Anda di halaman 1dari 76

ALAT UKUR

Pemilihan alat ukur tergantung dari banyak faktor, secara umum factor tersebut yaitu:
obyek yang diukur dan hasil yang diinginkan.
Obyek:

Hasil: akurasi
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :
1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang
telah ditentukan/diberlakukan.
2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
3. Pengetahuan yang harus dimiliki operator adalah:
1. Bagaimana menentukan besaran yang akan diukur
2. Bagaimana mengukurnya
3. Mengetahui dengan alat apa besaran tersebut harus diukur.
Besaran terdiri dari dua jenis:
· Besaran Pokok, yaitu besaran yang sesuai dengan standar internasional, berdiri
sendiri, dan dapat dijadikan acuan. (m, sc, kg, OC, Candela)

· Besaran Turunan, yaitu besaran yang diperoleh dari beberapa variabel dalam bentuk
persamaan. (N, Watt, Joule, m/sc, m/sc2, N/m2)

Syarat-syarat besaran adalah:


· Dapat didefinisikan.
· Dapat digunakan dimana saja.
· Tidak berubah terhadap waktu.
Obyek Yang Diukur
Agar bisa diukur, maka suatu produk/obyek harus mempunyai karakteristik geometrik yaitu:
· Dimensi
· Posisi
· Bentuk
· Kualitas permukaan (kekasaran)

Untuk obyek cair dan gas (yang diukur sifat-sifat termodinamik), karakteristik tersebut
berupa:
• Temperatur
• Kecepatan aliran
• Tekanan
• Massa
• Kekentalan
• Unsur dan komposisi kimiawi
• dll
Jenis-jenis alat ukur:
Berdasarkan sifat aslinya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Langsung
Yaitu alat ukur yang dilengkapi dengan skala ukur yang lengkap, sehingga hasil
pengukuran dapat langsung diperoleh.
Contoh: jangka sorong, mikrometer.

2. Alat Ukur Pembanding


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran suatu produk
dengan ukuran dasar produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok
ukur.
Contoh: dial indicator, jangka kaki, blok ukur
3. Alat Ukur Standar
Yaitu alat ukur yang hanya dilengkapi dengan satu skala nominal, tidak dapat
memberikan hasil pengukuran secara langsung, dan digunakan untuk alat kalibrasi
dari alat ukur lainnya.
Contoh: blok ukur.

4. Alat Ukur Kaliber Batas


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk menunjukkan apakah dimensi suatu produk
berada di dalam atau diluar dari daerah toleransi produk tersebut.
Contoh: kaliber lubang dan kaliber poros.

