Anda di halaman 1dari 39

ALAT UKUR SUDUT DAN PEMAKAIANNYA

I. PENDAHULUAN
Selain pengukuran linier, maka pengukuran sudut
merupakan hal yang penting untuk menjamin sifat mampu
tukar maupun fungsional dari komponen mesin. Definisi
dari sudut adalah besar pembukaan antara dua garis yang
bertemu pada suatu titik. Apabila salah satu garis diputar
dengan titik pertemuan sebagai sumbu putar, maka dari
suatu titik pada garis tersebut dapat dibuat suatu lingkaran
sempurna.
Satu derajat (1o) adalah sudut dari 1/360 bagian dari
lingkaran sempurna. Apabila satu derajat ini dibagi dalam
60 bagian yang sama maka terbentuklah bagian dari
derajat yang disebut satu menit (1'). selanjutnya satu
menit dapat dibagi lagi dalam 60 bagian yang sama
sehingga didapat bagian yang dikenal sebagai satu detik
(1’). Dengan demikian praktis tidak diperlukan suatu
standar absolut bagi satuan sudut, karena secara teoritik
setiap orang dapat membuat satuan sudut dengan cara
membagi suatu lingkaran.
Sebagaimana dengan pengukuran linier, maka
pengukuran sudut dapat dilaksanakan dengan dua cara
yaitu, cara langsung dan cara tak langsung. Beberapa
jenis alat ukur sudut yang akan dibahas adalah :

o Alat ukur sudut langsung


- busur baja,
- busur bilah,
- profit proyektor,
- clinometer.

o Alat ukur sudut talk langsung


- blok ukur,
- pelingkup sudut,
- alat ukur sinus,
- angle dekkor.

1
2. BUSUR BAJA (STEEL ENGINEER PROTRACTOR)
Busur baja merupakan alat ukur sudut langsung
dengan kecermatan sampai satu deraiat. Oleh sebab itu
hanya digunakan untuk memperkirakan harga sudut
secara kasar. Alat ini berupa suatu tembereng setengah
lingkaran dari pelat baja dengan pembagian skala dalam
satu derajal: pada tepi lingkaran. Satu pelat baja
berengselkan pada titik pusat lingkaran dapat berputar
sehingga bagian yang runcing berfungsi sebagai garis
indeks untuk pembacaan skala yang merupakan harga
sudut antara dasar tembereng dengan salah satu sisi
pelat yang panjang. Jika sudut antara pemukaan benda
ukur terlalu kecil, sudut terpancung, ataupun karena dasar
dari tembereng tidak cukup lebar, maka diperlukan
bantuan suatu penyiku, lihat gambar 1.

3. BUSUR BILAH (BEVEL PROTRACTOR)


Untuk pengukuran sudut antara dua permukaan
benda ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu
derajat, maka dapat digunakan busur bilah. Konstruksi
dari busur bilah ini hampir sama seperti busur baja.

3.1 Bagian dari Busur Bilah dan jenisnya


Bagian-bagian utama dari busur bilah adalah (Iihat
gambar 2) :

2
- Badan/Piringan dasar, berupa lingkaran penuh
dengan diameler + 55 mm. Permukaan bawah dan
piringan dasar ini rata, sehingga busur bilah dapat
diletakkan pada meja rata dengan tanpa bergoyang.
Pada tepi dari permukaan atas terdapat skala dengan
pembagian, dalam derajat dan diberi nomor dari 0o
90o - 0o - 90o (skala kiri dan kanan).

- Pelat dasar, bersatu dengan piringan dasar. Panjang,


lebar dan tebal dari pelat dasar, ± 90 x 15 x 7 mm.
Sisi kerja dari pelat dasar dibuat datar dan lurus,
dengan toleransi kerataan 0,01 mm, untuk sepanjang
sisi kerja.

- Piringan indeks, mempunyai tifik pusat putaran


berimpit dengan pusat dari piringan dasar. Pada
piringan ini tercantum garis indeks dan skala nonius
sudut (skala nonius kiri dan skala nonius kanan),
biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit.
Kadang-kala dilengkapi dengan pemutar halus.

- Bilah utama, dapat diatur kedudukannya dengan


kunci yang terletak pada piringan indeks. Panjang,
lebar dan tebal dan bilah utama, ± 150/300 x 13 x 2
mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut masing-
masing sebesar450 dan 600. Kedua tepi dibuat lurus
dengan toleransi kerataan sebesar 0,02 sampai 0,03
mm untuk seluruh panjangnya.

Piringan indeks dapat berputar bersama-sama


dengan bilah utama dan dapat dikunci/dimatikan
kedudukannya relatif terhadap piringan dasar. Dengan
demikian sudut antara salah satu sisi dari bilah utama
dengan sisi kerja dari pelat dasar dapat dibaca pada skala
piringan dasar dengan bantuan garis indeks dan skala
nonius.

3
Busur bilah universal mempunyai bilah bantu yang
dipasangkan tegak lurus terhadap pelat dasar. Kedudukan
bilah bantu ini dapat diatur, sehingga memungkinkan
pengukuran sudut antara dua permukaan dengan lebih
mudah. Jenis yang lain dari busur bilah memakai sistem
optik untuk pembacaan skala sudutnya, sehingga dapat
dicapai kecermatan pembacaan sampai 2 menit.

3.2 Pamakaian Busur Bilah


Harga sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur
bilah adalah sudut antara sisi bilah utama dan sisi kerja
dari pelat dasar, jadi bukan sudut sesungguhnya dari
benda ukur. Oleh sebab itu pemakaian busur bilah harus
dilakukan dengan seksama supaya sudut dari busur bilah
betul-betul sesuai dengan sudut benda ukur. Tiga hal
panting yang harus diperhatikan dalam pemakaian busur
bilah adalah :

4
1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari
busur bilah harus bersih. Adanya debu atau geram
dapat menyebabkan kesalahan pengukuran ataupun
dapat merusakkan busur bilah. Aturlah kedudukan
dari bilah utama dengan memakai kunci bilah.

2. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar


dengan bidang dari sudut yang diukur (bidang
normal). Apabila kondisi ini tidak dipenuhi, maka
harga sudut yang dibaca pada busur bilah mungkin
lebih kecil dari sudut benda ukur, lihat gambar 3a.

3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari
bilah utama harus betul-betul berimpit dengan
permukaan benda ukur, tidak boleh terjadi celah.
Untuk mempermudah pengukuran dari benda ukur
yang besar, maka kunci pitingan indeks dapat
dikendorkan dan kemudian geserkan busur bilah
(dengan sisi kerja pelat dasar berimpit dengan
permukaan benda ukur) menuju permukaan yang
menyudut sampai bilah utama terputar dan berimpit
dengan permukaan tersebut, lihat gambar 3b.
Bacalah harga sudut pada kedudukan ini, atau kund
terlebih dahulu indeks kemudian baru dibaca harga
sudutnya dengan cara memiringkan busur bilah untuk
mempermudah pembacaan skala noniusnya (atau
untuk "mengintip" okuler dari busur bilah optik).
5
Pengukuran dan pembacaan harga sudut sebaiknya
diulang untuk beberapa kali sampai kita merasa pasti
akan harga sudut yang diperoleh. Sudut antara dua
permukaan benda ukur dapat secara langsung diukur
dengan melingkupi sudut tersebut dengan bilah utama
dan pelat dasar atau dengan meletakkan benda ukur pada
meja rata. Untuk sudut yang kecil ataupun yang besar
maka pembacaan harga sudut pada skala adalah jelas,
yaitu secara langsung ataupun dengan mengurangkannya
terhadap 1800 (sudut pelurusnya). Sedang untuk sudut
benda kerja yang hampir sama dengan 450 (misainya 440
atau 460) maka mungkin timbul keraguan. Untuk itu harus
diperhatikan arah pemutaran bilah utama apabila posisi
semula adalah 900, lihat gambar 4.

Untuk sudut benda ukur yang kecil kadangkala tak


mungkin dilingkupi oleh busur bilah (karena bilah utama
dan pelat dasar kurang panjang). Dalam hal ini sudut
6
benda ukur mungkin masih bisa diukur dengan
meletakkannya pada meja rata, atau dengan memakai
bilah bantu. Pemasangan bilah bantu tersebut dapat
dilaksanakan dengan dua cara, tergantung pada jenis
busur bilah, lihat gambar 5.

4. PROFIL PROYEKTOR
Sudut antara dua permukaan obyek ukur dapat diukur
melalui bayangan yang terbentuk melalui kaca buram dari
profil proyektor, Iihat gambar 6. Setelah bayangan
difokuskan ( diperjelas garis tepinya ) dengan cara
mengatur letak benda ukur di depan lensa kondensor dan
profil proyektor, maka sudut dari kedua tepi bayangan
yang akan ditentukan besarnya dapat diukur dengan salah
satu dari dua cara berikut :

Cara pertama:
Dengan memakai garis silang dan skala piringan.
Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat
berimpit dengan salah satu tepi bayangan, dengan cara
menggerakkan meja (pada mana benda ukur diletakkan)
dan memutar piringan kaca buram. Untuk kedudukan ini
kemiringan garis silang dibaca pada skala piringan
dengan bantuan skala nonius. Kemudian meja digerakkan
dan piringan kaca buram diputar sampai garis silang yang
7
bersangkutan berimpit dengan tepi bayangan yang lain.
Pembacaan skala piringan dilakukan lagi. Dengan
demilkian sudut yang dicari adalah merupakan selisih dari
pembacaan yang pertama dan yang kedua.

Cara kedua:
Dengan memakai gambar dari beberapa sudut.
Suatu gambar transparan berupa kumpulan dari
beberapa sudut dengan harga tertentu dapat dipasang
pada kaca buram. Besar sudut dari kedua tepi bayangan
dapat ditentukan dengan membandingkan dengan gambar
sudut tersebut sampai ditemukan sudut yang cocok.

Biasanya cara yang pertama lebih mudah


dilaksanakan, sedangkan cara kedua lebih sering dipakai
untuk memerksa toleransi sudut.

8
9
5. CLINOMETER
Clinometer adalah alat ukur kemiringan bidang
dengan menggunakan prinsip gabungan dari pendatar (
spirit level ), dan Skala sudut dari busur bilah. Setelah
clinometer diletakkan di atas permukaan benda ukur,
maka skala piringan diputar sampai posisi tabung dengan
gelembung kurang lebih datar. Kemudian pemutaran ini
dilakukan dengan halus sampai gelembung tepat ditengah
diantara dua skala utama. Selanjutnya harga sudut dapat
dibaca pada skala sudut sampai kecermatan menit atau
detik tergantung dari konstruksi clinometer yang
digunakan ( pembacaan langsung melalui garis indeks
atau melalui sistem optik ). Pengukuran sudut relatif
antara dua bidang dapat dilakukan dengan cara
menempatkan clinometer pada kedua bidang tersebut,
kemudian harga sudut yang dimaksud adalah merupakan
selisih dua pembacaan.

6. BLOK SUDUT (ANGLE GAUGE)


Jikalau dalam pengukuran linier kita kenal standar
panjang yaitu blok ukur, maka dalam pengukuran sudut
juga dibuat orang suatu alat ukur standar sudut yang
disebut sebagai blok sudut. Dimensi dari setiap blok sudut
kurang lebih mempunyai panjang dan lebar sebesar 76 x
16 mm. Dibuat dari baja yang dikeraskan dan mempunyai
kestabilan dimensi yang baik. Kedua muka ukurnya
digosok halus sehingga rata dan mempunyai sifat mampu
lekat sebagaimana halnya dengan blok ukur.
Harga beberapa sudut dalam satu set sebagaimana
yang diusulkan oleh Tomlinson1 adalah :

Satuan derajat : 10, 30, 50, 150, 300 dan 450 = 5 blok
Satuan menit : 1', 3’, 9', dan 27' = 4 blok
Satuan detik : 3", 6", 18", dan 30" = 4 blok
(0.05', 0.1', 0.3' dan 0,5’) _________
jumlah : = 13 blok

10
Dari ketiga belas blok sudut tersebut, hampir semua
sudut yang dikehendaki dapat dibuat, hal ini disebabkan
karena kita dapat mencapainya dengan cara penjumlahan
dan pengurangan, lihat gambar 8.
Cara menentukan susunan blok sudut untuk membuat
sudut yang tertentu adalah sebagai berikut.

