Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tujuan Praktikum
1. Agar praktikan mampu memahami dan menggunakan alat ukur pengukuran
sudut.
2. Agar praktikan memahami dan mampu menentukan karakteristik ulir.
3. Agar praktikan memahami dan mampu menganalisa geometri sudut dari benda ukur
1.2 Pengukuran Sudut
1.2.1 Pengukuran sudut langsung
Pengukuran sudut langsung adalah pengukuran benda yang memiliki dimensi sudut dengan
menggunakan alat ukur langsung dan hasil pengukurannya dapat langsung terbaca.
1.2.1.1 Profil Projector
1. Profile projector
Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya menggunakan sistem optis dan
mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem
mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur bisa dilihat
pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat pada skala
mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa digunakan untuk
mengukur bentuk, mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena komponen-komponen
utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan proyektor bentuk
harus mempunyai dimensi ukuran yang relative kecil.
2. Fungsi profile projector
a. Untuk mengukur bentuk dari suatu benda yang berukuran kecil.
b. Untuk mengukur panjang dari suatu benda yang berukuran kecil.
c. Untuk mengukur sudut dari suatu benda yang berukuran kecil.
3. Bagian bagian profile projector
a. Lampu (lamp)

Lampu digunakan sebagai sumber cahaya yang digunakan untuk menerangi benda kerja
agar dapat muncul di proyektor.
b. Proyektor (projector)
Proyektor digunakan untuk memproyeksikan cahaya ke cermin lalu diteruskan ke layar.
c. Layar (screen)
Layar digunakan sebagai penerima cahaya yang telah diproyeksikan ke proyektor. Pada
layar terdapat garis silang untuk memposisikan bayangan benda ukur. Piringan layar
dapat berputar 360 untuk dapat membaca sudut bayangan.
d. Eretan dan meja
Eretan yang terdapat meja digunakan untuk menggerakkan meja searah horizontal untuk
eretan Y dan menggerakkan meja searah vertical untuk eretan X. sedangkan meja
digunakan untuk dudukan benda ukur.
e. Alat ukur
Pada profile projector terdapat alat ukur vernier digital untuk membaca panjang, lebar,
dan sudut benda ukur.
f. Switch
Terdapat tiga switch pada profile projector, yaitu switch lampu utama, switch angle
vernier, dan switch lampu sorot fleksibel.
4. Cara pembacaan profile projector.
a. Dimensi linier
Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala
sudutnya sama dengan sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan skala
nonius.
b. Dimensi sudut
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di mana skala sudut
berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah
skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut adalah
dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala
sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut.
5. Jenis jenis profile projector
(Jenis dan fungsi)
6. Kalibrasi
Kalibrasi profil proyektor yaitu dengan cara memutar skala piringan sehingga skala utama dan
skala nonius segaris angka nol masing masing skala tersebut.

1.2.1.2 Busur Bilah


1. Busur bilah
Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja. Skala utama mempunyai
tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini
mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur
bilah ini dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi.
Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah
pembantu bisa digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul.
2. Fungsi busur bilah
a. untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi.
b.
(fungsi khusus busur bilah)
3. Bagian bagian busur bilah
a. Badan atau piringan dasar
Berupa lingkaran penuh dengan diameter sekitar 55 mm. permukaan bawah piringan
dasar ini rata, sehingga busur bilah dapat diletakkan pada meja rata dengan baik tak
bergoyang. Pada tepi permukaan atas terdapat skala dengan pembagian dalam derajat dan
diberi nomor 0 - 90 - 0 - 90 (skala kiri dan kanan).
b. Pelat dasar
Menyatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar, dan tebal pelat dasar sekitar 90 x 15 x 7
mm. system kerja pelat dasar dibuat rata dan lurus, dengan toleransi kerataan 0,001 mm
untuk sepanjang sisi kerja.
c. Piringan indeks
Mempunyai titik pusat putaran berimpit dengan pusat piringan dasar. Ada piringan ini
tercantum garis indeks dan skala nonius sudut (skala nonius kiri dan kanan), biasanya
dengan kecermatan sampai 5 menit. Ada juga yang dilengkapi dengan pemutar halus atau
cermat.
d. Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada piringan indeks. Panjang,
lebar, dan tebal dari bilah utama, sekitar 150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua ujungnya
dibuat menyudut masing masing sebesar 45 dan 60. Kedua tepi dibuat lurus dengan
toleransi kerataan sebesar 0,02 sampai 0,03 mm untuk seluruh panjangnya.
4. Cara pembacaan busur bilah.
Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan mistar ingsut,
hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus
diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala utama.
Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis skala
utama.
Sebagai contoh lihat gambar di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar
50 55 (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara 50
dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan skala utama
sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius

yang segaris dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55
dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri
garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah
55 menit = 56 derajat 55 menit (50 55).

5. Jenis jenis busur bilah


a. Busur Kombinasi (Ketelitian 1)
Busur derajatnya dilengkapi dengan penyiput dasar (spirit level). Bilahnya adalah mistar
yang dapat dipakai sebagai mistar lurus. Dapat diperlengkapi dengan pencari senter,
pemeriksa kesikuan, dan pengukuran kedalaman.
b. Busur Derajat Baja (Ketelitian 1)
Bilahnya adalah mistar yang dapat digunkan sebagai pengukur kedalaman.
c. Busur Bilah Jam Ukur
Suatu putaran jam jam adalah sesuai dengan 10 derajat, yang terbagi 120 menit @ 5
menit. Sebuah lubang kecil memperlihatkan angka dalam angka puluhan derajat.
d. Busur Bilah Nonius (Ketelitian 5 menit)
Dilengkapi dengan bilah bantu untuk mengukur sudut sudut dengan ujung ujung yang
tebal.
e. Busur Bilah Optik (Ketelitian 5 menit)
Mempunyai pembacaan 4 kali 0 90. Pembacaan melalui kaca optik. Ada tipe tertentu
yang dilengkapi penggerak lurus.
6. Kalibrasi
a. Rapatkan bagian busur derajat dengan mistar.
b. Kendorkan baut pengencang.
c. Tepatkan garis pada mistar tepat pada angka nol pada busur.
d. Kencangkan lagi baut pengencang

1.2.2 Pengukuran sudut tak langsung


Dalam pengukuran sudut sering juga dijumpai bahwa kita tidak bisa membaca langsung hasil
dari pengukuran tersebut karena alat ukur yang digunakan tidak memungkinkan untuk maksud di
atas. Dengan demikian alat ukur yang digunakan dapat disebut dengan alat ukur sudut tak
langsung.
1.2.2.1 Blok sudut
1. Blok sudut
Pada pengukuran sudut secara tak langsung pun ada alat-alat ukur yang berupa balok baja yaitu
yang disebut dengan blok sudut. Blok sudut biasanya mempunyai ukuran panjang lebih kurang
75 mm dan lebar biasanya 16 mm. Bagian tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung
memanjangnya membentuk sudut. Dua permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi
mempunyai bentuk yang rata dan halus sehingga memungkinkan dapat dilekatkan dengan
permukaan blok sudut lainnya. Karena kedua sudut dari sisi-sisi yang rata dan halus itu
membentuk sudut maka sudut yang mengecil biasanya diberi tanda minus ( ) dan sudut untuk
ujung yang lebih besar diberi tanda plus ( + ). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna
menghindari terjadinya kesalahan perhitungan. Bila dua atau lebih blok sudut disusun dengan
tanda-tanda yang sama pada satu ujungnya maka berarti sudutnya makin menjadi besar yang
nilainya adalah jumlah angka-angka yang tercantum pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila
yang disusun pada satu ujung susunan tanda-tandanya tidak sama maka besarnya sudut adalah
jumlah yang bertanda plus (+) dikurangi dengan jumlah yang bertanda minus ().
Yang banyak terdapat adalah blok ukur yang dalam satu set terdiri 15 blok rinciannya adalah
sebagai berikut:
Blok sudut dalam derajat
Blok sudut dalam menit
Blok sudut dalam menit
Jumlah

: 1, 3, 9, 27, 41 = 5 blok
: 1, 3, 9, dan 27 = 4 blok
: 3, 6, 20 dan 30 = 4 blok
= 15 blok

Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok sudut yang dibuat oleh pabrik
Starret, rinciannya adalah sebagai berikut :
Blok sudut dalam derajat

: 1, 3, 5, 50, 45 = 6 blok

Blok sudut dalam menit


Blok sudut dalam menit
Jumlah

: 1, 3, 5, 20, dan 30
= 5 blok
: 1, 3, 5, 20 dan 30
= 5 blok
= 16 blok

2. Fungsi blok sudut


a. Blok ukur digunakan sebagai pembanding pengukur yang teliti untuk mengukur perkakas.
b. Blok ukur digunakan sebagai pembanding pengukur yang teliti untuk mengukur pengukur
c. Blok ukur digunakan sebagai pembanding pengukur yang teliti untuk mengukur die
d. Blok ukur digunakan sebagai standar laboratorium induk untukmengukur ukuran selama produksi.
3. Bagian bagian blok sudut
a. Bagian Permukaan
Bagian tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung memanjangnya membentuk sudut. Dua
permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi mempunyai bentuk yang rata dan halus sehingga
memungkinkan dapat dilekatkan dengan permukaan blok sudut lainnya.
4. Cara pembacaan blok sudut.
Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara mengecek benda ukur dengan blok
sudut yang sudah disusun. Misalnya akan membentuk sudut 360 23 5 dan 260 12 16 .
Contoh susunannya lihat gambar di bawah ini:

Untuk mengecek apakah permukaan benda ukur sudah satu bidang dengan permukaan susunan
blok dapat dicek dengan pisau bilah tipis pelengkap dari blok sudut. Bila masih ada celah berarti
sudut benda ukur belum sama dengan sudut susunan blok sudut. Atau bisa juga dicek dengan jam
ukur

Sebagai contoh bila diperlukan standar dimensi sebedar 91,668mm maka dapat dilakukan kombinasi blok ukur
karbida yang terdiri dari 88 blok seperti di tunjukan pada tabel berikut.

Tabel ... contoh perhitunganDimana susunan blok ukur di susun dariblok dengan ukuran terkecil ke ukuran
terbesarseperti di tunjukan gambar di bawah. Hal ini dilakukan unutk mempermudah pemindahan blokukur
kelokasi pengukuran.
5. Jenis jenis blok sudut
Pemeriksaan Kualitasnya Dilakukan
Kelas Blok Ukur
Dengan
Komparator, dibandingkan dengan blok
Kelas 3
ukur kelas 1
Komparator cermat, dibandingkan dengan
Kelas 2
blok ukur kelas 0
Komparator cermat, dibandingkan dengan
Kelas 1
blok ukur kelas 0
Komparator cermat, dibandingkan dengan
Kelas 0
blok ukur kelas 01
Kelas 01

Inter ferometer

Digunakan Ukuran Standar


Pada
Bagian produksi
Kamar ukur bagian produksi
Kamar ukur atau laboratorium
metrologi industri
Laboratorium metrologi
ndustri
Laboratorium metrologi
industri (Nasional)

6. Kalibrasi
a. Bersihkan perselin yang menutupinya dengan bensin pembersih dan letakkan blok ukur
pada alas yang bersih dan muka ukur terletak disamping.
b. Simpan kembali blok ukur agar ukuran tetap standart
1.2.2.2 Batang sinus
1. Batang sinus

Batang sinus ini merupakan pelat baja yang sudah diproses dengan perlakuan panas tertentu,
pada bagian dari kedua ujungnya dilengkapi dengan semacam silinder atau rol yang diameternya
sama. Jarak antara senter dari kedua rol tersebut bermacam-macam, ada yang 100 mm, ada yang
25 mm, dan ada pula yang berjarak 300 mm. Jarak inilah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan dalam menggunakan batang sinus.
Dalam penggunaannya, biasanya harus dilengkapi/dibantu dengan jam ukur dan blok ukur. Jam
ukur digunakan untuk mengecek kedataran permukaan benda ukur, sedangkan blok ukur
digunakan untuk sebagai landasan guna membuat permukaan benda ukur menjadi data sejajar
dengan meja tempat pengukuran (surface table). Lihat gambar dibawah ini.