5. Alat Ukur Bantu


Yaitu alat ukur yang berfungsi untuk membantu dalam proses pengukuran.
Sebenarnya alat ini tidak bisa mengukur objek, namun karena peranannya yang
sangat penting dalam pengukuran maka alat ini dinamakan juga dengan alat ukur.
Contoh: meja rata, stand magnetic, batang lurus.
Berdasarkan sifat turunannya, dapat dibedakan atas:
1. Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas, misalnya
kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi pada roda gigi. Alat ukur jenis ini dapat
dilengkapi skala dan dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Contoh: alat ukur profil roda gigi.
2. Alat Ukur Koordinat/dimensi (besaran fisik)
Yaitu alat ukur yang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang,
digunakan untuk menentukan posisi atau mengukur jarak.
Contoh: panjang, lebar, dan tinggi serta koordinat.
3. Alat Ukur Besaran Termodinamik
Yaitu alat ukur yang memiliki sensor untuk mendeteksi sifat-sifat termodinamik
Contoh: temperatur, tekanan dan kecepatan aliran fluida
Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas:
1. Alat ukur mekanik
2. Alat ukur elektrik
3. Alat ukur optik
4. Alat ukur pneumatik
5. Alat ukur hidrolik
6. Aerodinamik
Adapun sifat dari alat ukur adalah:
1. Rantai kalibrasi
Yaitu kemampuan alat ukur untuk bisa dilakukan tingkatan pengkalibrasian.
Tingkatan tersebut adalah
· Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.
· Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.
· Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional.
· Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional.
2. Kepekaan/sensitivitas
Yaitu kemampuan alat ukur untuk dapat merasakan perbedaan yang relatif kecil dari
harga pengukuran.
3. Mampu baca
Kemampuan sistem penunjukan dari alat ukur untuk memberikan harga pengukuran
yang jelas dan berarti.
4. Histerisis
Yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran secara
berulang dari dua arah yang berlawanan.
5. Pergeseran/fluktuasi
Yaitu terjadinya perubahan posisi pada penunjuk harga ukur sementara sensor tidak
memberikan/merasakan sinyal atau perbedaan. (biasanya sifat termodinamik)
Hampir semua alat ukur mempunyai bagian yang disebut dengan penunjuk atau
pencatat kecuali beberapa alat ukur batas atau standar.
Dari bagian penunjuk inilah dapat dibaca atau diketahui besarnya harga hasil
pengukuran. Secara umum, penunjuk/pencatat ini dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
1. Penunjuk yang mempunyai skala,
2. Penunjuk angka (display digital).
Jenis-jenis Pengukuran
1. Pengukuran Langsung
Pengukuran Langsung adalah proses pengukuran dengan menggunakan alat
ukur langsung dan hasil pengukurannya dapat langsungterbaca.
Contoh :Mistar Ukur, Mistar Ingsut (Caliper),Mikrometer, Height Gauge)
2. Pengukuran Tak Langsung
Pengukuran Tak Langsung adalah proses pengukuran yang dilaksanakan
dengan memakai beberapa jenis alat ukur pembanding, standar, dan alat ukur
bantu.
Contoh: jangka kaki
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas
Pengukuran dengan Kaliber Batas adalah proses pemeriksaan untuk memastikan
apakah obyek ukur memiliki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah
toleransi ukuran, bentuk, dan/atau posisi.
Kaliber batas
4. Pengukuran dengan Bentuk Acuan
Pengukuran dengan cara membandingkan dengan suatu bentuk acuan yang
ditetapkan pada layar alat ukur proyeksi.
5. Pengukuran Geometri Khusus
Pengukuran yang dilakukan hanya untuk satu jenis geometri tertentu saja, seperti
: kebulatan silinder, pitch ulir, pitch roda gigi, dsb.
6. Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat
Mesin Ukur Koordinat adalah alat ukur geometri modern dengan memanfaatkan
komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur untuk
menganalisis data pengukuran.
Pengukuran Geometri
1. Mistar Ukur
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur linear langsung (panjang, lebar, dan
tinggi),dimana hasil pengukurannya dapat langsung di baca pada bagian penunjuk
(skala) dari alat ukur, dan hasil pengukuran dari alat ini tidak teliti.
2. Pengukuran Ketegaklurusan/Penyiku
Fungsi penyiku adalah untuk memeriksa ketegaklurusan atau kesikuan suatu benda,
memeriksa kesejajaran garis, dan alat bantu dalam membuat garis pada benda
kerja.
3. Busur Bilah
Pada umumnya alat ukur sudut itu terbagi atas dua bagian besar, yaitu alat ukur
sudut langsung, (besar sudut dapat langsung diketahui dari skalanya), dan alat ukur
sudut Tak Langsung,(harus melalui perhitungan terlebih dahulu).
Yang termasuk alat ukur sudut langsung, adalah busur bilah sederhana
4. Pengukuran Kedataran/Horizontal
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan
berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya.
Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan
gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah,
berarti waterpass telah terpasangdengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk
melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat
(koordinat kartesius).
5. Pemeriksaan Kelurusan Arah Vertikal
Memeriksa ketegaklurusan suatu konstruksi dengan bandul
5. Jangka Kaki
Jangka kaki termasuk alat ukur geometri tidak langsung