- Misalkan harga sudut yang akan dibuat adalah :


57034'9".

- Pertama-tama perhatikan harga detiknya, untuk harga


9" dapat dicapai dengan menyusun blok sudut dari :
+3"+6".

- Kedua, perhatikan harga menitnya, apabila harga


menit lebih besar dari 400, maka harga tersebut harus
dicari dari pengurangan terhadap 1o( misalnya 47' =
60' - 13' = +60'-1'-9' ) dan harga 10 ini harus
ditambahkan pada angka derajatnya. Untuk contoh ini
maka 34’ dapat dicapai dengan menyusun : +1'-
3'+9'+27'.

- Terakhir, perhatikan harga derajatnya; tentukan lebih


dahulu apakah harus ditambahkan 10 akibat dari
penyusutan angka menitnya, kemudian dapat dicari
susunan yang cocok. Dalam contoh ini 570 dapat
disusun dari : +10-30-90+270+410.

11
Blok sudut harus dirawat dengan baik, sebagaimana kita
memperlakukan blok ukur. Blok sudut adalah merupakan
alat ukur standar, oleh sebab itu hanya digunakan dalam
proses pengukuran perbandingan.
Benda ukur diletakkan diatas meja rata. Sudut antara
salah satu permukaan benda ukur terhadap meja rata
dapat ditentukan dengan cara menyusun blok sudut dan
kemudian diletakkan disamping benda ukur ( 9a ).
Kesejajaran antara permukaan benda ukur dengan muka
ukur dari blok sudut teratas diperiksa dengan memakai
pisau lurus (straight edge). Pisau digeserkan sepanjang
permukaan yang diukur sambil diperhatikan garis kontak
antara mata pisau lurus dengan permukaan yang diukur.
Selama penggeseran ini tidak boleh terlihat adanya celah
(latar belakang harus terang, untuk itu dapat digunakan
"kotak cahaya"). Apabila masih terlihat adanya celah,
maka susunan blok sudut harus diubah dan pemeriksaan
kesejajaran harus diulangi lagi sampai tidak terjadi celah.
Untuk pemeriksaan sudut yang besar, maka
digunakan blok persegi (square block) serta dibantu
dengan beberapa blok ukur seperti yang diperlihatkan
pada gambar 9b. Sebagaimana dengan pemakaian pisau
lurus di atas, maka pada setiap permukaan yang berimpit
12
dari susunan blok sudut, blok persegi dan benda ukur
harus tidak terjadi celah.
Pengukuran perbandingan dengan cara
memperhatikan celah seperti ini tidaklah selalu
memberikan hasil yang teliti, karena sampai seberapa
jauh kesalahan antara sudut benda ukur dengan sudut
dari susunan blok sudut tidak diketahui dengan pasti.
Untuk pengukuran sudut dengan lebih cermat, maka blok
sudut dapat digunakan bersama-sama dengan Angle
Dekkor.

7. PELINGKUP SUDUT ( ANGLE TRANSFER )


Apabila sudut dari benda ukur terlalu sulit untuk
diukur secara langsung dengan membandingkannya
dengan blok sudut, maka dapat dipakai pelingkup sudut.
Alat ini tidak mempunyai skala dan terdiri dari dua atau
tiga bilah pelingkup yang disatukan dengan memakai
poros pengunci, lihat gambar 10. Posisi antara bilah yang
satu dengan bilah yang lain dapat diatur dan dikunci,
sehingga sudut antara dua permukaan benda ukur dapat
"diambil' oleh pelingkup sudut. Kemudian besar dari sudut
antara dua bilah pelingkup ini dapat diketahui dengan cara
membandingkannya dengan susunan blok sudut atau

13
diukur bayangan sudutnya dengan memakai profil
proyektor.

8. ALAT UKUR SINUS


Suatu sudut dapat diketahui besannya apabila
diketahul harga sinusnya, sebagaimana rumus sinus
dalam ilmu ukur sudut, yaitu :
h h
sin α  atau arc sin α
I I
Dengan demikian masalah pengukuran sudut menjadi
masalah pengukuran linier, yaitu mengukur tinggi h dan
sisi terpanjang I. Pengukuran dilaksanakan dengan
meletakkan benda ukur pada meja rata, dan sudut antara
salah satu permukaannya dengan permukaan meja rata
dengan cara mencari harga sinusnya. Supaya tinggi h
dapat ditentukan maka pada permukaan yang miring
tersebut diletakkan dua buah rol dengan diameter yang
sama pada jarak tertentu, lihat gambar 11 a.

Untuk menyederhanakan perhitungan sinusnya, lihat


gambar 11b. Misalkan setelah diukur dengan mistar ingsut
ketinggian, selisih tinggi tersebut adalah :
h = 35.02 mm
Sedangkan jarak antara senter dari due rol tersebut
adalah
14
I = 100 mm
maka sin a = h / I = 0.3502

Dengan menggunakan daftar sinus (biasanya


tercantum juga di dalam buku daftar logaritma) dicari
harga sudut  yang mempunyai harga sinus yang sama
atau mendekati harga sinus yang dihitung di atas.
Ternyata sudut yang dicari adalah terletak di antara harga
20029’ dan 20030’, yaitu :
sin 20029' = 0.34993 dan
sin 20030' = 0.35021.

Karena 0.3502 lebih dekat dengan 0.35021, maka


dianggap sudut yang dicari adalah berharga 20030'.

