BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Kebulatan
Dalam mesin-mesin dan peralatan teknik lain, banyak menggunakan
komponen-komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros,
bantalan, dan roda gigi. Komponen dengan kebulatan ideal sangat sulit dibuat, maka
harus ditolerir adanya ketidakbulatan dalam batas-batas tertenu.
Ketidakbulatan dapat terjadi sewaktu komponen dibuat, penyebabnya adalah;
keausan bantalan mesin perkakas dan pahat, lenturan benda kerja dan pahat pada
proses pemotongan, dan adanya cara pengukuran seperti ini hanya bisa dilaksanakan
bila benda ukur mempunyai lubang senter dan selain dari pada itu ketelitian putaran
sangat dipengaruhi oleh posisi senter, bentuk senter dan ketidak-bulatan senternya
sendiri, Iihat gambar 2.1
1. Kebulatan senter.
2. Sudut dari senter.
3. Posisi dari senter
4. Kondisi permukaan senter.
5. Lenturan benda kerja
1
,
5
m
m
Gambar. 2.3 Letak profil kebulatan dapat dibuat sekehendak relatip terhadap pusat
grafik polar.
Sumber : (Taufiq Rochim 2001. halaman 444)
4. Adanya hubungan sudut posisi antara benda ukur dan profil kebulatan.
Benda ukur dan grafik polar berputar dengan kecepatan sama. Dengan
demikian posisi sudut relatip antara tonjolan pada benda ukur akan tetap
sama pada profil kebulatan, lihat gambar 2.4
8
Gambar 2.4. Tonjolan B dan C akan tergambar pada grafik dengan posisi sudut yang sama
pada benda ukur.
Sumber : (Taufiq Rochim 2001 halaman 444)
Gambar 2.6 Empat jenis lingkaran referensi untuk menentukan parameter kebulatan
Sumber : (Taufiq Rochim 2001 446)
10
Pahat dipasang pada dudukan pahat dan kedalaman potong (a) diatur dengan
menggunakan peluncur silang melalui roda pemutar (skala pada pemutar menunjukan
selisih harga diameter, maka kedalaman potong setengah harga tersebut). Pahat
bergerak translasi bersama-sama dengan kereta dan gerak makannya (f) diatur dengan
lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan pada mesin bubut menurut
tingkat yang telah distandarkan antara lain; 0,03 ; 0,06 ; 0,015 ; 0,2 mm/put dan
seterusnya.
12
- Kecepatan pemotongan:
- Kecepatan pemakanan :
Vf = f . n.............................................................................................. (2.4)
- Waktu pemotongan :
tc = L t / V t (min) .................................................................................... (2.5)
- Kecepatan menghasilkan geram :
3
Z =A.V (mm / min)
dimana ;
A = Penampung geram sebelum terpotong
2
= f . a (mm )
maka
Z = f . a . v (mm3 / min) ............................................................................. (2.6)
Dalam hal ini tebal geram sebelum terpotong belum tentu sama dengan tebal
geram setelah terpotong dimana hal ini dipengaruhi oleh sudut geram (γo), kecepatan
potong dan material benda kerja.
Untuk gaya-gaya proses pembubutan dapat dilihat pada gambar 2.9 di bawah
ini.
Rumus empiris untuk gaya potong (Fy) dan gaya radial (Fx) dari mesin bubut
adalah sebagai berikut :
Fy = Ks . A (N) .................................................................................... (2.7)
Fx = (0,3 s.d 0,5) Fy ............................................................................. (2.8)
dimana :
Fy = Gaya potong (N)
Fx = Gaya Radial (N)
Ks = Gaya potong spesifik (N/mm2)
A = b.h = Penampang geram sebelum terpotong (mm2)
Gaya potong spesifik (Ks) dipengaruhi oleh pahat potong (jenis dan
geometrinya), benda kerja(jenis dan kondisi fisiknya), kondisi pemotongan
serta jenis proses pemesinan. Semakin tinggi kecepatanpotong, harga Ks
akan menurun hal ini disebabkan oleh naiknya temperatur pemotongan
dimana akan menyebabkan melemahnya kekuatan logam,sedangkan pada
peningkatan kecepatan pemakanan dan kedalam potong akan menyebabkan
kecenderungan penurunan harga Ks.
15
Apabila bantalan utama spindel mesin bubut tidak kaku maka akan terjadi
lendutan pada benda kerja dan sumbu spindel juga akan berubah posisinya.
Akibatnya, dapat terjadi kesalahan yang cukup berarti pada diameter produk. Hal ini
dapat terlihat pada gambar 2.11 dibawah ini :
Kesalahan diameter pada benda kerja dapat dicari dengan persamaan dibawah
ini:
.........................................................(2.9)
dimana :
Is = Panjang benda standar mm
ds = Diameter benda standar mm
= Lenturan karena gaya F (mm)
Sm = kekuatan statistik (static complien)
= /F
E = Modulus elastisitas bahan( N/mm2)
I= Momen inersia (mm4)
l= Panjang benda kerja (mm)
1b = Jarak bantalan kespindel (mm) Fx
= Gaya radial (N)
17
7. Intan
Karena Intan pada temperatur tinggi akan berubah menjadi grafhit dan mudah
bereaksi dengan besi, maka jenis pahat ini hanya cocok digunakan pada
benda kerja nonferro.
2.6 Pendinginan.
Dalam setiap proses pemotongan logam pada proses pemesinan akan timbul
panas yang disebabkan oleh adanya gesekan antara benda kerja dengan pahat. Panas
yang timbul ini dapat merusak pahat dan benda kerja yang sedang diproses. Hal ini
dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Untuk menghindari hal tersebut diatas
maka sangat perlu dilakukan pendingan pada pahat dan benda kerja saat berlangsung
proses pemotongan. Dengan adanya pendinginan ini gesekan yang terjadi antara
pahat dan benda kerja dapat diperkecil sehingga panas yang timbul tidak sampai
merusak pahat dan benda kerja yang sedang diproses. Pemberian cairan pendingin
saat proses biasanya tepat diantara titik kontak antara benda kerja dengan pahat
pemotong.
Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar tetap
fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik lebih dahulu sepanjang celah gigi
sebelum berfungsi penuh memutar roda gigi yang diputar. Kejadian ini dinamakan
sebagai keterlambatan gerak balik ( back – lash ) Back lash yang terjadi pada
pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk akan mengganggu pembacaan skala
karena posisi jarum penunjuk yang berubah – ubah jika sensor sedikit berubah
(bergetar).
Untuk mengurangi efek back – lash digunakan back – lash compensator yaitu roda
gigi pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi pemutar
utama. Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor bergerak naik dengan daya
dorong yang berasal dari sensor. Roda gigi pemutar arah kebalikan berfungsi saat
sensor bergerak turun dengan daya dorong pegas spiral ( energi disimpan oleh pegas
saat sensor bergerak naik ). Tekanan ringan yang diberikan sensor pada permukaan
benda ukur (tekanan pengukuran) berasal dari pegas penekan pada batang gigi.