Anda di halaman 1dari 23

MODUL 4

PENGUKURAN KEBULATAN & RUN OUT

LAPORAN PRAKTIKUM

TME 342 – Praktikum Metrologi Industri

Nama : Fritzchristian Arman

NIM : 2018 – 0451 – 0073

Kelompok : MA – 1

Tanggal Praktikum : 21/10/2022

Asisten : Marco Sebastian Munthe

LABORATORIUM CNC & METROLOGI INDUSTRI

TEKNIK MESIN – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK


INDONESIA ATMA JAYA

2022
I. TUJUAN
• Mengetahui cara mengukur toleransi kebulatan (total indicating reading,
TIR) dan run out dari dengan menggunakan dial indicator.
• Mengetahui cara mengukur toleransi kebulatan dengan round test.

II. TEORI DASAR


Kebulatan dan diameter merupakan dua karakter geometrik yang
berbeda, namun saling berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil
pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu mampu
memperlihatkan ketidakbulatan. Sebagai contoh, penampang poros dengan dua
tonjolan beraturan (elips) akan dapat diketahui ketidakbulatannya bila diukur
dengan dua sensor dengan posisi bertolakbelakang (180°), misalnya dengan
mikrometer. Namun, mikrometer tidak akan mampu menunjukkan
ketidakbulatan bila digunakan untuk mengukur diameter penampang poros
dengan jumlah tonjolan beraturan yang ganjil (3, 5, 7 dst.).

Gambar dibawah menunjukkan lima macam bentuk penampang yang


apabila diukur dengan mikrometer (pada berbagai posisi) selalu akan
menghasilkan harga 25 mm. Pengukuran dengan dua kontak (mikrometer)
tidak memberikan informasi mengenai kebulatan penampang yang mempunyai
tonjolan beraturan yang ganjil. Ke empat jenis penampang tersebut akan
terbaca oleh micrometer dengan hargá yang sama; 25 mm.

Gambar 4.1. Pengukuran diameter benda dengan beragam bentuk pada


micrometer
Pengukuran kebulatan suatu poros dengan cara meletakkan pada blok V,
kemudian memutarnya dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya
adalah merupakan cara klasik untuk mengetahui kebulatan. Akan tetapi,
betulkah hasilnya dapat digunakan untuk menggambarkan kebulatan dalam arti
yang sesungguhnya. Gambar 4.2. menunjukkan skema pengukuran kebulatan
dengan blok V yang bersudut 600. Metoda pengukuran kebulatan dengan blok
V (600) dan jam ukur tidāk selalu menunjukkan adanya ketidak bulatan;
bergantung pada bentuk profil kebulatan poros yang diukur.

Gambar 4.2. Pengukuran kebulatan benda beragam bentuk dengan


menggunakan blok V

Apabila penampang benda ukur mendekati bentuk segitiga (tiga tonjolan


beraturan), penyimpangan jarum jam ukur maksimum (ΔH) adalah tiga kali
harga ketidakbulatan yaitu jarak radial antara ke dua lingkaran efektif (ΔR,
lihat gambar 4.1). Sebaliknya, jikalau penampang poros berbentuk elips, jam
ukur tidak memperlihatkan penyimpangan yang berarti. Hal ini menunjukkan
bahwa sewaktu benda ukur diputar di atas blok V terjadi perpindahan pusat
benda ukur, sehingga jarak perpindahan sensor jam ukur akan terpengaruh.
Demikian pula halnya apabila digunakan blok V dengan sudut yang berbeda,
penyimpangan maksimum jarum jam ukur akan berbeda meskipun benda
ukurnya sama.

Supaya titik pusat benda ukur tidak berpindah, benda ukur dapat diputar
di antara dua senter, sementara itu sensor jam ukur akan merasakan perubahan
permukaan benda ukur. Cara pengukuran seperti ini hanya bisadilaksanakan
bila benda ukur mempunyai lubang center dan selain itu ketelitian putaran
sangat dipengaruhi oleh posisi senter, bentuk dan ketidak bulatan center-nya
sendiri, lihat Gambar 4.3.

Beberapa sumber yang menyebabkan ketidaktelitian ukuran kebulatan dengan


memakai center.

• Kebulatan center,

• Sudut center,

• Posisi center,

• Kondisi permukaan center, dan

• Lenturan pada benda ukur.