9. BATANG SINUS ( SINE BAR )


Batang sinus berupa suatu batang baja dengan dua
buah rol yang dilekatkan pada kedua ujungnya pada sisi
15
bawah, gambar 12a. Kedua silinder / rol mempunyai
kesamaan diameter dan kesilindrisan dengan toleransi
yang cukup sempit (0,003 mm). Mereka dipasangkan
pada batang dengan jarak antara senter yang tertentu
(100, 200, 250 atau 300 mm), dengan toleransi posisi dan
kesejajaran yang tinggi (0,005 mm).
Dalam pemakaiannya, batang sinus diletakkan pada
meja rata kemudian benda ukur diletakkan dipermukaan
atas dan menempel pada sisi penahan. Ujung dari batang
sinus pada sisi yang tidak berpenahan diangkat dan suatu
susunan blok ukur dengan tinggi yang tertentu diletakkan
di bawah silinder dari batang sinus sedemikian rupa
sehingga permukaan yang lain dari benda ukur menjadi
sejajar dengan permukaan meja rata. Kesejajaran
tersebut diperiksa dengan memakai jam ukur atau pupitas
sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 12b.

Batasan ketelitian dari pemakaian batang sinus.


Semakin besar sudut yang diukur, maka kecermatan
penentuan harga sinus akan semakin turun. Hal ini
disebabkan karena sinus adalah merupakan hasil bagi
16
antara sisi tegak dengan hipotenusa, sedangkan harga
hipotenusa (jarak antara kedua pusat rol) dari batang
sinus adalah tetap. Dari gambar 14 terlihat perbedaan
harga sinus untuk kenaikan sebesar 200, yaitu dari 200
menjadi 400, dari 400 menjadi 600 dan dari 600 menjadi
800. Perbedaan tersebut akan lebih jelas terlihat untuk
perbedaan sudut yang kecil di sekitar 00 dengan
perbedaan sudut yang kecil di sekitar 900, misalnya:

sin 20 = 0,03490 sin 890 = 0.99985


sin 10 = 0.01745 _ sin 880 = 0.99939 _
0.01745 0.00046

Seandainya interpolasi hendak dilakukan untuk


mencapai harga kelebihan menit dari sudut sebesar 10
didapatkan dengan membagi 0.01745 dengan 600,
sedangkan pada sudut 880 didapatkan dengan membagi
0.00046 dengan 600. Untuk menjaga ketelitian dari hasil
pengukuran sudut dengan menggunakan batang sinus,
maka harga sudut dibatasi hanya sampai 600

Pengukuran sudut yang kecil.

17
Pengukuran sudut yang kecil (lebih kecil dari 10)
dapat pula dilakukan dengan memakai batang sinus. Oleh
karena tebal dasar dari blok ukur yang dipakai adalah
sebesar 1 mm atau 2 mm, maka kedua rol dari blok sinus
yang harus diganjal dengan susunan blok ukur supaya
dapat memperoleh tinggi h yang lebih kecil dari 1 mm,
lihat gambar 16.
Kecermatan sudut ini bergantung pula pada kondisi
benda ukur, dengan kata lain permukaan benda ukur
harus rata dan halus supaya kecermatan harga sudut
yang diperoleh menjadi berarti.

18
19
KEBULATAN & PENGUKURAN KEBULATAN

1. PENDAHULUAN

Suatu komponen dengan kebulatan ideal sangat sulit


untuk dibuat, sehingga dapat dipastikan akan terjadi suatu
ketidakbulatan pada komponen tersebut. Walaupun
secara visual penampang suatu komponen berbentuk
bulat, namun bila dilakukan pembesaran maka akan
terlihat suatu ketidakbulatan terjadi pada penampang
tersebut. Keterbatasan yang ada pada proses pembuatan
menyebabkan hal tersebut tidak dapat dihindarkan,
sehingga ketidakbulatan yang terjadi harus ditolerir dalam
batas-batas tertentu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari
komponen tersebut.

ISO/R 1101 mendefinisikan toleransi kebulatan sebagai


daerah toleransi pada bidang penampang yang dibatasi
oleh dua lingkaran konsentrik dengan selisih radius
sebesar harga toleransinya.

Hal-hal yang berhubungan dengan proses pembuatan


yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakbulatan pada
komponen yang dibuat adalah sebagai berikut :

• Keausan yang terjadi pada bantalan poros utama


mesin bubut atau mesin gerinda yang digunakan.

20
• Lenturan yang terjadi pada benda keda atau pada
mesin perkakas yang diakibatkan oleh gaya
pemotongan yang cukup besar.
• Kesalahan posisi senter pemegang.
• Tekanan alat pemegang atau pencekam pada
komponen yang berdinding tipis.
• Terjadi chaffer pada proses pemotongan.
• Adanya ketidakbulatan cetakan pada proses ekstrusi
atau penarikan (drawing).
• Adanya ketidakbulatan bahan yang mencolok pada
proses gerinda tanpa senter.

Peran kebulatan pada fungsi suatu komponen di


antaranya adalah :

• Membagi beban sama rata.


• Memperlancar pelumasan.
• Menentukan ketelitian putaran.
• Menentukan umur komponen.
• Menentukan kondisi suaian.

Ketidakbulatan merupakan salah satu jenis kesalahan


bentuk dan umumnya berkaitan erat dengan beberapa
kesalahan bentuk lainnya, seperti

• Kesamaan sumbu
• Konsentrisitas
• Kelurusan
• Ketegaklurusan
• Kesejajaran.

2. KEBULATAN

Untuk dapat melihat dan menganalisis ketidakbulatan


suatu komponen maka perlu dilakukan pembesaran,
dimana pembesaian tersebut hanya dilakukan terhadap
kesalahan/penyimpangan bentuk yang terjadi (bukan
21
pembesaran pada penampang secara keseluruhan). Profil
hasil pembesaran kesalahan/penyimpangan bentuk
tersebut biasa disebut dengan profil kebulatan.