Eksternal
5. Mistar Ingsut/Vernier Caliper
Mistar ingsut kadang-kadang disebut juga dengan nama lain, yaitu: mistar geser,
jangka sorong, jangka geser atau schuifmaat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur yaitu
dengan adanya skala linier pada rahangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada
cara pengukuran objek ukur.
Adapun kegunaan dari mistar ingsur itu sendiri, antara lain :
- Dapat mengukur ketebalan jarak luar atau dimensi luar.
- Dapat mengukur kedalaman.
- Dapat mengukur tongkat.
- Dapat mengukur celah atau dimeter dalam.
Jika ketelitian jangka sorong 0,05 mm, berapa hasil bacaan tersebut?
Skala utama = 11 mm
Skala nonius = 6 x 0,1 + 0,5 x 0,1 mm = 0,6 + 0,05 = 0,65 mm
atau = 6,5 x (0,05 X 20 mm) = 0,65 mm
Hasil pengukuran = 11 mm + 0,65 mm = 11,65 mm
6. Mikrometer
Kegunaan mikrometer skrup antara lain sebagai berikut ;
- Mengukur ketebalan benda yang tipis misalnya uang koin logam, bahkan untuk
mikrometer yang sangat teliti bisa digunakan untuk mengukur tebal kertas.
ketelitian mikrometer skrup yaitu antara 0,01 mm atau 0,05 mm.
- Mengukur diameter luar sebuah benda yang kecil misalnya bantalan peluru, atau
silinder kecil seperti contoh gambar di atas
- Untuk micrometer terntentu yang memiliki rahang geser bisa juga digunakan
untuk mengukur kedalaman benda yang kecil seperti jangka sorong.
Ketelitian mikrometer skrup = 0,01 mm
Skala utama = 4,5 mm
Skala nonius = 22 x 0,01 = 0,22 mm
Hasil pengukuran = 4,5 mm + 0,22 mm = 4,72 mm
Micrometer Dengan Ketelitian 0,001 mm (1 m)
7. Bevel Protactor
Prinsip pembacaan alat ukur bevel protractor tidak berbeda jauh dengan prinsip pembacaan pada
jangka sorong, hanya saja pada bevel protractor skala utamanya dalam satuan derajat sedangkan
skala nonius dalam satuan menit. Yang perlu diperhatikan adalah pada pembacaan skala nonius
harus satu arah dengan arah pembacaan pada skala utama. Jadi, perlu diperhatikan dengan baik ke
mana arah bergesernya garis nol pada skala nonius terhadap garis pada skala utama.
1. Skala Utama
Skala utama merupakan bagian bevel protractor yang berupa piringan busur derajat yang dapat diputar
dengan pembagian sudut dalam derajat serta diberi nomor 0 – 90 – 0 – 90 (skala dari kiri ke kanan).
2. Pelat dasar
Pelat dasar atau landasan merupakan bagian yang menyatu dengan piringan. Pelat dasar berfungsi
sebagai penahan atau landasan pada permukaan benda ukur ketika dilakukan pengukuran sudut.
3. Skala Nonius
Skala nonius terdapat pada piringan busur derajat dengan tingkat ketelitian mencapai 5 menit.
4. Kaca pembesar
Pada beberapa jenis bevel protractor desrtakan sebuah kaca pembesar yang berfungsi untuk
mempermudah dalam hal pembacaan skala utama dan skala nonius yang saling sejajar.
5. Bilah
Bilah merupakan bagian pada bevel protractor yang berfungsi sebagai landasan dan berbentuk pelat
memanjang dengan kedua ujungnya membentuk sudut. bilah sangat dinamis dan dapat digeser maupun
dipindah sesuai dengan bentuk permukaan dari benda ukur.
6. Pengunci Bilah
Pengunci bilah berfungsi mengunci bilah agar tidak bergerak maupun bergeser ketika dilakukannya
pengukuran sudut.
7. Pengunci Skala
pengunci skala berfungsi untuk mengunci skala atau piringan agar tidak bergerak maupun bergeser ketika
dilakukan pengukuran sudut.
Berikut langkah-langkah dalam penggunaan alat ukur bevel protractor :
1. Pertama posisikan benda kerja atau benda ukur
2. Kemudian gerakan bilah dan tempelkan pada kedua permukaan benda ukur yang akan dilakukan
pengukuran sudut
3. Kemudian gerakkan bilah dan tempelkan pada kedua permukaan benda ukur yang kan ilakukan
pengukuransudut
4. Kunci bilah serta kunci piringan skala agar tidak bergeser
5. Kemudian baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius

Cara Membaca Skala Bevel Protractor


1. Baca ukuran yang tertera pada skala utama
2. Kemudian baca ukuran yang ditunjukkan pada skala nonius
3. Jumlahkan hasil pembacaan ukuran pada skala utama dan skala nonius
skala nonius bagian bawah angka 0 tepat berada pada garis ke-
12 pada skala derajat sehingga dapat disimpulkan hasil
pengukuran tersebut yaitu 12 derajat.

Terlihat pada gambar angka 0 pada skala nonius berada


diantara garis ke 12 dan 13 derajat dan garis skala nonius yang
sejajar dengan skala utama berada pada garis ke-3 dengan jarak
tiap garis pada skala nonius bernilai 5 menit maka diperoleh
12° + (3 x 5`) = 12° 15` (12 derajat 15 menit)
Sedang alat ukur sudut tak Langsung antara lain :
· Rol
· Bola
· Alat-alat dengan rumus Sinus
· Block ukur sudut ( Angle Gauge)
8. Dial gauge/dial indikator /jarum ukur
Kegunaan dial gauge seperti yang telah kita ketahui adalah untuk :
· mengukur kerataan permukaan bidang datar
· mengukur kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros
· mengukur kerataan permukaan dinding Cylinder
Adapun jenis jenis dial gauge sendiri ada berbagai macam sesuai dengan skala yang
digunakan, beberapa jenis dial gauge antara lain :
1. Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm jenis ini dapat digunakan untuk mengukur
dengan batas ukuran sampai dengan 10 mm
2. Dial gauge dengan nilai skala 0,001 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai
dengan 1 mm
3. Dial gauge dengan nilai skala 0,0005 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai 0,5
mm
Bagian bagian dial gauge :
Fungsi dari masing masing bagian :
1. Jarum panjang akan langsung bergerak apabila bagian bidang sentuh tertekan oleh
benda kerja. Adapun nilai pergerakan dari jarum panjang tersebut tergantung dari
beberapa nilai dari skala dial gauge tersebut. Misal: dial gauge skala 0,01 mm,
apabila jarum panjang menunjuk angka 10 berarti 0,01 x 10 = 0,1 mm
Skala untuk jarum panjang ini dapat berputar kekiri atau kekanan, yang artinya
posisi angka nol tidak selalu berada diatas tergantung pada posisi mana yang kita
kehendaki pada saat proses pengukuran benda kerja.
2. Jarum pendek akan bergerak satu step/ruas, apabila jarum panjang bergerak dari
angka nol sampai dengan angka nol lagi (satu putaran). Misal: nilai pergerakan satu
ruas dari jarum pendek adalah 0,01 mm x 100 = 1 mm (apabila nilai skala 0,01
mm). Jadi, jika jarum pendek berputar sampai satu putaran berarti 1 x 10 = 10 mm.
3. Batas toleransi pada alat ini ada dua dan dapat digeser kekiri dan kekanan sesuai
dengan yang kita kehendaki untuk melihat batas pergerakan jarum panjang kekiri
atau kekanan, pada saat proses pengukuran benda kerja.
4. Bidang sentuh dengan benda kerja. Bagian ini akan bergerak naik atau turun apabila
bersentuhan dengan permukaan benda kerja saat benda kerja bergerak terhadap
bidang sentuh tersebut.
Jarum panjang akan bergerak kearah kanan apabila bidang sentuh bergerak kearah
atas. Jarum panjang akan bergerak kekiri apabila bidang sentuh bergerak ke bawah.
Langkah kalibrasi/konfigurasi

