengah tersebut dan harganya tidak boleh melebihi toleransinya (setengah
dari 0,03 mm).
Membuat profil kebulatan dari lubang bagian tengah dan poros atas pada satu kertas
grafik, lihat Gambar 48.C. Seperti halnya di atas, maka jarak titik tengah dari kedua
grafik tidak boleh lebih besar dari toleransinya (setengah dari 0,05 mm).
Dua permukaan yang harus diperiksa kesejajarannya adalah permukaan atas dan
bawah dan sirip benda ukur, lihat Gambar 23.
Sepert halnya dalam pemerik§aan ketegaklurusan di atas, sensor harus dalam dalam
posisi horisontal dan ditempelkan pada permukaan atas, kemudian pada permukaan
bawah dengan jarak yang sama terhadap pusat putaran. Kedua "profil kebulatannya"
harus dibuat pada satu kertas grafik (dengan pembesaran yang sama) supaya posisi
relatif kedua MZC dapat diketahui. Apabila mereka berimpit berarti kedua permukaan
sejajar. Suatu eksentrisitas menandakan ketidaksejajaran dimana jarak maksimum
kedua MZC adalah setengah dari toleransi kesejajaran (setengah dari 0,035 mm). Pada
Gambar 24.E. terlihat bahwa permukaan 5 (permukaan atas) lebih tidak tegaklurus bila
dibandingkan permukaan 6 (permukaan bawah) terhadap sumbu putar (titik pusatnya
lebih jauh dari titik pusat grafik polar).
39