Gambar 4.3. Pengukuran kebulatan dengan menggunakan center

Meskipun mempunyai kelemahan-kelemahan, cara pengukuran kebulatan


seperti yang telah dibicarakan di atas dalam prakteknya masih banyak
dilakukan. Hal ini bisa diterima asalkan hasil dari pengukuran tidak digunakan
untuk menyatakan harga ketidakbulatan dalam arti yang sesungguhnya. Cara
pengukuran harus disesuaikan berdasarkan pengalaman, yaitu dari jenis proses
pembuatan komponen yang bertendensi untuk menghasilkan produk dengan
ciri kebulatan tertentu dan di lain pihak cara yang dipilih dapat menjamin
kualitas fungsional yang diinginkan.
Sementara ini, dengan kemajuan teknologi, peralatan teknis semakin
menuntut ketelitian atas cara pengukuran komponennya antara lain kebulatan.
Kebulatan hanya bisa diukur dengan cara yang tertentu yang menuntut
persyaratan sebagai berikut :

• Harus ada sumbu putar dan dianggap sebagai sumbu referensi (ingatkelemahan
pengukuran dengan mikrometer,
• Lokasi sumbu putar harus tetap dan tidak dipengaruhi oleh profil kebulatan
benda ukur (ingat kelemahan metoda blok V,
• Pengukuran harus bebas dari sumber-sumber yang dapat menyebabkan
ketidaktelitian (putaran harus teliti, ingat kesalahan yang mungkin timbul pada
metoda senter, dan
• Hasil pengukuran diperlihatkan dalam bentuk grafik polar (lingkaran) guna
memperlihatkan bentuk kebulatan.

Alat Ukur Kebulatan

Prinsip dan persyaratan pengukuran kebulatan, sebagaimana yang telah


dibahas, diterapkan pada alat ukur kebulatan. Berdasarkan putaran. maka alat
ukur kebulatan (rouundness tester) dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
(lihat gambar 4. Jenis dengan sensor putar, dan jenis dengan maja putar.

Gambar 4.4. Dua jenis alat ukur kebulatan

Ciri ke dua jenis tersebut adalah:


• Jenis dengan sensor putar.

Spindel (poros utama) yang berputar hanya menerima beban yang ringan
dan tetap (tekanan pengukuran dan berat sensor ringan). Dengan demikian,
ketelitian yang tinggi bisa dicapai dengan membuat konstruksi yang cukup
ringan.

Meja untuk meletakkan benda ukur tidak mempengaruhi sistem


pengukuran. Benda ukur yang besar dan panjang tidak merupakan persoalan,
dan lokasi obyek ukur (Bagian benda ukur yang diukur kebulatannya) dapat
jauh dari titik berat benda ukur (beban tak sentris).

• Jenis dengan meja putar.

Karena sensor tidak berputar, berbagai pengukuran yang berkaitan dengan


kebulatan dapat dilaksanakan, misalnya konsentrisitas, kesamaan sumbu,
kesejajaran, kesilindrisan, kelurusan dan ketegaklurusan. Adanya kebebasan
untuk menempatkan sensor pada benda ukur yang berputar, misalnya pada alur
dan bhagian bawah sirip tanpa harus memakai batang sensor yang panjang.
Pengukuran kelurusan bisa dilakukan dengan menambahkan peralatan untuk
menggerakkan sensor dalam arah transversal (vertikal) tanpa harus mengubah
posisi spindle. Berat benda ukur terbatas, karena keterbatasan kemampuan
spindle untuk menahan beban, demi untuk menjamin ketelitian. Penyimpangan
letak titik berat benda ukur relatif terhadap sumbu putar (benda tak sentris)
dibatasi.Alat pengatur posisi dan kemiringan benda ukur (centering &
leveling)terletak pada meja. Oleh sebab itu, pengaturan secara cermat
supayasumbu objek ukur berimpit dengan sumbu putar, hanya
mungkindilakukan sewaktu meja dalam keadaan tak berputar.

Ketidakbulatan merupakan salah satu jenis kesalahan bentuk/geometridan


umumnya amat berkaitan beberapa kesalahan bentuk geometri lainnya,
Sehingga umumnya alat ukur yang digunkan untuk mengukur kebulatan dapat
juga digunakan untuk mengukur kesalahan bentuk-bentuk lain seperti gambar
dibawah ini :
Gambar 4.6. Toleransi geometri yang diukur oleh alat ukur kebulatan

Makna grafik dan parameter kebulatan

Untuk lebih memahami analisis kebulatan, terlebih dahulu perlu dijelaskan


pengertian mengenai grafik hasil pengukuran (profil kebulatan) sebagai
berikut.

