𝑢𝐿
Re =
𝑣
(2.1)
Dimana:
U = karakteristik kecepatan aliran,biasanya diambil dari kecepatan rata-rata (m/d)
L = panjang karakteristik (m)
V = kekentalan kinematik (m2/d)
𝜇
V=
𝜌
(2.2)
Dimana:
µ = kekentalan dinamik (kg/m.d)
𝜌 = kerapatan air (kg/m3)
𝜇
v= = [1.14 − 0.031(𝑇° − 15) + 0.00068(𝑇° − 15)2 ]10−6 (2.3)
𝜌
kerapatan air juga mengalami perubahan dengan perubahan temperatur.
Dari suhu 00C besarnya ρair = 1000 kg/m3. Kenaikan temperetur menyebabkan
turunnya harga kerapatan air. Untuk temperatur 1000C, kerapatan air turun dari
999 kg/m3 menjadi 958 kg/m3.
Klasifikasi aliran berdasarkan bilangan Reynolds dapat dibedakan menjadi
tiga kategori seperti berikut ini(French, 1985)
Atau
Gaya F adalah gaya (total) tekanan air setinggi y yang dapat ditulis
𝑦 1
F = yγ. .B = γ𝑦 2 B
2 2
a. Denah
b. Tampang memanjang
a. Denah
b. Potongan melintang c. Potongan memanjang
Di mana:
A = luas potongan melintang ┴ aliran (m2)
d = kedalaman vertikal ┴ dasar saluran (m)
E = spesifikasi energi = y + v2/2g
EL = garis energi (energi line)
g = gravitasi (m/s)
H = total energi = y + v2/2g + z
HGL = garis gradient periodik (hydraulic gradient line)
p = penampan basah saluran (m)
Q = debit (m3/s)
R = radius hidrolik = A/p (m)
Rc = jari-jari bagian lengkung (m)
Sf = kemiringan geser
Sw = kemiringan muka air
So = kemiringan dasar saluran
α = sudut kemiringan dasar saluran
T = lebar muka air
v = kecepatan rata-rata (m/s)
x = koordinat memanjang (m)
y = kedalaman aliran (m)
z = jarak vertikal dasar saluran terhadap datum misal muka air laut
(m)
Menurut Henderson (1966) dan Hicks (1990), T/Rc selalu < 0.25 dan
biasanya < 0.10.
Pada gambar 2.4.c dan d ditunjukkan detail penentuan S0. Dari kedua
gambar didalam gambar 2.4.d. ditunjukkan besar ∆x dan ∆z yang masing-masing
merupakan perbedaan sumbu titik P(X1,Z1) dan Q (X2,Z2) dengan sistem sumbu
koordinat (X,Z). Dalam sistem terlihat bahwa
∆X = X2 – X1 dan ∆Z = Z2 – Z1
∆𝑍
= negatif
∆𝑋
∆𝑍
− = 𝑆0
∆𝑋
Tanda – (minus) dalam diatas untuk menunjukkan bahwa S0 harus selalu positif.
Diketahui juga
∆𝑍
𝑆0 = − = tan 𝛼
∆𝑋
(2.7)
Karena α sangat kecil dan karena kemiringan saluran S0 relatif kecil yaitu
biasanya < 0.1 maka dapat dikatakan bahwa α ≅ tan α, atau persamaan (2.7) dapat
ditulis
∆𝑍
𝑆0 = − ≅ 𝛼
∆𝑋
(2.8)
𝑄 ∫𝐴 𝑢𝑑𝐴
𝑣= = dengan satuan (misal) m/detik →L/T
𝐴 𝐴
(2.10)
Di mana B adalah lebar dasar saluran. Biasanya untuk sungai sangat lebar
T = B, atau sungai berbentuk persegi panjang.
2.4. Distribusi Kecepatan Aliran
Disebabkan oleh tekanan pada muka air akibat adanya perbedaan fluida
antara udara dan air seperti ditunjukkan pada gambar 2.3. dan juga akibat gaya
gesekan pada dinding saluran (dasar maupun tebing saluran) maka kecepatan pada
suatu potongan melintangsaluran tidak seragam (Addison, 1944; Chow, 1959).
Ketidak seragaman ini juga disebankan oleh bentuk tampang melintang saluran,
kekerasan dan lokasi aliran (saluran lurus, atau pada belokan).
Selanjutnya chow mengatakan bahwa kecepatan maximum umumnya
terjadi pada jarak 0.05 sampai 0.25 dikalikan kedalaman airnya dihitung dari
permukaan air seperti ditunjukkan dalam gambar 2.5.a. Namun pada sungai yang
sangat lebar dengan kedalaman dangkal (shalow), kecepatan maximum terjadi
pada permukaan air (Addison, 1944). Makin sempit saluran kecepatan air
maximumnya makin dalam.
Gambar 2.6. menunjukkan beberapa kontur kecepatan air umtuk beberapa
potongan melintang saluran (Chow, 1959).
Gambar 2.5. Jarak kecepatan maximum dan efek kekerasan dasar saluran
(Addison, 1944; Chow, 1959)