Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Jam ukur atau dial indikator adalah alat ukur pembanding yang digunakan
dalam industri permesinan dibagian produksi dan kamar ukur. Prinsip kerjanya
secara mekanik dimana gerak linier sensor menjadi gerak putaran jarum jam
penunjuk.

Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk


memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah
suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan
menggunakan alat ukur. Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat,
dengan demikian kita harus mentolerir ketidak bulatan dalam batas-batas titik
sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai
peranan penting dalam hal: Membagi beban sama rata, menentukan umur
komponen,

menentukan

kondisi

suaian,

menentukan

ketelitian

putaran,

Memperlancar pelumasan.

1.2

Tujuan
Adapun tujuan diadakannya praktikum metrologi industri tentang pengukuran

kebulatan adalah sebagi berikut:


1. Memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan
2. Mampu melakukan proses pengukuran kebulatan
3. Mampu menganalisis hasil pengukuran kebulatan
1.3

Alat-Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum metrologi industri tentang


pengukuran kebulatan adalah sebagi berikut:
1. Dial Indicator
1

Digunakan untuk mengukuran penyimpangan kebulatan pada benda kerja


yang silindiris, sehingga dapat diteliti bahwa benda kerja memiliki
kebulatan sempurna atau ketidakbulatan.

Gambar 1.1 Dial Indicator

2. Meja Rata
Digunakan sebagai tempat kedudukan dari dial indicator. Meja rata yang
baik memiliki sertifikasinya

Gambar 1.2 Meja Rata

3. Waterpass
Digunakan untuk mengukur kerataan dari kedudukan meja rata yang akan
digunakan dalam pengujian pengukuran kebulatan.

Gambar 1.3 Waterpass

4. V-Blok
Digunakan sebagai alat bantu untuk meletakkan benda kerja agar dapat
dengan mudah diputar benda kerja saat dilakukan pengukuran kebulatan

Gambar 1.4 V-Blok

1.4

Benda Ukur

Adapun benda ukur yang digunakan dalam praktikum metrologi industri


tentang pengukuran kebulatan adalah sebagi berikut:
1. Silindris
Merupakan benda ukur yang digunakan dalam pelaksaan pengukuran

Gambar 1.5 Benda Ukur Silindris

1.5 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum yang telah dilakukan dalam praktikum metrologi
industri tentang pengukuran kebulatan adalah sebagi berikut:
1

Siapkan alat dan benda ukur yang akan digunakan dalam praktikum.

Meja rata dilakukan pengecekan dengan menggunakan water pass dengan


menggunakan metode union jack (vertikal dan horizontal).

Gambar 1.6 Metode Union Jack


3

Benda ukur diberi tanda pada pinggirnya dan diberi nomor urut searah
jarum jam (1 sampai dengan 12).

Gambar 1.6 Benda Ukur Diberi Tanda

Alat dan benda ukur diletakkan di atas meja rata.

Letakan benda ukur pada v-blok, kemudian diatur sehinggan sensor jam
ukur menempel pada permukaan benda ukur yaitu pada posisi nomor 1.

Gambar 1.7 Dial Indicator Pada Posisi Nomor 1

Atur ketinggian sensor jam ukur sehinggan jarum menunjuk nol.

Putar (angkat) benda ukur dengan hati-hati dan perlahan sehingga sensor
jam ukur kurang lebih pada posisi nomor 2, baca kedudukan jam ukur.

Gambar 1.8 Benda Ukur Diputar

Ulangi prosedur nomor 6 sampai seluruh posisi benda ukur diperiksa


(dilakukan oleh pengamat A).

Lakukan pengukuran dengan cara membalik arah putaran benda ukur (dari
nomor 12 sampai 1).

10 Dengan tanpa mengubah set up, ulangi prosedur nomor 6 sampai 8


(dilakukan oleh pengamat B), dimana kedudukan sensor jam ukur tidak
tepat pada posisi garis yang bernomor, melainkan lebih kurang pada
tengah-tengah selang antara kedua garis bernomor (dari selang di antara
nomor 1 dan 2 s/d nomor 12 dan 1, kemudian diputar balik).