Pada umumnya suatu profil kebulatan dikatakan bulat


sempurna bila jarak titik-titik yang terdapat pada bentuk
geometri tersebut memiliki jarak yang sama terhadap
sebuah titik yang disebut dengan titik pusat. Suatu profil
kebulatan dikatakan tidak bulat sempurna jika terjadi
ketidakbulatan yang ditandai dengan adanya perbedaan
jarak antara titik-titik pada bentuk geometri tersebut
terhadap titik pusatnya,

Pada Gambar 2.a ditunjukkan suatu profil kebulatan yang


dikatakan bulat sempurna. Sedangkan pada Gambar 2.b
ditunjukkan suatu bentuk yang dikatakan tidak bulat
sempurna, karena terjadi ketidakbulatan sebesar r1 - r2,
dimana r, adalah radius terjauh dan r, adalah radius
terdekat.

Menentukan ketidakbulatan menjadi suatu hal yang sulit


bila dilakukan pada bentukbentuk yang tidak beraturan,
seperfi ditunjukkan pada Gambar 2.c. Kesulitan pertama
adalah menentulkan titik pusat dari profil tersebut, sebagai
langkah awal menentulkan ketidakbulatannya. Bila
digunakan sembarang titik pusat maka ketidakbulatan
yang diperoleh akan berbeda-beda bergantung pada
posisi titik pusat yang dipilih. Hal ini menunjukkan bahwa
penentuan posisi titik pusat menjadi hal yang penting
dalam analisis kebulatan.

3. PENGUKURAN KEBULATAN
22
Kebulatan dan diameter merupakan dua karakter geometri
yang berbeda akan tetapi saling berkaitan. Ketidakbulatan
akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,
sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan
menunjukkan ketidakbulatan.

Perbedaan tersebut pedu diperhatikan dalam melakukan


pengukuran kebulatan, karena keterkaitan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
menginterpretasikan hasil pengukuran yang diperoleh.
Berbagal cara pengukuran kebulatan yang sering
dilakukan dan berbagai kelemahan dari cara-cara tersebut
akan dijelaskan berikut ini.

Pengukuran kebulatan dapat dilakukan dengan


menggunakan alat ukur yang memiliki dua sensor yang
saling bertolak belakang (1800), misalnya mikrometer.
Dengan menggunakan mikrometer penampang poros
dengan dua tonjolan beraturan (elips) akan dapat
diketahui ketidakbulatannya, yaitu dengan mengukur
diameter pada sisi terjauh dan diameter pada sisi terdekat.
Tetapi alat ukur tersebut tidak dapat digunakan untuk
mengetahui ketidakbulatan poros yang memililh tonjolan
berjumlah ganjil beraturan, karena alat ukur tersebut akan
menunjukkan hasil yang selalu sama. Hal tersebut
ditunjukkan pada Gambar 3.

23
Dua lingkaran konsentris yang ditunjukkan pada Gambar
3 disebut sebagai diameter luar efektif dan diameter
dalam efektif. Perbedaan radial kedua diameter tersebut
merupakan parameter kebulatan.

Kaliber ring dengan jam ukur dapat pula digunakan untuk


memeriksa kebulatan. Dengan memutar poros yang
diukur maka goyangan pada jarum jam ukur akan
menunjukkan ketidakbulatan yang terjadi. Segi yang tidak
menguntungkan dan cara tersebut adalah diperlukannya
kaliber yang teliti yang khusus untuk suatu benda keda
dengan diameter tertentu. Hasil pengukuran yang
diperoleh masih dipengaruhi oleh bentuk ketidakbulatan
dan kelonggaran antara poros dengan kaliber ring
tersebut. Pengukuran kebulatan dengan menggunakan
Kaliber Ring ditunjukkan pada Gambar 4.

Adat ukur yang memiliki tiga buah sensor dengan posisi


terpisah sejauh 1200 (misaInya menggunakan mikrometer
tiga kaki) dapat digunakan untuk mengukur diameter
efektif suatu lubang. Apabila diinginkan informasi tentang
ketidakbulatan, maka cara ini akan memberikan hasil yang
dapat menyesatkan. Cara tiga sensor seperti ini dapat
memperbesar kesalahan kebulatan atau sebaliknya tidak
mampu menunjukkan ketidakbulatan, karena dalam hal ini
bentuk dari ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil
pengukuran. Pengukuran tersebut ditunjukkan pada
Gambar 5.

24
Penggunaan alat ukur dengan tiga sensor tersebut di atas
dapat disetarakan dengan cara pengukuran dengan
mengunakan blok vee (V block, dengan sudut 600) dan
jam ukur. Pengukuran kebulatan poros; dilakukan dengan
cara meletakkan pada blok V dan kemudian memutarnya
dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya. Cara
tersebut merupakan cara klasik untuk mengetahui
kebulatan. Pengukuran dengan blok V ditunjukkan pada
Gambar 6.

Apabila penampang benda ukur mendekati bentuk


segitiga (tiga tonjolan beraturan), maka penyimpangan
jarum jam ukur maksimum (AH) adalah tiga kali harga
ketidakbulatan, yaitu jarak radial antara kedua lingkaran
efektif. Sebaliknya jika penampang poros berbentuk elips
maka jam ukur tidak memperlihatkan penyimpangan yang
berarti. Hal ini menunjukkan bahwa sewaktu benda ukur
diputar di atas blok V terjadi perpindahan titik pusat benda
ukur, sehingga mempengaruhi jarak perpindahan sensor
25
jam ukur. Demikian pula halnya bila digunakan blok V
dengan sudut yang berbeda, maka penyimpangan
maksimum jarum jam ukur akan berbeda meskipun benda
ukumya sama. Hal ini disebabkan oleh perpindahan titik
pusat sewaktu pemutaran benda ukur dilakukan.