1. Profil kebulatan bukanlah merupakan pembesaran penampang.


Supaya dapat melihat kesalahan bentuk perlu adanya pembesaran. Sebagai
contoh, suatu tonjolan pada permukaan setinggi 2 μm supaya menjadi setinggi
2 mm pada grafik diperlukan pembesaran 1000 x memperbesar diameter
penampangnya juga sebesar 1000 x, sebab untuk benda ukur dengan diameter
100 mm grafiknya akan mempunyai lingkaran sebesar 100 m. Oleh sebab itu,
pembesaran di sinihanya diberikan bagi variasi ketinggian permukaan benda
ukur, sesuai dengan isyarat yang diberikan oleh sensor.

2. Efek Pembesaran terhadap bentuk profil kebulatan.


Untuk benda ukur yang sama, profil kebulatan akan kelihatan berubah
bentuknya apabila digunakan pembesaran yang berlainan.Hal ini dapat
diperlihatkan seperti gambar 6. Dalam contoh benda ukur mempunyai empat
tonjolan yang beraturan setinggi 3μm. Pada ke tiga grafik tersebut tinggi
tonjolan akan berubah sesuai dengan pembesaran yang dipilih.

Gambar 4.7. Perubahan profil kebulatan pada perbesaran (a) M=500x, (b)
M=1000x, (c) M=5000x

3. Posisi pembuatan grafik dapat ditentukan sekehendak.


Profil kebulatan dari suatu benda ukur dapat diatur sehingga menempati
daerah di dekat atau jauh dari titik pusat grafik. Hasil yang diperoleh tidak akan
mempengaruhi analisis kebulatan, sebagaimana yang ditunjukkan gambar 4.7,
di mana jarak radial antara dua lingkaran konsentris adalah sama bagi profil
kebulatan didekat pusat grafik maupun yang di dekat tepi grafik. Dengan cara
ini pada satu kertas grafik dapat dibuat beberapa profil kebulatan dari beberapa
obyek ukur sehingga analisis kesamaan sumbu, ketagaklurusan dan kesejajaran
dimungkinkan.

Gambar 4.7. Letak profil kebulatan dapat dibuat sekehendak relative terhadap
pusat grafik polar.

4. Adanya hubungan sudut posisi antara benda ukur dan profil kebulatan.
Benda ukur dan grafik polar berputar dengan kecepatan sama. Dengan
demikian posisi sudut relatif antara tonjolan pada benda ukur akan tetap
sama pada profil kebulatan, lihat gambar 4.8.

Gambar 4.8. Indikasi tonjolan B dan C pada grafik kebulatan


5. Efek kesalahan centering.
Jikalau sumbu obyek ukur dapat dibuat berimpit dengan sumbu putar,
profil kebulatannya akan mempunyai titik tengah yeng bersatu dengan titik
tengah grafik. Benda ukur dengan kebulatan ideal akan mempunyai profil
lingkaran sempurna. Namun, bila garis tengahnya tidak berimpit dengan sumbu
putar, profil kebulatannya jauh menyimpang dari lingkaran sempurna, lihat
gambar 4.9. Hal in menunjukkan pentingnya sentering. Jarak antara titik tengah
profil kebulatan dengan titik tengah grafik menunjukkan harga eksentrisitas
(setelah dibagi dengan
pembesaran).

Gambar 4.9. Hasil pengukuran dengan kesalahan centering

Pada bahasan sebelumnya telah diuraikan cara pengukuran kebulatan.Lalu


bagaimanakah cara menyatakan harga ketidakbulatan. Untuk itu, perlu
didefinisikan parameter kebulatan, yaitu suatu harga yang dapat dihitung
berdasarkan profil kebulatan relatif terhadap lingkaran referensinya. Menurut
Standar Inggris, Amerika dan Jepang ada empat macam lingkaran referensi
yaitu,

• Lingkaran Luar Minimum (Minimum Circumscribed Circle, MCC)

• Lingkaran Dalam Maksimum (Maximum Inscribed Circle, MIC)

• Lingkaran Daerah Minimum (Minimum Zone Circle,MZC)

• Lingkaran Kuadrat Terkecil (Least Squares Circle,LSC)

Gambar dibawah menunjukkan ke empat lingkaran referensi yang dimaksud.