11 Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada kertas grafik koordinat polar
dengan menggunakan keempat metode.

12 Lakukan analisis kebulatan dengan menggunakan software pengukuran


kebulatan dengan menggunakan metode yang lain, lalu bandingkan.

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian Metrologi

Metrologi adalah ilmu disiplin yang mempelajari tentang suatu pengukuran


yang mana pengukuran yang dilakukan dengan mengukur dimensi dar benda kerja
guna memperoleh hasil yang mendekati dari kebenaranya.
Sedangkan proses pengukuran dapar dilakukan sebagai suatu proses
membandingkan suatu parameter atau variabel dengan suatu parameter atau
variabel yang dianggap sebagai acuan (Patokan) dan acuan inilah yang bisa
disebut sebagai Standar. Standar ini tidak selalu dapat digunkan pada suatu
tempat, kadangkala acuan atau standar tadi tidak bisa digunakan pada semua
tempat sebagai pembanding. Hal ini disebabkan karena susahnya membawa

standat tersebut sehingga tidak praktis membawa standar tersebut ke lokasi


pengukuran.
2.2 Jenis-Jenis Alat Ukur

Alat ukur geometri bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan,


atau sifatnya secara garis besar. Alat ukur geometris diklasifikasikan menurut
sifatnya dibagi menjadi 5 jenis dsar dan 2 jenis turunan.
A. Jenis dasar:
1. Alat Ukur Langsung
Alat ukur langsung yaitu alat ukur yang dapat menujukkan hasil
pengukuran secara lansung angka yang dibaca pada bagian penunjuk alat
ukur tersebut adalah harag pengukuran. Contohnya : meteran, mistar
ingsut, dan micrometer.
2. Alat Ukur Pembanding (Komparator)
Alat ukur yang bisa dibandingkan hasil pengukuran dangan selisih benda
ukur dengan ukuran standar hasil pengukuran adalah merupakan jumlah
angka yang menunjukkan oleh alat ukur dengan ukuran benda stndar
contohnya: jam ukur (dial indicator) dan pupitas (dial test indicator).
3. Alat Ukur Standar (Acuan)
Alat ukur yang digunakan sebagai standar pengukuran, pengunaaan alat
ukur ini biasanya bersamaan dengan lata ukur pembanding. Alat ukur
standar yang fleksibel adalah sejumlah balok ukur yaitu balok baja yang
dibuat khusus untuk menunjukkan nilai panjang yang ketelitiaanya dibuat
demikian rupa sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya
sampai 3 dan 4 angka dibelakang koma.
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Alat ukur kaliber batas adalah alat ukur yang dingukan diluar batas
toleransi atau tidaknya. Jika produk dianggap bagus maka benda masih
dalam batas toleransi, jika produk jelek makan benda masih diluar batas
toleransi.
5. Alat Ukur Bantu
Benda yang digunkan sebagai alat bantu selama proses pengukuran
berlangsung. Contohnya: V-Blok dan Pemegang micrometer.
B. Jenis turunan:
6. Alat Ukur Khas (khusus atau spesifik)

Alat ukur ini dibuat untuk mengukur geometri yang khas misalnya
kekasaran permukaan, profil gigi dari suatu roga gigi.
7. Alat Ukur Koordinat
Alat ukur yang memiliki sensor yang dapat digerkkan dalam ruang,
koordinan sendor dibaca melalui tiga skala axis yang disusun seperti
koordinan kartesian (X,Y,Z) dapat dilengkapi dengan sumbu putar
(koorinat polar).

Selain berdasarkan sifatnya yang menhasilkan klasifikasi dasar dan klasifikasi


turunan dengan 7 jenis alat ukur yang telah dijelaskan diatas, cara klasifikasi lain
mengenai alat ukur geometrk adalah menurut prinsp kerja utama.

Mekanik
Optik
Elektrik
Fluidic
Hidrolik
Pneumatic
Aerodinamik

2.3 Pengertian Pengukuran Kebulatan

Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk


memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah
suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan
menggunakan alat ukur. Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe
pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan diameter adalah
dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikin keduanya saling
berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter,
sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukan ketidakbulatan.

Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam perbedaan


tempat punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunaakan alat ukur dial indikator
pada benda ukur poros hasil proses bubut/palat bubut, serta alat bantu V block dan
dial standar kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa
9

kebulatan benda tersebut. Dial indikator dapat digunakan untuk mengukur


perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda
tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan prinsip
yang sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya.
Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol)
kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah
terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebulatan kebulatan
benda tersebut dan seberapa besar nilainya.

Dalam mesin-mesin atau peralatan teknis, banyak sekali ditemukan


komponen-komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros,
Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat, dengan demikian kita
harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan dan
fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal:

Membagi beban sama rata

Menentukan umur komponen

Menentukan kondisi suaian

Menentukan ketelitian putaran

Memperlancar pelumasan

Saat kebulatan dibicarakan, selain penyebab dan cara penanggulangan ketidak


bulatan, pasti akan mengait dengan cara mengukur kebulatan dan bagaimana cara
menyatakan harga ketidakbulatan, karena sampai saaat ini ada beberapa defenisi
mengenai parameter kebulatan. Ketidak bulatatan merupakan salah satu jenis

10

kesalahan bentuk dan umurnya amat berkaitan dengan beberapa kesalahan bentuk
lainya seperti:

Kesamaaan sumbu dan konsentrisitas (concentricity)

Kelurusan (straighness)

Ketegaklurusan (perpendicularity)

Kesejajaran (parallelism)

Kesilindrikan (clindricity)

Kebulatan dapat diukur dengan cara sederhana yang meskipun tidak


memberikan hasil yang memuaskan dapat kita terima untuk memprtimbangkan
kualitas geometrik dari komponen yang tidak menuntut persyaratan yang tinggi.
Alat ukur kebulatan dibuat dengan persyaratan pengukuran kebulatan, dan pada
beberapa jenis mampu digunakan pula untuk mengukur berbagai kesalahan
bentuk.

2.4 Dial Indicator


Proses pengukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
membandingkan suatu parameter atau variabel dengan suatu parameter atau
variabel yang dianggap sebagai acuan (patokan) dan acuan inilah yang biasa
disebut orang sebagai standar.

Dial indikator adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kebulatan suatu benda.Berdasarkan jenis alat ukur, Dial Indikator termasuk jenis
alat ukur pembanding (komparator) .

11

Karena alat ukur ini biasa digunakan untuk pembanding atau komparator,
angka yang ditunjukan alat ukur ini merupakan selisih ukuran benda ukur dengan
ukuran benda standar. Hasil pengukuran adalah merupakan jumlah angka yang
ditunjukan oleh alat ukur tersebut dengan ukuran benda standar. Sedangkan
menurut proses pengukuran geometri Dial Indikator termasuk proses pengukuran
tak langsung yaitu pengukur yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur
dari jenis pembanding, standar dan alat ukur bantu. Dimensi benda ukur adalah
jumlah harga yang ditunjukan oleh alat ukur pembanding dengan dimensi alat
ukur standarnya.

2.5 Prinsip Kerja Dial Indikator

Prinsip kerja dial indikator menggunakan pengubah mekanik (kinematika)


yang menerusakan serta merubah isyarat sensor yang biasanya berupa gerakan
translasi mejadi gerakan rotasi. Yaitu pasangan roda gigi dengan batang gigi dari
sistem roda gigi yang diterapkann pada jam ukur (dial indikator).

2.6 Cara Kerja Dial Indikator


Dial inikator merupakan prinsi kerja mekanik yang mana terdiri dri sensor
pengubah batang gigi, roda gigi dan pegas beserta bagian penunjuk berupa jarum
dan skala pembacaan. Pada bagian penujujk jaru mukur dan skala untuk membaca
skala untuk menghindari kesalahan dalam membaca hasil pengukuran sering
disebut dengan kesalan peralatan.