2. Fungsi batang sinus


(fungsi khusus batang sinus)
3. Bagian bagian batang sinus
a. Pelat Baja
Pelat baja digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menggunakan batang sinus. Dasar
perhitungan ini tergantung oleh jarak antara senter dari kedua roll
b. Silinder atau roll
Sebagai landasan atau permukaan yang bersentuhan dengan tempat pengukuran atau
dengan blok ukur.
4. Cara pembacaan batang sinus dan perhitungan mencari ketelitian.
Benda ukur diletakkan sedemikian rupa sesuai dengan sudut yang mana yang akan dicek.
Susunlah blok ukur dengan ukuran tertentu dan tempatkan di bawah salah satu ujung batang
sinus, biasanya pada ujung yang tidak ada kait/penahan benda ukur seperti nampak pada batang.
Kalau digambarkan secara trigonometri maka diperoleh gambaran hubungan antara sudut benda
ukur dengan tinggi susunan blok ukur dan dengan panjang dari batang ukur. Hubungan tersebut
dapat dijelaskan dengan rumus sinus sebagai berikut :
H
L
sin

Dimana:

Sin = sudut yang dibentuk batang sinus terhadap meja datar karena adanya susunan blok
ukur. Sudut ini sama besarnya dengan sudut benda ukur yang dicek karena permukaan benda
ukur sejajar dengan permukaan meja ukur.
H = tinggi susunan blok ukur, dalam mm.
L = panjang batang sinus, dalam mm.
rumus perhitungan berbagai macam ketelitian)
(cara pembacaan dan rumus perhitungan berbagai macam ketelitian)
5. Jenis jenis batang sinus
(Jenis dan fungsi)
6. Kalibrasi
1.3. Metrologi Ulir
1.3.1 Karakteristik ulir
1. Definisi ulir
Ulir adalah garis atau/profil melingkar (melilit pada silinder yang mempunyai sudut kisar atau
uliran tetap).
2. Jenis Ulir
a. Jenis Ulir Menurut Arah Gerakan Jalus Ulir
Menurut arah gerakan ulir dapat dibedakan dua macam ulir yaitu ulir kiri dan ulir kanan. Untuk
mengetahui apakah suatu ulir termasuk ulir kiri atau ulir kanan dilihat arah kemiringan sudut sisi
ulir. Atau bisa juga dicek dengan memutar pasangan dari komponen-komponen yang berulir
misalnya mur dan baut. Apabila sebuah mur dipasangkan pada baut yang kemudian diputar ke
kanan (searah jarum jam) ternyata murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kanan.
Sebaliknya, bila mur diputar arahnya ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam) ternyata
murnya bergerak maju maka ulir tersebut termasuk ulir kiri. Jadi, pada ulir kanan, kalau akan
melepaskan mur dari bautnya maka mur harus diputar ke kiri. Sedangkan pada ulir kiri, untuk
melepaskan murnya adalah dengan memutar mur ke kanan. Yang paling banyak digunakan
adalah ulir kanan.
b. Jenis Ulir Menurut Jumlah Ulir Tiap Gang (Pitch)
Dilihat dari banyaknya ulir tiap gang (pitch) maka ulir dapat di bedakan menjadi ulir tunggal dan
ulir ganda. Ulir ganda artinya dalam satu putaran (dari puncak ulir yang satu ke puncak ulir yang
lain) terdapat lebih dari satu ulir, misalnya dua ulir, tiga ulir dan empat ulir. Untuk ulir ganda ini
biasanya disebutkan berdasarkan jumlah ulirnya, misalnya ganda dua, ganda tiga dan ganda
empat. Gambar dibawah ini menunjukkan bagan dari ulir tunggal dan ulir ganda. Melihat
bentuknya, maka satu putaran pada ulir ganda dapat memindahkan jarak yang lebih panjang dari
pada satu putaran ulir tunggal.

c. Jenis Ulir Menurut Bentuk Sisi Ulir


Melihat bentuk dari sisi ulir ini maka ulir dapat dibedakan menjadi ulir segi tiga, segi empat,
trapesium, parabol (knuckle). Bentuk ulir ini juga ada kaitannya dengan standar yang digunakan.
Berikut ini berapa contoh dari bentuk ulir.