Jika posisi dial sudah benar-benar tegak lurus dan jarum spindle juga sedikit tertekan, selanjutnya
kendorkan fine adjuster untuk melakukan kalibrasi.
Saat fine adjuster sudah dikendorkan, putar outer frame agar angka 0 pada numeric indicator tepat
dengan jarum panjang. Konfigurasi ini dilakukan untuk memudahkan melihat berapa pergerakan jarum
dengan menepatkan jarum ini agar menunjuk pada posisi 0. Setelah tepat, jangan lupa kencangkan fine
adjuster.
Mengukur Diameter Silinder

Dial Indicator Set

Kalibrasi
1. Diameter standar dari blok mesin yang akan diukur menggunakan jangka sorong.
2. Misal diameter standar adalah 62,8 mm maka pilih replacement rod dengan panjang 60 mm dan
replacement washer dengan tebal 3 mm, sehingga panjang replacement rod + washer adalah 63 mm.
Dipilih yang lebih besar dari diameter standar karena keausan silinder pasti memiliki diameter yang
lebih besar.
3. Kalibrasi cylinder bore gauge
-Ambil outside micrometer lalu set mikrometer dengan hasil pengukuran 62,8 mm.
-Masukan cylinder bore gauge kedalam mikrometer, maka jarum akan bergerak.
-Putar skala dial gauge agar angka 0 bertepatan dengan jarum.
4. Lakukan pengukuran
1. Masukan cylinder bore gauge ke titik pengukuran pertama maka jarum dial gauge akan bergerak.
Goyangkan bore gauge seperti yang ditunjukan pada gambar, lalu perhatikan titik terjauh jarum dial
gauge bergerak.
2. Misal titik terjauh dial indicator adalah 0,1 mm setelah 0 maka diameter silinder adalah 62,8 – 0,1
mm = 62,7 mm.
3. Misal titik terjauh dial indikator adalah 0,1 mm sebelum 0 (tidak mencapai 0) maka diameter
silinder 62,8 + 0,1 = 62,9 mm.
SUMBER - SUMBER KESALAHAN PENGUKURAN
a. Kesalahan pengukuran karena alat ukur
Kesalahan pengukuran dapat diakibatkan oleh kondisi alat ukur. Untuk mengurangi
terjadinya penyimpangan pengukuran seminimal mungkin maka alat ukur yang akan
dipakai harus dikalibrasi untuk menghindari sifat-sifat yang merugikan dari alat ukur,
seperti kestabilan nol, kepasifan, pengambangan dan sebagainya.
b. Kesalahan pengukuran karena benda ukur
Benda ukur yang terbuat dari bahan yang bersifat elastis atau yang mempunyai sifat
elastis, artinya bila ada beban atau tekanan yang dikenakan pada benda tersebut
maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tidak hati - hati dalam mengukur maka
penyimpangan hasil pengukuran pasti akan terjadi.
c. Kesalahan pengukuran karena faktor si pengukur
Manusia memang mempunyai sifat tersendiri dan keterbatasan. Sulit diperoleh hasil
yang sama dari dua orang yang melakukan pengukuran meskipun alat ukur sama
dan benda ukur juga sama. Hal ini mungkin karena kondisi manusia, kesalahan
penggunaan metode pengukuran,kesalahan karena pembacaan skala ukur.
d. Kesalahan karena kondisi manusia
Kondisi badan yang kurang sehat sewaktu mengukur mungkin badan agak gemetar,
maka posisi alat ukur terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan akibatnya
hasil pengukuran ada penyimpangan, penglihatan yang kurang jelas juga bisa
mengakibatkan kesalahan pembacaan skala ukur.
e. Kesalahan karena pembacaan skala ukur.
Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala ukur atau
istilahnya paralaks, si pengukur yang kurang memahami pembagian divisi dari skala
ukur dan kurang mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil
daripada yang biasanya sering digunakan.
f. Kesalahan karena faktor lingkungan
Ruang yang digunakan untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak
peralatan ukurnya. Ruang yang kurang terang atau remang - remang dapat
mengganggu dalam membaca skala ukur.
Alat Ukur Listrik
1. Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat ukur resistor listrik
Nilai resistor berdasarkan warna pita
Hitam =0
Coklat =1
Merah =2
Jingga =3
Kuning =4
Hijau =5
Biru =6
Ungu =7
Abu2 =8
Putih =9
Alat Ukur Listrik
2. Amphermeter
Amphermeter adalah alat ukur arus listrik
Alat Ukur Listrik
3. Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik
Alat Ukur Listrik
4. Multimeter
1. Tentukan nilai resistor berikut ini!