Agar titik pusat benda ukur tidak berpindah, maka benda


ukur dapat diputar di antara dua senter, sementara itu
sensor jam ukur akan merasakan perubahan permukaan
benda ukur. Cara pengukuran seperti ini hanya bisa
dilakukan bila benda ukur mempunyai lubang senter,
sementara itu dengan cara ini ketelitian putaran sangat
dipengaruhi oleh posisi senter, bentuk senter dan
ketidakbulatan senter.

Meskipun cara-cara pengukuran kebulatan seperti


tersebut di atas memiliki berbagai kelemahan, akan tetapi
cara-cara tersebut masih sering dilakukan. Hal tersebut
dapat diterima asalkan hasil dari pengukuran tersebut
tidak digunakan untuk menyatakan harga ketidakbulatan
dalam arti sesungguhnya.

Kemajuan teknologi, peralatan teknik semakin menuntut


keteliban atas cara pengukuran komponen, di antaranya
adalah pengukuran kebulatan. Kebulatan hanya bisa
diukur dengan memperhatikan beberapa persyaratan
berikut:

26
1. Harus ada sumbu putar dan dianggap sebagai sumbu
referensi.
2. Lokasi sumbu putar harus tetap dan tidak dipengaruhi
oleh profil kebulatan benda ukur.
3. Pengukuran harus bebas dari sumber-sumber yang
dapat menyebabkan ketidaktelitian.
4. Hasil pengukuran diperlihatkan dalam bentuk grafik
polar (lingkaran) guna menentukan parameter
kebulatan.

4. ALAT UKUR KEBULATAN

Suatu alat ukur kebulatan harus memenuhi prinsip dan


syarat pengukuran kebulatan seperti telah dijelaskan di
atas. Berdasarkan putaran, maka alat ukur kebulatan
dapat diklasifikasikan mejadi dua jenis, yaitu :

1. Jenis alat ukur kebulatan dengan sensor berputar.


2. Jenis alat ukur kebulatan dengan meja berputar.

4.1 JENIS DENGAN SENSOR BERPUTAR

Dalam hal ini sensor berputar, sedangkan benda kerja


diam. Spindel atau poros utama yang berputar hanya
menerima beban yang ringan dan tetap. Dengan demikian
ketelitian yang tinggi dapat dicapai dengan membuat
konstruksi yang cukup ringan.

Meja untuk meletakkan benda ukur tidak mempengaruhi


sistem pengukuran. Volume serta posisi titilk berat benda
ukur tidak begitu menjadi persoalan pada proses.
pengukuran dengan menggunakan alat ukur ini.

27
4.2 JENIS DENGAN MEJA BERPUTAR

Karena sensor fidak berputar, maka pengukuran lain yang


berkaitan dengan kebulatan dapat dilakukan, seperti :
konsetrisitas, kesamaan sumbu, kesejajaran, kesilindrisan
kelurusan dan ketegaklurusan. Hal tersebut dapat
dilakukan karena ada kebebasan penempatan sensor
pada benda ukur yang sedang berputar.

Berat benda yang dapat ukur terbatas, karena


keterbatasan spindel dalam menahan beban serta
keterkaitannya dengan ketelitian yang diperoleh.
Penyimpangan posisi titik berat benda ukur terhadap
sumbu putar harus dibatasi karena dapat mempengaruhi
putaran benda kerja. Kedua jenis alat ukur tersebut
ditunjukkan pada Gambar 8.

Skema cara kedua alat ukur kebulatan serta komponen-


komponen utamanya ditunjukkan pada Gambar 9. Secara
umum komponen-komponen utama alat ukur kebulatan
adalah spindel, sensor, pengubah, pencatat serta leveling
dan centering.

28
Spindel merupakan komponen terpenting yang harus
memiliki ketelitian putaran setinggi mungkin. Ketelitian
putaran spindel selain ditentulkan oleh kualitas geometri
spindel juga ditentukan oleh bantalan spindel yang
digunakan. Jenis bantalan yang sering digunakan sebagai
bantalan spindel adalah bantalan kering, bantalan peluru,
bantalan hidrodinamis, bantalan udara dan bantalan
hidrostatis.

Leveling dan centering berfungsi untuk mengatur posisi


sumbu benda ukur sedemikian rupa sehingga sumbu
benda ukur dapat disatulkan dengan sumbu putar spindel.

5. ARTI DARI GRAFIK DAN PARAMETER KEBULATAN

Secara manual analisis kebulatan dilakukan berdasarkan


grafilk profil kebulatan yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengartikan grafilk tersebut adalah:

1. Profil kebulatan bukan merupakan pembesaran


penampang benda ukur. Dalam hal ini pembesaran
dilakukan terhadap variasi ketinggian permukaan
benda ukur, sesuai dengan isyarat yang diberikan
sensor.

2. Besarya pembesaran yang dilakukan mempengaruhi


bentuk profil kebulatan yang diperoleh. Untuk benda
29
ukur yang sama, profil kebulatan akan kelihatan
berubah bentuk apabila digunakan pembesaran yang
berlainan.

3. Posisi pembuatan grafik tidak mempengaruhi analisis


kebulatan, sehingga dapat ditentukan sekehendak.
Profil kebulatan dari suatu benda ukur dapat diatur
sehingga menempati daerah di dekat atau jauh dari
titik pusat grafik.

4. Terdapat hubungan sudut posisi antara benda ukur


dan profil kebulatan. Benda ukur dan grafik polar
berputar dengan kecepatan sama. Dengan demikian
posisi sudut relatif antara tonjolan pada benda ukur
akan tetap sama pada profil kebulatan.

30
5. Kesalahan sentering akan mempengaruhi profil
kebulatan yang diperoleh. Jika sumbu obyek ukur
berimpit dengan sumbu putar, maka profil
kebulatannya akan mempunyai titik tengah yang
bersatu dengan titik tengah grafik. Benda ukur
dengan kebulatan ideal akan mempunyai profil
lingkaran sempurna, akan tetapi bila garis tengahnya
tidak berimpit dengan sumbu putar maka profil
kebulatannya jauh menyimpang dari lingkaran
sempurna. Hal ini menunjukkan pentingnya sentering.
Jarak antara titik tengah profil kebulatan dengan titik
tengah grafik menunjukkan besarnya eksentrisitas
(setelah dibagi dengan pembesaran).

