Anda di halaman 1dari 20

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

Alat ukur koordinat, suatu alat ukur yang menggunakan sensor yang
dapat digerakkan dalam ruang yang digunakan untuk menentukan
posisi. Contoh : Coordinate Measuring Machine (CMM).

2. Berdasarkan prinsip kerjanya, dibedakan atas :

Alat ukur mekanik, suatu alat ukur yang menggunakan prinsip mekanik.
Contoh : neraca/timbangan dua lengan, dial indicator

Gambar 1.19 Alat Ukur Mekanik

Alat ukur elektrik, suatu alat ukur yang menggunakan prinsip


elektrik. contoh : Multi Tester

Gambar 1.20 Alat Ukur Elektrik

Laboratorium Metrologi Industri 12


Alat ukur optik, suatu alat ukur yang menggunakan prinsip optik/cahaya.
Contoh : Profile Proyector

Gambar 1.21 Alat Ukur Optik

Alat ukur pneumatik, suatu alat ukur yang menggunakan prinsip fluida
(gas). Contoh : Alat ukur tekanan udara pada ban

Gambar 1.22 Alat Ukur Pneumatik

Alat ukur hidrolik, suatu alat ukur yang menggunakan prinsip fluida (cair).
Contoh : Jembatan Timbang.
Gambar 1.23 Alat Ukur Hidrolik

Sifat Sifat Alat Ukur

1. Rantai Kalibrasi ( Trace Ability ), yaitu sifat mampu usut alat ukur
berdasarkan tingkatan kalibrasinya. Tingkatan kalibrasi alat ukur :

a. Alat ukur kerja di kalibrasi dengan alat ukur standar kerja

b. Alat ukur standar kerja di kalibrasi dengan alat ukur standar.

c. Alat ukur standar di kalibrasi dengan alat ukur standar nasional.

d. Alat ukur standar nasional di kalibrasi dengan alat ukur standar


internasional.

2. Kepekaan ( Sensitivity ), yaitu kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu


perbedaan yang relatif kecil dari harga yang diukur.
Gambar 1.24 Kurva Kepekaan (Sensitivity)

3. Kemudahan Baca ( Read Ability ), yaitu kemampuan dari sistem penunjuk


untuk menunjukkan hasil pengukuran dengan jelas dan benar.

4. Penyimpangan ( Histerisis ), yaitu penyimpangan yang terjadi pada hasil


pengukuran, dimana pengukuran dilakukan secara kontinu dari dua arah yang
berlawanan.

Gambar 15 Kurva Histerisis

5. Kepasifan atau Lambat Bereaksi ( Passivity ), yaitu sensor telah merasakan


perubahan tetapi penunjuk belum mengisyaratkan adanya perubahan.

6. Pergeseran ( Shifting ), yaitu sistem penunjuk telah menunjukkan adanya


perubahan tetapi sensor belum mengisyaratkan adanya perubahan.
7. Kestabilan Nol ( Zero Stability ), yaitu kemampuan dari sistem penunjuk
untuk kembali ke posisi semula (nol ) bila benda ukur diambil seketika,
setelah dilakukannya pengukuran.

8. Pengambangan ( Floating ), yaitu keadaan dimana jarum penunjuk


data/angka digital selalu berubah rubah yang diakibatkan perubahan kecil
pada sensor.

Konstruksi Umum Alat Ukur :

1. Sensor

Bagian dari alat ukur yang berkontak langsung maupun tidak langsung dengan
benda ukur. Sensor terbagi atas 2, yaitu :

Sensor Kontak, yaitu sensor yang mengalami kontak langsung


dengan benda yang diukur. Misalnya: sensor mekanik

Sensor non Kontak, yaitu sensor yang tidak mengalami kontak


langsung dengan benda yang diukur. Misanya: sensor optik, sensor
pneumatik.

2. Pengubah (Tranducer)

Bagian alat yang berfungsi mengubah dan memperbesar sinyal yang dirasakan
oleh sensor menjadi besaran yang terukur, dan diteruskan ke sistem penunjuk.
Pengubah terbagi atas :

Pengubah
elektrik

Contoh: pengubah dengan prinsip induktif (transformator).


Gambar 1.26 Contoh Sistem Pengubah Elektrik

Pengubah mekanik

Contoh: sistem roda gigi dan batang bergigi dari jam ukur pada dial
indikator.

Gambar 1.27 Sistem Pengubah Pada Dial Indikator


Pengubah optomekanik

Contoh: Sistem pengubah alat ukur optomekanik

Gambar 1.28 Contoh Sistem Pengubah Optomekanik

Pengubah Optik

Contoh: prinsip pengubah pada mikroskop.