Dari gambar tersebut terlihat bahwa untuk satu profil kebulatan yang sama titik
tengah dari ke empat lingkaran referensi dapat berlainan. Dengan demikian,
harga parameter kebulatan yang dihasilkannya juga akan berlainan.

Penjelasan atas lingkaran referensi dan parameter kebulatannya adalah sebagai


berikut:

1. Lingkaran Luar Minimum (Minimum Circumscribed Circle, MCC)

Lingkaran terkecil yang mungkin dibuat di luar profil kebulatan tanpa


memotongnya. Ketidak bulatan sama dengan jarak radial dari lingkaran
tersebut ke lekukan yang paling dalam.

2. Lingkaran Dalam Maksimum (Maximum Inscribed Circle)


Lingkaran terbesar yang mungkin dibuat di dalam protil kebulatan tanpa
memotongnya. Ketidak bulatan sama dengan jarak radial darilingkaran tersebut
ke tonjolan yang paling tinggi.
Gambar 4.11. Lingkaran Dalam Minimum

3. Lingkaran Daerah Minimum (Minimum Zone Circle)


Dua buah lingkaran konsentris yang melingkupi profil kebulatansedemikian
rupa sehingga jarak radial antara ke dua lingkaran tersebut adalah yang terkecil.
Titik tengah dari lingkaran daerah minimum disebut dengan MZC atau
Minimum Zone Center. Ketidakbulatan merupakan selisih radius ke dua
lingkaran tersebut dan dinamakan MRZ atau Minimum Radial Zone.

Gambar 4.12. Lingkaran Daerah Minimum

4. Lingkaran Kuadrat Terkecil (Least Squares Circle)


Merupakan lingkaran yang ditentukan berdasarkan profil kebulatan
sedemikian rupa sehingga jumlah kuadrat jarak sejumlah titik dengan interval
sudut yang sama pada profil kebulatan ke lingkaran referensi adalah yang
paling kecil. Titik tengah lingkaran kuadrat terkecil dinamakan LSC atau
Least Squares Center. Jarak radial harga mutlak rata-rata antara profil
kebulatan dengan lingkaran kuadrat terkecil disebut MLA atau Mean Line
Average.
Gambar 4.13. Lingkaran Kuadrat Terkecil

Jikalau alat ukur tidak dilengkapi komputer (PC), lingkaran referensi kuadrat
terkecil dapat dibuat pada grafik dengan bantuan jangka dimana titik tengahnya
(LSC) dihitung secara pendekatan sebagaimana yangditunjukkan pada gambar
4.14

Gambar 4.14. Penentuan titik tengah dan radius lingkaran kuadrat terkecil
dengan perhitungan pendekatan

Berikut dibahas salah satu contoh pengukuran kesalahan bentuk dengan


memakai alat ukur kebulatan. Misalnya benda ukur harus sesuai dengan standar
kualitas geometrik sebagaimana yang ditunjukkan gambar 4.15.
Gambar 4.15. Contoh toleransi geometri benda ukur yang dapat diperiksa dengan
alat ukur kebulatan

1. Centering dan Leveling.

Benda ukur diletakkan pada meja alat ukur, kemudian dilakukan sentering dan
leveling sedemikian rupa sehingga sumbu poros untuk bantalan atas dan bawah
(sesuai dengan elemen dasar A dan B) berimpit dengan sumbu putar (meja putar
atau sensor putar). Untuk memeriksa kesamaan sumbu ini, dibuat profil
kebulatan untuk poros atas & bawah pada satu bentuk kertas grafik yang print.
Pembuatan profil kebulatan ini dilakukan dengan menempelkan sensor pada
elemen geometric yang dimaksud (poros atas dan kemudian poros bawah) tanpa
menghentikan putaran, guna menjamin ketelitian (untuk menghindari hentakan
sewaktu meja/sensor mulai berputar). Dua buah profil kebulatan tersebut harus
mempunyai titik tengah (MZC) yang sama yaitu titik tengah grafik polar, lihat
gambar 4.16.