3. Dimensi dimensi pada ulir


a. Diameter mayor (diameter luar) adalah diameter terbesar dari ulir.
b. Diameter minor (diameter inti) adalah diameter terkecil dari ulir.
c. Diameter pit (diameter tusuk) adalah diameter semu yang letaknya di antara diameter luar
dan diameter inti. Pada radius dari diameter tusuk inilah letaknya titik-titik singgung
antara pasangan dua buah ulir sehingga pada titik-titik tersebutlah yang akan menerima
beban terberat sewaktu pasangan ulir dikencangkan.
d. Jarak antara puncak ulir yang disebut juga dengan istilah pitch merupakan dimensi yang
cukup besar pengaruhnya terhadap pasangan ulir. Karena apabila jarak antara puncak ulir
yang satu dengan puncak ulir yang lain tidak sama maka ulir ini tidak bisa dipasangkan
dengan ulir yang lain yang jarak puncak ulirnya masingmasing adalah sama. Kalaupun
bisa tentu dengan jalan dipaksa yang akhirnya juga akan merusakkan ulir yang sudah
betul. Akibatnya pasangan dari beberapa komponen dalam satu unit pun tidak bisa
bertahan lama. Jadi, dalam proses pembuatan jarak puncak ulir harus diperhatikan betulbetul, sehingga kesalahan yang terjadi pada jarak puncak ulir masih dalam batas-batas
yang diijinkan.
e. Sudut ulir adalah sudut dari kedua sisi permukaan ulir yang satuannya dalam derajat.
Untuk American Standard dan ISO sudut ulirnya adalah 60. Untuk ulir Whitworth sudut
ulirnya 55.
f. Kedalaman ulir adalah jarak antara diameter inti dengan diameter luar.
4. Perbedaan ulir ISO dan Ulir Unified.
a. Ulir ISO Metrik

Bentuk ulir ISO Metrik


Dimana:
p = jarak puncak ulir, dalam mm
H = kedalaman ulir, = 0.86603p
H
= 0.216551p
4
H
= 0.10825p
8
Kedalaman ulir dalam (nut) =
Kedalaman ulir luar (bolt)

H
= 0.14434p
6
Rr = 0.14434p
5
H= 0.54127p
8
17
H = 0.61343p
24

b. Ulir Unified

Bentuk umum ulir unified


Dimana:
n = jumlah gang per inchi
p = jarak puncak ulir, dalam inchi =

1
n

H = kedalaman ulir = 0.86603p

0.361343
17
=
H
n
24
0.54127
5
hm = kedalaman ulir dalam = 0.54127p =
=
H
n
8
E = diameter tusuk = Diameter mayor 0.64952p
hb = kedalaman ulir luar = 0.361343p =

Perbandingan Ukuran Ulir ISO Metrik dan Unified


Sumber : Center For Metrikc Education, Western Michigan University

1.3.2 Pengukuran ulir


1. Pengukuran diameter mayor
Untuk pengukuran secara kasar dapat dilakukan dengan menggunakan mistar ingsut/jangka
sorong. Untuk pengukuran yang lebih teliti lagi dapat digunakan mikrometer yang memang
khusus untuk mengukur ulir, biasanya digunakan mikrometer pana. Untuk mendapat hasil
pengukuran yang lebih teliti lagi, baik dibandingkan dengan menggunakan mistar ingsut maupun
dengan menggunakan micrometer pana, adalah dengan menggunakan alat yang disebut Floating
Carriage (Bench) Micrometer.
2. Pengukuran diameter minor
Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur diameter minor (inti) ulir antara lain adalah
micrometer ulir yang ujung ukurnya berbentuk runcing dan Bench Micrometer. Bila
pengukurannya dengan micrometer biasa yang kedua maka ukurnya memang khusus untuk
pengukuran diameter inti ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada
skala ukur mikrometer tersebut.
3. Pengukuran diameter pitch
Untuk melakukan pengukuran diameter efektif ulir bisa dilakukan dengan menggunakan
mikrometer ulir dan dengan metode dua atau tiga kawat.
a. Pengukuran Diameter Efektif dengan Mikrometer Ulir
Alat yang digunakan adalah mikrometer biasa, namun ujung dari sensornya mempunyai bentuk
yang khusus sehingga dapat menyentuh muka ukur dengan posisi yang pas. Dengan adanya
ujung kontak (sensor) yang khusus ini maka hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada
skala ukur mikrometer yang digunakan. Bentuk-bentuknya sebagai berikut:

Bentuk ujung sensor mikrometer pengukur diameter efektif ulir


i.
ii.
iii.