12

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Dial Indikator


(Sumber: Rochim Taufiq. 2006. Spesifikasi , Metrology & Control Kualiasat
Geometri I , Bandung :ITB)
Pada gambar terlihat bagian dial indicator yaitu pegas koil dan pegas spiral.
1. Pegas Koil
Berfungsi untuk penekan batang bergigi sehingga sensor selalu menekan
kebawah.
2. Pegas Spiral

Berfungsi sebagai penekan sistem transmisi roda gigi sehingga permukaan


gigi yang berpasangan selalu menekan sisi yang sama untuk kedua arah
putaran (guna menghindari Back lash / keterlambatan gerak balik,yang
mungkin terjadi karena profil gigi yang tak sempurna ataupun kehausan).
Sebagaimana dengan jam mekanik beberapa jenis jam ukur atau dial
indikator mempunyai batu (jewel) untuk mengurangi gesekan pada
dudukan poros roda gigi. (pengaturan pada posisi nol) setelah dua tanda
pembatas pada jam ukur diatur posisinya sesuai dengan daerah toleransi
produk, pemeriksaan kualitas geometrik produk dapat dilakukan dengan
mudah. Jika tidak perlu kecermatan tinggi, benda silindris mungkin
diperiksa kesilindrisan ataupun kebulatannya dengan jam ukur, dalam hal
ini benda ukur harus diletakkan diatas V- blok.

13

Pada saat melakukan pengukuran jika sensor bergerak kedalam atau keatas
maka roda gigi (Zp) akan bergerak berputar berlawanan dengan arah jarum jam,
sedangkan roda gigi jam ukur (Z1) akan berputar searah jarum jam dengan
menujukkan skala hasil pengukuran, sehingga pegas spiral akan berputar
berlawanan arah jarum jam. Karena adanya gerak balik dari pegas spiral, dan
sebaliknya jika sensor bergerak keluar atau kebawah maka roda gigi (Zp) akan
bergeraj berputar searah jarum jam, sedangkan roda gigi jam ukur (Z1) akan
berputa berlawanan arah jarum jam dengan menunjukkan skala hasil pengukuran.

Pada dial indicator, jika jarum ukur menunjukkan hasil penskalaan pada
posisi kanan dari pandangan pengamat maka pengukuran yang dihasilkan bernilai
(+) positif yang mana mengalami penggundukan, sebaliknya jika menunjukkan
penskalaan pada posisi kiri dari pandangan pengamat maka pengukuran yang
dihasilkan benilai (-) negative yang mana mengalami pelekukan pada benda ukur.

2.7 Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Rancangan Dial Indikator


Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan pada perancangan dial
indicator adalah sebagai berikut:
1. Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits batang gigi(rack:
misalnya 0,25 mm) akan memutar roda gigi pasangannya (pinion) sebesar
1/zp putaran(zp: jumlah gigi pinion, misalnya 10) putaran pinion
diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan roda gigi.
Bila perbandingan pasangan roda gigi sebesar z2/z1(misalnya 50/10) dan
satu putaran penuh jarum penunjuk dinyatakan dengan n skala (misalnya
100) mka kecermatan jam ukur ini dapat dirancang dengan rumus:

Kecermatan 1 skala=

= 0,005 ; mm

14

2. Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) ftak mungkin di buat dengan profil
involute ideal. Oleh sebab itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan
toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih kecil daripada
ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak
senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan dengan hanya salah satu
giginya yang saling berhimpit (sisi gigi lainnya tak saling bersinggungan,
jadi ada celah di antaranya untuk menjaga jangan sampai pasangan roda
macet gara-gara ada kesalahan profil yang berharga positif). Bila putaran
diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar tetap
fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik dahulu untuk sepanjang celah
gigi sebelum berfungsi penuh memutar roda gigi yang diiputar. Kejadian
ini dinamakan sebagai keterlambatan gerakan balik (back-lash). Back-lash
yang terjadi

pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk akan

mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang


berubah-ubah jika sensor sedikit berubah (bergetar). Untuk mengurangi
efek back-lash digunakan back lash ccompensator yaitu roda gigi pemutar
untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi pemutar
utama. Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor bergerak naik
dengan daya dorong berasal dan ensor. Roda gigi pemutar arah kebalikan
berfungsi saat sensor bergerak turun dengan daya dorong pegas spiral
(energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik. Tekanan
ringan diberikan sensor permuakaan benda ukur (tekanan pengukuran)
berasal dari pegas penekanan batang gigi.
2.8 Metode Pengukuran Kebulatan

Adapun metode yang digunakan dalam pengukuran kebulatan adalah sebagai


berikut:
1. Least Squares Circle.