Gambar 1.29 Contoh Sistem Pengubah Pada Mikroskop


Pengubah Pneumatis.

Contoh : sistem pengubah dengan prinsip pneumatis.

Gambar 1.30 Contoh Sistem Pengubah Pneumatik

Pengubah Hidrolik.

Contoh : sistem pengubah dengan prinsip hidrolik

Gambar 1.31 Contoh Sistem Pengubah Hidrolik


3. Sistem penunjuk / pencatat

Bagian dari alat ukur yang menunjukan hasil dari pengukuran yang
dilakukan.Sistem penunjuk terbagi atas :

Penunjuk berskala

- Skala linear, contohnya: Jangka Sorong dan Mikrometer

- Skala melingkar, contohnya: Dial Indicator

Penunjuk digital

- Mekanik

- Elektrik (LED)

Penunjuk grafik

- Seismograf

- Surface Roughness

Karateristik Alat Ukur

1. Ketelitian ( Accuracy )

Kemampuan alat ukur untuk menghasilkan nilai yang mendekati nilai


sebenarnya.

Gambar 1.32 Ketelitian (Accuracy)


2. Ketepatan ( Precission )

Kemampuan alat ukur untuk menghasilkan nilai yang relatif sama dari
beberapa pengukuran pada titik yang sama.

Gambar 1.33 Ketepatan (Precition)

3. Kecermatan (Resolution)

Skala terkecil yang dimiliki oleh suatu alat ukur.

Empat kemungkinan hasil pengukuran

1. Tepat dan teliti 2. Tepat dan tidak teliti

Gambar 1.34 Tepat dan Teliti Gambar 1.35 Tepat dan Tidak Teliti

3. Tidak tepat dan teliti 4. Tidak tepat dan tidak teliti

Gambar 1.36 Tidak Tepat dan Teliti Gambar 1.37 Tidak Tepat dan Tidak Teliti
Penyimpangan Dalam Proses Pengukuran

1. Penyimpangan dari alat ukur.

Hal ini disebabkan oleh karena alat ukur yang belum dikalibrasi.

2. Penyimpangan dari benda ukur.

Hal ini diakibatkan oleh defleksi pada benda ukur akibat :

- pengaruh tekanan kontak karena benda ukur lunak

- pengaruh tekanan kontak pada benda ukur yang bersilinder tipis

3. Penyimpangan posisi pengukuran.

Biasanya garis pengukuran harus sejajar dengan garis dimensi. Kalau garis
pengukuran membuat sudut q dengan garis dimensi (akibat posisi pengukuran
yang salah) maka akan menimbilakan kesalahan kosinus (cosine error).

L = M cos-d cos

Gambar 1.38 Penyimpangan Posisi Pengukuran

4. Penyimpangan akibat lingkungan.

Yang perlu diperhatikan adalah pengaruh temperatur pada proses pengukuran,


dimana benda padat terutama logam berubah dimensinya apabila temperatur
berubah (L = Lo T sifat pemuaian logam). L= Perubahan Panjang,
Lo= Panjang awal, = Koefisien pemuaian, T= Pertambahan panjang.
Supaya hasil pengukuran sama maka secara internasional sudah disetujui
temperatur standar untuk pengukuran geometris adalah 20C.

5. Penyimpangan dari pengukur.

Dua orang yang melakukan pengukuran dengan alat ukur dan objek ukur yang
sama berkemungkinan menghasilkan pengukuran yang berbeda. Hal ini dapat
diakibatkan oleh pengalaman praktek mengukur, cara melakukan pengukuran
yang salah akibat tidak mengetahui dasar-dasar pengukuran yang benar.
PENGUKURAN LINIER

(M1)

ASISTEN :
GHANTA DELLIAN H.P

-
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas suatu produk dapat ditentukan dari beberapa faktor, salah satunya
dari karakteristik geometrik benda tersebut. Untuk menguji kualitas geometrik
suatu produk, dapat dilakukan memlalui jalan pengukuran terhadap produk
tersebut. Dan salahsatu dari pengukuran tersebut adalah pengukuran besaran
panjang dari suatu produk, dengan menggunakan alat ukur linier.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Pengenalan dan penggunaan alat ukur linier.
2. Membandingkan fungsi alat ukur yang satu dengan yang lainnya.
3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur.