Untuk dapat menyatakan tingkat ketidakbulatan suatu


benda ukur maka perlu ditetapkan suatu parameter
kebulatan. Parameter kebulatan dapat dihitung
berdasarkan profil kebulatan, relatif terhadap lingkaran
referensinya. Dalam hal ini terdapat empat jenis lingkaran
referensi yang dapat digunakan dalam menentukan harga
parameter kebulatan.

31
Empat lingkaran referensi tersebut adalah :

1. Lingkaran Luar Minimum (Minimum


Circumscribed Circle).

Merupakan lingkaran terkecil yang mungkin dibuat


diluar profil kebulatan tanpa memotong profil
tersebut. Ketidakbulatan adalah sama dengan jarak
radial dari lingkaran tersebut ke lekukan paling
dalam.

32
2. Lingkaran Dalam Maksimum (Maximum Inscribed
Circle)

Merupakan lingkaran terbesar yang mungkin dibuat


di dalam profil kebulatan tanpa memotong profil
tersebut. Ketidakbulatan sama dengan jarak radial
dari lingkaran tersebut ke tonjolan yang paling luar.

3. Lingkaran Daerah Minimum (Minimum Zone


Circle)

Merupakan due buah lingkaran konsentris yang


melingkupi profil kebulatan sedemikian rupa
sehingga jarak radial antara kedua lingkaran
tersebut adalah yang terkecil.
Titik tengah dari lingkaran daerah minimum
tersebut disebut dengan Minimum Zone Center
(MZC). Sedang ketidakbulatan adalah merupakan
selisih radius kedua lingkaran tersebut dan
dinamakan Minimum Radial Zone (MRZ).

4. Lingkaran Kuadrat Terkecil (Least Squares Orcle)

Merupakan lingkaran yang ditentukan berdasarkan


profil kebulatan sedemikian rupa sehingga jumlah
33
kuadrat jarak dari sejumlah titik dengan interval
sudut yang sama pada profil kebulatan ke lingkaran
referensi adalah paling kedl.

Titik tengah lingkaran kuadrat terkecil dinamakan


Least Square Center (LSC). Jarak radial harga
mutlak rata-rata antara profil kebulatan dengan
lingkaran kuadrat terkeeil disebut dengan Mean
Line Average (MLA).

Ditinjau dari segi teoritis maka parameter kebulatan Mean


Line Average dapat dianggap paling baik untuk
menyatakan harga ketidakbulatan serta titik pusat (LSC)
dengan teliti. Tetapi lingkaran kuadrat terkedl hanya dapat
ditentukan dengan cepat dengan bantuan komputer. Jika
alat ukur tersebut tidak dilengkapi komputer, maka
lingkaran referensi kuadrat terkecil dapat dibuat pada
grafik dengan bantuan jangka dimana fitik tengahnya
(LSC) dihitung melalui pendekatan sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 19.

Pada gambar tersebut dipilih 12 titik yang terpisah dengan


interval sudut yang sama; semakin banyak titik yang dipilih
maka penentuan titik tengah semakin teliti.

34
ISO menganjurkan penggunaan Lingkaran Daerah
Minimum sebagai referensi untuk menghitung harga
ketidakbulatan, karena MRZ yang diperoleh adalah setaraf
dengan definisi toleransi kebulatan.

Dalam praktek, penentuan MRZ dapat dilakukan dengan bantuan mistar lingkaran
transparan yang mempunyai skala lingkaran-lingkaran konsentris, lihat Gambar 20.
Penentuan MRZ dengan cara coba-koreksi dengan bantuan mister lingkaran transparan
memang agak sulit terlebih bila profil kebulatan tersebut sangat tidak beraturan. Untuk
itu dapat dilakukan pembuatan grafik sekali lagi (bila set-up pengukuran belum diubah)
dengan memilih pembesaran (magnification) yang lebih kecil. Kemudian hasilnya dapat
digunakan untuk memperkirakan letak MZC pada usaha coba-koreksi yang dilakukan
35
pada profil kebulatan semula, Bila fidak ada keberatan dalam pertimbangan kualitas,
maka penentuan harga ketidakbulatan berdasarkan lingkaran luar minimum atau
lingkaran dalam maksimum dapat dipilih karena lebih mudah menentukannya.

Parameter-parameter kebulatan tersebut di atas bukanlah merupakan parameter yang


ideal yang mampu menerangkan ketidakbulatan. Hal tersebut disebabkan oleh :

1. Harga ketidakbulatan tersebut tidak memberikan informasi atas bentuk


profil kebulatan atau jumlah tonjolan.

2. MRZ tidak selalu sama dengan jarak antara tonjolan tertinggi dengan
lekukan terendah, bergantung pada posisi sudut relatif antara tonjolan
dan lekukan tersebut, lihat Gambar 2 1.

3. Adanya goresan atau kotoran pada permukaan obyek ukur akan


menyebabkan perubahan yang cukup besar bagi parameter
kebulatannya, lihat Gambar 22.

36
6. PENGUKURAN KESALAHAN BENTUK DENGAN ALAT UKUR
KEBULATAN

Pengukuran kesalahan bentuk dapat dikatakan sebagai seninya metrologi, karena disini
diperlukan penguasaan teori dan pengalaman dalam membaca gambar teknis (arti
simbol toleransi), pemilihan jenis alat ukur, melakukan persiapan pengukuran,
mengetahui sumber penyimpangan dalam proses pengukuran sehingga kesalahan
pengukuran dapat dihindari atau dieliminir dan menganalisis hasil pengukuran serta
menarik kesimpulan (menentukan kualitas geometris benda ukur).