15

Refrensi Least Squares Circle (LSC) adalah metode yang paling umum
digunakan. Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengarn luas
daerah yang berada pada luar. Hal ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.2 Least Squares Circle


(Sumber: Dodi Sofyan Arief. Modul Praktikum Metrology Industry,UR.2014 )

2. Minimum Circumscribed Circle

Metode Minimum Circumscribed Circle (MCC) menghitung lingkaran


standar dengan jari-jari minimum yang dapat menutupi profil data. Hal ini
dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.3 Minimum circumscribed circle


(Sumber: Dodi Sofyan Arief. Modul Praktikum Metrology Industry,UR.2014 )

16

3. Maximum Inscried Circle

Metode Maximum Iscribed Circle (MIC) menghitung lingkaran standar


dengan jari-jari maksimum yang ditutupi profil data.

Hal ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2.4 Maximum inscribed circle


(Sumber: Dodi Sofyan Arief. Modul Praktikum Metrology Industry,UR.2014 )

4. Minimum Zone Circle

Metode Minimum Zone Circle (MZC) menghitung dua lingkaran


konsentrik yang menutupi profil data seperti memisah arah radial
minimum. Hal ini dapat dilihat pada gambar:

17

Gambar 2.5 Minimum zone circle


(Sumber: Dodi Sofyan Arief. Modul Praktikum Metrology Industry,UR.2014 )
2.9 Metode Konvensional Pengukuran Kebulatan
Adapun metode konvensional pengukuran kebulatan adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Kebulatan Menggunakan Metode Diameter
Diameter profil lingkaran diukur mengunakan sebuah micrometer pada
beberapa sudut yang berada disekitar sumbu pusat dari benda kerja.
Kebulatan diekspresikan sebagai perbedaan antara maksimum dan
minimum diameter terukur, kebulatan suatu dapat di tentukan dalam cara
yang sama menggunkan sebuah micrometer dalam. Hal ini metode yang
sederhana yang efektif untuk mengunakan bagian-bagian biasa sejak
definisi baru diperkenalakan evaluasi parameter ini harus menujukkan
kepada keseragaman diameter.

Gambar 2.6 Kebulatan Metode Diameter

18

(Sumber: Muhammad Yanis. 2010. Analisis Profil Kebulatan Untuk Menentukan


Kesalahan Geometrik Pada Pembuatan Komponen Menggunakan Mesin Bubut
Cnc. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol. 19)

2. Pengukuran Kebulatan Mengunakan Metode Radius


Benda kerja diganjal pada sebuah pusat sepanjang sumbu pusatnya dan
dioperasikan. Sebuah dial indicator mengukur penempatan jari-jari sebuah
bagian silang pada interval siku-siku spesifik. Kebulatan ditentukan
sebagai perbedaan antara pembaca indicator.

Gambar 2.7 Kebulatan Metode Radius


(Sumber: Muhammad Yanis. 2010. Analisis Profil Kebulatan Untuk Menentukan
Kesalahan Geometrik Pada Pembuatan Komponen Menggunakan Mesin Bubut
Cnc. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol. 19)

3. Pengukuran kebulatan mengunakan 3 point


Pengukuran kebulatan mengunakan metode 3 point membutuhkan V-blok.
Sebuah saddle gage atau tripod gage seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah ini:
a) Benda kerja didukung pada dua point dengan v-blok
b) Benda kerja didukung pada saddle gage
c) Benda kerja didukung pada tripod gage

19

Gambar 2.8 Kebulatan Metode 3 Point


(Sumber: Muhammad Yanis. 2010. Analisis Profil Kebulatan Untuk Menentukan
Kesalahan Geometrik Pada Pembuatan Komponen Menggunakan Mesin Bubut
Cnc. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol. 19)

20

BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1 Data Pengamatan A dan B

Table 3.1 Hasil Pengamatan

Pengamat A

No

Pengamat B

Simpangan Dial Indikator


(m)
1
(m)

2
(m)

Average
(m)

-2

No

Simpangan Dial Indikator


(m)
1
(m)

2
(m)

Average
(m)

-8

-4

-1

-2

-7

-4.5

3.5

-3

-8

-5.5

3.5

-3

-5

-4

3.5

-3

-4

-3.5

19

14

16.5

-2

-9

-5.5

10

-2

-9

-5.5

-1

-8

-4.5

10

10

-2

-5

-3.5
21

11

11

-4

0.5

12

12

-1

3.2 Perhitungan Data

Adapun perhitungan yang dihasilkan dari negukuran kekasaran adalah sebagai


berikut:
a. Pengamat A

PerhitunganTiapTitik=

Data1+ Dat a 2
Jumlah data

1.

7 m+3 m

5 m
2

2.

2 m+m
1 m
0

3.

5 m+2 m
3,5 m
2

4.

5 m+ 2 m

3.5 m
2

5.

5 m+2 m
3.5 m
2

6.

19 m+14 m
16,5 m
2

22

7.

6 m+4 m

5 m
2

8.

7 m+3 m
5 m
2

9.

6 m+2 m
4 m
2

10.

7 m+5 m

6 m
2

11.

8 m+6 m
7 m
2

12.

7 m+7 m
7 m
2

b. Pengamat B
PerhitunganTiapTitik=

1.

Data1+ Data 2
Jumlah data

0 m+(8) m
4 m
2

2.

2 m+(7)m
4,5 m
2

4.

(3) m+(5) m
4 m
2

5.

(3)m+(4)m
3,5 m
2

6.

(2)m+(9) m
5,5 m
2

3.

(3) m+(8) m
5,5 m
2

23

7.

0 m+10 m

5 m
2

8.

(2)m+(9) m
5,5 m
2

9.

(1)m+(8) m
4,5 m
2

10.

(2)m+(5)m
3,5 m
2

11.

5 m+(4)m
0,5 m
2

12.

(1)m+ 1 m
0 m
2

24

BAB IV
ANALISA

4.1 Analisa Pengamat A

Gambar 4.1 Metode Least Squares Circle Pengamat A

Dari grafik diatas dapat dilitah bahwa titik tertinggi pada posisi ke-6 dengan
nilai 16,5 m . Sedangkan titik terendah pada posisi ke-2 dengan nilai-1 m .
disetiap titik pengukuran memiliki nilai yang yang berbeda dikarenakan oleh
beberapa sebab, adapun sebab terjadinya penyimpangan pengukuran kebulatan
adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya kesalahan dalam proses permesinan sehingga benda ukur
memiliki nilai pengukuran yang beragam.
2. Proses pemutaran benda ukur dilakukan secara manual yang diputar oleh
praktikan, maka benda ukur bisa terangkat sehingga titik referensi
berubah, sehingga menujukkan nilai skala yang berbeda.

25

Sehingga dari kebulatan dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran


kebulatan oleh pengamat A mengalami ketridakbulatan dan cenderung berbentuk
lonjong.

Gambar 4.2 Minimum Circumscribed Circle Pengamat A

Nilai R1
Nilai R2
Nilai x

= 38 mm
= 22 mm
= R1-R2

= 38 mm 22 mm= 16 mm

Gambar 4.3 Maximum Inscribed Circle Pengamat A

Nilai R1

= 22 mm

26

Nilai R2
Nilai x

= 38 mm
= R2 - R1

= 38 mm 22 mm= 16 mm

Gambar 4.3 Minimum Zone Circle Pengamat A

Nilai R1
Nilai R2
Nilai x

= 22 mm
= 38 mm
= R2 - R1

= 38 mm 22 mm= 16 mm

27

4..2 Analisa Pengamat B

Gambar 4.4 Metode Least Squares Circle Pengamat B

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa titik tertinggi pada posisi ke-7 dengan
nilai 5 m . Sedangkan titik terendah pada posisi ke-3,6,8,9 dengan nilai-5,5
m . disetiap titik pengukuran memiliki nilai yang yang berbeda dikarenakan

oleh beberapa sebab, adapun sebab terjadinya penyimpangan pengukuran


kebulatan adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya kesalahan dalam proses permesinan sehingga benda ukur
memiliki nilai pengukuran yang beragam.
2. Proses pemutaran benda ukur dilakukan secara manual yang diputar oleh
praktikan, maka benda ukur bisa terangkat sehingga titik referensi
berubah, sehingga menujukkan nilai skala yang berbeda.

Sehingga dari kebulatan dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran kebulatan


oleh pengamat B mengalami ketridakbulatan dan cenderung dianggap memiliki
nilai kebulatan yang bagus.

28

Gambar 4.5 Minimum Circumscribed Circle Pengamat B

Nilai R1
Nilai R2
Nilai x

= 54 mm
= 45 mm
= R1 - R2= 54 mm - 45 mm= 9 mm

Gambar 4.6 Maximum Inscribed Circle Pengamat B

Nilai R1
Nilai R2
Nilai x

= 45 mm
= 54 mm
= R2 - R1

= 54 mm 45 mm= 9 mm

29

Gambar 4.7 Minimum Zone Circle Pengamat B

Nilai R1
Nilai R2
Nilai x

= 45 mm
= 54 mm
= R2 - R1

= 54 mm 45 mm= 9 mm

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum pengukuran


kebulatan adalah sebagai berikut:

30

1. Prinsip kerja dial indicator mengunakan prinsip dasar mekanik yang mana
mengubah gerakan isyarat sensor dari translasi menjadi rotasi dengan
bantuan jarum ukur yang menunjukkan nilai dari skala dial indicator.
2. Pengukuran kebulatan kebulatan merupakan pengukuran yang ditujukkan
untuk memeriksa kebulatan dari suatu benda atau dengan kata lain untuk
mengetahui apakah suatu benda tersebut benar-benar bulat atau tidak jika
dilihat secara teliti.
3. Dari hasil analisa didaptkan hasil dari pengamat A dan pengamat B
berbeda. Namun dari keduanya menyatakan bahwa benda ukur memiliki
sifat keterbulatan disebabkan oleh sebagai berikut:
1. Proses manufaktur yang kurang baik.
2. Finishing yang kurang baik dalam proses permesinan.
3. Kurangnya keakuratan dari alat ukur dan mesin dalam melakukan
pengerjaan.
5.2 Saran
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan kepada pembaca dalam pelaksaan
praktikum pengukuran kebulatan adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya menguasai teori terlebih dahulu agar memudahkan dalam
2.
3.
4.
5.
6.

proses praktikum pengukuran kebulatan.


Bersikap sopan santun pada saat didalam laboratorium metrology industri.
Harus serius selama praktikum berlangsung.
Harus mengikuti prosedur praktikum metrologi industri dengan baik.
Pembacaan nilai skala hendaknya sejajar dengan pendangan praktikan.
Kekompakan dalam kelompok harus solid agar mudah mengkoordinir
anggota kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Http://slideshare.net/poetrieinstein/106137643LaporanPraktikumMetrologiIndustriPengukuranKebulatanKelurusanKalib

rasiAlatUkurDanKeraatanMeja
Modul Praktikum Metrology Industry, Universitas Riau

31

Muhammad Yanis. 2010. Analisis Profil Kebulatan Untuk Menentukan


Kesalahan Geometrik Pada Pembuatan Komponen Menggunakan Mesin

Bubut CNC. Jurnal Rekayasa Sriwijaya No. 1 Vol. 19


Rochim Taufiq.2006. Spesifikasi, Metrology Dan Industry Kualitas
Geometric I, Bandung:ITB

32

Anda mungkin juga menyukai