Sisi ujung yang diperpendek. Bentuk ini seing dipakai.


Bentuk ujung penuh, sering digunakan untuk ulir dengan pits yang kecil.
Bentuk ujung dengan sudut yang kecil, biasa untuk mengukur diameter.
b. Metode Pengukuran dengan Dua Kawat
Cara pengukuran ini adalah dengan jalan meletakkan kawat dengan diameter tertentu
masing masing pada tempat yang berlawanan. Dengan menggunakan perhitungan dari

beberapa persamaan maka dapat dicari hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir
dan diameter efektif.

Pengukuran dengan metode dua kawat.


Dari gambar tersebut :
De = H + 2FG
De = diameter efektif
H = X 2d
X = ukuran/jarak bagian luar kawat
d = diameter kawat
De = X 2d + 2 FG
Sekarang mencari besarnya G F, bisa dilihat pada hubungan antara beberapa garis dibawah
sebelah kanan. BC merupakan garis diameter efektif, BC = pitch.
d cos ec
OP=

ec
21
cos

d
PF

d cos ec /2
=
2
2
PG=GC cot

cos ec
21

d
p cot
GF=PGPF=
Padahal H = X 2d

cos ec

21

p cot
2 FG=2.

es 21
cos
p
cot
4

d
2
Jadi, diameter efektif ulir adalah :

cos ec /21
2d
P
X 2 d+ cot
2
De=

P = jarak puncak ulir


= sudut ulir
Untuk menentukan besarnya diameter kawat yang terbaik dapat dihitung
sebagai berikut :

Pada gambar diatas,


1
AB =
diameter kawat
2
1
BC =
pitch
4

cos

Jadi,
d=

BC
AB

BC
cos
d
p
=
2 4 cos

AB=

p
2 cos

Dimana:
2

d = diameter kawat terbaik


p = jarak puncak ulir
= sudut ulir
Dalam prakteknya sehari-hari agak sulit memperoleh diameter kawat yang betulbetul tepat. Untuk mempermudah pengukuran maka perlu juga diketahui adanya
diameter kawat maksimum dan minimum. Berdasarkan pengalaman maka dapat
disusun suatu tabel tentang ukuran diameter kawat untuk pengukuran ulir.
Ukuran diameter kawat untuk pengukuran diameter efektif ulir.
Jenis Ulir
Sudut
Diameter
Diameter
kawat terbaik
kawat
maksimum
Whitworth
55
0,5637p
0,853p
Metrik
0,5773p
1,010p
60
47,5
British
0,5462p
0,730p
Association

Diameter
kawat
minimum
0,506p
0,505p
0,498p

c. Metode Pengukuran dengan Tiga Kawat


Untuk pengukuran diameter efektif dengan metode tiga kawat juga dilakukan
dengan perhitungan perhitungan sehingga diperoleh persamaan-persamaan
tertentu. Dengan adanya persamaan-persamaan itu maka dapat dihitung hubungan
antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter efektif.

Pengukuran dengan metode tiga kawat


Dari gambar :
M = jarak luar kawat
Ed = diameter efektif ulir
d = diameter kawat, r jari-jari kawat =

1
d
2

= sudut ulir
4. Pengukuran pitch dan sudut pitch
5. Pengukuran kedalaman ulir
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
3. Alat
4. Bahan
2.2 Prosedur Pengujian
3. Profile Projector
(prosedur pemakaian dan prosedur pengambilan data)
2.3 Gambar Spesimen
(gambar spesimen 2D, Isometri dan print kertas foto)
2.4 Lembar Data Pengukuran

Anda mungkin juga menyukai