2. Buat skets cara mengukur tegangan listrik pada suatu rangkaian listrik dengan multimeter
dan jelaskan urutan proses pengukurannya!
3. Buat skets cara mengukur arus listrik pada suatu rangkaian listrik dengan multimeter dan
jelaskan urutan proses pengukurannya!
Alat Ukur Listrik
5. Oscilloscope
Mengukur Tegangan AC dengan Osiloskop
Tegangan AC (Alternating Current) sering dikenal juga dengan Tegangan Bolak Balik merupakan listrik yang
arah arusnya selalu berubah-ubah atau bolak-balik. Pada umumnya Tegangan AC berbentuk gelombang
Sinus. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengukur Tegangan AC dan juga dapat melihat tampilan
gelombangnya.

Sebelum melakukan pengukuran Tegangan AC pada Osiloskop, lakukan persiapan dengan mengatur berikut
ini :

1. ON-kan Osiloskop.
2. Sakelar TIME/DIV diputar ke 5 m-sec (5 mili detik)
3. Sakelar VOLT/DIV diputar ke 5 Volt (artinya 1 kotak atau 1 Div pada layar Osiloskop bernilai 5 Volt).
4. Pasangkan Probe pada terminal yang ingin diukur.
5. Hitung Tegangan AC berdasarkan gelombang yang ditampilkan. Contoh seperti gelombang
dibawah ini :
6. Tegangan puncak adalah 2 kotak atau 2 DIV, Sakelar VOLT/DIV telah di set 5 Volt maka hasil
pengukurannya adalah V = 10 Volt ( 2 DIV x 5 Volt = 10 Volt)
7. Sedangkan Tegangan puncak ke puncaknya adalah Vpp = 4 DIV x 5 Volt = 20 Volt
Maka hasil pengukuran tegangan AC tersebut adalah 20 Volt
Faktor pengali dari Vrms terhadap Vpp adalah √2 hal ini disebabkan karena untuk mengukur
tegangan AC, grafik yang ditunjukkan pada display osiloskop adalah grafik sinusoidal
Vrms = Vpp/√2 = 14,14 Volt
Pada dasarnya Frekuensi adalah jumlah siklus gelombang dalam satu detik yang biasanya
dilambangkan dengan simbol “F”. Satuan dari Frekuensi adalah Hertz (Hz). Untuk mengukur Frekuensi
pada Osiloskop, kita perlu mengetahui Perioda sebuah gelombang Sinus dengan cara melihatnya dari
layar Osiloskop. Yang dimaksud dengan Perioda adalah Waktu yang dibutuhkan satu siklus
pengulangan secara lengkap. Perioda biasanya dilambangkan dengan “T”, satuan Perioda adalah detik
(second). Dari gelombang sinus yang ditampilkan osiloskop seperti pada gambar diatas ini, kita dapat
menghitung Frekuensinya.

Rumus Menghitung Frekuensi : F = 1 / T


Dimana :
F = Frekuensi (dalam satuan Hz)
T = Periode (dalam satuan second atau detik),

Cara perhitungan Perioda (T) adalah mengalikan jumlah divisi satu siklus gelombang dengan nilai
waktu yang disetting pada sakelar TIME/DIV.