1.3 Manfaat
Praktikan mampu menggunakan beberapa alat ukur linier, melaksanakan
pengukuran secara langsung dan membaca hasil pengukuran.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

BAB II TEORI
OBJEK

2.1 Jangka Sorong dan Mikrometer


1. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur dimensi linear atau panjang yang
memiliki dua skala yaitu skala utama (skala panjang) dan skala nonius (skala
yang digeser-geser)

Gambar 2.1 Jangka Sorong

Keterangan :

1. Rahang ukur pengukuran luar, digunakan untuk mengukur diameter


luar
2. Rahang ukur pengukuran dalam, digunakan untuk mengukur diameter
dalam/sisi bagian dalam
3. Lidah pengukur kedalaman (Depth), digunakan untuk mengukur
kedalaman suatu objek
4. Skala utama mm, sebagai penunjuk ukuran kasar dalam mm
5. Skala utama inch, sebagai penunjuk ukuran kasar dalam inch
6. Skala nonius mm, skala tambahan untuk kecermatan alat ukur dalam
mm
7. Skala nonius inch, skala tambahan untuk kecermatan alat ukur dalam
inch
8. Kunci peluncur, digunakan untuk memblok gerakan peluncur sehingga
mempermudah pembacan hasil

Jenis-Jenis Jangka Sorong :


a. Jangka Sorong Standar
b. Jangka Sorong Jam (Dial Caliper)
c. Jangka Sorong Pipa

Laboratorium Metrologi Industri 26


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

2. Mikrometer
Mikrometer merupakan alat ukur dengan prinsip kerja dengan informasi
gerak melingkar skala yang diputar menjadi gerak transversal pada sensor.
Gambar 2.2 Mikrometer
Keterangan :
1. Landasan, sebagai tempat meletakkan produk yang diukur
2. Poros Ukur, digunakan sebagai sensor untuk menunjukkan besar
ukuran dari objek yang diukur
3. Kunci poros ukur, digunakan untuk mengunci poros ukur untuk
memudahkan dalam pembacaan skala
4. Skala tetap, digunakan untuk menunjukkan ukuran kasar dari objek
yang diukur
5. Skala putar, digunakan untuk menentukan kecermatan dari alat ukur
6. Rangka, digunakan sebagai penahan alat ukur/penampang
7. Ratchet, digunakan untuk mempererat jepitan poros ukur dan landasan
agar pengukuran lebih tepat

Laboratorium Metrologi Industri 27


Jenis-Jenis Mikrometer
a. Mikrometer Indikator

Gambar 2.3 Mikrometer Indikator

b. Mikrometer Luar

Gambar 2.4 Mikrometer Luar

c. Mikrometer Batas

Gambar 2.5 Mikrometer Batas


d. Mikrometer Landasan V

Gambar 2.6 Mikrometer Landasan V

e. Mikrometer Kedalaman

Gambar 2.7 Mikrometer Kedalaman

2.2 Nilai Kecematan dan Hasil Dari Pengukuran Alat Ukur


1. Mikrometer

Skala Utama : 4.5 mm


Skala Nonius : 0.46 mm
0. = 0.01 mm
Kecermatan :
5
50

Hasil Pengukuran : 4.5 mm + 0.4 mm = 4.96 mm


2. Jangka Sorong
Skala Utama : 0 mm
Skala Nonius : 0 mm
0. = 0.05 mm
Kecermatan :
1
20

Hasil Pengukuran : 0 mm
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

BAB III

METODOLOGI

3.1 Prosedur Percobaan


1. Alat-alat yang Diperlukan
a. Benda Ukur
Poros bertingkat
Poros bertingkat dengan lubang bertingkat
b. Alat Ukur
Mistar ingsut 150 mm dan 200 mm
Mistar ingsut ketinggian
Mikrometer dimensi luar
Mikromrtaer dimensi dalam jenis rahang
Mikrometer kedalaman

2. Persiapan Praktikum
a. Bersihkan objek ukur dari vaseline dengan menggunakan wash bensine,
b. Siapkan alat ukur yang sudah dibersihkan
c. Catat temperatur ruang pengukuran
d. Pahami pemakaian alat ukur
e. Pahami gambar teknik yang diberikan dan lakukan pengukuran menurut
ketentuan gambar teknik.

3. Pelaksanaan Praktikum
a. Pengukuran Diameter Dalam dan Kedalaman Lubang
Pengukuran diameter dalam dan pengukuran kedalaman lubang
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer pada
benda ukur seperti pada gambar 3.1

Laboratorium Metrologi Industri 30


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 13

A B
C D

Gambar 2.8 Objek Ukur Diameter Dalam dan Kedalaman Lubang

b. Pengukuran Diameter Luar


Pengukuran diameter luar dilakukan pada posisi 1 dan posisi 2 pada
benda ukur seperti pada gambar 3.2
1
3
1 2 2

Gambar 2.9 Objek Ukur Diameter Luar

Laboratorium Metrologi Industri 31

Anda mungkin juga menyukai