Gambar 4.16. Contoh hasil pengukuran toleransi geometri

2. Memeriksa toleransi kebulatan (roundness).

Dari hasil sentering dan leveling, ke dua profil kebulatan yang mempunyai MZC
yang sama tersebut harus mempunyai harga MRŽ yang tidak melebihi harga
toleransi kebulatannya (0.01 mm).

3. Memeriksa toleransi kesamaan sumbu (concentricity)


Pada gambar 4.15, terlihat adanya dua toleransi konsentrisitas yaitu pada
lubang bagian atas dan tengah terhadap sumbu dasar AB(sumbu putar).
Pemeriksaan konsentrisitas dengan demikian dapat dilakukan dengan:
a. membuat profil kebulatan lubang bagian atas dan poros atas pada satu kertas
grafik yang diprint, lihat gambar 16.B. Profil kebulatan 1 (poros atas) harus
tetap mempunyai titik tengah (MZC) yang sama dengan titik tengah grafik
dan profil kebulatan 3 (lubang atas) mungkin mempunyai MZC yang tidak
berhimpit. Konsentrisitas adalah jarak antara ke dua titik tengah tersebut dan
harganya tidak boleh melebihi toleransinya (setengah dari 0.03 mm).
b. membuat profil kebulatan lubang bagian tengah dan poros atas pada satu
kertas grafik, lihat gambar 16.C. Seperti halnya di atas, jarak titik tengah dari
ke dua grafik tidak boleh lebih besar dari toleransinya (setengah dari 0.05
mm).

4. Memeriksa toleransi ketegaklurusan (squareness)


Ketegaklurusan bidang yang menghadap ke atas terhadap sumbu dasar AB dlihat
gambar 4.15. dapat diperiksa dengan mengubah posisi sensor sehingga
horisontal (sensor harus diganti dengan jenis jarum horisontal) dan ditempelkan
pada obyek ukur. Apabila dibuat grafiknya, suatu permukaan yang tegak lurus
dengan sumbu putar akan menghasilkan profil dengan bentuk lingkaran yang
konsentris dengan titik pusat grafik. Jikalau permukaan tersebut tidak tegak
lurus, "profil kebulatannya" akan mempunyai MZC yang tidak berimpit dengan
pusat grafik, dalam hal ini jarak ke dua titik pusat menggambarkan
ketidaktegaklurusan. Perlu dicatat bahwa posisi sensor diusahakan sejauh
mungkin dari pusat putaran supaya akibat penyimpangan terhadap kondisi tegak
lurus lebih terasa. Dalam contoh ini eksentrisitas maksimum yang diizinkan dari
MZC terhadap pusat grafik polar adalah sebesar 0.025 mm, yaitu sesuai dengan
setengah harga toleransi ketegaklurusan 10.05 mm), lihat gambar 4.16 D.

5. Memeriksa toleransi kesejajaran (parallelism).


Dua permukaan yang harus diperiksa kesejajarannya adalah permukaan atas dan
bawah sirip benda ukur, lihat gambar 4.15. Seperti halnya dalam pemeriksaan
ketegaklurusan di atas, sensor dalam posisi horisontal ditempelkan pada
permukaan atas dan Kemudian permukaan bawah dengan jarak yang sama
terhadap pusat putaran. Ke dua "profil kebulatannya" harus dibuat pada satu
kertas grafik (dengan pembesaran yang sama) supaya posisi relatif ke dua MZC
dapat diketahui. Apabila mereka berimpit berarti ke dua permukaan sejajar.
Suatu eksentrisitas menandakan ketidaksejajaran, dan jarak maksimum ke dua
MZC adalah setengah toleransi kesejajaran (setengah dari 0.035 mml. Pada
gambar 4.16 E. terlihat bahwa permukaan 5 (permukaan atas) lebih tidak
tegaklurus bila dibandingkan permukaan 6 (permukaan bawah) terhadap sumbu
putar (titik pusatnya lebih jauh dari titik pusat grafik polar).

6. Memeriksa toleransi kelurusan (straightness).


Pemeriksaan kelurusan dilakukan yang terakhir. sebab putaran meja/sensor
harus dihentikan (selama pengukuran kesalahan bentuk yang lain dilakukan
putaran tidak dihentikan demi untuk menjaga ketelitian sentering dan leveling).
Dalam analisis profil kelurusan perlu dicari garis referensi yang umumnya dibuat
melalui titik mula dan titik akhir. Terhadap garis referensi inilah ditentukan jarak
titik tertinggi kemudian yang terendah untuk dijumlahkan. Pada gambar 16.
F&G harga yang didapat tidak boleh melebihi toleransi kelurusan, masing-
masing sebesar 0.04 mm dan 0.06 mm.