Berikut akan dibahas salah satu contoh pengukuran kesalahan bentuk dengan
memakai alat ukur kebulatan. Misalnya suatu benda ukur harus sesuai dengan standar
kualitas geometris sebagaimana yang ditunjukkan gambar 23 (hanya beberapa simbol
toleransi bentuknya yang diperlihatkan, ukuran dan toleransi dimensi dalam hal ini tidak
dbahas).
Pengukuran kesalahan bentuk dapat dilakukan dengan satu kali set-up yaitu dengan
cara sebagai berikut:

1. Sentering dan Leveling.

Benda ukur diletakkan pada meja alat ukur, kemudian diiakukan sentering dan leveling
sedemikian rupa sehingga sumbu poros untuk bantalan atas dan bawah (sesuai
dengan elemen dasar A dan B) berimpit dengan sumbu putar (meja putar atau sensor
putar). Untuk memeriksa kesamaan sumbu ini, maka dibuat profil kebulatan untuk poros
atas & bawah pada satu kertas grafik. Pembuatan profil kebulatan ini dilakukan dengan
menempelkan sensor pada elemen geometris yang sesuai (poros atas dan kemudian
poros bawah) tanpa menghenbkan putaran, guna menjamin ketelitian (untuk
menghindari hentakan sewaktu mejalsensor mulai berputar). Dua buah profil kebulatan
tersebut harus mempunyai titik tengah (MZC) yang sama yaitu titik tengah grafik polar,
lihat gambar 4.8.19A.

37
2. Memeriksa toleransi kebulatan.

Dari hasil sentering dan leveling, kedua profil kebulatan yang mempunyai MZC yang
sama tersebut harus mempunyai harga MRZ yang tidak melebihi harga toleransi
kebulatannya (0,01 mm).

3. Memeriksa toleransi kesamaan sumbu (konsentrisitas).

Pada Gambar 23 terlihat adanya dua toleransi konsentrisitas, yaitu pada lubang bagian
atas dan bagian tengah terhadap sumbu dasar AB (sumbu putar). Pemeriksaan
konsentrisitas dengan demikian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Membuat profil kebulatan dari lubang bagian atas dan poros atas pada satu kertas
grafik, lihat Gambar 24. B. Profil kebulatan 1 (poros atas) harus tetap mempunyai titik
tengah (MZC) yang sama dengan titik tengah grafik dan profil kebulatan 3 (lubang
atas). Mungkin saja kedua MZC tidak berimpit. Konsentrisitas adalah jarak antara
kedua titik tengah tersebut dan harganya tidak boleh melebihi toleransinya (setengah
dari 0,03 mm).

Membuat profil kebulatan dari lubang bagian tengah dan poros atas pada satu kertas
grafik, lihat Gambar 48.C. Seperti halnya di atas, maka jarak titik tengah dari kedua
grafik tidak boleh lebih besar dari toleransinya (setengah dari 0,05 mm).

4. Memeriksa toleransi ketegaklurusan.


38
Ketegaklurusan bidang yang menghadap ke atas terhadap sumbu clasar AB (lihat
Gambar 23) dapat diperiksa dengan mengubah posisi sensor sehingga horisontal
(sensor harus diganti dengan jenis jarum horisontal) dan ditempelkan pada obyek ukur.
Saat dibuat grafiknya, maka suatu permukaan yang tegak furus dengan sumbu putar
akan menghasilkan profil dengan bentuk lingkaran yang konsentris dengan titik pusat
grafik. Jikalau permukaan tersebut tidak tegak lurus maka "profil kebulatannya" akan
mempunyai MZC yang tidak berimpit dengan pusat grafik, dalam hal ini jarak kedua titik
pusat menggambarkan ketidaktegaklurusan. Perlu dicatat bahwa posisi sensor
diusahakan sejauh mungkin dari pusat putaran supaya akibat dari penyimpangan
terhadap kondisi tegak lurus lebih terasa. Dalam contoh ini eksentrisitas maksimum
yang diijinkan dari MZC terhadap pusat grafik polar adalah sebesar 0,025 mm, yaitu
setengah harga toleransi ketegaklurusan (0,05 mm), lihat Gambar 24. D.

5. Memeriksa toleransi kesejajaran.

Dua permukaan yang harus diperiksa kesejajarannya adalah permukaan atas dan
bawah dan sirip benda ukur, lihat Gambar 23.

Sepert halnya dalam pemerik§aan ketegaklurusan di atas, sensor harus dalam dalam
posisi horisontal dan ditempelkan pada permukaan atas, kemudian pada permukaan
bawah dengan jarak yang sama terhadap pusat putaran. Kedua "profil kebulatannya"
harus dibuat pada satu kertas grafik (dengan pembesaran yang sama) supaya posisi
relatif kedua MZC dapat diketahui. Apabila mereka berimpit berarti kedua permukaan
sejajar. Suatu eksentrisitas menandakan ketidaksejajaran dimana jarak maksimum
kedua MZC adalah setengah dari toleransi kesejajaran (setengah dari 0,035 mm). Pada
Gambar 24.E. terlihat bahwa permukaan 5 (permukaan atas) lebih tidak tegaklurus bila
dibandingkan permukaan 6 (permukaan bawah) terhadap sumbu putar (titik pusatnya
lebih jauh dari titik pusat grafik polar).

6. Memeriksa toleransi kelurusan.

Pemeriksaan kelurusan dilakukan yang terakhir, sebab putaran meja/sensor harus


dihentikan (selama pengukuran kesalahan bentuk yang lain dilakukan putaran tidak
dihentikan demi untuk menjaga ketelitian sentering dan leveling). Dalam analisa profil
kelurusan pedu dicari garis referensi yang umumnya dibuat melalui titik mula dan titik
akhir. Terhadap garis referensi inilah ditentukan jarak titik tertinggi kemudian yang
terend3h untuk dijumiahkan. Pada Gambar 24 F&G harga yang didapat tidak boleh
melebihi toleransi kelurusan, masing-masing sebesar 0,04 mm dan 0,06 mm.

39

Anda mungkin juga menyukai