F = 1 / (5ms x 4 Div)
F = 1 / 20ms (harus dikonversi ke second)
F = 1 / 0.02 second
F = 50 Hz
Alat Ukur Sifat-Sifat Termodinamika
1. Termometer Air Raksa/alkohol
Bekerja berdasarkan pemuaian volume cairan yang diisikan (alkohol atau air raksa)
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo
yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja
termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah
termometer air raksa.
Termometer air raksa dalam gelas adalah termometer yang dibuat dari air raksa
yang ditempatkan pada suatu tabung kaca. Tanda yang dikalibrasi pada tabung
membuat temperatur dapat dibaca sesuai panjang air raksa di dalam gelas,
bervariasi sesuai suhu. Untuk meningkatkan ketelitian, biasanya ada bola air
raksa pada ujung termometer yang berisi air raksa; panas menyebabkan pemuaian
dan dingin menyebabkan penyempitan volume air raksa. Air raksa dapat
disubstitusi dengan alkohol yang diberi warna.
Alat Ukur Sifat-Sifat Termodinamika
2. Termokopel
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan
sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan
Elektronika yang berkaitan dengan Suhu (Temperature). Beberapa kelebihan
Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat
terhadap perubahaan suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas yaitu
berkisar diantara -200˚C hingga 2000˚C. Selain respon yang cepat dan rentang
suhu yang luas, Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah
digunakan.
3. IR Termometer
Prinsip dasar termometer inframerah adalah bahwa semua obyek memancarkan
energi infra merah. Semakin panas suatu benda, maka molekulnya semakin aktif
dan semakin banyak energi infra merah yang dipancarkan. Infrared Thermometer
mengukur suhu menggunakan radiasi inframerah yang dipancarkan objek. Dapat
disebut termometer laser jika menggunakan laser untuk membantu proses
pengukuran, atau termometer tanpa sentuhan, karena kemampuan alat
mengukur suhu dari jarak jauh. Dengan mengetahui jumlah energi inframerah
yang dipancarkan oleh objek/emisi maka temperatur objek dapat diukur.
4. Thermistor
Termistor (Inggris: thermistor) adalah alat atau komponen atau sensor elektronika
yang dipakai untuk mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah perubahan
nilai tahanan (atau hambatan atau werstan atau resistance) jika suhu atau
temperatur yang mengenai termistor ini berubah. Termistor ini merupakan
gabungan antara kata termo (suhu) dan resistor (alat pengukur tahanan).
Gambar dibawah adalah termistor NTC yang tersambung pada kabel terisolasi
Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930, dan mendapat hak
paten di Amerika Serikat dengan nomor #2.021.491. Ada dua macam termistor
secara umum: PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC (Negative
Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan
suhunya naik, sementara sifat NTC justru kebalikannya.
5. Bimetal
Bimetal merupakan alat yang terdiri dari dua
logam yang memiliki nilai koefisien muai panjang
berbeda atau juga berbeda kecepatan dalam
proses pemuaiannya. Dua logam tersebut
direkatkan menjadi satu (misal: bimetal yang
terbuat dari besi dan tembaga. Sebelum
dipanaskan bimetal itu di dalam keadaan lurus
hingga kemudian setelah dipanaskan bimetal
akan melengkung kearah logam (besi) yang nilai
koefisien muai panjangnya lebih kecil.
Sensor suhu LM35 merupakan komponen elektronik dalam bentuk chip IC dengan 3
kaki (3 pin) yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis, berupa suhu atau
temperature sekitar sensor menjadi besaran elektris dalam bentuk perubahan
tegangan.
PIR (Passive Infra Red)
Sensor PIR (Passive Infra Red) adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi adanya pancaran sinar
infra merah dari suatu object. Sensor PIR bersifat pasif, artinya sensor ini tidak memancarkan sinar
infra merah tetapi hanya menerima radiasi sinar infra merah dari luar.

IC NE555
Sensor Suara

Anda mungkin juga menyukai