III. PERALATAN PERCOBAAN

1. Dial indicator.

2. V-Block.

3. Dial stand.

4. Benda ukur.

5. Meja rata.

6. Mitutoyo roundness tester RA120.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


• Pengukuran kebulatan dengan dial indicator
1. Letakkan benda ukur pada V-Block. Putar tuas pengunci pada V-
Blockuntuk mengunci benda ukur.
2. Muat dial indicator pada dial stand.
3. Atur ketinggian dial stand dan tentukan titik 0 pengukuran dengan
menekan tombol reset pada dial indicator di titik awal pengukuran.
4. Putar benda ukur menuju titik pengukuran berikutnya dan catat hasil
pengukuran.
5. Ulangi tahap diatas hingga kembali ke titik awal pengukuran.
• Pengukuran run-out dengan dial indicator
1. Letakkan benda ukur pada V-Block. Putar tuas pengunci pada V-Block
untuk mengunci benda ukur.
2. Muat dial indicator pada dial stand.
3. Atur ketinggian dial stand dan tentukan titik 0 pengukuran dengan
menekan tombol reset pada dial indicator di titik awal pengukuran.
4. Putar benda ukur menuju titik pengukuran berikutnya dan catat hasil
pengukuran.
5. Ulangi tahap diatas hingga kembali ke titik awal pengukuran.

• Pengukuran kebulatan dengan roundness tester


1. Muat benda ukur pada meja putar dengan memutar piringan pada meja
putar.
2. Atur posisi probe dengan memutar katup sumbu x dan z hingga probe
menempel pada permukaan benda ukur, dan indikasi di program
menunjukan jarak probe pada benda mendekati 0.
3. Lakukan penyesuaian centering/leveling, dengan cara berikut:
4. Pilih menu measurement, kemudian centering/leveling.
5. Pada measurement condition, pilih outer sebagai arah pengukuran dan
pilih eksekusi repeat dengan magnifikasi sebesar 2000x atau 5000x, lalu
klik ok.
6. Tekan start untuk memulai pengukuran dan tunggu hingga pengukuran
selesai dilakukan.
7. Pindahkan probe ke permukaan lain pada koordinat sumbu z yang
berbeda, dan ulangi tahap diatas.
8. Pilih pengukuran pembulatan, dan tentukan metode penilaian yang
diinginkan.
9. Untuk memulai pengukuran, klik start program, kemudian start. Tunggu
hingga pengukuran selesai dilakukan.
10. Hasil pengukuran dapat dilihat di Result Screen.
V. LEMBAR DATA

Lembar Data 5.1

Lembar Data 5.2

Lembar Data 5.3


Lembar Data 5.4

Lembar Data 5.5

VI. PERHITUNGAN
Tidak ada perhitungan
VII. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa pengukuran kebulatan perlu dilakukan pada suatu hasil
produksi?
Jawab:
Pengukuran kebulatan perlu diukur agar dapat dipastikan apabila suatu
benda benar-benar membentuk lingkaran atau tidak. Untuk benda yang
berputar pengukuran ini sangat penting karena jika benda tersebut tidak
benar-benar lingkaran maka saat berputar dapat terjadi getaran karena
distribusi massanya tidak merata. Selain itu pada benda yang disatukan
dengan benda lain maka pengukuran ini perlu dilakukan untuk memastikan
benda tersebut dapat disambungkan dengan baik.

2. Jelaskan perbedaan diameter dengan kebulatan!


Jawab:
Diameter adalah jarak antara dua titik yang berseberangan dan melewati
titik tengah pada penampang suatu benda berbentuk silindris. Kebulatan
diukur dari jarak titik tengah pada bagian pinggir penampang silindris.
Pengukuran ini perlu dilakukan pada banyak titik sepanjang penampang
silindris untuk menghasilkan data kebulatan.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan run out dan berikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari!
Jawab:
Run out adalah pengukuran dua dimensi dari profil kebulatan dari suatu
benda apabila diukur dari suatu sumbu atau datum. Dari hasil pengukuran
ini akan diketahui seberapa dekat profil benda dari bentuk lingakaran
sempurna. Contoh dari pengukuran kebulatan dapat dilakukan pada velg
mobil. Jika velg mobil tidak bulat sempurna, ketika mobil berjalan akan
terjadi getaran sehingga membuat berkendara menjadi tidak nyaman
4. Apakah hasil pengukuran kebulatan yang diperoleh dari roundtest sama
dengan dial indikator dan V-Block? Jelaskan mengapa demikian!
Jawab:
Hasil pengukuran yang diperoleh dari roundness tester menghasilkan data
yang jauh lebih akurat karena pengukuran dilakukan secara otomatis dan
dilakukan pada ribuan titik. Sedangkan pengukuran menggunakan dial
indicator dan v-block dilakukan menggunakan tangan dan hanya pada 16
titik sehingga data yang dihasilkan kurang akurat.

VIII. ANALISIS
Pada modul ini dipelajari pengukuran roundness dan run out
menggunakan dial indicator dan v-block serta menggunakan roundness
tester. Terdapat perbedaan dari pengukuran roundness dan run out. Roundess
adalah pengukuran kebulatan yang tidak membutuhkan datum karena
roundness membandingkan dengan lingkaran dengan kebulatan sempurna
untuk membandingkan hasilnya. Sedangkan run out membutuhkan datum
karena pengukuran run out adalah gabungan dari roundness dan
concentricity. Untuk mengukur concentricity, dibutuhkan datum untuk
membandingkan bagian yang ingin diukur dengan bagian lainnya yang
memiliki sumbu yang sama.

Sebelum melakukan percobaan, perlu dilakukan levelling and


centering. Levelling dilakukan untuk memastikan bahwa benda kerja dan
probe tegak lurus dengan kata lain benda kerja tidak miring peletakkannya.
Sedangkan centering dilakukan untuk memastikan bahwa benda kerja
terletak di tengah sehingga ketika benda kerja diputar untuk mengukur
kebulatan dan run out, pengukuran akurat karena terletak di tengah. Hal ini
dilakukan karena pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan benda probe
di permukaan benda lalu benda tersebut diputar. Jika benda tidak di tengah,
pengukuran akan tidak sesuai atau tidak akurat.
Sedangkan pada pengukuran menggunakan dial indicator dan v-block,
benda diputar secara manual di atas v-block dengan dial indicator pada
permukaan benda. Pengukuran menggunakan roundness tester jauh lebih
akurat karena pengukuran tidak dilakukan menggunakan tangan melainkan
alat tersebut berputar dengan sendirinya. Selain itu, pengukuran
menggunakan roundness tester mengukur di jauh lebih banyak titik bahkan
sampai ribuan titik. Sedangkan pengukuran secara manual, pengukuran
dilakukan menggunakan tangan sehingga memperbesar human error dan
pengukuran hanya dilakukan pada 16 titik.

Ada beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi pada pengukuran ini
terutama pada pengukuran menggunakan dial indicator. Kesalahan dapat
terjadi karena pemutaran benda menggunakan tangan yang tidak stabil
sehingga menghasilkan fluktuasi pada hasil yang didapatkan. Selain itu, titik
pengukuran juga tidak mungkin tepat pada 16 titik yang telah ditandai.
Sedangkan pada pengukuran menggunakan roundness tester, dapat terjadi
kesalahan pada levelling and centering. Jika tidak dilakukan secara benar,
benda kerja dapat terletak tidak di tengah dan dapat terjadi kemiringan
sehingga pengukuran menjadi tidak akurat.

IX. SIMPULAN
• Run out adalah gabungan dari pengukuruan roundness dan concentricity.
• Pengukuran kebulatan dapat dilakukan dengan menggunakan roundness
tester serta dial indicator dan v-block.
• Pengukuran dengan roundness tester lebih akurat karena titik
pengukuran jauh lebih banyak dan dilakukan secara otomatis.
X. DAFTAR PUSTAKA

[1] Rochim, Taufiq. 2001. Spesifikasi Geometris Metrologi Industri &


Kontrol Kualitas. Bandung: ITB.

[2] Rochim, Taufiq. Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Bandung: ITB.

[3] R. Amaral. 2002. Surface Roughness. Applied Surface Science. Volume


193:156-166

[4] Mitutoyo. Mitutoyo Catalogue No. MAP 500. Japan.

XI. LAMPIRAN
TIDAK ADA LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai